Anda di halaman 1dari 12

J. Aquawarman. Vol. 6 (1): 36-47. April 2020.

ISSN :2460-9226

AQUAWARMAN
JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI AKUAKULTUR
Alamat : Jl. Gn. Tabur. Kampus Gn. Kelua. Jurusan Ilmu Akuakultur
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman

PENGARUH PERBEDAAN SALINITAS TERHADAP


PERTUMBUHAN Skeletonema costatum
The effect of salinity differentiation in the growth of Skeletonema costatum

Nita Wahyuni1, A. Syafei Sidik2, Andi Nikhlani3

1)
Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman
2),3) )
Staf Pengajar Jurusan Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman

Abstract

Effects salinity different Skeletonema costatum development in semi-massal


cultures. The experiment was conducted at UPTD Balai Benih Sentral Air Payau
dan Air Laut (BBSAPAL) Balikpapan. Skeletonema costatum in culture with a
plastic receptacle arranged according to random design complete with four
treatment and three Deuteronomy. That salinity treatment is what that is P1
(15 ppt), P2 (20 ppt), P3 (25 ppt), and P4 (30 ppt). Research results show that
different salinity contributes greatly to the growth of the Skeletonema
costatum. Based on the average value, the highest population was achieved by
treatment P4 (30 ppt) 171.42 x 10⁴ sel/ml while the lowest population was
found in treatment P1 (15 ppt) 20.25 x 10⁴ sel/ml.
Keywords: Skeletonema costatum, salinity, population density

1. PENDAHULUAN adalah pakan alami.Pakan alami merupakan


salah satu faktor yang penting sebagai dasar
Pakan merupakan salah satu faktor pemenuhan gizi pada saat awal kehidupan
pembatas bagi organisme yang larva kopepoda, larva moluska, larva udang,
dibudidayakan. Permasalahan akan dan larva ikan.Salah satu jenis plankton
kebutuhan pakan biasanya baru muncul pada sebagai pakan larva adalah jenis Skeletonema
saat organisme berada dalam lingkungan costatum.
budidaya karena ketersediaan pakan sangat Skeletonema costatum sangat umum
bergantung pada manusia yang memelihara digunakan sebagai pakan larva udang windu
baik dari jumlah, jenis maupun waktu yang dimulai sejak nauplius bermetamorfosa
pemberian. Salah satu jenis pakan yang harus menjadi zoea.Skeletonema costatum memiliki
dipersiapkan pada media pemeliharaan beberapa kelebihan dibandingkan pakan
36
J. Aquawarman. Vol. 6 (1): 36-47. April 2020. ISSN :2460-9226

buatan, karena memiliki enzim autolisis osmotiknya. Penelitian mengenai perbedaan


sendiri sehingga mudah dicerna oleh larva salinitas masih kurang dilakukan pada media
dan tidak mengotori media budidaya (Ryther kultur semi masal sehingga perlu adanya
& Goldman, 1975 dalam Sutomo, penelitian mengenai salinitas yang berbeda
2005).Skeletonema costatum banyak yaitu 15 ppt, 20 ppt, 25 ppt dan 30 ppt untuk
dimanfaatkan pada budidaya udang karena mengetahui pertumbuhan Skeletonema
kandungan gizi yang cukup tinggi, yaitu costatum yang optimum bagi
protein 22,30 %, lemak 2,55 % (Isnansetyo pertumbuhannya.
dan Kurniastuty, 1995). Skeletonema
2. Bahan dan Metode
costatum mudah dikembangbiakan dan dapat
dipanen dalam jangka waktu yang lumayan
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
singkat dan sangat mendukung pada
Juni-Juli 2019, meliputi persiapan dan
keberhasilan pertumbuhan dan kelangsungan
pelaksanaan penelitian. Penelitian
hidup yang optimal bagi larva udang
dilaksanakan di UPTD Balai Benih Sentral Air
windu.Skeletonema costatum juga mampu
Payau Dan Air Laut (BBSAPAL) Balikpapan,
beradaptasi pada berbagai salinitas sehingga
Kalimantan Timur
perkembangan sel dan efiensi produksi dapat
menghasilkan kompoposisi kimia yang Rancangan penelitian
seimbang.Hal ini sangat mendukung pada Penelitian ini menggunakan Rancangan
keberhasilan pertumbuhan dan kelangsungan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan
hidup yang optimal bagi larva udang windu. dan tiga ulangan. Sehingga total ulangan 12
Salinitas merupakan salah satu faktor unit percobaan.
lingkungan yang berpengaruh bagi
P1 = Salinitas 15 ppt
pertumbuhan Skeletonema costatum.Salinitas
P2 = Salinitas 20 ppt
media berkaitan dengan kemampuan
P3 = Salinitas 25 ppt
mikroalga untuk mempertahankan tekanan
P4 = Salinitas 30 ppt
osmotik antara protoplasma dengan Ulangan penelitian ini dilambangkan
lingkungannya.Kadar garam yang berubah-
dengan huruf U1, U2, U3 untuk mengetahui
ubah dalam air dapat menimbulkan tata letak perlakuan dilakukan pengacakan
hambatan untuk mengkultur (Isnantyo dan
secarapengundian dimana pengacakan ini
Kurniastuty 1995).Skeletonema costatum berguna untuk menentukan tata letak
mampu tumbuh pada kisaran salinitas yang
(layout)perlakuan dan ulangan (Mattjik dan
luas yaitu 15-34 ppt dan salinitas yang paling
Sumertajaya, 2000).
baik untuk pertumbuhan adalah 20-30 ppt
(Haryati, 1980). Tinggi rendahnya salinitas P3U2
P1U2 P4U1 P2U3 P2U2 P3U3
akan mempengaruhi tekanan osmotik sel alga
P1U3 P4U3 P1U1 P3U1 P2U1 P4U2
(Angka,1976). Salinitas merupakan salah satu
faktor yang sangat menentukan Gambar 1. Tata Letak Penelitian
perkembangan fitoplankton, terutama dalam
mempertahankan tekanan osmosis antara
Prosuder Kerja
protoplasma sel dengan air sebagai
lingkungannya (Riyantini, 1986). 1. Persiapan penelitian
Faktor salinitas sangat penting karena a. Persiapan wadah penelitian
berpengaruh langsung terhadap tekanan
37
J. Aquawarman. Vol. 6 (1): 36-47. April 2020. ISSN :2460-9226

