Anda di halaman 1dari 12

ISSN : 1907-7556

HUBUNGAN PARAMETER FISIK PERAIRAN DENGAN STRUKTUR MENEGAK


KOMUNITAS PLANKTON DI TELUK AMBON DALAM

John W. Ch Karuwal
Dosen Dpk Kopertis Wilayah XII pada Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi komunitas plankton secara menegak
dan hubungannya dengan sifat fisika perairan berupa suhu, salinitas, densitas dan
kekeruhan. Penelitian dilaksanakan pada Teluk Ambon Bagian Dalam. Analisis
regresi digunakan untuk menjelaskan hubungan yang terbentuk. Hasil penelitian
mendapatkan bahwa nilai parameter fisik perairan pada komunitas fitoplankton
nilai koefisien determinasi (R2) berada pada kisaran 0,175 – 0,995. sedangkan untuk
komunitas zooplankton didapati nilai R2 berkisar antara 0,128 – 0,680 yang berarti
bahwa perubahan struktur komunitas fitoplankton dan zooplankton dipengaruhi oleh
keempat parameter fisik perairan
Kata kunci : parameter fisik perairan, plankton, Teluk Ambon Dalam

Abstract

The aims of this research are knowing plankton community vertically and it’s related
with the physical factor of the sea as temperature, salinity, density and turbidity.
The research was conduct at Inner Ambon Bay. Regression analysis has done for
explained the relation was made. The result are showing the value of determination
coefficient (R2) between physical parameter of sea and phytoplankton community are
0.175 – 0.995. R2 values on zooplankton community are 0.128 – 0.680. Its means the
changes of phytoplankton and zooplankton community structure was influences by
fourth physical parameter of sea.
Keywords : physical parameter of sea, plankton and Inner Ambon Bay

PENDAHULUAN Plankton sangat beraneka ragam dan


terdiri dari berbagai macam larva yang bentuk
Latar Belakang
dewasanya mewakili hampir seluruh hewan
P a r s o n d a n Ta k a h a s h i ( 1 9 7 3 ) laut (Nyabakken, 1992). Hutabarat dan Evans
mendefinisikan plankton sebagai organisme yang (1986) menambahkan bahwa zooplankton sebagai
tidak dapat menyebar melawan pergerakan massa kelompok hewan sangat banyak macamnya
air, yaitu meliputi (bakteri), fitoplankton (plankton termasuk kelompok Protozoa, Coelenterata,
tumbuhan) dan zooplankton (plankton hewan). Moluska, Annelida dan Crustacea. Secara
Odum (1971) menambahkan bahwa plankton menyeluruh plankton didominasi oleh jenis-jenis
adalah semua kumpulan organisme, baik hewan crustacea, baik dalam jumlah individu maupun
maupun tumbuhan air berukuran mikroskopis jumlah spesiesnya (Odum, 1971). Secara ekologi
dan hidupnya terapung atau melayang mengikuti Nyabakken (1992) menyatakan bahwa hanya
arus air. Sedangkan Newell dan Newell (1971) satu golongan plankton yang sangat penting di
menyatakan bahwa plankton sebagai organisme laut yaitu kelas Copepoda dan filum Crustacea
berukuran renik yang melayang-layang dalam yang mendominasi 50 – 80 % dari plankton yang
kolom perairan dan kemampuan renangnya sangat berada di lautan (Wickstead, 1965). Muara sungai/
lemah sehingga dipengaruhi oleh gerakan air. estuari adalah perairan pantai yang semi tertutup,
74 Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015

dimana air tawar dari sungai dan air laut bertemu Tujuan Penelitian
dan bercampur membentuk suatu ekosistem yang Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
unik dan kompleks (Sumich, 1992). Teluk Ambon kondisi struktur komunitas plankton secara
merupakan salah satu bentuk estuary yang semi menegak di teluk Ambon dalam dan pengaruh
tertutup (semi enclosed estuary). parameter oseanografi perairan terhadap kondisi
Fitoplankton memiliki peranan yang komunitas ini.
sangat penting di dalam suatu perairan karena
kemampuannya melakukan fotosintesis. Berperan METODOLOGI PENELITIAN
sebagai pengikat awal energi matahari yang Pelaksanaa Penelitian
sangat menentukan kelangsungan hubungan
makan-memakan dalam kehidupan biota di laut Penelitian ini dilaksanakan di perairan
(Odum, 1971). Nybakken (1992) menyatakan Teluk Ambon Bagian Dalam (TAD), Pulau
bahwa fitoplankton air asin yang berukuran besar Ambon, Propinsi Maluku. Perairan ini memiliki
dan terdapat dalam jumlah yang banyak adalah kedalaman berkisar antara 3 – 30 m dan diduga
dari kelompok diatom dan dinoflagelata. memiliki struktur komunitas organisme plankton
yang berbeda-beda. Gambar 1 menunjukkan peta
Wagey, 2002 mengemukakan bahwa lokasi penelitian.
selama periode penelitian 1996-1998
menemu_kan di teluk Ambon terdapat 105
spesies fitoplankton yang terdiri dari diatom
(78 spesies), dinoflagelata (44 spesies)
silicoflagelata (2 spesies) dan cyanobacteria
(1 spesies). 3 spesies dinoflagelata merupakan
jenis baru di Indonesia yaitu Gymnodinium
catenatum, Alexandrium cohorticula dan
Fragilidium cf. mexicanum. Pelasula dan
Mudjiono, 2007 menyatakan bahwa selama bulan
Februari hingga Agustus 2007, struktur biomassa
fitoplankton di Teluk Ambon didominasi oleh
jenis Trichodesmium sebesar 5,18-96,61%.
Frid dan Huliselan, 1998 mendapati bahwa
di Teluk Ambon ada 56 spesies zooplankton dari
96.465 individu/m3 yang ditemukan dimana
Copepoda merupakan kelompok yang dominan
sebesar 23 spesies dengan persentase 71% dari
total individu. Pelasula dan Mudjiono, 2007
menyatakan bahwa di Teluk Ambon selama Gambar 1. Lokasi penelitian
pengamatan bulan Februari hingga Agustus Pengolahan data dilakukan pada Lembaga
2007, struktur komunitas plankton didominasi Oseanologi Nasional Lembaga Ilmu Pengetahuan
oleh kelompok Copepoda jenis Calanoida sp Indonesia Ambon dan Laboratorium Mata
dan Cyclopoida sp sebesar 18,20-93,77%. Hasil Kuliah Dasar Fakultas Pertanian Universitas
penelitian Mulyadi dan Radjab, 2009 mendapati Muhammadiyah Maluku Utara. Peralatan yang
bahwa zooplankton yang predominan di teluk digunakan dalam penelitian ini yaitu Notebook
Ambon adalah jenis Copepoda, Meroplankton, PC Compac GT 361 TX, Vandorn water sampler,
Lucifera, Thaliacea dan Chaetognatha adalah plankton net kitahara mesh size 300 mikron, botol
plankton yang predominan dimana persentase rol film, pipet tetes, Conductivity Temperatur
kelimpahan rata-rata pada Copepoda adalah 61,23 Depth (CTD) mikroskop binokuler, Sedwick
% dari total plankton. counting cell, Talam bolgorof, gelas ukur dan
speed boat. Sedangkan bahan yang digunakan

