Anda di halaman 1dari 7

Potensi dan Penyebaran

Bauksit menurut, Tim Analisa dan Evaluasi Komoditi Mineral Internasional Proyek Pengembangan Pusat
Informasi Mineral (1984), memiliki kandungan mineral utama alumunium hidroksida, yaitu berupa gibbsite,
bohmite, dan diaspore. Selain itu terdapat beberapa mineral pengotor lain seperti silika, oksida besi, dan
titanium. Biji bauksit ini kemudian diolah menjadi alumunium. Sebagian besar alumunium yang dihasilkan
digunakan untuk pabrik peleburan alumunium, pemanfaatan lebih lanjutnya yaitu untuk bidang konstruksi,
transportasi, pengemasan dan listrik yang menggunakan bahan-bahan dari alumunium. Alumunium juga dapat
digunakan
untuk keperluan lain, misalnya yaitu untuk pembuatan batu tahan panas (refractories), industri gelas, keramik,
bahan penggosok, dan industri kimia
Sumber daya biji bauksit Indonesia sebagai bahan baku industri Alumina cukup besar. Menurut data USGS
(United States Geological Survey) tahun 2013, sumber daya bauksit Indonesia terbesar ke-6 di dunia dan tingkat
produksinya berada di peringkat ke-4 di dunia setelah Australia, China dan Brazil. Data dari Badan Geologi
ESDM menunjukkan jumlah keseluruhan sumber daya bauksit Indonesia mencapai 838,9 juta ton dengan jumlah
cadangan bauksit mencapai 302,3 juta ton yang terdiri dari cadangan terkira sebesar 149,5 juta ton dan
cadangan terbukti 152,8 juta ton. Dari sisi geografis, cadangan bauksit Indonesia terbesar berada di wilayah
Kalimantan Barat. Kapasitas produksi bijih bauksit Indonesia cukup besar. Hal ini dapat terlihat dari volume
ekspor bijih bauksit Indonesia yang terus meningkat. Tidak adanya industri pengolahan bijih bauksit
menyebabkan seluruh hasil produksi tambang harus diekspor dalam bentuk bijih. Volume ekspor bijih bauksit
pernah mencapai titik tertinggi di tahun 2011 yakni mencapai 40,6 juta ton lalu menurun sebesar 27,3% karena
adanya dampak regulasi Permen ESDM Nomor 7 tahun 2012 menjadi 29,5 juta ton di tahun 2012.
Di tahun 2014, bijih bauksit tidak dapat lagi diekspor sesuai dengan UU Minerba tahun 2009 untuk menjamin
ketersediaan bahan baku bauksit di dalam negeri. Dari sisi potensi pasar, konsumsi alumina di Indonesia masih
belum mendukung. Pengguna produk alumina di pasar domestik saat ini hanya ada satu perusahaan yakni PT.
Inalum (Indonesia Asahan Aluminium) yang memproduksi logam aluminium dasar (ingot) yang akan diproduksi
menjadi produk turunan aluminium seperti aluminium rod, bar, billet, slab dan strip.
Bauksit merupakan salah satu komoditas tambang yang dianggap bernilai ekonomis di Indonesia. Endapan
bauksit di Indonesia terletak di Pulau Bintan dan Kalimantan Barat. Berdasarkan data dari Suhala dkk. (1995),
endapan bauksit yang sudah dieksplorasi dan ditambang di Indonesia yaitu di Pulau Bintan yang telah
dikembangkan sejak tahun 1935 oleh Nederland Indische Bauxite Explotatie Maatschappy. Pengembangan
bauksit di Kalimantan Barat sendiri relatif masih baru dibandingkan dengan i bauksit di Pulau Bintan Kalimantan
Barat, bauksit awalnya ditemukan pada tahun 1952 di daerah Bengkayang. Namun, bauksit ini memiliki kadar
alumunium yang rendah (34,6%) dan kandungan silika yang tinggi (32,5%) sehingga dinilai kurang. Penyebaran
bauksit di Kalimantan Barat sendiri diperkirakan mengikuti jalur penyebaran busur laterit yaitu dari arah barat laut
hingga tenggara meliputi kabupaten Ketapang, Sanggau, Landak, Kubu Raya,
Pontianak, Bengkayang, hingga ke Singkawang.

