Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN EKOLOGI MIKROBA

MIKROBA AIR LAUT

RITA SURAHANI
2031211026

BIOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UBINVERSITAS BANGKA BELITUNG
2015

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Laut merupakan salah satu habitat yang banyak dihuni oleh mikroba. Mikroba
merupakan kesatuan biologikal utama dalam ekosistem laut. Mikroorganisme laut
pada dasarnya sangat beragam, sebagaimana halnya dengan kerabat mereka yang ada
di darat. Organisme yang dapat dikelompokkan sebagai mikroba laut antara lain
bakteri,

arkea,

protista,

sianobakteri

(cyanobacteria),

jamur,

dan

virus.

Mikroorganisme tersebut berperan penting dalam proses-proses yang berlangsung


dalam kolom-kolom air laut (Pelczar 1988). Keragaman mikroba air laut berbeda
dengan keragaman di air tawar, karena terdapat beberapa faktor yang berpengaruh
penting. Lautan memiliki kondisi yang berbeda dengan lingkungan air tawar dalam
segala hal, termasuk salinitas, suhu, kedalaman dan nutrisi. Jika dibandingkan dengan
air tawar, tingkat nutrisi air laut pada lautan terbuka sangat rendah. Hal ini
mempengaruhi aktivitas produsen primer (terutama fiksasi O 2 untuk fotosintesis)
(Dwijoesputro 1976). Oleh sebab itu, untuk mengetahui keragaman mikroba pada air
laut maka praktikum ini penting untuk dilakukan.

Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum tentang mikroba air laut yakni untuk
mengetahui keragaman mikroba pada air laut.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat


Praktikum mikroba air laut dilaksanakan pada hari Senin, 25 Maret 2015; di
laboratorium Mikrobiologi; Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi. Universitas
Bangka Belitung.
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum mikroba air laut diantaranya
blue tip, bunsen, cawan petri, ependolf, gelas beaker dan tabung reaksi. Bahan yang
diperlukan yakni air laut (3 titik ), media Halofil (yang berisi PCA dan air laut) dan
media PDA.
Cara Kerja
Sampel air laut tiga lokasi yang berbeda diambil 1 ml, lalu dimasukkan
kedalam 9 ml akuades steril (berbeda) sehingga dihasilkan pengenceran 10 -1.
Kemudian masing-masing pengenceran tersebut di encerkan pada tabung ependolf,
yang berisi air laut steril. Pengenceran dilakukan sampai 10-5. Sebanyak 0, 5 ml
pengenceran 10-3 dimasukkan kedalam media PDA, dengan 2 kali ulangan. Sebanyak
0, 5 ml pengenceran 10-4 dimasukan kedalam media PCA, dengan 2 kali ulangan. Hal
yang sama dilakukan terhadap pengenceran 10-5.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Tabel hasil pengamatan mikroba air laut
Lokasi/titi
k
1

Media
PDA

PDA

Pengenceran
10-3

10-3

Ulangan

Jumlah koloni

1 koloni

PDA

10-3

2 koloni

Media
Halofil

10-4

2
1

TBUD

TBUD

TBUD

TBUD

TBUD

TBUD

TBUD

TBUD

TBUD

TBUD

10-5

Media
Halofil

10-4

10-5

Media
Halofil

10-4

10-5

TBUD

TBUD

Pembahasan
Sampel air laut diambil

dari air Anyir, dengan 3 titik pengambilan.

Pengamatan dilakukan untuk mengetahui keberadaan bakteri dan cendawan yang


beragam di air laut. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap cendawan, terdapat
sedikit kandungan cendawannya. Cendawan hanya terdapat pada titik 1 ulangan 1 (1
koloni) dan pada titik 3 ulangan 1 (2 koloni). Fungi laut juga memerlukan NaCl untuk
tumbuhnya dan toleran garam (Labyrinthula) (Effendi 1999). Namun jumlah fungi
atau cendawan lebih rendah dibandingkan bakteri.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan media halofil, totalitas mikroba dari
ketiga lokasi sangat melimpah, yang ditunjukkan dengan hasil biakan yang sudah
tertalu sulit untuk dihitung (TBUD). Kelimpahan mikroba ini bisa disebabkan karena
pengenceran yang diambil terlalu rendah. Pengenceran dilakukan bertujuan untuk
meminimalisir total mikroba yang terdapat pada sampel. Semakin tinggi pengenceran
maka totalitas mikroba sampel akan semakin sedikit, sehingga mudah untuk diamati.
Selain itu, kelimpahan dan keragaman mikroba pada air laut juga dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yakni salinitas, kadar garam, bahan organik, aerasi, dan
kekeruhan (siltasi), kadar oksigen terlarut, pH (derajat keasaman), unsur hara,
penyinaran dan gelombang (Sumarsih 2003). Totalitas mikroba yang banyak diduga
karena didaerah titik pengambilan sampel terdapat banyak kandungan nutrient yang
berguna untuk pertumbuhan mikroba. Jumlah mikroba relatif tinggi di daerah dekat
pantai. Jumlah pop mikroba cukup tinggi pada beberapa cm sedimen laut (10 7
108 /g), karena melimpahnya nutrien di daerah tersebut. Umumnya mikroba laut
mampu tumbuh pada salinitas 20 40 ppt, dan mampu mentoleransi salinitas > 33
ppt (Efendi 1989).

Bakteri adalah mikroba penghuni laut yang paling banyak populasinya.


Menurut Efendi (1989) bakteri laut tidak akan tumbuh tanpa adanya NaCl, karena
memerlukan ion-ion untuk menjaga fungsi membran. Na dan Cl diperlukannya untuk
transport aktif. Di laut dalam, bakteri teradaptasi dengan temperatur rendah
(psikrofilik) dan tekanan air tinggi (barotoleran). Kebanyakan bakteri laut adalah
bakteri garam positif dan motil, aerob atau fakultatif anaerob. Populasi bakteri
proteolitik tinggi dibandingkan dengan yang di lingkungan air tawar atau tanah.
Terutama genera Pseudomonas, Vibrio, Flavobacterium. Menurut Sutiknowati
(2011), berdasarkan penelitiannya di perairan Belitung Barat kepadatan total bakteri
koliform dan E. coli lebih tinggi dibandingkan diperairan sekitar P. Pari yang relatif
lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa di laut Bangka terdapat banyak bakteri.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan, keanekaragaman mikroba di air laut beragam,


dengan ditunjukkannya semua cawan media halofilik TBUD. Namun keragaman
cendawan tergolong sangat sedikit.

DAFTAR PUSTAKA

Dwijosoeputro, 1976. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan


Effendi, I. 1999. Ekologi Mikroba. Unilak Press
Pelczar, 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press
Sumarsih, S. 2003. Diktat Kuliah Mikrobiologi Dasar. Yogyakarta: Universitas
Veteran

Anda mungkin juga menyukai