Hubungan Parameter Fisik Perairan dengan Struktur Menegak Komunitas Plankton di Teluk Ambon dalam
Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015 75

adalah larutan formalin dengan pengenceran pola sebaran (Dispersi Morisita (Brower
40 %. et al, 1990)) yang diformulakan sebagai
berikut:
Pengambilan data Oseanografi dan plankton
Penggambilan data parameter oseanografi
……............ (1)
menggunakan peralatan Condutivity, Temperatur,
Depth (CTD) meliputi Temperatur, Salinitas.
Densitas, konduktivitas, Kedalaman dan Tekanan. Dimana: N = jumlah individu per liter
Alat ini merekam dengan ketelitian 0,01 meter Vd = volume air yang tersaring (liter)
dengan selang waktu 3 jam. Pengoperasian alat ini
Vt = volume air yang disaring (ml)
secara menegak disesuaikan dengan kedalaman
perairan. Contoh plankton diambil pada 1 (satu) Vs = volume air pada sedgwick-rafter
titik pengamatan dengan menggunakan plankton (ml)
net untuk lapisan permukaan sedangkan dari n = jumlah plankton tercacah
kolom air menggunakan vandorn water sampler
selama 1 x 24 jam dengan selang waktu tiap H’ = - (Pi log2Pi) …………..………. (2)
3 jam. Plankton net ditarik perlahan-lahan
secara vertikal ke permukaan perairan pada Pi = ni/N
stratifikasi kedalaman 10 meter disesuaikan dimana:
dengan kedalaman lokasi penelitian. Pekerjaan H’ = indeks keanekaragaman
ini diulang 2 kali. Contoh plankton yang tersaring Ni =jumlah individu ke-I
kemudian dimasukkan ke dalam botol contoh N = jumlah individu total
dan diawetkan dengan menambahkan beberapa
n = jumlah taksa
tetes larutan formalin 40%. Plankton yang telah
diawetkan dianalisis di bawah mikroskop yang Pi = proporsi frekuensi je nis ke-i terhadap
meliputi identifikasi, kepadatan dan komposisi jumlah total
plankton yang dinyatakan dalam satuan ind/m3. Kriteria keanekaragaman yang
Identifikasi genera plankton dilakukan dengan digunakan:
menggunakan buku identifikasi Yamaji (1976), H’ < 1 : keanekaragaman rendah
Hutabarat, Evans (1988) dan Tomas (1997).
1 < H’ < 3 : keanekaragaman sedang
Analisis data H’ > 3 : keanekaragaman tinggi.
1) Analisis data Oseanografi
Data rekaman CTD dalam format raw
…………………..….... (3)
ditransfer ke format spread sheet pada
Microsoft excel untuk penggolahan lanjutan.
Kemudian data dipisahkan sesuai variabel Dimana :
osenaografi yang terekam untuk dipilah-pilah H’maks = log 2 S = 3,3219 log S
menurut strata kedalaman yang diseuaikan E = indeks keseragaman
dengan kedalaman pencuplikan sampel S = jumlah taksa
plankton. Setelah itu dibuat grafik scatter
Kriteria yang digunakan:
with smooth line untuk menggambarkan
kondisi tiap-tiap parameter oseanografi E < 0,4 : keseragaman kecil
setiap 1 meter. 0,4 < E < 0,6 : keseragaman sedang
2) Analisis Plankton E > 0,6 : keseragaman tinggi
Analisis data plankton meliputi kelimpahan D = (Pi)2 …………………………… (4)
(APHA, 1979), indeks keanekaragaman Dimana:
(Shannon – Weanner atau H’), indeks
D = indeks dominansi
keseragaman (E), indeks dominasi (D) dan

