Anda di halaman 1dari 10

Jurnal internasional teknologi (2013) 2: 147‐156

ISSN 2086‐9614 © IJTech 2013

ESTIMASI EROSI TANAH BERBASIS GIS DAN RS UNTUK PENGINDERAAN JAUH


MENDUKUNG KONSERVASI SUMBER DAYA AIR TERPADU
MANAJEMEN

Gusta Gunawan1,2 *Dwita Sutjiningsih2Herr Soeryantono2Sulistioweni W.2


1Departemen teknik sipil, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu, Bengkulu, Indonesia
2Departemen teknik sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI
Depok 16424, Indonesia

(Menerima: Januari 2013 / Revisi: Februari 2013 / diterima: February 2013)

ABSTRAK
Erosi tanah adalah masalah lingkungan krusial dalam Das Manjunto, Provinsi
BengkuluIndonesia. Ini memiliki implikasi ekonomi dan konsekuensi lingkungan.
Penilaiantingkat erositanah potensial berguna dalam merancang strategi-strategi konservasi tanah
dalamkerangka kerja manajemen terpadu Das. Informasi yang Diperoleh dari Penginderaan
jauh(RS) dan Sistem informasi geografis (GIS) kerangka mendukung pengambil keputusan
dimempersiapkan peta spasial yang lebih akurat dalam waktu kurang dan biaya. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menilairata-rata tahunan tingkat erosi tanah potensial di Das
Manjunto untuk setiap pemetaan tanahunit menggunakan data penginderaan jauh, yaitu
Dinormalisasi perbedaan vegetasi Index (NDVI) danLereng. Nilai NDVI Diperoleh dari satelit
citra pengolahan sementara memperoleh nilai slopedari pemrosesan Digital elevasi Model-
Shuttle Radar topografi misi (DEM SRTM).Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah
tangkapan yang terkikis meningkat secara signifikan. Rata-rata tahunantingkat erosi tanah
potensial di Das Manjunto pada tahun 2000 sebesar 3.00 ton ha-1tahun-1sementara pada tahun
2009 adapeningkatan yang signifikan untuk 27.03 ton ha-1tahun-1. Tingkatbahaya erosi tanah
pemetaanunit nomor 41, 42 dan 47 diklasifikasikan dalam sangat berat Kategori. Pemetaan tanah
unit nomor 41, 42 dan 47 harus menjadi prioritas pertama di tanah dan airkegiatan konservasi.
Kata kunci:DEM SRTM; GIS; NDVI; Penginderaan jauh; Pengikisan tanah

1. PENDAHULUAN
Sistem manajemen unintegrated Das mungkin akan menyebabkan tingkat erosi tanah
tinggi.Sepertipraktek telah menghasilkan peningkatan jumlah Das kritis dan area lahan kritis
diIndonesia secara signifikan. Jumlah kritis Das saat ini adalah lebih dari 62. Sementara kritis
lahan wilayah meliputi sekitar 30,2 juta hektar, yang 23,3 jutahektar diklasifikasikan sebagai
sangat kritis kategori (Kementerian Kehutanan, 2010). Penyebabtingkat tinggi tingkat erositanah
termasuk penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan yang membawakapasitas, teknik pertanian
yang tidak sesuai dengan aturan konservasi, curah hujan tinggiintensitas, topografi,serta lereng
(Asdak, 2009; Arsyad, 2010).Erosi tanah adalah proses alamiah removal material tanah dan
transportasi melaluitindakan agen erosi seperti air, angin, gravitasi, dan gangguan manusia
(Aksoy et al.,009; Asdak, 2009; Cochrane & Flanagan, 1999; Kefi et al., 2009;Hacisalihoglu et
al., 2010;Liu et al., 2001; Mongkolsawat, 1994).
* Sesuai penulis email: gustagunawan@yahoo.com, Tel. + 62‐21‐7270029, Fax. + 62‐21‐7270028
Permalink DOI:http://DX.Doi.org/10.14716/ijtech.v5i1.110

