Anda di halaman 1dari 19

AMDAL

PERTAMBANGAN
(Eksploitasi)
BIJIH
PENDUKUNGNYA, Kab. Sukabumi, Jawa Barat, 2009

BESI

&

SARANA

Pemrakarsa: PT. SUMBERGAS SAKTI PRIMA


Kegiatan Usaha:
Pendukungnya.

Pertambangan

(Eksploitasi)

Bijih

Besi

dan

Sarana

Luas Lahan : + 404 Ha


Lokasi: Kec. Kalibunder,Waluran dan CiemasKabupaten Sukabumi,Provinsi Jawa
Barat.
Jalan Angkut Bijih Besi dan

Tata Letak Kegiatan

Dokumen Analisis Mengenai


Dampak
Lingkungan
(AMDAL) ini disusun
berdasarkan hasil penyelidikan, pengamatan langsung, analisis di laboratorium,
dan sesuai Pedoman Penyusunan AMDAL pada Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 8 tahun 2006.
Peta Rencana Lokasi Kegiatan

Kegiatan pertambangan bijih besi termasuk didalamnya kegiatan pemurnian,


pengangkutan,peleburan dan pelabuhan muat pelletbesi yang dihasilkanakan
menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup,baik berupa dampak positif

maupun dampak negatif. Dampak positif yang akan timbul akibat adanya
penambangan bijih besi ini antara lainadalah:dapat menciptakan lapangan
kerja;peluang usaha;dan dapat meningkatkan perekonomian daerah antara lain:
jasa, perdagangan dan pengembangan wilayah.
Di sisi lain, kegiatan inidapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan
hidup dari aspek fisik-kimia, biologi serta sosialekonomi budaya dan kesehatan
masyarakat,
antara
lain
berupa:timbulnya
lubang-lubangbekas
galian
tambang;pencemaran udara;pencemaran air;penurunan populasi flora dan fauna
darat;gangguan kehidupan biota perairan;gangguan lalu lintas darat dan
kerusakan jalan umum;persepsi negatif masyarakat serta gangguan kesehatan
masyarakat.
Maka berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu Undangundang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) serta
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang
Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan AMDAL, rencana
kegiatan pertambangan bijihbesi SSP diwajibkan dilengkapi dengan kajian
AMDAL.
http://efektifika.com/elinew/amdal-pertambangan-eksploitasi-bijih-besi-dansarana-pendukungnya-2009/

ASPEK LINGKUNGAN DALAM AMDAL BIDANG PERTAMBANGAN


Pendahuluan
Kegiatan pertambangan untuk mengambil bahan galian berharga dari lapisan bumi telah
berlangsung sejak lama. Selama kurun waktu 50 tahun, konsep dasar pengolahan relatif
tidak berubah, yang berubah adalah skala kegiatannya. Mekanisasi peralatan dan teknologi
pertambangan telah menyebabkan skala pertambangan semakin besar dan ekstraksi kadar
rendahun menjadi ekonomis sehingga semakin luas dan dalam lapisan bumi yang harus di
gali. Ini menyebabkan kegiatan tambang menimbulkan dampak lingkungan yang besar dan
penting.
Kegiatan pertambangan selain menimbulkan dampak lingkungan, juga menimbulkan
dampak sosial kompleks. Oleh sebab itu, AMDAL suatu kegiatan pertambangan harus dapat
menjawab dua tujuan pokok (World Bank, 1998):
1.
Memastikan bahwa biaya lingkungan, sosial dan kesehatan dipertimbangkan dalam
menentukan kelayakan ekonomi dan penentuan alternatif kegiatan yang akan dipilih.
2.
Memastikan bahwa pengendalian, pengelolaan, pemantauan serta langkah-langkah
perlindungan telah terintegrasi di dalam desain dan implementasi proyek serta rencana
penutupan tambang.
Klasifikasi Bahan Tambang
Bahan galian seringkali dibedakan menjadi tiga kelompok besar, yakni bahan galian
metalliferous (emas, besi, tembaga, timbal, seng, timah, mangan), nonmetalliferous
(batubara, kwarsa, bauksit, trona, borak, asbes, talk, feldspar dan batuan pospat) dan bahan
galian yang digunakan untuk bahan bangunan atau batuan ornament (slate, marmer, kapur,

traprock, travertine, dan granite).