John W. Ch Karuwal
76 Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015

Pi = proporsi jumlah ke-i terhadap jumlah HASIL DAN PEMBAHASAN


total
1) Parameter Oseanografi Perairan
n = jumlah taksa
a. Temperatur
Nilainya berkisar antara 0-1, semakin
Temperatur merupakan parameter fisik
besar indeks dominansinya maka semakin besar
yang berperan dalam mengendalikan kondisi
kecenderungan salah satu spesies mendominasi
ekologis perairan. Perubahan temperatur biasanya
suatu populasi.
dapat mempengarui proses fisik, kimia dan biologi
Kriteria yang digunakan: yang terjadi dalam kolom air. Secara biologi,
D < 0,4 : dominansi rendah setiap organisme air memiliki kisaran toleransi
0,4 < D < 0,6 : dominansi sedang Temperatur tertentu bagi kebutuhan hidup masing-
masing, misalnya untuk pertumbuhan. Hasil
D > 0,6 : dominansi tinggi
penelitian menunjukan profil menegak sebaran
temperatur di lokasi penelitian pada kisaran 28,84
………………(6) – 30,10 oC. Sepanjang hari pengamatan didapati
dimana : temperatur rata-rata 29,43 oC dimana pada siang
hari sebesar 29,37 oC dan malam hari sebesar
Id = Indeks Dispersi Morisita 29,48 oC. Bertambahnya kedalaman perairan
n = jumlah plot pengambilan contoh terjadi juga disparitas temperatur rata-rata yang
N = jumlah individu dalam n plot besar dari permukaan hingga dasar perairan yaitu
Xi = jumlah individu pada plot ke-i sebesar 0,76 oC.
Pola dispersi plankton ditentukan dengan Beberapa penelitian mendapatkan kisaran
menggunakan kriteria sebagai berikut (Brower temperatur di perairan teluk Ambon adalah
et,al. 1990) : antara 26,26-30,74oC. Tarigan dan Sapulette
(1987), menemukan bahwa temperatur terendah
Id < 1 : pola dispersi seragam
pada lapisan permukaan maupun dekat dasar
Id = 1 : pola dispersi acak dijumpai dalam bulan Juli (musim timur)
Id > 1 : pola dispersi mengelompok berkisar antara 24,63-29,24oC dan Temperatur
tertinggi pada bulan Desember (musim barat
berkisar antara 27,63-29,24oC. Berdasarkan data
tersebut diketahui bahwa variasi Temperatur
Untuk menguji kebenaran nilai di atas, yang terjadi di perairan TAD cukup kecil dan
digunakan uji statistik Chi-kuadrat sebagai gejala tersebut berlangsung sepanjang tahun
berikut: karena berkaitan erat dengan kondisi curah hujan
Nilai Chi-kuadrat yang didapatkan musiman di wilayah ini. Hasil penelitian Pemkot
dibandingkan dengan nilai Chi-kuadrat tabel Ambon dan Unpatti (2002) menunjukkan bahwa
dengan menggunakan selang kepercayaan 90% (a dinamika temperatur terbesar terjadi pada strata
= 0,10). Jika χ2 hitung kurang dari χ2 tabel berarti kedalaman 20-30 m di seluruh perairan teluk.
tidak ada perbedaan yang nyata dengan acak. Hal ini menggambarkan bahwa pada kedalaman
tersebut selalu terjadi pergantian massa dengan
3) Analisis Hubungan antara Variabel karakteristik yang berbeda selama siklus pasang
Hubungan antara parameter oseanografi surut dalam musim tersebut.
dengan struktur komunitas plankton b. Salinitas
digunakan analisis korelasi Pearson dan
Analisis Regresi Berganda menurut Walpole, Salinitas air laut dikontrol oleh variasi
1992. lokal dari laju transportasi melalui siklus
hidrologis. Oleh karena itu salinitas merupakan
variabel di daerah pantai yang dipengaruhi
oleh sungai dan runoff air tanah. Salinitas air

Hubungan Parameter Fisik Perairan dengan Struktur Menegak Komunitas Plankton di Teluk Ambon dalam
Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015 77

laut permukaan bervariasi menurut lintang terlarut, maupun bahan organik dan anorganik
sebagai hasil pertukaran laju relatif air yang yang berupa plankton dan mikroorganisme lain
hilang melalui evaporasi dan air yang tersedia (Effendi, 2003; Alaerts dan Santika, 1987)..
melalui presipitasi. Variasi salinitas dapat secara Pada penelitian ini didapati kekeruhan
temporal maupun spasial, berubah sepanjang rata-rata perairan tiap pengamatan sebesar 0,949
waktu berdasarkan perubahan keadaan lautan, – 0,957 NTU dengan nilai tertinggi pada 1,005
penutupan awan, dan jarak dari matahari. Hasil dan terendah pada 0,921 NTU. Kekeruhan yang
penelitian ini memperoleh nilai salinitas dari rata- tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem
rata tiap pengukuran berkisar antara 33,53–33,62 osmoregulasi misalnya pernafasan dan daya
PSU, dimana salinitas permukaan air laut sebesar lihat organisme akuatik termasuk zooplankton,
31,76-32,67 PSU dan dasar perairan sebesar sehingga dapat mempengaruhi perkembangbiakan
33,80-33,89 PSU. Selanno, 2009 mengatakan plankton larva dan dapat mengakibatkan kematian
bahwa variasi temporal salinitas dipengaruhi (Effendi, 1997). Menurut Baka (1996) bahwa
oleh curah hujan serta run off sungai-sungai yang kekeruhan perairan yang kurang dari 5 NTU
bermuara ke teluk Ambon. tergolong perairan yang jernih.
c. Densitas 2) Distribusi Vertikal Komunitas Plankton
Densitas merupakan salah satu parameter a. Komposisi Fitoplankton
terpenting dalam mempelajari dinamika laut.
Perbedaan densitas yang kecil secara horisontal Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
(misalnya akibat perbedaan pemanasan di bahwa komposisi komunitas fitoplankton
permukaan) dapat menghasilkan arus laut yang ditemukan pada lokasi penelitian sebanyak 26
sangat kuat. Densitas air laut bergantung pada genus, terdiri dari 6 kelas yang digolongkan
temperatur (T), salinitas (S) dan tekanan (p). dalam kelas Bacillariophyceae (4 genus), Ciliatea
Kebergantungan ini dikenal sebagai persamaan (2 genus), Coscinodiscophyceae (10 genus),
keadaan air laut (Equation of State of Sea Water) Cyanophyceae (1 genus), Dynophyceae (6 genus),
yaitu ρ = ρ (T; S; p) dan Fragilariophyceae (3 genus).
Densitas bertambah dengan bertambahnya Fitoplankton dari kelas Bacillariophyceae,
salinitas dan berkurangnya temperatur. Densitas Coscinodiscophyceae, dan Fragilariophyceae
air laut terletak pada kisaran 1.025 kg m -3 (Diatom) merupakan kelas yang paling banyak
sedangkan pada air tawar 1.000 kg m-3. Dalam ditemukan sebesar 92% (Gambar 2). Hal ini
kegiatan pemeruman, salinitas dan temperatur sesuai dengan pernyataan Nontji (1987) bahwa
yang diperoleh dari pengukuran pada interval umumnya fitoplankton yang terdapat di perairan
kedalaman tertentu sangat berguna untuk laut adalah dari jenis diatom (Bacillariophyceae,
menentukan cepat rambat gelombang akustik Fragilariophyceae dan Coscinodiscophyceae),
dan menentukan pembelokan arah perambatan diikuti dengan dinoflagellata (Dinophyceae)
gelombang akustik (refraksi). Pada penelitian ini dan alga biru (Cyanophyceae). komposisi jenis
didapati densitas berada pada 1.019,79 - 1.021,39 fitoplankton berdasarkan waktu pencuplikan
kg m-3. di lokasi penelitian dimana genus Chaetoceros
sp dari kelas Coscinodiscophyceae dan
d. Kekeruhan
Trichodesmium sp dari kelas Cyanophyceae
Kekeruhan adalah gambaran sifat optik air dominan ditemukan pada waktu dan kedalaman
dari suatu perairan yang ditentukan berdasarkan pengambilan sampel
banyaknya cahaya yang dipancarkan dan diserap
oleh partikel-partikel yang ada dalam air.
Kekeruhan juga dapat disebabkan oleh bahan
organik dan anorganik yang tersuspensi dan