Wadah toples dicuci hingga diaerasi agar tercampur dengan merata


bersih menggunakan sabun, keringkan antara air tawar dan air laut selama
selama 24 jam setelah itu masing-masing kurang lebih 10 menit.
toples disemprotkan alkohol 70%, d. Persiapan bibit plankton
kemudian masing-masing toples diisi Bibit awal Skeletonema costatum
dengan air laut yang sudah diukur yang di pakai pada penelitian ini berasal
salinitasnya sebanyak 4 liter air dengan dari Takalar Sulawesi Selatan. Setelah itu
menggunakan gelas ukur dan diberi bibit di adaptasi (aklimatisasi) selama 1
aerasi yang sudah dicuci bersih dengan hari dengan suhu ruang terhadap bibit
sabun.Kemudian wadah yang sudah kultur yang dilengkapi dengan aerator.
bersih tersebut diletakkan sesuai dengan Pengamatan secara mikroskopis yaitu
tata letak penelitian, lalu diberi label kepadatan sel tinggi, sel utuh atau tidak
sesuai dengan perlakuan dan ulangan. patah, ukuran sel besar dan tidak
b. Pembuatan pupuk mengandung kontaminan seperti bakteri
Pupuk yang sudah disiapkan atau mikroorganisme dan tingkat
diambil menggunakan sendok yang telah kepadatan optimal.Setelah persiapan
dicuci bersih, kemudian ditimbang. Berat bibit plankton selesai bibit dimasukkan
pupuk NPK sebanyak 0,48 gram. Untuk kedalam wadah toples yang telah berisi
pupuk Conwy sebanyak 0,9 gram dan air dengan masing-masing salinitas yang
Natrium Silikat sebanyak 0,6 gram. Pupuk berbeda dan aerasi yang digunakan tidak
NPK dan Conwy yang telah ditimbang terlalu cepat.
dimasukkan ke dalam gelas ukur yang Pelaksanaan Penelitian
telah berisi air tawar kurang lebih 300
1. Kepadatan awal yaitu 20.000 sel/ml.
ml air lalu diaduk hingga pupuk larut.
2. Kepadatan populasi Skeletonema
Dan Natrium Silikat yang telah ditimbang
costatum dihitung setiap 1 kali sehari
dimasukkan kedalam gelas ukur dan
pada pagi hari setelah dilakukan
diberi air sebanyak 200 ml air dan diaduk
hingga larut. pengukuran kualitas air.
c. Pengenceran air laut untuk perlakuan 3. Pengambilan sampel selama 7 hari
Air laut diencerkan sampai salinitas setelah penebaran bibit Skeletonema
yang diinginkan sesuai perlakuan dengan costatum pada media kultur dengan
menggunakan rumus Hadie (1988), yaitu: cara mengambil sampel sebanyak 2
ml dan dimasukkan kedalam botol
V1 x N1 = V2 xN2 sampel.
4. Mengambil air media kultur yang
Keterangan: telah dimasukkan kedalam botol
V1 = Volume asal atau air laut yang akan sampel dengan menggunakan
diencerkan (liter) mikropipet.
N1 = Salinitas air laut mula-mula/awal
5. Pengamatan Skeletonema costatum
(ppt)
dilakukan dengan mengambil sampel
V2 = Volume setelah pengenceran (liter)
daribotol sampel dan meletakkannya
N2 = Salinitas setelah pengenceran atau
diatas Haemocytometer yang telah
yang diharapkan (ppt)
Air laut yang telat diencerkan tadi disterilkan dengan alkohol 70%.
dimasukkan kedalam wadah toples dan
38
J. Aquawarman. Vol. 6 (1): 36-47. April 2020. ISSN :2460-9226

Pengamatan dan Pengukuran Parameter V2 = Volume media yang akan digunakan


Penelitian (ml)
N2 = Kepadatan sel inokulum Skeletonema
1. Pertumbuhan Populasi costatum yang dibutuhkan (sel/ml)