148Estimasi erosi tanah berbasis GIS dan penginderaan jauh


untuk mendukung pengelolaan konservasi sumber daya air terpadu

Namun, jika erosi tanah yang terjadi lebih cepat dari yang diperlukan karena gangguan
manusia,ituakan menyebabkan dampak negatif pada lingkungan dan ekonomi (Lal 1998; Ananda
&Herawati,2003; Pimental et al., 1995; Kefi & Yoshino, 2010). Upaya strategis untuk
mengurangierosi tanahmelalui program konservasi tanah dan air (Renard et al., 1997; Saha &
Pande, 1993).Data spasial diperlukan untuk perencanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan
konservasi(Honda et al, 1996; Ande et al., 2009; Saha et al., 1991). Data spasial lengkap
denganberbagaiskala dapat membantu dalam menyiapkan sejumlah strategi untuk semua tingkat
organisasi danmenentukan prioritas pengaturan dan lokasi program konservasi (Morgan, 1984;
Arsyad,2010; Asdak, 2009; Ananda et al., 2001).Perkembangan yang cepat terjadi di teknologi
Remote Sensing (RS) dan GeographicSistem informasi (GIS) memberikan pendekatan baru
untukmemenuhi berbagai kebutuhan yang terkait denganpemodelan sumber daya (Brough, 1986;
Arnold et al. 1998; Barling & Moore, 1994; Saha et al.,1991; Lillesand, 1994; Honda et al, 1996)
termasuk konservasi tanah dan air (Honda et al.,tahun 1996; Renard et al., 1997). Hijau (1992)
menyatakan bahwa integrasi RS dalam GIS database dapatmengurangi biaya, dan waktu serta
memperbaiki informasi survei tanah rinci. Oleh karena itu,penggunaan RS dan GIS dalam
pengelolaan daerah aliran sungai akan sangat membantu bagi manajer dalam membuatkeputusan.
Data satelit dapat digunakan untuk pemetaan, pemantauan dan estimasi erosi tanah
(Hazarika &Honda, 2001; Fistikoglu & Harmancioglu, 2002; Palu et al., 1995; Arsyad, 2010;
Asdak,2009). pemetaan erosi menggunakan GIS dan RS telah dilakukan di banyak negara,
sepertiorang-orang yang dilakukan oleh Spanner et al., (1982), yang menggabungkan GIS
dengan USLE (Ande et al., 2009)untuk tanah penilaian erosi dan kerugian. Hazarika dan Honda
(2001) dipetakanancaman erosi di Thailand untuk mengevaluasi kegiatan konservasi Das Mae
Ao,Thailand Utara. Pendekatan ande et al. (2009) diperkirakan erosi dengan menggunakan
Morgan danModel Finney (MMF) di barat daya Nigeria. Kevi dan Yoshino (2010) menggunakan
RUSLE, RS danGIS untuk memperkirakan bahaya erosi pada produktivitas pertanian di Tunisia.
Namun, erosiStudi pemetaan tidak telah dilaksanakan secara luas di Indonesia. Arsyad (2010)
menyatakan bahwaPemetaan erosi tanah diterbitkan dilaksanakan olehDames (1955)
menggunakan metode USLE diDas Jawa Tengah, yang meliputi 1,6 juta hektare. Penggunaan
GISuntuk mengevaluasi tanah degradasi dilakukan oleh Lanya (1996), dalam memperkirakan
tingkat erosi tanahmelalui mengidentifikasi morfologi perubahan dalam tanah in-situ (Arsyad,
2010).Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi tingkat erosi tanah potensial di setiap
Unit pemetaan tanahDas skala menggunakan E30model . Hasil kajian ini diharapkan dapat
digunakan sebagaiPedoman untuk menentukan strategi dan situs pemilihan dalam
memprioritaskan konservasi tanah dan airkegiatan. Situs pemilihan model ini didasarkanpada
kondisi tanah penutup di areal studi.

2. METODOLOGI
2.1. Lokasi Dan Deskripsi Studi.
Daerah studi membentang dari 02 ° 10'30 '' untuk 02 ° 30'15 "Lintang Selatan, dan dari
101 ° 5'30"107 ° 35'00 "Bujur Timur di distrik Mukomuko, Provinsi Bengkulu, Indonesia
(gambar1). ini mencakup kawasan sekitar 79.581 hektar. Tutupan lahan didominasi oleh
hutan.Berdasarkandata dari BMKG (Meteorologi dan Geofisika Agency) dari Mukomuko,rata-
rata curah hujandaerah studi adalah tahun 3,329.70 mm-1dan suhu tahunan rata-rata23.0oC.
berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Puslitanah Bogor pada tahun 1982, palingjenis
tanah yang dominan di daerah penelitian adalah Endoaquepts, Udifluvents, dan Eutrudepts.
Gunawan et al.149