John W. Ch Karuwal
78 Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015

Jenis fitoplankton dari kelas


Bacillariophyceae yang selalu ditemukan di
semua waktu dan strata kedalaman pengamatan
dalam jumlah yang melimpah ialah Chaetoceros
sp. Hal ini berkaitan dengan bentuk tubuh
Chaetoceros sp. yang membentuk rantai atau
kumpulan sel serta mempunyai chaeta sehingga
memiliki laju penenggelaman yang rendah serta
kurang disukai oleh pemangsa herbivora. Nontji
(2007) menyatakan bahwa beberapa jenis Diatom
yang banyak ditemukan di perairan laut adalah
Chaetoceros, Bacteriastrum, Rhizosolenia,
Gambar 2 Komposisi kelas fitoplankton yang dan Biddulphia. Jenis Dinoflagellata yang
ditemukan pada waktu penelitian
ditemukan dalam jumlah yang lebih banyak
dibandingkan dengan jenis dari Dinoflagellata
Berdasarkan kelimpahan, komposisi
lainnya ialah Ceratium sp. Hal ini diduga karena
fitoplankton yang tertinggi ada pada kelas
jenis ini mempunyai metode pengapungan dari
Coscinodiscophyceae. Fitoplankton yang umum
tiga buah tanduk panjang yang dianggap dapat
terdapat di laut biasanya berukuran besar dan
meningkatkan gesekan air seperti halnya pada
terdiri dari dua kelompok yang mendominasi,
diatom yang memiliki rambut dan duri.
yaitu diatom (kelas Bacillariophyceae,
Fragilariophyceae dan Coscinodiscophyceae)
dan dinoflagelata (Kennish 1990; Skaloud and
Rezacova 2004).
Didapati bahwa ada 6 spesies fitoplankton
yang selalu ditemukan dalam 9 kali pengambilan
sampel yaitu Chaetoceros sp, Rhizosolenia sp,
Thalasiothrix sp, Thalassionema sp, Ceratium sp
dan Trichodesmium sp (Gambar 3). Komposisi jenis
tertinggi ditemukan pada saat pengambilan jam
13.12-13.33 WIT dan 19.13-19.24 WIT sebanyak Gambar 3. Komposisi Genus Fitoplankton yang
16 genus. Chaetoceros sp dan Trichodesmium ditemukan pada waktu penelitian
sp merupakan jenis yang paling dominan dari
semua jenis fitoplankton yang ditemukan. Hal ini
diduga terjadi karena fitoplankton dari kelas ini
mampu beradaptasi dengan lingkungan tempat
hidupnya dibandingkan dengan genus dari kelas
yang lainnya (Nybakken 2005). Sedangkan
berdasarkan kedalaman pencuplikan ditemukan 5
genus dominan yang muncul yaitu Bacteriastrum
sp, Chaetoceros sp, Rhizosolenia sp, Ceratium
Gambar 4. Komposisi Genus Fitoplankton berdasar-
sp dan Trichodesmium sp. Genus Chaetoceros
kan kedalaman
sp dan Bacteriastrum sp merupakan jenis yang
Jenis fitoplankton dari kelas Cyanophyceae
banyak ditemukan pada semua strata kedalaman
yang ditemukan di setiap waktu dan strata
(Gambar 4). Komposisi jenis yang paling tinggi
kedalaman pengambilan, yaitu dari genus
ditemukan pada kedalaman 5 meter sebanyak 21
Trichodesmium sp. dengan kelimpahan yang
genus dan menyusut seiring dengan bertambahnya
cukup tinggi. Menurut Madhav and Kondalarao
kedalaman perairan.
(2004), salah satu jenis fitoplankton yang
dapat hidup di perairan miskin nutrien adalah

Hubungan Parameter Fisik Perairan dengan Struktur Menegak Komunitas Plankton di Teluk Ambon dalam
Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015 79