Kepadatan populasi Data Penunjang


Skeletonema costatum dihitung setiap
hari dari awal penanaman hingga akhir Kualitas air yang diukur setiap hari selama
penelitian dengan mengambil sampel penelitian berlangsung meliputi: suhu, pH,
dari semua toples pada waktu yang salinitas. Suhu diukur sebanyak 2 kali sehari
bersamaan sebanyak 2 ml dan langsung yaitu pada pagi dan sore hari, sedangkan
dimasukkan kedalam botol sampel. pengukuran pH dan salinitas diukur setiap 1
Menurut Miswara (2017), untuk kali sekali pada waktu pagi hari.
menghitung sel Skeletonema costatum
Pengumpulan dan Analisis Data
digunakan haemacytometer dengan
bantuan mikroskop. Luas kotak yang 1. Pengumpulan Data
bergaris-garis pada haemocytometer Pertumbuhan populasi Skeletonema
adalah 1 mm2, tinggi 0,1 sehingga costatum sesuai syarat periodic diukur sehari
memiliki volume 0,1 mm3 atau 0,0001 sekali untuk mengetahui kepadatan
ml. Jumlah sel plankton yang terdapat populasi.Data yang diperoleh dimasukkan
pada sebuah kotakan pada kedalam tabel data pengamatan.
haemocytometer adalah N sel, sehingga 2. Analisis Data
jumlah sel adalah 10.000 x N/ml Data pada hari puncak tertinggi akan
(Mudjiman, 1995 dalam Miswara 2017). disajikan dalam bentuk grafik. Hasil
pengamatan dianalisis dengan Uji F dengan
ࡺ tingkat kepercayaan 95%, sehingga table sidik
ࢄ ૚૙⁴
૝ ragam.
Keterangan: Dari hasil data yang diperoleh akan
N = Jumlah sel mikroalga yang dilakukan Uji Homogenitas, jika data
terhitung homogen maka akan diuji, dan jika tidak
4 = Jumlah kotak dalam pengamatan homogeny maka data akan ditransformasi.
Skeletonema costatum Analisis yang dilakukan pada analisis
104 = Volume kerapatan sel kotak keragaman, apabila F hitung lebih > dari F
(chamber) tabel maka analisis dilanjutkan dengan uji
Volume inokulum yang lanjutan. Apabila uji lanjutan yang digunakan
dibutuhkan untuk inokulasi dihitung adalah nilai Koefiesien Keragaman (KK) < 5%
menggunakan rumus menurut Chien maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur
(1992) sebagai berikut : (BNJ), apabila koefisien keragaman (KK)
diantara 5-10 % maka dilanjutkan dengan uji
ࢂ₂࢞ࡺ₂
V1= Beda Nyata Terkecil (BNT), dan serta apabila
ࡺ₁
Keterangan: nilai Koefisien Keragaman (KK) > 10% maka
V1 = Volume inokulum yang digunakan (ml) dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range
N1 = Kepadatan sel inokulum Skeletonema Test (DMRT) pada tingkat kepercayaan 95%
costatum yang terhitung (sel/ml) (Hanafiah, 2002).

39
J. Aquawarman. Vol. 6 (1): 36-47.
36 April 2020. ISSN :2460-9226

III Hasil dan Pembahasan Perla Ulangan Rata-Rata


Total
kuan U1 U2 U3
Pertumbuhan populasi Skeletonema
P1 45.8 86.5 77.8 P1 45.8
costatum berhubungan erat dengan
kemampuan pertumbuhan dengan kondisi P2 85.8 28 35.8 P2 85.8
lingkungan
ingkungan sekitarnya. Pada penelitian ini P3 77.3 89.3 64.5 P3 77.3
salinitas media diturunkan ke salinitas yang P4 94.3 103.3 131.8 P4 94.3
lebih rendah sesuai dengan perlakuan yang
Total 303 307.5 309.8 Total 303
akan digunakan pada penelitian. Salinitas
diturunkan yang bermula 32 ppt yang berasal
dari air laut Manggar Balikpapan.
Berdasarkan hasil pengamatan dan
200.00 perhitungan diperoleh kepadatan
Rata- rata populasi

150.00 P1= 15 Skeletonema costatum pada hari ke-2


pertumbuhan
(x10⁴ sel/ml)

P2=
ppt20 mengalami pertumbuhan yang dapat dilihat
100.00 P3=
ppt25
P4=
ppt30 Tabel 6 nilai rata-rata
rata pertumbuhan dengan
50.00 ppt salinitas 30 ppt 109.9 x 10⁴
10 sel/ml, 25 ppt 77 x
10⁴⁴ sel/ml, 15 ppt 70 x 10⁴ sel/ml dan 15 ppt
0.00
49.8 x 10⁴⁴ sel/ml. Hal ini dikarenakan adanya
0 1 2 3 4 5 6 7
Hari kondisi salinitas yang berbeda masih
ditoleransi untuk kebutuhan atau lingkungan
Gambar 2. Rata-rata
rata Kepadatan sel hidup bagi Skeletonema costatum.
costatum Kisaran
Skeletonemacostatum (sel/ml) nilai salinitas
nitas yang bisa ditoleransi bahwa
Skeletonema costatum merupakan diatom
Dari gambar 2 menunjukkan bahwa
yang bersifat euryhalin dengan nilai
rata-rata
rata kepadatan awal Skeletonema
salinitasantara 15-3434 ppt, pertumbuhan
costatum yaitu 20 x 10⁴⁴ sel/ml dan setelah
optimalnya pada salinitas 25-30 25 ppt
hari selanjutnya kepadatan mulai mengalami
(Isnansetyo & Kurniastuty, 1995).
populasi pertumbuhan. Menurut Mubarak
Hasil analisis keragaman (ANOVA) pada hari
(2009), lama pencapaian puncak populasi
ke-22 menunjukkan bahwa perlakan salinitas
adalah waktu antara awal kultur sampai
berbeda berpengaruh nyata terhadap
puncak populasi sedangkan lama puncak
kepadatan sel Skeletonema costaum saat
populasi adalah waktu yang ng dibutuhkan saat
mencapai puncak populasidengan nilai KK
populasi berada di puncak atau kepadatan
28.9%, sehingga dilaukan uji lanjut DMRT.
relatif konstan. Perbedaan tersebut ditandai
Tabel 2. Analisis Uji DMRT hari ke-2ke (x 104
dengan adanya perubahan kepadatan
sel/ml)
pertumbuhan Skeletonema costatum yang
Perlakuan Rataan 2 1 3 4
dihasilkan berbeda-beda beda salinitas pada 33
masing-masing perlakuan. 4 109.9 60* 40 TN TN
0
Hasil pengamatan n selama penelitian 3 77 27TN 7TN 0
bahwa pertumbuhan Skeletonema costatum 1 70 20 TN 0
dapat hidup dan menunjukkan adanya 2 49.8 0
pertumbuhan selama waktu pemeliharaan
bagi salinitas P4, P3, P2, P1. DMRT 5% 42 44 45