Manfaat
Untuk Proses pembuatan alumunium, Bauksit dilelehkan menjadi alumina yang kemudian diolah menjadi
alumunium. Kedua proses olahan ini menggunakan banyak sekali tenaga lsitrik. Australia merupakan produsen
bauksit dan alumina yang terbesar di dunia. Alumunium digunakan untuk membuat panci karena merupakan
penghantar panas yang sangat efisien. Alumunium juga digunakan untuk membuat benda yang harus ringan
bebannya, seperti pesawat terbang atau bahan-bahan untuk atap. Jepang dan negara Asia lainnya membeli
sebagian besar alumunium yang diproduksi di Australia.
Bauksit memiliki banyak manfaat bagi kehidupan sehari-hari. Kandungan alumina yang terdapat di dalam mineral
bauksit dapat dimanfaatkan sebagai penyangga (buffer) katalis yang digunakan dalam proses Hydrotreating
yang bertujuan untuk menghilangkan pengotor-pengotor yang masih terdapat pada minyak bumi seperti
senyawa sulfur, nitrogen dan logam. Selain itu juga dapat dimanfaatkan untuk membuat perabotan rumah tangga
seperti wajan, panci dan lain-lain. Bauksit juga dapat digunakan sebagi bahan industri, keramik, logan dan
abrasive.

Sebagian dari kegunaan – kegunaan aluminium yaitu :

1. Pengangkutan (kendaraan, kapal terbang, kendaraan landasan, kapal laut, dsb)


2. Pembungkus (tin aluminium, keranjang aluminium, dsb)
3. Perawatan air
4. Pembinaan (tingkap, pintu, dwai binaan, dsb)
5. Barangan pengguna tahan lama (perkakas, peralatan dapur, dsb)
6. Talian penghantaran elektrik (berat pengalir aluminium adalah setengah dari berat tembaga dengan
kekonduksian yang sama dan lebih murah)
7. Jendela
8. Aluminium murni
9. Serbuk aluminium, yang mempunyai bentuk perak yang biasa digunakan dalam cat. Serpihan aluminium juga
dimasukkan dalam cat alas, terutama kayu cat.

Permasalahan dan pengelolaan


Ada permasalahan yang tak dapat dielakkan lagi dan tak kalah serius yang harus dihadapi dari hasil pengolahan
bauksit tersebut, yaitu limbah hasil pengolahan bauksit yang biasa disebut dengan Red Mud. Red Mud adalah
senyawa alumina, besi, titan dan silika yang tidak larut pada proses Bayer. Limbah iniber bentuk seperti lumpur,
berwarna kemerahan dan memiliki pH sekitar 13– 14. Di dalam Red Mud bahkan masih terkandung aluminium
sebesar 10 – 22%, dan beberapa unsur lain seperti besi sebesar 14 – 35%.
Red Mud memiliki pH yang sangat basa, maka jika kontak langsung pada kulit manusia akan menghasilkan
iritasi, gatal-gatal dan penyakit kulit lain. Dan apabila Red Mud ini sampai bocor ke lingkungan di sekitar, maka
akan merusak ekosistem yang berada di radius 2 km dari tempat pengolahan bauksit. Sayangnya, proses Bayer
merupakan proses andalan yang sampai saat ini digunakan oleh seluruh industri pengolahan bauksit di dunia
termasuk di indonesia. Dan sampai saat ini belum ada metode lain yang dapat menggantikannya.