Trichodesmium. Alga ini berupa filamen dengan


ukuran 0,001 mm yang tersebar luas dan cukup
banyak, serta diduga merupakan makanan
zooplankton kecil. Trichodesmium sp merupakan
spesies umum yang dijumpai di Laut Banda dan
sekitarnya (Sediadi, 2004).
b. Komposisi Zooplankton
Hasil identifikasi sampel zooplankton,
Gambar 5 Persentase kelompok dominan penyusun
diperoleh komposisi jenis zooplankton di perairan komunitas zooplankton.
teluk Ambon Bagian Dalam sebanyak 41 jenis
yang terdiri dari 6 filum, yaitu filum Arthropoda,
Kehadiran komunitas zooplankton menurut
Chaetognatha, Cnidaria, Echinodermata, Mollusca
waktu pengambilan (Gambar 6) ditemukan 13
dan Annelida. 41 spesies zooplankton ini
jenis zooplankton sepanjang waktu pengambilan
digolongkan pula dalam kelompok holoplankton
sampel dalam jumlah yang signifikan yaitu
(30 genus) dan meroplankton (11 genus) yang
Centropages sp (2,45%), Acrocalanus sp
terbagi dalam 14 kelas yaitu Maxillopoda
(14,90%), Eucalanus sp (9,79%), Oncaea sp
(18 genus), Branchiopoda (1 genus), Ostracoda
(2,05%), Oithona sp (21,60%), Macrosetella sp
(2 genus), Malacostraca (8 genus), Sagittoidea
(5,33%), Euchonchaecia sp (2,00%), Larvacea
(2 genus), Thaliacea (1 genus), Appendicularia/
sp (3,43%), Larva Peneidae (12,96%), Larva
larvacea (1 genus), Diplopoda (1 genus), Hydrozoa
Gastropoda (2,61%), Larva Echinodermata
(1 genus), Gastropoda (1 genus), Cephalopoda
(3,29%), Larva Bivalvia (12,52%) dan Larva
(1 genus), Bivalvia (1 genus), Polychaeta
Annelida (2,23%). Secara umum didapati pula
(1 genus) dan Actinopterygii (1 genus). Lebih
bahwa jumlah individu yang hadir setiap waktu
lanjut diketahui bahwa kopepoda merupakan
pengamatan dengan jumlah yang tidak berbeda.
bagian terbesar dari komposisi zooplankton yang
ditemukan yaitu 17 genus digolongkan dalam
copepoda (57, 72%), meroplankton (34,65%).
Urochordata (3,97 %), Ostracoda (2,06%) dan
jenis yang lain (1,58 %).
Pengamatan terhadap struktur penyusun
komunitas zooplankton (Gambar 5) di lokasi
penelitan menemukan copepoda (57,72%)
merupakan komponen terbesar yang membentuk
komunitas ini. Kennish (1990) dan Nybakken
(1992) menyatakan bahwa kelompok holoplankton
yang dominan di estuari adalah crustasea dimana
copepoda merupakan hewan herbivor yang
umumnya mendominasi perairan, Kemudian
Cladosera, Ostracoda, Sergestidae, Hyperia, Gambar 6. Komposisi zooplankton yang ditemukan
Chaetognatha, Urochordata, Siphonophora, berdasarkan waktu penelitian
Medusa, dan Meroplankton (larva organisme Berdasarkan strata kedalaman perairan,
laut). ditemukan 12 spesies zooplankton yang selalu
hadir pada semua strata kedalaman yaitu
Centropages sp, Acrocalanus sp, Eucalanus sp,
Oithona sp, Macrosetella sp, Euchonchaecia sp,
Larvacea sp, Larva Peneidae, Larva Gastropoda,
Larva Echinodermata, Larva Bivalvia dan Larva
Annelida (Gambar 7). Kehadiran jenis-jenis

John W. Ch Karuwal
80 Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015

zooplankton ini hingga kedalaman 20 meter dengan yang dikemukakan oleh Haumahu (2004),
diduga karena pergerakan arus dan pergantian distribusi dan sebaran fitoplankton tidak merata
massa air yang terjadi dalam Teluk Ambon. di setiap perairan karena dipengaruhi oleh faktor-
faktor fisika dan kimia perairan seperti angin,
arus, dan kandungan nutrien.
Pada komunitas zooplankton, kelimpahan
total sebesar 928.320 ind/m 3 . Komunitas
zooplankton ditemukan melimpah pada jam
01.13-01.34 WIT (malam hari) sebesar 135.264
928.320 ind/m3, sedangkan menurut kedalaman
komunitas ini melimpah pada kedalaman 5 meter
sebesar 244.992 ind/m3. Acrocalanus sp, Oithona
sp, Larva Peneidae, dan Larva Bivalvia merupakan
populasi yang paling tinggi kelimpahannya pada
waktu dan kedalaman penelitian. Melimpahnya
zooplankton pada waktu dan kedalaman ini
Gambar 7 Komposisi zooplankton yang ditemukan
diduga berhubungan dengan melimpahnya
berdasarkan kedalaman
komunitas fitoplankton pada perairan ini.
Pada kedalaman 5 dan 10 meter ditemukan
Hasil perhitungan indeks keanekaragaman,
jumlah individu zooplankton yang besar dengan
indeks keanekaragaman dan indeks dominansi
jumlah jenis yang besar yaitu 29 – 30 jenis.
fitoplankton selama pengamatan menurut waktu,
Keadaan ini diduga karena pada lapisan kedalaman
disajikan dalam Tabel 1.
ini tersedia fitoplankton dalam jumlah yang besar
sebagai makanan zooplankton. Kondisi ini Tabel 1. Nilai indeks keanekaragaman (H’), indeks
keseragaman (E) dan indeks dominansi (D)
berubah seiring dengan bertambahnya kedalaman,
fitoplankton selama pengamatan.
didapati jumlah individu yang semakin menyusut.
Waktu Indeks Ekologi
Di laut terbuka banyak zooplankton yang dapat No
Pengamatan (H’) (E) (D)
melakukan gerakan naik turun secara berkala 1 10.13-10.40 0,7509 0,3022 0,5802
atau dikenal dengan migrasi vertikal. Pada malam 2 13.12-13.33 0,5533 0,1996 0,7446
hari zooplankton naik ke atas menuju permukaan 3 16.12-16.34 0,8074 0,2981 0,6100
sedangkan pada siang hari turun ke lapisan 4 19.13-19.24 0,7170 0,2586 0,6696
bawah (Nontji 1987). Gerakan naik turun ini 5 22.12-22.30 0,5837 0,2155 0,7509
6 01.13-01.34 0,6826 0,2521 0,6838
dapat menyebabkan perbedaan kelimpahan dan
7 04.13-04.25 0,9192 0,2822 0,6834
komposisi zooplankton antara lapisan dasar dan
permukaan dari suatu perairan. 8 07.13-07.32 0,6680 0,2688 0,7046
9 10.13-10.25 0,6183 0,2488 0,7395
c. Kelimpahan plankton Kisaran 0,5533-0,9192 0,1996-0,3022 0,5802-0,7509