Isu-Isu Lingkungan Akibat Kegiatan Pertambangan
United Nations Environment Programme (UNEP, 1999) menggolongkan dampak-dampak
yang timbul dari kegiatan pertambangan sebagai berikut:
Kerusakan habitat dan biodiversity pada lokasi pertambangan, Perlindungan
ekosistem/habitat/biodiversity di sekitar lokasi pertambangan, Perubahan
landskap/gangguan visual/kehilangan penggunaan lahan, Stabilisasi site dan rehabilitas,
Tailing tambang dan pembuangan tailing, Kecelakaan/ terjadinya longsoran fasilitas tailing,
Peralatan yang tidak digunakan , tailing padat, tailing rumah tangga, Emisi Udara, Debu,
Perubahan Iklim, Konsumsi Energi, Pelumpuran dan perubahan aliran, Sungai buangan air
tailing dan air asam terkontaminasi dan pemaparan bahan kimia di tempat kerja, masyarakat
dan pemukiman tambang, Perubahan air tanah dan kontaminasi, Tailing B3 dan bahan kimia
Pengelolaan bahan kimia, keamanan, dan pekerja, Kebisingan, Radiasi, Keselamatan dan
kesehata, Toksisitas logam berat, Peninggalan budaya dan situs arkeologi Kesehatan
masyarakat di sekitar tambang (Sumber : Balkau F. dan Parsons A. , 1999)
Ruang Lingkup Kegiatan Pertambangan
Kegiatan pertambangan pada umumnya memiliki tahap-tahap kegiatan sebagai berikut: 1.
Eksplorasi 2. Ekstrasi dan pembuangan tailing batuan 3. Pengolahan bijih dan operasional
4. Penampungan tailing, pengolahan dan pembuangannya 5. Pembangunan infrastuktur,
jalan akses dan sumber energi 6. Pembangunan kamp kerja dan kawasan pemukiman.
Kegiatan eksplorasi tidak termasuk kedalam kajian studi AMDAL karena merupakan
rangkaian kegiatan survey dan studi pendahuluan yang dilakukan sebelum berbagai kajian
kelayakan dilakukan. Yang termasuk sebagai kegiatan adalah pengamatan udara, survey
geofisika, studi sedimen sungai dan geokimia lain, pembangunan akses, pembukaan lokasi
pengeboran, pembuatan landasan dan pembangunan anjungan pengeboran.
Ekstraksi dan Pembuangan Tailing Batuan. Lebih dari 2/3 kegiatan ekstraksi bahan
mineral dengan pertambangan terbuka dengan teknik open-pit, strip mining, dan quarrying,
tergantung bentuk geometris tambang dan mineralnya. Ekstrasi mineral dengan tambang
terbuka menyebabkan terpotongnya puncak gunung dan menimbulkan lubang yang besar.
Salah satu teknik tambang terbuka adalah metode strip mining (tambang bidang)
menggunakan alat pengeruk, dilakukan pada bidang galian yang sempit. Setelah mineral
diambil, dibuat bidang galian baru di dekat lokasi galian yang lama. Batuan tailing digunakan
untuk menutup lubang yang dihasilkan oleh galian sebelumnya. Teknik tambang seperti ini
biasanya digunakan untuk menggali deposit batubara yang tipis dan datar yang terletak
didekat permukaan tanah. Tambang bawah tanah digunakan jika zona mineralisasi terletak
jauh di dalam tanah sehingga jika digunakan teknik pertambangan terbuka jumlah batuan
penutup yang harus dipindahkan sangat besar. Produktifitas tambang tertutup 5 sampai 50
kali lebih rendah dibanding tambang terbuka, karena ukuran alat yang digunakan lebih kecil
dan akses ke dalam lubang tambang lebih terbatas.
Ekstraksi menghasilkan tailing dan produk samping sangat banyak dengan total limbah yang
diproduksi bervariasi 10 % sampai sekitar 99,99 % dari total bahan yang ditambang. Limbah
utama yang dihasilkan adalah batuan penutup dan tailing batuan. Batuan penutup
(overburden) dan tailing batuan adalah lapisan batuan yang tidak mengandung mineral atau
mengandung mineral dengan kadar rendah sehingga tidak ekonomis untuk diolah.
Hal-hal pokok yang perlu mendapatkan perhatian dalam menentukan besar dan pentingnya
dampak lingkungan pada kegiatan ekstraksi dan pembuangan tailing adalah:

Luas dan kedalaman zona mineralisasi, Jumlah batuan yang akan ditambang dan
dibuang akan menentukan lokasi dan desain penempatan tailing, Kemungkinan toksisitas
tailing, Potensi terjadinya air asam tambang, Dampak terhadap kesehatan dan keselamatan
yang berkaitan dengan kegiatan transportasi, penyimpanan dan penggunaan bahan peledak
dan bahan kimia racun, bahan radio aktif di kawasan penambangan dan gangguan
pernapasan akibat pengaruh debu, Sifat-sifat geoteknik batuan dan kemungkinan untuk
penggunaannya untuk konstruksi sipil (seperti untuk landscaping, tailing dam), Pengelolaan
(penampungan, pengendalian dan pembuangan) lumpur (untuk pembuangan overburden
berasal dari penambangan dredging dan placer), Kerusakan bentang lahan dan keruntuhan
akibat penambangan bawah tanah, Terlepasnya gas methan dari tambang batubara bawah
tanah.
Pengolahan Bijih dan Pabrik Pengolahan ini tergantung pada jenis mineral yang diambil,
umumnya adalah proses benefication bijih diproses menjadi konsentrat bijih- atau
selanjutnya diikuti dengan pengolahan metalurgi dan refining. Proses benefication umumnya
terdiri dari kegiatan persiapan, penghancuran dan atau penggilingan, peningkatan
konsentrasi dengan gravitasi, magnetis atau flotasi, diikuti dengan dewatering dan
penyaringan. Hasil dari proses ini adalah konsentrat bijih dan tailing dan emisi debu. Tailing
biasanya mengandung bahan kimia sisa proses dan logam berat. Pengolahan metalurgi
bertujuan untuk mengisolasi logam dari konsentrat bijih dengan metode pyrometallurgi,
hidrometalurgi atau elektrometalurgi. Pyrometalurgi seperti roasting dan smelting
menyebabkan gas buang (sulfur dioksida, partikulat dan logam berat) dan slag.
Hidrometalurgi menghasilkan pencemar cair yang akan terbuang ke kolam penampung
tailing jika tidak digunakan kembali (recycle).
Bahan-bahan kimia yang digunakan di dalam proses pengolahan (sianida, merkuri, dan
asam kuat) bersifat hazard. Pengangkutan, penyimpanan, penggunaan dan
pembuangannya memerlukan pengawasan ketat untuk mencegah terjadinya gangguan
terhadap kesehatan dan keselamatan serta mencegah pencemaran ke lingkungan.
Penampungan Pengolahan dan Pembuangan Tailing. Pengelolaan tailing merupakan
salah satu aspek kegiatan pertambangan yang menimbulkan dampak lingkungan sangat
penting. Tailing berbentuk lumpur berkomposisi 40-70% cairan. Penampungan, pengolahan
dan pembuangan tailing memerlukan pertimbangan yang teliti terutama untuk kawasan yang
rawan gempa. Kegagalan desain dari sistem penampungan tailing akan menimbulkan
dampak yang sangat besar. Pengendalian pembuangan tailing harus memperhatikan
pencegahan timbulnya rembesan, pencegahan erosi oleh angin, dan mencegah
pengaruhnya terhadap fauna. Isu-isu penting yang perlu dipertimbangkan dalam evaluasi
alternatif pembuangan tailing meliputi: - Karakteristik geokimia area dan potensi migrasi
lindian dari tailing. Kerawanan bencana alam yang mempengaruhi keamanan lokasi dan
desain teknis. - Konflik penggunaan lahan terhadap perlindungan ekologi peninggalan
budaya, pertanian serta kepentingan lain. - Karakteristik kimia pasir, lumpur, genangan air
pengolahannya. - Reklamasi setelah pasca tambang.
Pembangunan infrastruktur jalan akses dan pembangkit energi. Kegiatan
pembangunan infrastruktur meliputi pembuatan akses di dalam daerah tambang,
pembangunan fasilitas penunjang pertambangan, akomodasi tenaga kerja, pembangkit
energi baik untuk kegiatan konstruksi maupun kegiatan operasi dan pembangunan
pelabuhan. Termasuk dalam kegiatan ini adalah pembangunan sistem pengangkutan di
kawasan tambang (crusher, belt conveyor, rel kereta, kabel gantung, pipa pengangkut
tailing).
Pembangunan Pemukiman Karyawan Dan Base Camp Pekerja. Kebutuhan tenaga kerja
dan kualifikasi yang dibutuhkan untuk kegiatan pertambangan seringkali tidak dapat