Gambar 1 studi wilayah

2.2. Digital Image Processing Untuk Menghasilkan Tanah Penutup Peta


Analisis penutup tanah didasarkan pada interpretasi dari Landsat Thematic Mapper
gambar(TM), Landsat 7 (LS-7) ETM + jalan 126/baris 062, tanggal akuisisi di 22 Juli 2000 dan
tempat4 jalur 355/baris 271 akuisisi tanggal 17 Mei 2009. Metode untuk identifikasi tanah
menutupi dalam studi ini menggunakan terdekat tetangga metode. Jenis-jenis tanah penutup
kelas terdiridari: 1) hutan, 2) Estates, 3) dan pertanian, 4) Farm/moor, 5) Bush, 6) desa 7) lahan
basah pertanian, 8) membuka tanah, dan 9) air tubuh. Hasil dari tanah klasifikasi digunakan
untukmenentukan titik sampling dalam bidang kegiatan. Pelukisan gambar yang dihasilkan
berdasarkanhasil inspeksi lapangan dan klasifikasi penutup tanah dengan menggunakan metode
tetangga terdekat,untuk mendapatkan peta penutup tanah dari Das Manjunto pada tahun 2000
dan 2009.

2.3. Tanah Pemetaan Unit (SMU)


Unit pemetaan tanah yang digunakan dalam penelitian ini disusun dengan mengacu pada
unit tanah dan tanah Pemetaan lembar Sungai Penuh, Sumatra; Pemetaan dilakukan oleh
Puslitanah Bogor dengan skala1:250.000. metode menentukan kelas masing-masing tanah
pemetaan unit menurut menyebarkan jenis tanah dominan dalam ukuran kuantitatif
dikelompokkan ke dalam lima kelas,yakni: 1) sangat dominan (P): jika menyebar > 75% dari
unit pemetaan tanah (SMU), 2).Dominan (D): jika penyebaran antara 50-75% dari SMU,
3)cukup (F): jika penyebaranantara 25-49% SMU, 4) Bit (M): jika penyebaran antara 10-24%
SMU, dan 5) beberapa(T): jika penyebaran < 10% dari SMU. Kemudian pengelompokan dan
penomoran tanah setiap peta unitdidasarkan pada penyebaran paling dominan jenis tanah di
lokasi tersebut.
2.4. Perkiraan Erosi Tanah Dengan E30 Model

Untuk memperkirakan bahaya dari erosi yang terjadi di setiap unit pemetaan tanah,
berikutpersamaan yang digunakan (Hazarika & Honda, 2001):

E = E 30 (S/ S)30
Mana E: tingkat erosi tanah tahunan di Das Manjunto (ton ha -1tahun-1), S: gradien
darititik di bawah pertimbangan (%), S30 = Tan (30o), dan E30: tingkat erosi yang terjadidi lereng
30o,diperoleh menggunakan persamaan 2 (Hazarika & Honda, 2001).
Nilai maksimum dan minimum erosi yang Diperoleh dari data dari pekerjaan umum
resmi NDVI dapatdihitung dari citra satelit perhitungan rasio dibangun dari dua bintangsaluran,
yaitu spektral infra merah (IR) dan dekat infra merah (NIR) (Huete, 1988; Honda et al.,1996).
Persamaan umum NDVI adalah sebagai berikut (Honda et al, 1996; Hazarika & Honda,tahun
2001; Panuju et al., 2009; Huete, 1998):

NDVI=(IR-NIR)/(IR+NIR) (3)

Jika saluran, bahwa gelombang inframerah rekaman Band 4 (B 4) dan dekat inframerah
gelombang Band 3(B3), sehingga 3 persamaan dapat berubah sebagai persamaan 4. Untuk
menghindari nilai negatif dan untuk mudahpenanganan data digital, nilai-nilai NDVI kembali
skala, sehingga persamaan NDVI adalah sebagai berikut:Di mana, NDVI adalah indeks vegetasi
yang mencerminkan tingkat kehijauan vegetasi kondisi.

3. HASIL DAN DISKUSI


3.1 Peta Lereng.
Peta Slope dari DEM diproses dengan bantuan Arc GIS 9.3 sebagaimana disajikan pada
gambar 2. Datadiproses oleh GIS berisi informasi pada lereng dan jumlah piksel atau
luasinformasi. Lereng data yang disajikan dalam tabel 1.Mayoritas lereng adalah lebih dari 8%.
Faktor kemiringan akan mempengaruhi kecepatan danvolume limpasan permukaan. Lereng datar
(8%) akan memberikan lebih banyak kesempatan untuk air hujanmenyusup, sehingga limpasan
volume akan berkurang. Itu akan mengurangi limpasan kecepatan sehingga kemampuannya
untukmengikis dan transportasi tanah akan kurang.

