Anda di halaman 1dari 18

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

(PSDA-542)

Biota Akuatik , metode analisis, perkiraan dampak dan


pengelolaannya

Dosen:
Prof. Dr. Ir. Emmy Sri Mahreda, MP
NIP 196408291990032001
Program Pascasarjana PSDAL
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru, Kalimantan Selatan
1. pendahuluan
• Metode pengambilan sampel biota akuatik,
preservasi sampel, analisis, dan interpretasi
data untuk pemantauan kualitas perairan.
• Kegunaan untuk informasi rona awal suatu
lingkungan dalam memprediksi dan
mengevaluasi dampak suatu kegiatan
terhadap perubahan kualitas perairan.

2
• Biota Akuatik
Yaitu sekelompok biota, hewan maupun tumbuhan yang sebagian
atau seluruh hidupnya berada di perairan. Terdiri dari::
1. Neuston (dilapisan tipis permukaan air seperti
Halobates/engkang-engkang)
2. Pleuston (sama dengan neuston tetapi sebagian tubuhnya
berada dibawah permukaan seperti vellella/ubur-ubur api)
3. Nekton (hidup dan bergerak bebas dalam kolom air seperti
Ciprinus Carpio/ikan mas)
4. Plankton (pergerakannya dipengaruahia arus dan berukuran
mikroskopis seperti Daphnia/kutu air dan Navikula
5. Perifiton (phitoplankton yang hidup menempel pada permukaan
tumbuhaan, tongkat, batu dll dalam air seperti
Oedogonium/ganggang
6. Bentos (hidup di dasar perairan seperti Tubifex/cacing sutera dan
Glacillaria/rumput laut
7. Demersal (sebagian besar hidupnya dihabiskan di dasar perairan
misalnya Cygnoglossus (ikan sebelah)
3
 Persyaratan pengambilan sampel
1. Sampel harus mempunyai peluang yang sama
utk dipilih
2. Populasi harus berasal dari lingkungan yang
stabil
3. Perbandingan anggota populasi yang terdapat
pada suatu habitatyang akan diambil sampelnya
harus konstan
4. Sampel jangan terlalu sedikit
Sedangkan ciri2nya:
1. Harus memiliki kepekaan terhadap perubahan
lingkungan
2. Memiliki daur hidup yang kompleks
3. Hidup sesil(bentik)
4. Tidak mudah/cepat berimigrasi 4
Indikator cemaran organik kelompok bentik yang berukuran
makroskopis mempunyai kelebihan dibandingkan biota
lainnya, karena relatif hidup menetap dalam waktu yang
cukup lama pada berbagai kondisi perairan. Hal ini dapat
sebagai petunjuk terjadinya pencemaran.
Faktor fisika,kimia, biologisnya SANGAT MEMPENGARUHI
SEBARAN DAN KEPADATAN. (Bioindikator).
•Lokasi dipilih sebagai tempat sumber cemaran dan
perkiraan areal dampak, arah dan pola arus.
•Waktu pengambilan sampel. Kelompok zooplankton dan
larva biota aquatic umumnya lebih banyak dijumpai pada
malam hari, sedangkan fitoplankton akan lebih banyak
dijumpai di permukaan pada siang hari.

5
 Penggunaan alat yang tepat.
a. Plankton dapat diambil dengan jala
b. Bentos dapat diambil dengan grab sampler
c. Perifeton dapat diambil dengan merendam kaca
obyek
d. Nekton dapat diambil dengan jala, kail, seser,
bubu, dll alat tangkap ikan
Metode sampling :
1. Probability sampling
2. Subyective sampling
3. Convenient sampling
6
• Preservasi dan Pengawet. Zat preservatif yang
umum dan mudah diperoleh adalah formalin 4-
40%.
• Sedangkan larautan pengawet dapat dipakai
alkohol/ethanol teknis 70%, untuk pengawet
sampel plankton selain formalin 4% dapat
digunakan larutan lugol.
• Analisis sample. Kepadatan plankton dihitung
dengan cara metode subsampel Wickstead.
Kepadatan plankton per satuan volume dapat
ditentukan dengan rumus:

7
D = q . 1/f .1/v.
D = jumlah individu plankton per satuan volume
q = jumlah individu dalam sub sample
f = fraksi yang diambil (volume subsampel per volume
sampel)
v = volume air tersaring.
Analisis data.
Pada perairan yang tidak tercemar keanekaragaman jenis
biota akuatik akan tinggi dengan jumlah jenis berlimpah
dan jumlah individu per jenis sedikit. Sebaliknya pada
perairan yang tercemar, keragaman jenis biota akuatik
akan rendah dan jumlah individu per jenis akan
berlimpah. Akibatnya di perairan yang tercemar sering
terdapat jenis biota akuatik yang dominan
Analisis data biota akuatik untuk memantau kualitas
perairan dilakukan dengan membandingkan nilai-
nilai struktur komunitas dengan besaran kreteria
tingkat cemaran yang telah ditetapkan berdasar
kategori.
Indeks keanekaragaman jenis
Keanekaragaman hayati dapat dinilai dari jenis dan
jumlah jenis, kepadatan, sebaran, dan habitat.
Keanekaragaman biota akuatik yang tinggi atau
rendah sebagai indikator kualitas hayati, digunakan
untuk mengukur dan menentukan kualitas
lingkungan/pencemaran. Misalnya banyak bakteri
(Escerchia coli). 9
Jika dalam perairana kandungan bakteri coliform
tinggi mencerminkan suburnya perairan bagi
pertumbuhan bakteri patogen. Berarti bahwa
lingkungan perairan mempunyai kualitas yang
buruk/tercemar.