Nilai kelimpahan fitoplankton dapat Rata-rata 0,7000 0,2584 0,6852


digunakan untuk melihat kesuburan dari suatu Nilai indeks keanekaragaman (H’) pada
perairan. Kelimpahan total komunitas fitoplankton waktu pengamatan berkisar antara 0,553 - 0,919.
di lokasi penelitian ini sebesar 3.041.933.333 Nilai tertinggi diperoleh pada waktu pencuplikan
sel/m3. Hasil perhitungan didapati kelimpahan 04.13-04.25 sebesar 0,9192 dan nilai terendah
fitoplankton menurut waktu pencuplikan tertinggi pada waktu pengambilan 13.12-13.33 WIT sebesar
pada jam 16.12-16.34 WIT sebesar 458.333.333 0,5533 (Tabel 1). Perairan ini keanekaragaman
sel/m3, sedang menurut kedalaman kelimpahan yang relatif kecil dan menunjukkan komunitas
tertinggi ditemukan pada kedalaman 5 meter yang tidak stabil (Odum, 1993). Secara umum
sebesar 1.072.933.333 sel/m3. Chaetoceros sp dari nilai indeks keanekaragaman yang didapat,
dan Trichodesmium sp merupakan jenis yang memiliki nilai yang bervariasi. Keadaan ini
paling tinggi kelimpahannya pada semua waktu diduga karena dinamika faktor-fisika, kimia
dan kedalaman pencuplikan. Hal ini sesuai

Hubungan Parameter Fisik Perairan dengan Struktur Menegak Komunitas Plankton di Teluk Ambon dalam
Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015 81

dan biologi yang terjadi pada perairan selama rendah dimana komunitas mudah berubah hanya
pengamatan. dengan mengalami perubahan lingkungan yang
Nilai indeks keseragaman (E) fitoplankton relative kecil (Basmi, 1999).
selama pengamatan berkisar antara 0,1996- Nilai indeks keseragaman (E) rata-
0,3022. Nilai keseragaman tertinggi ditemukan rata komunitas zooplankton menurut waktu
pada waktu pencuplikan 10.13-10.40 WIT pencuplikan pada lokasi penelitian ini sebesar
sebesar 0,3022 dan nilai terendah ditemukan pada 0,1274. Nilai keseragaman tertinggi ditemukan
waktu pencuplikan 13.12-13.33 WIT sebesar pada jam 10.13-10.40 WIT yaitu sebesar 0,7721
0,1996. Nilai keseragaman yang diperoleh dan nilai keseragaman terendah ditemukan pada
tersebut mendekati 1 yang berarti bahwa jam 13.12-13.33 WIT yaitu 0,6847. Nilai-nilai
penyebaran organisme relatif merata. Sedangkan ini memberikan arti bahwa kondisi komunitas
apabila nilai indeks keseragaman mendekati 0, zooplankton pada lokasi ini memiliki keseragaman
dimungkinkan ada jenis yang mendominasi di yang tinggi (E > 0,6). Nilai indeks dominansi (D)
perairan tersebut. Indeks ini jelas mendeskripsikan rata-rata menurut waktu pencuplikan pada lokasi
bahwa komunitas fitoplankton pada lokasi ini penelitian yaitu 0,1274. Nilai dominansi tertinggi
didominasi oleh jenis Chaetoceros sp dalam ditemukan pada jam 10.13-10.25 WIT sebesar
jumlah yang besar. Nilai indeks dominansi yang 0,1433 dan terrendah pada jam 07.13-07.32 WIT
diperoleh selama pengamatan berkisar antara sebesar 0,1146. Nilai parameter yang diperoleh
0,5802-0,7509. Jenis fitoplankton yang memiliki tersebut mendekati 0 berarti komunitas biota
kelimpahan yang lebih tinggi dari jenis lainnya yang diamat tidak terdapat spesies yang secara
adalah Bacteriastrum sp, dan Trichodesmium ekstrim mendominasi spesies lainnya. Hal ini
sp. menunjukkan bahwa kondisi suatu komunitas
Hasil perhitungan indeks keanekaragaman, dalam keadaan stabil, kondisi lingkungan cukup
indeks keseragaman dan indeks dominansi prima dan tidak terjadi tekanan ekologis (stress)
zooplankton di lokasi penelitian selama di habitat biota yang bersangkutan.
pengamatan, disajikan dalam Tabel 2. Berdasarkan perhitungan dengan
Tabel 2. Nilai indeks keanekaragaman (H’), indeks menggunakan indeks Morisita diperoleh indeks
keseragaman (E) dan indeks dominansi (C) penyebaran komunitas fitoplankton yang berkisar
zooplankton di lokasi penelitian. antara 0,16 – 3,41. Hal ini menunjukan bahwa
Waktu
Indeks Ekologi penyebaran jenis fitoplankton di lokasi penelitian
No
Pengamatan Keanekaragaman
(H’)
Keseragaman
(E)
Dominansi
(D)
cenderung mengelompok. Berdasarkan nilai
1 10.13-10.40 2,4853 0,7721 0,1233
indeks Morisita (I ) dapat diketahui bahwa
2 13.12-13.33 2,2308 0,6847 0,1360
pola penyebaran setiap genus termasuk dalam
3 16.12-16.34 2,4561 0,7452 0,1200
4 19.13-19.24 2,3843 0,7604 0,1229 pola penyebaran mengelompok (I >1). Hal ini
5 22.12-22.30 2,3152 0,7604 0,1387
berarti setiap genus berada dalam kelompok
6 01.13-01.34 2,3719 0,7463 0,1158
7 04.13-04.25 2,3597 0,7425 0,1324
dan jarang ada yang terpisah. Hal ini sesuai
8 07.13-07.32 2,4577 0,7635 0,1146 dengan yang dikatakan Odum (1971), bahwa
9 10.13-10.25 2,2887 0,7299 0,1433 pola penyebaran individu dalam populasi dengan
0,1146- tingkat pengelompokan yang bermacam-macam
Kisaran 2,2308-2,4853 0,6847-0,7721 0,1433
merupakan bentuk yang paling umu terjadi di
Rata-rata 2,3722 0,7450 0,1274
Nilai indeks keanekaragaman (H’) rata- alam. Hal ini disebabkan adanya hubungan
rata adalah 2,3722. Nilai tertinggi diperoleh reproduksi dan kemiripan sifat atau karakter.
pada jam 10.13-10.40 WIT yaitu 2,4853 dan Selain itu, pola mengelompok juga disebabkan
nilai terendah pada jam 13.12-13.33 WIT yaitu oleh adanya kesamaan kondisi lingkungan
2,2308. Berdasarkan rata-rata nilai indeks perairan berdasarkan sifat fisika dan kimia
keanekaragaman tersebut, menunjukkan bahwa perairan tersebut. Hasil Uji Khi-Kuadrat pada
lokasi ini memiliki nilai keanekaragaman yang selang kepercayaan 95% (α=0,05), menunjukan