Tabel 1. Data pertumbuhan hari ke-2


ke (sel/ml) DMRT 1% 61 64 66

40
J. Aquawarman. Vol. 6 (1): 36-47. April 2020. ISSN :2460-9226

Tabel 3. Data pertumbuhan hari ke-3 (x 104 saat mencapai puncak tertinggi dengan
sel/ml) nilai KK 31.9%, yaitu pada hari ke-3, sehingga
Perla Ulangan Rata- dilakukan uji lanjut dengan DMRT.
Total
kuan Rata Tabel 4. Analisis Uji DMRT hari ke-3 (x 104
U1 U2 U3
sel/ml)
s
P1 39.8 37.3 49.5 126.5 42.2 Perlakuan Rataan 1 2 3 4
TN
P2 84.5 49.8 62 196.3 65.4
ab 4 171.4 129.3** 106** 54.6 0
TN
113. 3 116.8 74.7* 51.4 0
TN
P3 144.8 92.3 5 350.5 116.8
bc 2 65.4 23.3 0
139. 1 42.2 0
c
P4 140.5 234 8 514.3 171.4 DMRT 5% 59.2 61.8 63.3
364. 1187.
Total 409.5 413.3 8 5 99 DMRT 1% 86.4 91.1 93.7

Tabel 3 dari hasil pengamatan pada


hari ke-3 diperoleh data kepadatan sel Tabel 5. Data pertumbuhan hari ke-4 (x 104
Skeletonema costatum mengalami puncak sel/ml)
tertinggi yaitu terjadi pada salinitas 30 ppt. Ulangan Rata-
Perla
Total Rata
Pada salinitas 15 ppt dan 20 ppt menujukkan kuan U1 U2 U3 U1
kepadatan yang lebih rendah dari pada
P1 24.3 15 21.5 P1 24.3
salinitas 25 ppt dan 30 ppt. Pada penelitian
hari ke-3 salinitas mulai mengalami P2 21.8 37.5 53.8 P2 21.8
perubahan yang sebelumnya pada salinitas P3 48.5 55.5 67.3 P3 48.5
berawal 15 ppt menjadi 17 ppt, salinitas 20 P4 58.5 55 59.5 P4 58.5
ppt menjadi 22 ppt, salinitas 25 ppt menjadi
Total 153 163 202 Total 153
27 ppt dan salinitas 30 ppt menjadi 32 ppt.
Namun Skeletonema costatum dapat
Pada pengamatan hari ke-4
mentoleransi salinitas yang berbeda dari
kepadatan sel Skeletonema costatum telah
habitat sebelumnya untuk bermetabolisme
mengalami penurunan dengan nilai rata-rata
serta untuk menambah kepadatan jumlah sel
pada salinitas tertinggi 30 ppt 57.7 x 10⁴
semakin bertambah yang ditandai adanya
sel/ml diikuti pada salinitas terendah pada
puncak pertumbuhan tertinggi dengan rata-
hari ke-4 yaitu 15 ppt 20.3 x 10⁴ sel/ml.
rata 171.4 x 10⁴ sel/ml. Menurut Rostini
Menurut Rudiyanti, (2011) pada salinitas yang
2007, bahwa kenaikan salinitas dapat terjadi
lebih tinggi atau lebih rendah maka dapat
karena adanya hasil metabolisme sel ataupun
menimbulkan hambatan pada aktifitas sel
pengendapan garam dan nutrien dalam 30
Skeletonema costatum. Perbedaan salinitas
medium.
dapat mempengaruhi kecepatan sel menuju
Analisis sidik ragam (ANOVA)
puncak populasi.Menurut Fogg (1965) dalam
menunjukkan adanya pengaruh perlakuan
Mudzakir (1997) bahwa penurunan
salinitas yang berbeda sangat nyata terhadap
perkembangan populasi alga disebabkan oleh
kepadatan populasi Skeletonema costatum
beberapa faktor yaitu kompetisi dan
kandungan nutrien yang semakin menurun.