dipenuhi dari penduduk setempat. Tenaga kerja trampil perlu didatangkan dari luar, dengan
demikian diperlukan pembangunan infrastruktur yang sangat besar. Jika jumlah sumberdaya
alam dan komponen-komponen lingkungan lainnya sangat terbatas sehingga tidak dapat
memenuhi kebutuhan pendatang, sumberdaya alam akan mengalami degradasi secara
cepat. Akibatnya akan terjadi konflik sosial karena persaingan pemanfaatan sumber daya
alam. Sebagai contoh, kegiatan pertambangan seringkali dikaitkan dengan kerusakan
hutan, kontaminasi dan penurunan penyediaan air bersih, musnahnya hewan liar dan
perdagangan hewan langka, serta penyebaran penyakit menular.
Decomisioning dan Mining Closure. Setelah ditambang dan cadangan bijih dianggap
tidak ekonomis lagi, tambang harus ditutup. Penutupa tambang ini banyak yang tidak
mempertimbangkan aspek lingkungan sehingga tambang ditelantarkan dan tidak ada usaha
untuk rehabilitasi. Pada prinsipnya kawasan atau sumberdaya alam yang dipengaruhi oleh
kegiatan pertambangan harus dikembalikan ke kondisi yang aman dan produktif melalui
rehabilitasi. Kondisi akhir rehabilitasi dapat diarahkan untuk mencapai kondisi seperti
sebelum ditambang atau kondisi lain yang telah disepakati.. Reklamasi seharusnya
merupakan kegiatan yang terus menerus dan berlanjut sepanjang umur pertambangan.
Tujuan jangka pendek rehabilitasi adalah membentuk bentang alam (landscape) yang stabil
terhadap erosi. Selain itu rehabilitasi juga bertujuan untuk mengembalikan lokasi tambang
ke kondisi yang memungkinkan untuk digunakan sebagai lahan produktif. Yang tergantung
pada berbagai faktor antara lain potensi ekologis lokasi tambang dan keinginan masyarakat
serta pemerintah. Bekas lokasi tambang yang telah direhabilitasi harus dipertahankan agar
tetap terintegrasi dengan ekosistem bentang alam sekitarnya.
http://radyanprasetyo.blogspot.co.id/2007/10/aspek-lingkungan-dalam-amdalbidang.html

Fajri Ramadhan
Wednesday, May 21, 2014

DAMPAK PERTAMBANGAN BIJIH BESI TERHADAP


LINGKUNGAN (PT. MULTI MAKMUR MARGOS)

TUGAS SOFTSKILL
DAMPAK PERTAMBANGAN BIJIH BESI TERHADAP
LINGKUNGAN
(PT. MULTI MAKMUR MARGOS)

DisusunOleh:
Nama Anggota (NPM) : 1. Ayu Agriyani

(31411316)

2. Fajri Isro Quraes R.

(32411658)

3. Lailatul Hudairiah

(34411058)

4. Maimunah

(34411256)

5. Miftahul Jannah

(34411478)

6. Suci Kadarwati

(36411913)

Kelas

: 3 ID06

Hari / Tanggal

: Senin / 19 Mei 2014

Kelompok
Dosen

: 1 (Satu)
: Irwan Santoso

LABORATORIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
BEKASI
2014

BAB I
PENDAHULUAN

Sumber daya alam merupakan sesuatu yang amat berharga dan harus
disyukuri keberadaannya di muka bumi ini,dimana hal tersebut merupakan
titipan yang amat berharga dari yang maha kuasa agar dapat dimanfaatkan
dengan sebaik mungkin oleh manusia. Seperti yang terkandung dalam UndangUndang Dasar 1945 pasal 33, dimana dalam pasal ini disebutkan bahwa Bumi
dan air dan kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok-pokok
kemakmuran rakyat. Sebab itu harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara yang
kaya akan sumber daya alam, salah satunya adalah sumber daya mineral yang
lebih banyak dipergunakan sebagai bahan baku industri. Pemerintah Republik
Indonesia sendiri membagi bahan galian menjadi 3 golongan,antara lain: Bahan
galian golongan A (bahan galian strategis), Bahan galian golongan B (bahan
galian vital), bahan galian golongan C (bahan galian non strategis dan non vital.
Penggolongan tersebut membuktikan bahwa begitu banyak sumber daya mineral
yang ada di Indonesia.
Salah satu sumber daya tersebut adalah bijih besi yang ada di sepanjang
jalur pantai selatan Tasikmalya, yaitu dari daerah pantai Cipatujah sampai pantai
Cikalong. Keberadaan bijih besi tersebut banyak menarik minat para pengusaha
yang ingin mengembangkannya, tapi ditengah keberadaannya tersebut malah
menjadi kontroversi di tengah masyarakat, dimana yang menjadi perhatian
adalah dampaknya terhadap sekitar. Oleh sebabnya penyusun akan mencoba
menuangkannya dalam sebuah makalah yang berjudul Dampak Pertambangan
Bijih Besi Terhadap Lingkungan .