John W. Ch Karuwal
82 Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015

bahwa χ2 hitung lebih besar dari χ2 tabel untuk (5 meter), +0,144 (10 meter), +0,657 (15 meter)
semua genus fitoplankton. Hal ini berarti bahwa dan 0,591 (20 meter). Disparitas nilai koefisien
pola penyebaran komunitas fitoplankton pada korelasi pada hubungan kelimpahan kedua
lokasi penelitian cenderung mengelompok. komunitas ini menunjukan bahwa arah dan
Berdasarkan nilai indeks dispersi Morisita hubungan interaksi yang tidak terlalu kuat pada
kedua komunitas di setiap waktu pengamatan
(I ) zooplankton ini dapat diketahui bahwa pola maupun kedalaman (Santoso, 2012), kecuali pada
penyebaran setiap genera pada lokasi penelitian lapisan kedalaman 15 meter. Hasil analisis regresi
termasuk dalam kategori pola penyebaran linear terhadap kelimpahan kedua komunitas
mengelompok (I > 1). Hasil uji chi-kuadrat mendapatkan koefisien determinasi (R2) sebesar
0.0087 (0 meter), 0,072 (5 meter), 0,021
terhadap nilai I = 1, dengan selang kepercayaan (10 meter), 0,043 (15 meter) dan 0,350 (20 meter).
95% (α = 0,05) menunjukkan bahwa χ2 hitung > Santoso, 2012 menyatakan bahwa rentang nilai
χ2 tabel untuk semua genera zooplankton. Hal ini koefisien determinasi (< 0,5) tergolong tidak
berarti bahwa pola penyebaran zooplankton di kuat. Ini menunjukan bahwa kelimpahan kedua
lokasi penelitian berbeda nyata dengan acak. komunitas tidak saling mempengaruhi namun ada
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan penyebab lain yang terjadi di perairan.
oleh Odum (1971), bahwa pola penyebaran individu Hubungan kelimpahan antara kedua
dalam populasi dengan tingkat pengelompokan komunitas ini sangat sering dijumpai pada berbagai
yang bermacam-macam merupakan bentuk ekosistem perairan. Ada beberapa faktor yang
penyebaran yang paling umum terjadi di alam. yang menyebabkan hal ini dapat terjadi antara lain
Hal ini terjadi sebagai akibat adanya perbedaan adanya kemungkinan konsumer lain yang tidak
respon dari masing-masing populasi terhadap hanya memangsa fitoplankton tetapi sekaligus
perbedaan habitat dan adanya kemiripan antara juga memangsa zooplankton. Kehadiran hewan
karakter individu masing-masing dalam populasi. tingkat tinggi yang bersifat planktivorus seperti
Pola penyebaran mengelompok ditentukan ikan dapat saja menyebabkan pengaruh terhadap
oleh kompetisi zooplankton dalam menempati populasi fitoplankton maupun zooplankton.
habitat yang layak bagi kelangsungan hidupnya Laju mortalitas dan natalitas zooplankton dan
atau memperoleh makanan alami yang cukup fitoplankton, hubungan makan memakan serta
dan berkualitas atau keduanya. Kualitas habitat faktor fisik-kimia perairan merupakan hal
berupa kondisi fisika-kimia dan kelimpahan lain yang mempengaruhi kelimpahan kedua
fitoplankton di perairan teluk Ambon yang komunitas (Umar, 2002)
beragam, mengakibatkan pola penyebaran e. Hubungan antara Parameter Fisik Perairan
mengelompok hanya dapat terbentuk apabila dan komunitas Plankton
semua genera zooplankton peka terhadap
perubahan kualitas habitat tersebut. Sehubungan Hubungan antara parameter fisika perairan
dengan hal tersebut, maka pola penyebaran dengan distribusi kelimpahan plankton dengan
mengelompok zooplankton terbentuk karena persamaan regresi linear berganda menunjukan
semua genera zooplankton peka terhadap hubungan yang tidak kuat hingga sangat kuat
perubahan kualitas habitat. pada 5 strata kedalaman perairan sampel
plankton. Komunitas fitoplankton nilai koefisien
d. Hubungan antara Zooplankton dan determinasi (R2) berada pada kisaran 0,175 (strata
Fitoplankton 10 meter) – 0,995 dengan (strata 5 meter). Ini
Hubungan antara zooplankton dan menjelaskan bahwa keempat parameter fisik
fitoplankton dapat dilihat dari distribusi perairan memberikan andil terhadap perubahan
kelimpahan dan besarnya nilai korelasi Pearson komunitas fitoplankton di perairan ini sebesar
(R) dari kedua komunitas ini. Analisis korelasi 17,5 – 99,5 %, sedangkan untuk komunitas
mendapatkan koefisen korelasi (R) dari kedua zooplankton didapati nilai R2 berkisar antara
komunitas yaitu pada +0,093 (0 meter), +0,268 0,128 (strata 20 meter) – 0,680 (strata 10 meter)