41
J. Aquawarman. Vol. 6 (1): 36-47. April 2020. ISSN :2460-9226

Berdasarkan analisis keragaman Skeletonema costatum, maka laju


(ANOVA) pada hari ke-4 dengan salinitas pertumbuhan akan terhambat (Nitschke dkk,
berbeda selama pengamatan maka diperoleh 2014).
data kepadatan sel Skeletonema costatum Hasil analisis keragaman (ANOVA)
menunjukkan adanya pengaruh berbeda kepadatan sel Skeletonem costatum
sangat nyata pada setiap perlakuan dengan menunjukkan salinitas berbeda memiliki
nilai KK 22.4 %, sehingga dilanjutkan uji lanjut adanya pengaruh berbeda nyata pada
DMRT. kepadatan sel dengan nilai KK 31.3%,
Tabel 6. Analisis Uji DMRT hari ke-4 (x 104 sehingga dilanjutkan uji lanjut DMRT.
sel/ml) Tabel 8. Analisis Uji DMRT hari ke-5 (x 104
Perlakuan Rataan 1 2 3 4 sel/ml)
Perlakuan Rataan 2 1 3 4
TN TN
4 57.7 37.4** 20* 0.6 0 4 33.5 21* 19.4* 9.6 0
3 57.1 36.8** 19.4* 0 TN TN
3 23.9 11.4 9.8 0
TN
2 37.7 17.4 0 1 14 1.6
TN
0
1 20.3 0
2 12.5 0
DMRT 5% 18.1 18.9 19.4
DMRT 5% 12.3 12.9 13.2
DMRT 1% 26.5 27.9 28.7
DMRT 1% 18 19 19.5
Tabel 7. Data pertumbuhan hari ke-5 (x 104
sel/ml) Tabel 9. Data pertumbuhan hari ke-6 (x 104
Perla Ulangan sel/ml)
Total Rata-Rata
kuan U1 U2 U3 Perla Ulangan Rata-
a Total
P1 14.3 17 7 42.3 12.5 kuan U1 U2 U3 Rata
a
P2 13.3 17.3 11 41.5 14 P1 7 4.8 6.8 18.5 6.2
a
ab
P3 24.3 22.5 25 71.8 23.9 P2 7 6.3 0 13.3 4.4
a
b
P4 20.5 43 37 100.5 33.5 ab
P3 7.8 9.3 67.3 84.3 28.1
Total 72.3 99.8 80 252 21 b
P4 58.5 55 59.5 173 57.7
Berdasarkan untuk pengamatan hari
Total 80.3 75.5 134 289 24
ke-5 kepadatan sel Skeletonema costatum
Pada pengamatan hari-6 kepadatan
terlihat semakin menurun pada perbedaan sel Skeletonema costatum telah memasuki
salinitas dengan nilai rata-rata pada salinitas fase kematian yang ditandai oleh data
berbeda 30 ppt 33.5x 10⁴ sel/ml, 25 ppt 23.9 pertumbuhan dari nilai rata-rata tertera pada
x 10⁴ sel/ml, 20 ppt 14 x 10⁴ sel/ml dan diikuti tabel 14 bahwa pelakuan salinitas yang
kepadatan terendah pada salinitas 15 ppt berbeda mengalami peningkatan pada
12.5 x 10⁴ sel/ml. Salinitas sebagai media salinitas berawal 30 ppt menjadi 32 ppt, 25
akan menyebabkan efek terhadap ppt menjadi 27 ppt, 20 ppt menjadi 22 ppt
Skeletonema costatum antara lain dan 15 ppt menjadi 17 ppt. Menurut (Erlina
menyebabkan adanya stress osmotik yang et al, 2004) pada salinitas yang meningkat
memberi efek terhadap air, stress ion garam nutrien yang diberikan untuk tumbuh sudah
yang disebabkan oleh kehilangan atau tidak dapat optimal dikarenakan salinitas
yang tinggi Skeletonema costatum melakukan
kenaikan ion yang menyebabkan
adaptasi dengan proses osmosis. Adaptasi
terganggunya kehidupan Skeletonema
tersebut dilakukan dengan cara energi yang
costatum dan perubahan pada membran sel
telah dihasilkan digunakan untuk bertahan
(Kirst, 1989). Dengan adanya stress terhadap
42
J. Aquawarman. Vol. 6 (1): 36-47. April 2020. ISSN :2460-9226

hidup sehingga pertumbuhan sudah medium dan lingkungan kulturnya seperti:


cenderung melambat dan energi tersebut suhu, salinitas, pH. Diatom sudah
disimpan dalam jumlah besar. Hal ini sesuai bermetabolisme sehingga ukuran selnya
dengan pendapat Soeder dan Stengel, (1974) meningkat. Namun diatom belum
yang menyatakan bahwa kenaikan salinitas menujukkan pertumbuhan populasi (kenaikan
akan menghambat pembentukan sel anakan. jumlah sel) yang nyata, karena masih dalam
Berdasarkan analisis keragaman proses adaptasi. Dalam adaptasi ini, diatom
(ANOVA) menunjukkan bahwa perbedaan sudah mulai memanfaatkan nutrient yang
berpengaruh nyata terhadap kepadatan ada, meskipun belum optimum, sehingga
Skeletonema costatum pada hari ke-6 dengan beberapa enzim yang terkait pembelahan
nilai KK 71.1%. selnya juga belum bersintesis dengan
Tabel 10. Analisis Uji DMRT hari ke-6 (x 104 optimal. Lama tidaknya fase lag ini sangat
sel/ml) tergantung pada viabilitas diatom (Armada,
Perlakuan Rataan 2 1 3 4 2013).
TN
4 57.7 53.3* 51.5* 39.6 0 2. Fase eksponensial
TN TN
3 28.1 23.7 21.9 0 Pada fase logaritmik (eksponensial)
TN
1 6.2 1.8 0 pada fase ini jumlah sel mengalami
2 4.4 0 peningkatan secara cepat (Armada,
DMRT 5% 32.1 33.5 34.3 2013).Puncak pertumbuhan populasi diatom
DMRT 1% 46.9 49.4 50.8 terjadi pada fase ini.Fase ini adalah bukti sel
Dari data pengamatan selama telah berhasil beradaptasi dan optimal dalam
penelitian perlakuan terbaik untuk pemanfaatan nutriennya.Fase diawali dengan
menghasilkan kepadatan sel Skeletonema pembelahan sel dengan laju pertumbuhan
costatum yaitu pada perlakuan P4 pada yang tepat dan terlihat dalam kondisi yang
salinitas 30 ppt, hal ini sesuai dengan sangat optimal.
pendapat Rudiyanti (2011), bahwa Pada fase logaritmik (eksponensial)
penurunan sel secara drastis karena kondisi terjadi jumlah peningkatan sel secara
perubahan kualitas media dengan salinitas 32 konstan, karena pada awal kultur kandungan
ppt sel Skeletonema costatum dapat nutrien masih tinggi. Laju pertumbuhan pada
beradaptasi dengan baik maka, sel dapat fase eksponensial ini mencapai maksimal
tumbuh dengan pesat. Akan tetapi, dilihat karena pada fase ini sel masih konsumsi
nutrien (Selvika, et al., 2016).
pada gambar 3 turun dengan drastis pada
3. Fase stasioner
hari selanjutnya.Sebab meskipun salinitasnya
Pada fase ini pertumbuhan sel
sangat sesuai untuk pertumbuhan selnya
Skeletonema costatum mulai melambat
tetapi ketersediaan nutrien dan faktor
dibandingkan dengan fase eksponensial. Hal
lingkungan yang terbatas menyebabkan
ini dikarenakan jumlah nutrien sudah mulai
persaingan antar sel terhadap ruang dan berkurang akibat proses yang terjadi pada
nurien semakin besar. fase eksponensial. Nutrien yang digunakan
Berikut 4 fase yang terjadi pada pada fase ini hanya untuk mempertahankan
pertumbuhan populasi Skeletonema keberadaan Skeletonema costatum, sehingga
costatum, yaitu antara lain: pertumbuhann yang ada mulai berkurang.dan
1. Fase adaptasi/lag peranan respirasi mulai meningkat dengan
Fase ini disebut dengan fase istirahat. penurunan pertumbuhan populasi ini karena
Pada fase ini, sel diatom beradaptasi dengan
43
J. Aquawarman. Vol. 6 (1): 36-47. April 2020. ISSN :2460-9226

diatom sudah mulai mengalami kematian Salinitas air selama penelitian pada
(Armada, 2013). perlakuan P1 berkisar antara 15 – 17 ppt,
Fase stasioner ditandai dengan perlakuan P2 berkisar antara 20 – 22 ppt,
adanya pembelahan sel yang cepat secara perlakuan P3 berkisar antara 20 – 22 ppt,
konstan.Sehingga laju pertumbuhan relatife perlakuan P4 berkisar antara 30 – 32 ppt.
konstan, dan konsentrasinya tergantung pada Kisaran salinitas yang optimum untuk
ukuran sel, intesitas cahaya, suhu dan pertumbuhan fitoplankton berkisar antara
salinitas (Mcvey, 1993). 28-35 ppt (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).
4. Fase kematian Hasil pengukuran salinitas air selama
Fase ini merupakan berakhirnya fase penelitian disajikan pada tabel 11.
stasioner, dimana populasi sel berkurang, sel- Derajat keasaman (pH) air
sel alga mulai mengeluarkan bahan organik, selama penelitian tiap saat berubah-ubah
pertumbuhan terhambat.Hal ini dikarenakan dimana pH terendah mencapai 7,4 dan
jumlah nutrien sudah sangat sedikit sehingga tertinggi mencapai 7,8. Hasil pengukuran pH
terjadi persaingan dalam memperebutkan air selama penelitian mulai dari awal
nutrien yang ada. Hal ini sesuai dengan pengukuran hingga akhir penelitian disajikan
pernyataan Fogg (1965) dalam Rudiyanti pada tabel 11.
(2011) sel Skeletonema costatum yang tidak No Parameter Kisaran Satuan
0
mendapatkan nutrien lama kelamaan akan 1 Suhu 26 – 29 C
mati dan sel yang mendapatkan nutrien akan 2 Salinitas 15 – 32 ppt
tetap hidup. 3 pH 7,4 – 7,8 -
Pada fase ini laju kematian menjadi
lebih tinggi, populasi alga menjadi rusak
secarasempurna.Pada fase kematian terjadi 4. KESIMPULAN DAN SARAN
ditunjukkan dari penurunan konsentrasi sel.
Hal yang menyebabkan fase kematian sel Kesimpulan
yaitu berkurangnya nutrien yang tersedia, Dari hasil pengamatan, analisis data
kualitas air yang turun, akumulasi metabolit dan pembahasan terhadap data yang telah
(NO2- dan NH4+) (Suantika dan Hendrawadi, diperoleh, maka dapat disimpulkan sebagai
2009). berikut :
1. Hasil uji DMRT pada hari ke-3 perlakuan 4
Kualitas Air
berbeda sangat nyata terhadap perlakuan
Hasil pengukuran kualitas air 1 dan perlakuan 2 dan tidak nyata
menunjukkan bahwa suhu air selama terhadap perlakuan 3. Perlakuan 3
penelitian masih berada pada kirasan suhu berbeda nyata terhadap perlakuan 1 dan
yang layak. tidak nyata pada perlakuan 2. Perlakuan 2
Suhu pada media kultur selama tidak nyata terhadap perlakuan 1.
penelitian mencapai 26–27 0C pada pagi hari 2. Puncak populasi sel tertinggi pada kultur
sedangkan suhu pada sore hari berkisar 27– Skeletonema costatum pada hari ke-3
29 0C. Suhu optimal pada kultur Skeletonema dengan perlakuan 4 (salinitas 30 ppt)
costatum berkisar 3-30 0C (Hayati, 1980). dengan kepadatan 171.4 x 10⁴ sel/ml,
Hasil pengukuran suhu air selama penelitian perlakuan 3 (salinitas 25 ppt) dengan
disajikan pada tabel 11.
kepadatan 116.8 x 10⁴ sel/ml, perlakuan 3
(salinitas 20 ppt) dengan kepadatan 65.4
44
J. Aquawarman. Vol. 6 (1): 36-47. April 2020. ISSN :2460-9226