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Deskripsi Perusahaan

TASIKMALAYA-Cipatujah-Sejak
tahun
2009
daerah
Kabupaten
Tasikmalaya sekitar pesisir Pantai Cipatujah ditemukan bijih yang mengandung
biji besih. Sejak itu banyak kelompok yang mencoba peruntungan dengan
menggali bijih disekitar pantai Cipatujah. Namun berdasarkan data dari Dinas
Pertambangan dan Energi Kab. Tasikmalaya hanya dua perusahaan yang secara
resmi mengantongi ijin dari Pemerintah Daerah. Salahsatu perusahaan yang
resmi melakukan penggalian bijih, yaitu, PT Multi Makmur Margos sesuai Izin
Usaha Pertambangan (IUP) sesuai keputusan Bupati Tasikmalaya nomor
540/Kep.88/Distamben/2009 yang menguasai 30 Ha lahan bijih galian di Blok
Cipangremisan, Desa Ciandum Kec. Cipatujah Kab. Tasikmalaya, dengan luas
areal pertambangan 30 Ha. Perusahaan tersebut telah beroperasi sejak tahun
2009. Menurut salah seorang pengelola perusahaan, produksi hariannya
mencapai 200 truck bijih kotor dan setelah melalui proses penyaringan
menghasilkan 100 ton bijih besi. Satu ton bijih besi berharga Rp 240 ribu.
Menurutnya, bijih besi tersebut dijual ke penampung di Cilacap Jawa Tengah.

2.2

Pengolahan

Kegiatan penambangan bijih besi di daerah ini sehari-hari dikerjakan oleh


kelompok, dimana setiap kelompok beranggotakan 5 orang yang bekerja secara
bersama-sama dimulai dari menggali bijih, kemudian dimuat ke dalam truk lalu
kemudian dipindahkan ke tempat penampungan sementara atau (pool). Setiap
kelompok menghasilkan bijih besi yang berbeda-beda tergantung kemampuan
kelompoknya masing-masing, mulai dari 3 truk sampai 10 truk (berisi 3 meter
kubik atau lebih, tergantung dari jenis truknya).
Para penambang di pertambangan ini kebanyakan menggunakan alat-alat
modern, untuk mengeruk bijih besi atau sejenis becko (escapator). Tapi ada juga
yang masih menggunakan alat-alat tradisional seperti sekop dan cangkul.
Sebenarnya kedua alat yang digunakan para penambang ini sama-sama punya
kelebihan dan kelemahan, alat tradisional memungkinkan para penambang
untuk bekerja lebih lama (menyerap tenaga kerja) dan tidak merusak
lingkungan, sedangkan alat modern tidak menyerap tenaga kerja karena hanya
mengoperasikan seorang operator dan cenderung merusak lingkungan, karena
alat modern tersebut mengangkutnya kesana kemari dan cenderung merusak
jalan dan infrastruktur lainnya.

Gambar 1: Tempat penyedotan bijih besi

Gambar 2: Aktivitas para penambang yang sedang mengeruk bijih besi

Gambar 3: Tempat Penyimpanan Sementara Bijih Besi

2.3

Dampak Positif dan Negatif

Dalam
kurun
waktu
beberapa
tahun
ini
masyarakat
di
Cikawungading khususnya di daerah sekitar penambangan bijih besi banyak

memberikan respon terhadap aktivitas penambangan tersebut, baik respon


positif maupun respon negative. Kebanyakan diantaranya memberikan respon
negative atau kurang setuju dengan kegiatan penambangan tersebut karena
dirasakan merusak lingkungan.
Dampak
positif
yang
dirasakan
yaitu
salah
satunya
adalah
dapat Menyerap tenaga kerja, Masyarakat disekitar penambangan memang
merasa terbantu dengan adanya penambangan bijih ini karena mereka bisa ikut
bekerja menjadi buruh disana, bagi sebagian masyarakat memang
menyadarinya karena pertambangan tersebut memberikan sedikit keringanan
beban.Disamping itu tambang bijih besi memiliki daya tarik tersendiri
keberadaannya, dimana pada awal keberadaannya menjadi daya tarik bagi
Cikawung untuk menarik masyarakat luar, karena masyarakat lain ingin
mengetahui keberadaan dan keadaan tambang besi tersebut.
Sementara itu dampak yang paling negatif adalah:
a. Merusak pantai dan vegetasinya
Keadaan pantai sebelum adanya penambangan bijih besi di daerah
Cikawungading menunjukan kondisi pantai yang begitu alami dan indah ,
berbagai jenis vegetasi pantai tumbuh di sepanjang jalur pantai. Tapi kini sudah
mulai tergerus oleh kegiatan penambangan.

b. Rusaknya jalan raya


Kerusakan yang paling parah akibat dari kegiatan pertambangan bijih besi ini
adalah rusaknya jalan raya yang menjadi penghubung jalur pantai selatan,
keadaan ini menyebabkan arus transportasi barang dan manusia menjadi
terhambat. Sejak awal kondisi jalan raya yang menjadi penghubung Cipatujah
dan Cikalong sudah rusak dan kini diperparah dengan adanya kegiatan
pengangkutan bijih besi, dengan hilir mudiknya truk-truk besar yang
mengangkut bijih besi tersebut. Masyarakat menyayangkan keadaan tersebut
dimana keadaan ini membuat mereka tidak nyaman. 3. Tingkat polusi udara
yang makin meningkat. Hal ini disebabkan oleh hilir mudiknya truk-truk
pengangkut bijih besi yang melintas, yang membawa bijih tersebut dari daerah
cipatujah ke daerah lain, khususnya daerah ciamis dan sekitarnya.
c. Rusaknya area persawahan atau pertanian warga
Lahan pertanian warga menjadi rusak akibat kegiatan pertambangan ini, diduga
aliran air yang ke persawahan menjadi terganggu, akibatnya sawah warga
menjadi cepat kering. Disamping itu area perkebunan yang tadinya rindang oleh
kelapa kini menjadi tandus dan kering.
d. Sering rawan banjir

2.4

Kecelakaan Kerja

Di PT. Multi Makmur Margos tercatat tidak ada kecelakaan kerja yang
menimpa para pekerja tambangnya, namun dalam hal ini penyusun akan
mengutip salah satu contoh kecelakaan kerja yang terjadi di kawasan
pertambangan bijih besi di Malang, Jawa Timur berdasarkan sumber terpercaya.
Kecelakaan kerja terjadi di areal tambang bijih besi di Dusun Wonogoro,
Desa Tumpakrejo, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang. Seorang pekerja
atas nama Wahyu Suliyono (19), warga Desa Gondanglegi, Kecamatan
Gondanglegi, Kabupaten Malang. Korban mengalami luka putus di bagian urat
arterinya akibat tersedot alat conveyor bijih besi.