Sebagai contoh permasalahan pengelolaan pertambangan bauksit diambil dari permasalah di kota Bintan. Tidak
bisa dipungkiri, pertambangan bauksit memang bisnis yang menggiurkan, sehingga diburui oleh pemilik modal,
dengan segala upaya mendapatkan Izin Usaha Peretambangan (IUP) dilengkapi Wilayah Izin Usaha
Pertambangan (WIUP) ekploitasi bauksit. Jelas aada penenerimaaan Negara Pajak Eksdpor, Retibusi Daerah,
Royalti, Dana Jamiminan Pengelolaan Lingkungan (DJPL) dan Dana Kepedulian Terhadap Masyarakat (DKTM).
Masalah yang dihadapi dikalangan masyarakat Bintan, Pers, LSM, tokoh masyarakat, pemerhati lingkungan,
terutama masyarakat yang terkena dampak lingkungan akibat eksploitasi pertambangan bauksit, seharusnya
menerima DKTM, namun DJPL dan DKTM yang berjumlah ratusan miliar rupiah “raib” tidak tahu kemana.
(anonim, 2013).
Karut marut pengelolaan sumber daya alam, terutama bahan mineral logam “bauksit” di Kotamadya Tanjung
Pinang dan Kabupaten Bintan, telah terjadi semenjak tahun 2007. Dimana pada tahun 2004-2005-2006,
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bintan menerbitkan 8 (delapan) Izin Usaha Pertambangan (IUP) atau Kuasa
Pertambangan (KP) di kawasan hutan lindung (cahmen area) (Anonim, 2013). Melakukan pertambangan di
hutan lindung merupakan perbuatan melanggar hukum. Hutan lindung di buat untuk menjaga fungsi-fungsi
ekologisnya seperti ketersediaan air. Jika dilakukan penambangan di daerah hutan lindung dapat dipastikan
hutan tersebut akan rusak dan mengakibatkan banyak masalah ekologi.

Bahan 2

Bauksit Indonesia
1. KONDISI SUMBER DAYA DAN CADANGAN
Bauksit merupakan bahan yang heterogen, yang mempunyai mineral dengan
susunan terutama dari oksida aluminium, yaitu berupa mineral buhmit
(Al2O3H2O) dan mineral gibsit (Al2O3 .3H2O). Secara umum bauksit
mengandung Al2O3 sebanyak 45 – 65%, SiO2 1 – 12%, Fe2O3 2 – 25%,
TiO2 >3%,dan H2O 14 – 36%.
Bijih bauksit terjadi di daerah tropika dan subtropika dengan memungkinkan
pelapukan sangat kuat. Bauksit terbentuk dari batuan sedimen yang
mempunyai kadar Al nisbi tinggi, kadar Fe rendah dan kadar kuarsa (SiO 2)
bebasnya sedikit atau bahkan tidak mengandung sama sekali. Batuan tersebut
(misalnya sienit dan nefelin yang berasal dari batuan beku, batu lempung,
lempung dan serpih. Batuan-batuan tersebut akan mengalami proses
lateritisasi,yang kemudian oleh proses dehidrasi akan mengeras menjadi
bauksit. Bauksit dapat ditemukan dalam lapisan mendatar tetapi
kedudukannya di kedalaman tertentu.
Di Indonesia bauksit diketemukan di Pulau Bintan dan sekitarnya, Pulau
Bangka dan Kalimantan Barat. Sampai saat ini penambangan bauksit di
Pulau Bintan satu-satunya yang terbesar di Indonesia. Beberapa tempat
antara lain:

 Sumatera utara          : Kota Pinang (kandungan Al2O3 = 15,05 –


58,10%).
 Riau    : P.Bulan, P.Bintan (kandungan SiO2 = 4,9%, Fe2O3 = 10,2%,
TiO2 = 0,8%, Al2O3 = 54,4%), P.Lobang (kepulauan Riau), P.Kijang
(kandungan SiO2 = 2,5%, Fe2O3 = 2,5%, TiO2 = 0,25%, Al2O3 = 61,5%,
H2O = 33%),merupakan akhir pelapukan lateritic setempat, selain ditempat
tersebut terdapat juga diwilayah lain yaitu, Galang, Wacokek, Tanah
Merah,dan daerah searang.
 Kalimantan Barat       : Tayan Menukung, Sandai, Pantus, Balai
Berkuah, Kendawangan dan Munggu Besar.
 Bangka Belitung         : Sigembir.
Gambar bauksit serta Peta Potensi Bauksit di Indonesia ditunjukan Gambar 1
dan Gambar 2.