Hubungan Parameter Fisik Perairan dengan Struktur Menegak Komunitas Plankton di Teluk Ambon dalam
Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015 83

yang berarti bahwa perubahan struktur komunitas Peningkatan suhu perairan sebesar 10 ºC,
zooplankton juga dipengaruhi oleh keempat menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi
parameter fisik perairan sebesar 12,8 – 68,0 %. oksigen oleh organisme akuatik sebanyak dua
Keempat parameter ini yang sangat sampai tiga kali lipat (Effendi, 2003).
berpengaruh terhadap perubahan komunitas
fitoplankton adalah suhu (strata 0,15 dan 20 KESIMPULAN
meter) dengan nilai korelasi sebesar 0,27 1. Empat parameter fisik perairan yang diukur
hingga 0,85. Salinitas menjadi penghubung berpengaruh terhadap perubahan komunitas
struktur komunitas berikutnya (5 dan 10 meter) fitoplankton dan zooplankton dimana suhu
sebesar 0,18 – 0,48. Faktor fisik perairan yang merupakan penentu utama keberadaan
mempengaruhi komunitas zooplankton adalah struktur kedua komunitas.
suhu (strata 5, 15 dan 20 meter) sebesar 0,069 2. Ada disparitas nilai koefisien korelasi pada
– 0,55, kemudian salinitas (strata 10 meter) dan hubungan kelimpahan kedua komunitas
turbiditas (strata 0 meter). Suhu merupakan faktor ini menunjukan bahwa arah dan hubungan
yang sangat berpengaruh karena suhu berdampak interaksi yang tidak terlalu kuat pada kedua
langsung terhadap laju proses fotosintesis, proses komunitas di setiap waktu pengamatan
fisiologi hewan khususnya metabolisme dan maupun kedalaman
siklus reproduksinya (Svedrup et al., 1946).

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G dan Santika, SS. 1984. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya.
Baka, L. 1996. Studi Beberapa Parameter Fisika dan Kimia Air di Perairan Pantai Tanjung Merdeka
Kotamadya Unjung Pandang [Skripsi]. Makassar (ID): Universitas Hasanuddin.
Basmi, J. 1999. Planktonologi : Bioekologi Plankton Algae [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor. 110 h.
Brower JE, JH Jar dan CN von Ende. 1990. Field and laboratory methods for genusl ecology. 3rd
Edition. WMC Brown Company Publisher. Dubuque, Iowa. 237 p.
Effendi AHR. 1997. Struktur komunitas zooplankton pada daerah terbuka dan tertutup gulma air
danau Taliwang, NTB [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan.
Kanisius. Yogyakarta. 256 hal.
Frid, C.L.J. and N.V. Huliselan. 1998. Hydrographic Influences on Zooplankton Biodiversity around
Pulau Ambon, Maluku. Cakalele, Volume 9.
Hutabarat, S dan S.M. Evans. 1986. Pengantar Oseanografi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Jakarta. 159 p.
Kennish, M.J. 1990. Ecology of Estuaries, Vol. II. Biological Aspecs. CRC Press. Inc Boca Raton.
USA. 391 p.
Madhav VG and B Kondalarao. 2004. Distribution of phytoplankton in the coastal waters of east
coast of India. Indian Journal of Marine Science. 33(3): 262-268.
Mulyadi, H.A dan A.W. Radjab, 2009. Plankton predominan di perairan Teluk Ambon, Maluku. Jurnal
Simbiosis Vol. 6, No. 2 Oktober 2009. BKBLLIPI

John W. Ch Karuwal
84 Jurnal Agroforestri X Nomor 1 Maret 2015

Newell, G.F and R.C. Newell. 1977. Marine Plankton. A Practical Guide. Fifth Editions. Hutchinson
Educational.
Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Nyabakken. J. W., 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Alih Bahasa Eidman dkk.
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. 3rd edition. W.B. Saunders. Co., London. 574 p
Parson, T. And M Takahashi, 1973. Biological Oceanography Processes. Ins. Oce. University of
British Columbia. Pergamon Press. Oxford.
Pelasula, D.D dan Mudjiono, 2007. Laporan Akhir Monitoring Teluk Ambon. UPT. Balai Konservasi
Biota Laut Ambon Pusat Penelitian Oseanografi LIPI.
Pemerintah Kota Ambon dan Universitas Pattimura, 2002. Data dan Informasi Sumberdaya Perikanan
Kota Ambon
Santoso, S. 2012. Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik. Jakarta. Penerbit Elex Media Komputindo.
311 hal
Selanno, D. A. J. 2009. Analisis Hubungan Antara Beban Pencemaran Dan Konsentrasi Limbah
Sebagai Dasar Pengelolaan Kualitas Lingkungan Perairan Teluk Ambon Dalam [Disertasi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 399 hal.
Sediadi, A. 2004. Dominasi Cyanobacteria pada musim Peralihan di Perairan Laut Banda dan
sekitarnya. Makara, Sains, Vol. 8, No. 1, April 2004: 1-14
Skaloud P and M Rezacova. 2004. Spatial distribution phytoplankton in the eastern part of the North
Sea. Departemen of Phycology. Institute of Biology. University of Copenhagen.
Sumich, J. L. 1992. An Introduction to the Biology Of Marine Life. Wm.C. Brown Publisher.
Svedrup et al., 1946. The Oceans: Their Physics, Chemistry and General Biology. Prentice-Hall,
New York. 1087 pp.
Tarigan Z dan Sapulette. 1987. Perubahan Musiman Temperatur Air Laut di Teluk Ambon Dalam.
Teluk Ambon I Jurnal, Biologi, Perikanan, Oseanografi dan Geologi. Ambon: BPPSDL-
PPPO-LIPI. Hal: 81-90.
Tomas, C. R. 1997. Identifying marine phytoplankton. Academic Press, USA.
Umar NA, 2002. Komposisi dan Kelimpahan Fitoplankton Hubungannya dengan Kelimpahan
Zooplankton (Kopepoda) dan Larva Kepiting Bakau (Scylla spp [Tesis]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor. 164 hal.
Wagey, G.A. 2002. Ecology and Physiology of Phytoplankton in Ambon Bay, Indonesia [Dissertation].
The University of British Columbia, 200 pp
Walpole, E.R 1992. Pengantar Statistika: Edisi 3. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Wickstead, J. H. 1965. An introduction to the study of tropical plankton, vol. 1, 1–60. London:
Hutchinson Tropical Monographs .
Yamaji, C.S. 1976. Ilustration of Marine Plankton of Japan. Hoikusha Publishing Co. Ltd. Tokyo,
Japan.

Hubungan Parameter Fisik Perairan dengan Struktur Menegak Komunitas Plankton di Teluk Ambon dalam

Anda mungkin juga menyukai