Indeks keanekaragaman
H’ = -Σ (ni/N) log (ni/N)
H’= indeks keanekaragaman jenis, ni= jumlah individu
jenis ke-i, N = jumlah total individu.

10
• Klasifikasi tingkat pencemaran berdasar indeks
keanekaragaman Shannon-Wietner
H’ Tingkat cemaran perairan

>3 Tidak tercemar

1,1-2,9 Tercemar ringan

<1 Tercemar berat

11
Klasifikasi tingkat pencemaran berdasarkan indeks
keanekaragaman jenis dan parameter fisika kimia.
Tk pencemaran H’ DO (ppm) BOD (ppm) SS(ppm)

Belum tercemar >2.0 > 6,5 <3 <20

Tercemar ringan 2-1,6 4,5-6,5 3-4,9 20-49

Tercemar sedang 1,5-1 2-4,4 5-15 50-100

Tercemar berat <1 <2 >15 >100

12
Indeks biotik
Di skor 1-10 atas dasar tingkat
toleransi organisme atau kelompok
organisme terhadap cemaran. Terbagi
10 tingkatan berdasarkan kemampuan
responnya.
Semakin tinggi nilai yang diperoleh,
semakin rendah tingkat cemaran yang
ada.
13
Untuk kualitas air sungai
Kelompok biota akuatik skor

Crustacea (udang galah), Ephemeroptera (larva lalat sehari penggali),Plecoptera 10


(larva lalat batu)

Gastropoda (limpet air tawar), odonata (kini-kini) 8

Tricoptera (larva pita-pita berumah) 7

Bivalvia (kijing), crustacea (udang air tawar), Ephemeroptera (larva lalat sehari 6
perenang), odonata (larva sibar-sibar)

Diptera (larva lalat hitam), coleoptera (kalajengking air), kumbang 5


air),trichoptera(larva pita-pita tak berumah), hemiptera (kepik perenang punggung,
ulir-ulir)
Platyhelminthes (cacing pipih), arachnida (tungau air) 4

Herudinea (lintah), gastropoda (siput), bivalvia (kerang), gamaridae (kutu babi air), 3
syrphidae (belatung ekor tikus)
Chironomidae (larva nyamuk) 2
Oligochaeta (cacing) 1 14
Trihadiningrum dan Tjondronegoro, (1998)
1. Air sungai akan tergolong tidak tercemar jika
terdapat trichoptera dan planaria, tanpa
kehadiran jenis indikator yg terdapat pada kelas 2-
6
2. Air sungai agak tercemar, tercemar ringan,
tercemar, tercemar agak berat dan sangat
tercemar jk terdapat salah satu ataua campurana
jenis makro invertebrata indikator yang terdapat
dalam kelompok kelas masing-masing, yaitu:
a. Agak tercemar jk terdapat campuran organisme
indikator dari kelas 1 dan 2 atau 1,2, dan 3
b. Tercemar ringan jk kelas 2 dan 3, atau 2,3, dan 4.
15
c. Tercemar jika kelas 3 dan 4, atau 3,4, dan 5
d. Sangat tercemar jika campuran organisme kelas 4
dan 5.
Indeks saprobik menurut Pantle dan Buck (S)
S = Σ (s.h)/h
S= indeks saprobik, s = tingkat saprobitas (1 untuk
biotaoligosaprobik, 2 untuk kelompok biota β, 3
untuk biota α mesosaprobik, dan 4 untuk
kelompok biota polisaprobik), h=frekuensi
keberadaan biota yang dijumpai (1 untuk biota yg
jarang dijumpai, 2 untuk yang sering dijumpai, 3
untuk yang berlimpah)
16
Hubungan tingkat cemaran suatu perairan berdasarkan nilai S
Kisaran nilai S Tingkat cemaran peraiaran

1-1,5 Sedikit atau tidak tercemar (oligosaprobik)

1,55-2,5 Tercemar bahana organik sedang (β mesosaprobik)

2,55-3,5 Tercemar bahan organik berata (α mesosaprobik)

3,55 - 4 Tercemara bahan organiaak sangat berat (polisaprobik)

17
•Terima kasih

18

Anda mungkin juga menyukai