Dijelaskan Dahri Abdussalam dari Lembaga Advokasi Hukum Malang


(Laduma) yang getol mengadvokasi masyarakat sekitar penambangan bijih besi,
Rabu (9/10/2013) siang menuturkan, korban Wahyu saat ini masih kritis. Korban
sudah dibawa ke Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) Kota Malang untuk
mendapatkan perawatan. "Korban mengalami luka parah di bagian bahu
lantaran tersedot paralon bijih besi," tegasnya.
Kata dia, kejadian itu di duga terjadi pada Senin (7/10/2013). "Tadi malam
kami berusaha mencari informasi bersama masyarakat Tumpakrejo. Namun,
tidak diperbolehkan melihat lokasi kejadian," paparnya.
Terpisah, Kepala Polisi Resor Malang AKBP Adi Deriyan Jayamarta pada
wartawan melalui telepon seluler membenarkan kejadian ini. Pihaknya, sudah
memerintahkan anak buahnya untuk melakukan penyidikan dan pemeriksaan
terhadap saksi-saksi dalam kecelakaan kerja di tambang bijih besi.
"Kami masih melakukan pemeriksaan. Apakah dalam kasus ini korban
yang lalai atau memang perusahaan yang tidak memenuhi standar keamanan
ditambang," jelas Deriyan.
Mantan Kapolres Madiun itu menambahkan, pihaknya melalui Polsek
Gedangan akan memeriksa saksi-saksi dan meminta keterangan pada pengelola
tambang bijih besi. "Pasti akan kami panggil pemilik tambang untuk dimintai
keterangan," pungkasnya. [yog/kun]

2.5

Pencemaran dan Penyakit yang Timbul

Pada era reformasi ini khusus penambangan bijih besi terjadi dampak
lingkungan yang sangat mengkawatirkan, sehingga banyak negara-negara maju
sulit untuk dilakukan penambangan bijih besi khususnya di pesisir pantai.
Dampak lingkungan yang pasti akan terjadi akibat penambangan bijih besi
adalah seperti berikut :

a.

Degradasi lingkungan pesisir dan abrasi pantai, bila penambangannya di


wilayah pantai (Mine of coast area).

b.

Air menjadi sangat tidak stabil atau keruh, sehingga jenis biota yang ada
menjadi sasaran.

c.

Terjadi peningkatan angka korban jiwa, bila terjadi stunami di sepanjang pantai.

d.

Merusaknya ekosistem pesisir sebagai area mutu ekowisata yang perlu dijaga
dan ditingkatkan.

e.

Terganggunya peningkatan ekonomi rakyat dari hasil pertanian

Penyakit yang akan timbul dengan adanya pertambangan bijih besi salah
satunya yaitu penyakit silikosis. Penyakit Silikosis disebabkan oleh pencemaran
debu silika bebas, berupa SiO2, yang terhisap masuk ke dalam paru-paru dan
kemudian mengendap. Debu silika bebas ini banyak terdapat di pabrik besi dan
baja, keramik, pengecoran beton, bengkel yang mengerjakan besi (mengikir,
menggerinda, dll). Selain dari itu, debu silika juka banyak terdapat di tempat di
tempat penampang bijih besi, timah putih dan tambang batubara. Pemakaian
batubara sebagai bahan bakar juga banyak menghasilkan debu silika bebas
SiO2. Pada saat dibakar, debu silika akan keluar dan terdispersi ke udara
bersama sama dengan partikel lainnya, seperti debu alumina, oksida besi dan
karbon dalam bentuk abu.
Debu silika yang masuk ke dalam paru-paru akan mengalami masa
inkubasi sekitar 2 sampai 4 tahun. Masa inkubasi ini akan lebih pendek, atau
gejala penyakit silicosis akan segera tampak, apabila konsentrasi silika di udara
cukup tinggi dan terhisap ke paru-paru dalam jumlah banyak. Penyakit silicosis
ditandai dengan sesak nafas yang disertai batuk-batuk. Batuk ii seringkali tidak
disertai dengan dahak. Pada silicosis tingkah sedang, gejala sesak nafas yang
disertai terlihat dan pada pemeriksaan fototoraks kelainan paru-parunya mudah
sekali diamati. Bila penyakit silicosis sudah berat maka sesak nafas akan
semakin parah dan kemudian diikuti dengan hipertropi jantung sebelah kanan
yang akan mengakibatkan kegagalan kerja jantung.

2.6

Penanggulangan

Tempat kerja yang potensial untuk tercemari oleh debu silika perlu
mendapatkan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan
yang ketat sebab penyakit silicosis ini belum ada obatnya yang tepat. Tindakan
preventif lebih penting dan berarti dibandingkan dengan tindakan
pengobatannya. Penyakit silicosis akan lebih buruk kalau penderita sebelumnya
juga sudah menderita penyakit TBC paru-paru, bronchitis, astma broonchiale dan
penyakit saluran pernapasan lainnya.

Pengawasan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja akan


sangat membantu pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit akibat
kerja. Data kesehatan pekerja sebelum masuk kerja, selama bekerja dan sesudah
bekerja perlu dicatat untuk pemantulan riwayat penyakit pekerja kalau sewaktuwaktu diperlukan.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1

Kesimpulan

Kesimpulannya bahwa di daerah Cikawungading, Kecamatan Cipatujah


Kabupaten Tasikmalaya terdapat potensi bijih besi yang sangat besar, potensi ini
bukan hanya terdapat di daerah ini saja tapi juga terdapat di sepanjang pantai
selatan Tasikmalaya, khususnya daerah Cipatujah sampai Cikalong. Adanya bijih
besi tersebut menjadi lahan bisnis bagi masyarakat, tapi disamping itu juga ada
dampak yang menjadi topik bahasan di tengah masyarakat dimana dampak
tersebut dirasa merugikan banyak orang. Tapi disinilah peran semua pihak dapat
membantu.