x 10⁴ sel/ml, dan perlakuan 1 42.2 x 10⁴ APHA. 1976. Standart Methods for The
sel/ml. Examination of Water and Wastewate.
16th Edition.American Public Health
Saran Association. Washington DC.
Batuna, E. L. 1996. Pengaruh Perbedaan
Dalam mengkultur Skeletonema Salinitas Terhadap Pertumbuhan
costatum menggunakan salinitas yang Skeletonema. Fakultas Pertanian.
berbeda dengan salinitas 25 ppt dan 30 ppt Universitas Mulawarman. Samarinda. 55
mendapatkan hasil yang lebih maksimal hlm
pertumbuhannya dan sebaiknya pemanenan Cahyaningsih, Niken. D. 2003.
Hemodialisis.Yogyakarta : Mitra Cendikia.
dilakukan pada hari ke-2 dan 3 untuk
Chien, Y.,1992. Water quality requirements
mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
and management for marine
DAFTAR PUSTAKA shrimpculture. In: Proceedings of the
Special Session on Shrimp Farming.
WorldAquaculture Society, USA, pp. 144–
Afrianto, E., S.A Rivai, E. Liviawaty, H.
156.
Hamdani. 1996. Kamus Istilah
Djarijah, A. S. 1995.Pakan Alami. Yogyakarta :
Perikanan Kanisius, Yokyakarta, 148
Kanisius. Hlm 87.
halaman.
Djangkaru, 2.1975. Pengaruh Pemupukan
Ahmad, Mudzakir. 1997. Psikologi Pendidikan.
Kotoran Ayam Terhadap Perkembangan
Bandung: Pustaka Setia.
Net Plankton. Fakultas Pertanian IPB.
Angka, S. L. K. Sumantadinata, E. Haris, D.
Bogor .47 hlm.
Darnas dan A. Chaerudin, 1976.Terhadap
Erlina, A., S. Amini, H. Endrawati dan M.
Kultur Laboratorium Diatomae Laut
Zainuri, 2004.Kajian Nutritif Pyhtoplankton
Pengaruh Salinitas san Inokulum Terhadap
Pakan Alami pada Sistem Kultivasi
Pertumbuhan Populasi Skeletonema
Massal.Ilmu Kelautan, Vol. 9 (4): 206-210
costatum dan Zitschia closterium Pelagik
Fay. P. 1983.The Blue Green (Cyanophyta –
dan Bentik diLaut Jawa. Institut Pertanian
Cyanobacteria). Studes in Biology
Bogor, Bogor. 48 hlm
Institut of Biology : no 160. Edward
Anggoro, S., 1984. Pengaruh Salinitas
Arnold. London. 88 hlm
Terhadap
Fogg, G. E. 1973. Algae Culture and
Kuantitas dan Kualitas Makanan Alami
Phytoplankton Ecology.2nd. University of
serta Produksi Biomassa Nener Bandeng.
Wincousin Press. USA1
Tesis Fakultas Pasca Sarjana
Gufran, M. 1997. Budidaya Ikan Nila. Dahara
Institut Pertanian Bogor, Bogor. 109 hlm.
Prize. Semarang. 281 halaman.
Asmawi, S. 1986.Pemeliharaan Ikan Dalam
Hadie, W dan Jatna Supriatna.1988.
Keramba. Gramedia. Jakarta
Pengembangan Udang Galah Dalam
Asmiah, 1996.Pengaruh Konsentrasi Natrium
Hatchery dan Budidaya Kanisius,
Silikat (Na 2SiO3) yang berbeda Terhadap
Yogyakarta.98 halaman.
Pertumbuhan Populasi Skeletonema
Hanafiah, K. A. 2002. Rancangan Percobaan.
costatum. Skripsi Sarjana Fakultas
PT. RajaGrafindo Persada: Jakarta.
Pertanian Universitas Mulawarman,
Haryati. 1980. Percobaan Penggunaan
Samarinda. 46 hlm.
Beberapa Macam Komposisi Media
Armadaa, D.T. 2013. Pertumbuhan Kultur
Terhadap Pertumbuhan Populasi
Mikroalga Diatom Skeletonema costatum
Monokultur Skeletonemacostatum
(Greville) Cleve Isolat Jepara pada Medium
Greville. Skripsi (tidak
f/2 dan Medium Conway Semarang.IAIN
dipublikasikan).Fakultas Peternakan dan
Walisongo. Semarang. Hal 51.
Perikanan. UNDIP Semarang.
45
J. Aquawarman. Vol. 6 (1): 36-47. April 2020. ISSN :2460-9226