Gambar 1. bauksit (Al2O3.nH2O)

Gambar.2. Potensi Bauksit di Indonesia  [Pusat Penelitian dan


Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara, 2005].
2.TEKNOLOGI PENGOLAHAN
 
Penambangan bauksit dilakukan dengan penambangan terbuka diawali
dengan land clearing. Setelah pohon dan semak dipindahkan dengan
bulldozer, dengan alat yang sama diadakan pengupasan tanah penutup.
Lapisan bijih bauksit kemudian digali dengan shovel loader yang sekaligus
memuat bijih bauksit tersebut kedalam dump truck untuk diangkut ke
instalansi pencucian.
Bijih bauksit dari tambang dilakukan pencucian dimaksudkan untuk
meningkatkan kualitasnya dengan cara mencuci dan memisahkan bijih
bauksit tersebut dari unsur lain yang tidak diinginkan, missal kuarsa,
lempung dan pengotor lainnya. Partikel yang halus ini dapat dibebaskan dari
yang besar melalui pancaran air (water jet) yang kemudian dibebaskan
melalui penyaringan (screening). Disamping itu sekaligus melakukan proses
pemecahan (size reduction) dengan menggunakan jaw crusher.
Cara-cara Leaching:
a. Cara Asam (H2SO4)
Hanya dilakukan untuk pembuatan Al2(SO4)3 untuk proses pengolahan air
minum dan pabrik kertas.
 Reaksi dapat dipercepat dengan menaikkan temperatur sampai 180
C(Autoclaving)
 KalsinasiCocok untuk lowgrade Al2O3 tetapi high SiO2 yang tidak
cocok dikerjakan dengan cara basa.
 Hasil Basic-Al-Sulfat dikalsinansi menjadi Al2O3, kelemahan cara ini
adalah Fe2O3 ikut larut.
b. Cara Basa (NaOH), Proses Bayers (Th 1888)
Ada 2 macam produk alumina yang bisa dihasilkan yaitu Smelter Grade
Alumina (SGA) dan Chemical Grade Alumina (CGA). 90% pengolahan bijih
bauksit di dunia ini dilakukan untuk menghasilkanSmelter Grade
Alumina yang bisa dilanjutkan untuk menghasilkan Al murni. Berikut block
diagram pengolahan bauksit melalui proses SGA:
Gambar 3. Block Diagram Pengolahan Bauksit
c. Cara Sintering dengan Na2CO3 (Deville-Pechiney)
Sintering dilakukan dalam Rotary Kiln 1000 C selama 2-4 jam, cocok untuk
bijih dengan high Fe2O3 dan SiO2.
Reaksi-reaksi:
Al2O3 + Na2CO3 = NaAlO2 + CO2(g)
Fe2O3 + Na2CO3 = Na2O∙Fe2O3 + CO2(g)
TiO2 + Na2CO3 = Na2O∙TiO2 + CO2(g)
SiO2 + Na2CO3 = Na2O∙SiO2 + CO2(g)
d. Dengan proses elektolisa
Bahan utamanya adalah bauksit yang mengandung aluminium oksida. pada
katoda terjadi reaksi reduksi, ion aluminium (yang terikat dalam aluminium
oksida) menerima electron menjadi atom aluminium,

4 Al(3+) + 12 e(1-) ————–> 4 Al

pada anoda terjadi reaksi oksidasi, dimana ion-ion oksida melepaskan


elektron menghasilkan gas oksigen.
6 O(2-) ——————> 3 O2 + 12 e(1-)

logam aluminium terdeposit di keping katoda dan keluar melalui saluran


yang telah disediakan.

Anda mungkin juga menyukai