3.2

Saran

Berdasarkan uraian pada makalah ini, penyusun mengharapkan semua


pihak menerapkan upaya Go Green untuk menciptakan keseimbangan
dilingkungan umumnya dan yang telah mengalami kerusakan akibat
pertambangan bijih besi khususnya. Penyusun juga menyarankan agar pihak
yang berwenang mampu bertindak tegas apabila terdapat kesengajaankesengajaan dari pihak perusahaan dalam proses produksi bijih besi yang
mengakibatkan
kerusakan
lingkungan.

REFERENSI

http://beritajatim.com/peristiwa/186211/tambang_bijih_besi_malang_selatan_makan_ko
rban.html#.U3jzOCj1Xl4 (diakses pada tanggal 18 Mei 2014)

http://fexel.blogspot.com/2012/12/pencemaran-dan-penyakit-penyakityang.html(diakses pada tanggal 18 Mei 2014)


http://gina-rizkiana.blogspot.com/2011/07/pertambangan-bijih-besibeserta.html(diakses pada tanggal 18 Mei 2014)
http://jabarprov.go.id/index.php/berita_gambar/detail/585/Bijih_Besi_Cipatujah_Tasikmal
aya#ad-image-0 (diakses pada tanggal 18 Mei 2014)
http://fajri-fafa.blogspot.co.id/2014/05/dampak-pertambangan-bijih-besiterhadap.html

Penilaian Dokumen Lingkungan (AMDAL)


Kegiatan Explorasi (operasi produksi)
Pertambangan Bijih Besi an. PT. Sinar Karya
Mandiri Lestari
July 14, 2015
|
ryan

Ketapang, 14 Juli 2015 Menindak lanjuti Surat PT. Sinar Karya Mandiri Lestari Nomor:
005/SKML-SP/KB//2015 Tanggal 1 Juli 2015, Perihal: Permohonan Penilaian KA
AMDAL, bahwa Kabupaten Ketapang belum terbentuk Komisi Penilai Amdal (KPA)
Kabupaten. Untuk itu mohon untuk penilaian pembahasan AMDAL di Komisi Penilaian
AMDAL (KPA) Propinsi Kalimantan Barat, dengan kegiatan sebagai berikut:
Nama Pemrakarsa
Kegiatan

: PT. Sinar Karya Mandiri Lestari


: Explorasi (operasi produksi)

Alamat Kantor Pusat


Pusat
Telp/Fax
Lokasi Kegiatan
Besaran

Pertambangan Bijih Besi


: Jalan Janur Elok Blok QG.01 No. 15 Kelapa Gading Jakarta
: +6221 8611082 / 8617220
: Kecamatan Hulu Sungai Kabupaten Ketapang
: 623,4 Ha

Jangka waktu penilaian KA sampai dengan diterbitkannya surat persetujuan dilakukan paling
lama tiga puluh hari kerja terhitung sejak KA diterima dan dinyatakan lengkap secara
Administrasi.
Sesuai dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengolahan
Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan. Dalam pelaksanaannya sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 tentang Pedoman Keterlibatan Masyarakat
Dalam Proses Analisa Dampak Lingkungan Hidup dan Izin Lingkungan. Maka terhitung hari
ini permohonan Izin Lingkungan tersebut mengahapkan saran, pendapat dan tanggapan
mohon disampaikan dalam kurun waktu sepuluh hari dari tanggal tersebut diatas, dapat
disampakan ke:
Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ketapang
Jl. HOS. Cokroaminoto No. 1 Ketapang, 78812
Telpon (0534) 3037605
Sekretariat Komisi Penilaian AMDAL Provinsi Kalimantan Barat
D/A BLHD Provinsi Kalimantan Barat
Jl. A. Yani (Komplek Gubernur Kalimantan Barat Pontianak), 78124
Telpon (0561) 764616, Fax, (0561) 746416
Pemrakarsa: PT. Sinar Karya Mandiri Lestari
Alamat Kantor Pusat
: Jalan Janur Elok Blok QG.01 No. 15 Kelapa Gading Jakarta
Pusat
Telp/Fax
: +6221 8611082 / 8617220
Rekomendasi hasil penilaian akhir yang dikeluarkan oleh Ketua KPA disampaikan ke Bupati
Ketapang Cq. Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ketapang sebagai dasar untuk
penerbitan keputusan kelayakan atau ketidak layakan lingkungan hidup maupun penerbitan
Izin Lingkungan (Sesuai Lampiran I Permen LH Nomor 8 Tahun 2013)
Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha
dan/atau kegiatan yang wajib AMDAL atau UKL/UPL dalam rangka perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.
Izin Lingkungan diperoleh melalui tahapan kegiatan yang meliputi :
1. Penyusunan AMDAL dan UKL/UPL
2. Penilaian AMDAL dan pemeriksaan UKL/UPL, dan
3. Permohonan dan penerbitan Izin Lingkungan
Dokumen AMDAL merupakan instrumen pengelola lingkungan yang wajib disusun
oleh penyelenggara kegiatan/usaha yang melakukan kegiatan/usaha yang termasuk dalam
daftar wajib AMDAL, seperti diatur pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor5
Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi
AMDAL.
AMDAL terdiri dari :
1.
Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL)
2.
Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)

3.
4.

Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)


Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)
UKL-UPL sama halnya seperti AMDAL, berfungsi sebagai panduan pengelolaan lingkungan
bagi seluruh penyelenggara suatu kegiatan. Namun, skala kegiatan yang diwajibkan UKLUPL relatif cukup kecil dan dianggap memiliki dampak terhadap lingkungan yang tidak
terlalu besar dan penting. Hal ini menyebabkan kegiatan tersebut tidak tercantum dalam
daftar wajib AMDAL. Namun demikian, dampak lingkungan yang dapat terjadi tetap perlu
dikelola untuk menjamin terlaksananya pengelolaan lingkungan yang baik.
Oleh karena itu, dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, diatur bahwa setiap usaha dan/atau
kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria wajib AMDAL wajib memiliki UKL dan UPL.
Jadi, UKL/UPL dan AMDAL adalah jenis dokumen yang harus diajukan untuk
mendapatkan Izin Lingkungan. Dokumen AMDAL terdiri dari KA-ANDAL dan RKL/RPL.
Dokumen AMDAL wajib disusun jika kegiatan/usaha termasuk dalam daftar wajib AMDAL
(wajib karena berdampak lingkungan besar), jika tidak termasuk, maka diwajibkan
menyusun UKL/UPL (berdampak lingkungan lebih kecil). Setelah mendapatkan izin
lingkungan, suatu usaha/kegiatan/proyek baru boleh dimulai.
http://lhketapang.wixsite.com/lhketapang/single-post/2015/07/14/PenilaianDokumen-Lingkungan-AMDAL-Kegiatan-Explorasi-operasi-produksiPertambangan-Bijih-Besi-an-PT-Sinar-Karya-Mandiri-Lestari

Studi Amdal Tambang Bijih Besi Diminta Distop


Aceh Bisnis Kamis, 28 Apr 2011 06:41 WIB

Studi Amdal Tambang Bijih Besi Diminta Distop


MedanBisnis Banda Aceh. Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Aceh,
Teuku Muhammad Zulfikar meminta proses studi analisis mengenai dampak lingkungan
(Amdal) terhadap penambangan bijih besi di Kecamatan Penanggalan, Kota
Subulussalam, dihentikan dan segera diberlakukan moratorium atas seluruh izin-izin
tambang yang baru di Aceh.
Bila tidak dihentikan, akan terjadi dampak negatif terhadap kerusakan dan penyusutan
keragaman flora dan fauna, karena kawasan tersebut merupakan habitat harimau
Sumatera dan beberapa jenis mamalia serta burung yang dilindungi, kata Zulfikar
kepada wartawan, Rabu (27/4) di Banda Aceh.
Dia menyatakan, rencana pembukaan tambang bijih besi di Kecamatan Penanggalan
sangat berdampak buruk bagi kelestarian lingkungan, serta kualitas hidup masyarakat
yang tinggal di bagian hilir terutama saat musim kemarau dan musim hujan.
Walhi menolak pernyataan tambang tersebut mendorong percepatan pengembangan
wilayah serta peningkatan pendapatan asli daerah (PAD). Sebab kenyataannya wilayah
tersebut berada di kawasan hutan yang menurut undang-undang dilarang untuk
dilakukan pembangunan, kecuali pembangunan di bidang kehutanan.
Peningkatan PAD dari sektor tambang saat ini belum dapat mengimbangi biaya

perbaikan sejumlah infrastruktur yang rusak karena digunakan untuk mobilisasi dan
pengangkutan hasil tambang, ucapnya. (ck 14)
Diposkan oleh Teuku Muhammad di 02.02

http://tmzoelfikar.blogspot.co.id/2011/06/studi-amdal-tambang-bijih-besidiminta.html

Tambang Biji Besi Lubuk Sikaping Segera


Beroperasi, AMDAL Disosialisasikan
Senin, 31 Oktober 2011 admin Kesehatan Cetak

Lubuk
Sikaping,
Kominfo
Seluas 500 hektaare lahan kaki perbukitan Lubuk Sikaping bakal menjadi penyumbang kontribusi
peningkatan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat dalam bentuk tambang biji besi. Rencana
pembukaan tambang biji besi di kawasan Nagari Aia Manggih dan Nagari Sundata Kecamatan Lubuk
Sikaping yang akan dieksplorasi perusahaan tambang PT Sumber Minera Bersama (PT SMB), telah
memasuki
tahapan
sosialisasi
analisis
mengenai
dampak
lingkungan
(AMDAL).
Kajian AMDAL yang dilakukan oleh Konsultan CV Kurnia Green Enviro disosialisasikan melalui
Tim Kajian AMDAL bersama jajaran Pemkab Pasaman kepada segenap unsur tokoh masyarakat
yang berdomisili di kawasan tambang tersebut. Pelaksanaan sosialisasi dalam bentuk pertemuan
dan diskusi terbuka di aula Kantor Camat Lubuk Sikaping Jalan Syachruddin Kampung Nan VI Nagari
Aia
Manggih,
Selasa
(25/10).
Pertemuan yang dimoderatori Kepala kantor Lingkungan Hidup Pemkab Pasaman, Mukti Lubis,
SH tersebut dihadiri Bupati Pasaman yang diwakili Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan, H.
Asnil M, SE MM, Kadis ESDM Hasrizal, S.Sos, Camat Lubuk Sikaping Devi Alfriani, SIP dan Tim I
Konsultan
CV
Kurnia
Green
Enviro.
H. Asnil dalam sambutannya mengemukakan bahwa Kabupaten pasaman yang kaya dengan
potensi sumber daya alam (SDA) yang terkandung dalam bumi berupa beraneka mineral dan bahanbahan produktif yang belum tergarap. Untuk itu, Pemkab Pasaman sangat merespon keinginan
investor untuk melakukan eksplorasi potensi SDA berbentuk biji besi tersebut.
Dikatakan, kehadiran investor PT SMB tersebut perlu didukung oleh masyarakat daerah ini agar
dapat berjalan dengan baik. Sebab dengan terbukanya tambang tersebut, selain bermuara pada
kontribusi pendapatan daerah, secara umum juga mendukung pertumbuhan perekonomian
masyarakat di kawasan tambang secara khusus dan Pasaman pada umumnya.
Namun dalam pengelolaannya, disamping segi manfaat yang diperoleh, seperti terbukanya
lapangan kerja baru, perlu dikaji dampak lingkungan yang ditimbulkan, terutama segi mudharat yang
terjadi baik terhadap masyarakat maupun lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu secara intensif
dipercayakan
pengkajiannya
kepada
tim
konsultan,
papar
Asnil.
Sehubungan dengan perlunya sosialisasi kajian AMDAl dijelaskan Kepala Kantor Lingkungan
Hidup Mukti Lubis bahwa hal itu merupakan kewajiban yang diatur Negara melalui Undang-undang
Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dijabarkan dengan 1. Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. 2.
KepMen LH Nomor 86 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan
Hidup
dan
Upaya
Pemantauan
Lingkungan
Hidup
3. PerMen LH Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Jenis Usaha dan atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi
dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Pengganti KepMenLH nomor 17 Tahun 2001).
4. KepMen LH Nomor 30 Tahun 2001 Tentang Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan Hidup yang
Diwajibkan
Menteri
Negara
Lingkungan
Hidup.
Amanat perundang-undangan mewajibkab kajian AMDAL untuk areal lahan diatas 200 hektaare,
ujar
Mukti
Lubis