Heryadi dan Sutadi. 1992. Back Yard Usaha Rostini, Iis,.2007. Peranan Bakteri Asam
Pembenihan Udang Skala Rumah Tangga. Laktat (Lactobacillus Plantarum) Terhadap
Penebar Swadaya, Jakarta. 157 hlm Masa Simpan Filet Nila Merah pada Suhu
Isnansetyo Alim dan Kurniastuty.1995.Teknik Rendah.Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kultur Phytoplankton Kelautan Universitas Padjadjaran,
Zooplankton.Pakan Alam untuk Jatinangorng.
pembenihan organism laut.Kanisius. Selvika, Z., A.B. Kusuma, N.E. Herliany,
Yokyakarta.Suriawiria, U. B.F.S.P. Negara. 2016. Pertumbuhan
1996.Mikrobiologi Air dan Dasar-dasar Chlorellasp. pada beberapa konsentrasi
Pengolahan Buangan Secara limbah batubara. Depik, 5(3): 107-112.
Biologis.Penerbit Alumni. Bandung. Silalahi, P. 1985. Pengaruh Jenis Pupuk
Martosudarmo, B dan Sabaruddin. 1995. Berbeda Terhadap Pertumbuhan
Makanan Hidup Larva Udang dalam Tetraselmis Chui. Skripsi Sarjana Fakultas
Pedoman Pembenihan Udang Penaeid. Pertanian Universitas
Dirjend Perikanan. Departemen Pertanian. Mulawarman.Samarinda. 52 hlm
80-82 hlm Soong, P. 1990. Production and Development
Mattjik, A. A & I. M. Sumertajaya.(2002). of Chlorella and Spirullina in
Perancangan Percobaan dengan Taiwan. In G. Shelef and C.J. Soeder
Aplikasi SAS dan Minitab.Jilid I Edisi kedua. (ed). Algae Biomass.Elsevier Non
IPB Press, Bogor. Holland Biomedical Press. P: 97-113.
Mudjiman, A. 1995. Makanan Ikan. Penebar Samarinda.47 hlm.
Swadaya, Jakarta. 190 hlm Soeder, C. and E. Stengel. 1974. Physico
Mubarak, A.S. 2009.Pemberian Dolomit Pada chemical Factors Affecting Metabolism
Kultur Daphnia Sp. Sistem Daily Feeding and Growth Rate. In: Algal physiology and
Pada Populasi Daphnia sp. dan Kestabilan chemistry, pp. 714- 740, W. D. P. Stewa rt-
Kualitas Air.Jurnal Ilmiah Perikanan dan red.). Univ. of California Press, Berkeley
Kelautan. 1(1): 67-72. and Los Angeles, California
Nontji, A. 2002.Laut Nusantara. Djambatan. Sutomo. 2005. Kultur Tiga Jenis Mikroalga
Jakarta. 367 halaman. (tetraselmis sp., Chlorella sp. dan
Payer, H.p., Y Chiemvichak, K. Hosaku, C. chaetocerosgracilis) dan Pengaruh
Kongpanishkuel, L. Kradej, M.Aguittragul. Kepadatan Awal terhadap Pertumbuhan C.
S. Reungmanipitain, P. Bur. 1980. gracilis di Laboratorium.Oseanologi dan
Temprature as Important Climatic Limnologi, 37 : 43 – 58.
Factor During Mass Production of Wasis. 2009. Ekosistem dan Pelestarian
Microscopis Algae, Hal 389- 399. In Shelef, Sumber Daya Hayati dan Kacang Tanah.
G. And C. J soeder, ed, Algae Biomass. Penebar Swadaya. Jakarta
Elseiver North Hollan Biomedical Wardoyo. 1981. Kriteria kualitas air untuk
Press. Hlm 110 keperluan perikanan. Training Analisis
Riyantini, I. 1986. Pengaruh Penambahan Dampak Lingkungan Kerjasama PPLH, UNDIP-
Pupuk Super Flosing Terhadap PSL dan IPB Bogor. 41hal
Pertumbuhan Populasi Tetraselmischui di Widiyani. 2003. Pengaruh Berbagai tingkat
Laboratorium.Skripsi (tidak Intensitas Cahaya terhadap Pertumbuhan
dipublikasikan). Fakultas Peternakan Populasi Skeletonema
UNDIP Semarang. costatum (Grev).Clev.Skripsi (tidak
Rudiyanti, S. 2011. Pertumbuhan dipublikasikan). Fakultas Peternakan.
Skeletonema costatum pada berbagai UNDIP.
tingkatSalinitas media. Jurnal saintek Winarti. 2003. Pertumbuhan Spirulina
perikanan 6 (2) : 69 – 76. platensis yang Dikultur Dengan Pupuk
Komersil (Urea, TSP dan ZA) dan Kotoran
46
J. Aquawarman. Vol. 6 (1): 36-47. April 2020. ISSN :2460-9226

Ayam Fakultas Perikanan dan Ilmu


Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
45 hlm.
Winarto W.P. 2003. Sambiloto: Budi Daya dan
Pemanfaatan untuk Obat. 1st ed.
Jakarta: Penebar Swadaya. P. 1-12

47

Anda mungkin juga menyukai