Kadis ESDM Hasrizal, menyatakan bahwa prosedur penerbitan Izin Usaha Pertambangan yang
dikeluarkan pemkab pasaman melalui SKPD-nya terlebih dulu harus memenuhi persyaratan,
diantaranya
adalah
harus
lolos
kajian
AMDAL.
Hasrizal menyebutkan sejumlah investor tidak dapat melanjutkan eksplorasi terkendala persoalan
kajian AMDAL yang tidak memenuhi criteria yang disyaratkan. Dalam hal ini masyarakat perlu diberi
keterbukaan informasi mulai dari kawasan operasional hingga gejala dampak yang ditimbulkan.
Sejalan dengan hal itu, Camat Devi Alfriani mengapresiasi antusias kehadiran masyarakat untuk
memperoleh informasi kajian AMDAL disamping masyarakat dapat menyampaikan berbagai kondisi
lapangan sehubungan dengan adanya tambang biji besi yang diperkirakan berpotensi besar sehingga
diprediksi
akan
berlangsung
sekitar
200
tahun
ke
depan.
Hal ini merupakan Nikmat Tuhan kepada masyarakat Lubuk Sikaping yang diberikan dalam
kapasitas besar dan hendaknya mesti kita syukuri. Dan salah satu bentuk rasa syukur kita adalah
dengan mendukung pemanfaatan kekayaan alam yang telah dilakukan oleh PT SMB ini, pinta Devi.
Sementara itu, Zul Adri yang membidangi analis kimia tanah, air dan udara dari Tim Kajian AMDAL
Konsultan CV Kurnia Green Enviro memaparkan tentang gejala perubahan siklus lingkungan yang
mungkin terjadi dengan kegiatan tambang. Gejala yang terjadi tersebut harus dikenali masyarakat
melalui
ciri-ciri
yang
tidak
lazim
pada
fenomena
alam.
Materi umum mengenai AMDAL mencakup rencana proyek, rencana penambangan (lokasi, luas
daerah, keadaan cebakan, hasil tambang, limbah, bahan berbahaya), literature, survei sebelumnya,
serta rona lingkungan yang menyangkut iklim, fisiografi, hidrologi, tubuh tanah, biologi, sosial budaya,
flora, dan fauna. Kemudian, bahasan mengenai perkiraan dampak baik dampak fisik, kimia maupun
sosial
budaya.
Dapat ditambahkan bahwa dokumen Amdal harus disusun oleh Tim yang diketuai oleh seorang ahli
yang harus bersertifikat minimal sertifikat Amdal B dengan para anggota yang ahli dibidang ilmunya
masing-masing.
Hal-hal yang harus dicakup dalam dokumen Amdal adalah jumlah manusia yang mungkin terkena
dampak, luas yang terpengaruh, lamanya dampak, dan intensitas dampak, jumlah komponen yang
terkena dampak seperti air, tetumbuhan, dan tubuh tanah, efek kumulatif dari dampak, dan
kemampuan alam untuk memulihkan dirinya. Efek kumulatif sangat besar dampaknya jika komponen
saling
berpengaruh
secara
sinergik.
Selain itu, perlu pula diperhitungkan besaran (magnitude) dan tingkat pentingnya suatu dampak.
Dampak terhadap keselamatan manusia dianggap yang paling penting, tanpa pandang bulu. Dampak
terhadap flora atau fauna langka atau hampir punah akan sangat tinggi tingkat kepentingannya
dibandingkan dengan dampak terhadap flora atau fauna yang masih banyak populasinya, walaupun
besaran
dari
dampak
itu
mungkin
sama.
Zul Adri mencontohkan terjadinya perubahan warna air karena dampak erosi, limbah kimia bila
material mineral diolah di lokasi setempat, kekeringan karena terganggu sumber air ataupun
hilangnya sejumlah populasi habitat sungai di sekitar aliran sungai yang berhulu di kawasan tambang.
Perubahan pada tanah, dapat dikenali masyarakat pada komoditi pertanian dan perkebunan, seperti
menurunnya hasil produksi padi, kerdilnya tanaman kebun atau tidak tumbuhnya tanaman tertentu
yang biasanya ada di lahan masyarakat dalam radius areal ekplorasi, jelasnya.
Oleh sebab itu, Kajian AMDAL adalah hal penting dan krusial untuk disosialisasikan kepada
masyarakat dan secara langsung masyarakat dapat melakukan pengamatan lapangan dalam
mengantisipasi kerusakan lingkungan. Jika kemudian hari terjadi sesuatu yang dianggap tidak
biasanya dapat dilaporkan kepada pihak pemerintahan melalui camat, dinas pertambangan, kantor
lingkungan
hidup
dan
lainnya.
Penyaji konsultasi Tm Kajian AMDAL CV Kurnia Green Enviro lainnya yang memberikan pengarahan
adalah Irdan dari bidang analisis dampak social budaya, Febi bidang kajian dampak ekonomi dan
lainnya bidang kesehatan masyarakat, biologi yang terdiri dari 14 bidang kajian yang secara terus
menerus
akan
memantau
perkembangan
penelitiannya.
Hasil kajian AMDAL tersebut nantinya akan dituangkan dalam bentuk sajian data yang terperinci yang
disusun menjadi sebuah buku yang akan disebarkan kepada masyarakat. Dengan demikian
masyarakat terbantu untuk mengenali segala sesuatu yang luar biasa di lingkungannya.Makmur E.

http://www.pasamankab.go.id/article-tambang-biji-besi-lubuk-sikaping-segeraberoperasi-amdal-disosialisasikan.html

Anda mungkin juga menyukai