3.2. Tanah Pemetaan Unit (SMU)


Hasil dari identifikasi kelas setiap SMU dengan menyebarkan jenis tanah yang dominan
adalahdisajikan secara kuantitatif dalam gambar 3.
Gunawan et al.151
Gambar 2 peta lereng Das Manjunto

Tabel 1 lereng Das Manjunto


No. SlopeClass (%) Area (Ha) Percentage (%)
1 0-8 20,923.88 26.292
2 8 - 15 31,949.35 40.147
3 15 - 25 15,155.85 19.045
4 25 – 45 5,667.83 7.122
5 > 45 5,883.77 7.393
79,580.678 100.000

Gambar 3 unit pemetaan tanah Das Manjunto

3.3. Tanah Penutup


Berdasarkan tanah penutup identifikasi pada tahun 2000 dan 2009, perubahan pada
setiappenutup tanahkelas disajikan pada angka 4 dan 5.
Gambar 4 tanah penutup peta 2000 gambar 5. Peta penutup tanah 2009

Total luas hutan ini berkurang, sementara daerah perkebunan atau perkebunan meningkat secara
signifikan.Perubahan dalam tanah penutup dipengaruhi oleh mata pencaharian karena mayoritas
orang-orangadalah petani. Rincian tanah penutup kondisi yang ditampilkan dalam:

tabel 2.Tutupan lahan tabel 2 Das Manjunto pada tahun 2000 dan 2009
Tanah yang digunakan Daerah (ha) perbedaan Area (ha) persentase (%)
2000-2009
dasar hutan 47,063.970 44,899.657 2,164.
menengah hutan 6,646.500 6,630.890 15.610
dicampur pertanian 7,147.260 6,046.885 1,100.375
pertanian 2,821.680 605.094 2,216.586
estates 2,420.280 8,595.327 (6,175.047)
semak 2,126.880 1,677.248 449.632
wetland pertanian 8,195.940 7,374.733 821.207
jalan 57.600 250.160 (192.560)
air tubuh 925.650 929.865 (4.215)
membuka tanah 2,113.920 2,342.791 (228.871)
desa 61.110 228.140 (167.030)
Total 79,580.790 7 9,580.790

Informasi yang Diperoleh dari tabel 2 ada telah perubahan dalam setiap jenis tanah
penutup. Thepersentase pengurangan penutup tanah di daerah tersebut adalah sebagai berikut:
hutan primer (2,72%),hutan sekunder (0.02%), dicampur peternakan (1.383%), dan pertanian
(2.785%) dan lahan basahPertanian (1.032%). Di sisi lain, ada persentase peningkatan di tanah
berikutpenutup: estate (3.041%), road (jalan tol sepanjang 0,242%), membuka tanah (0.288%)
dan desa-desa (0,21%). Perubahanpenutup tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi
dan budaya lokal. Utamafaktor-faktor yang mempengaruhi perubahan di tanah penutup adalah
sumber pendapatan. Sebagian besar orang yang tinggal diManjunto Das adalah petani.

3.4. Pemetaan Erosi Tanah


Nilai erosi tanah terjadi pada setiap pixel didasarkan pada hasil perhitungan dengan
menggunakanPersamaan 1 disajikan dalam bentuk tahunan potensi erosi tingkat peta tanah
(gambar 6).(a) (b)
Peta 6 angka rata-rata tahunan tingkat erosi:) tahun 2000, b) tahun 2009. Dari gambar 6 di atas
diketahui bahwa daerah tangkapan terkikis di tahun 2009 meningkatBila dibandingkan dengan
kondisi pada tahun 2000. Jumlah tanah yang hilang di ManjuntoDas pada tahun 2000 dipetakan
1,399,209 ton sedangkan di tahun 2009 sebesar23,004,391 ton. Rata-rata tahunan tingkat erosi
potensial pada tahun 2000 adalah 3 ton ha -1tahun-1, dan pada tahun 2009 adalah 27 ton ha -1tahun-
1. Tinggi erosi terjadi di hilirlembah sungai itu tanah menggunakan jenis, yaitu karena pertanian
lahan kering. Faktor ini menyebabkan tingkat tinggierosi dengan cara bahwa praktek pertanian
membayar kurang perhatian aturan konservasi.
Selain intensitas curah hujan tinggi.Untuk menentukan tingkat erosi yang terjadi di setiap
SMU, SMU peta disaluti untukpeta erosi tanah. Hasil yang disajikan dalam tabel 3. Perencanaan
tanah dan air. Konservasi kebutuhan informasi tentang tingkat tahunan rata-rata potensi erosi
tanah padaunit pemetaan tanah. Lokasi prioritas yang dapat dipilih berdasarkan Indeks bahaya
erosinilai. Unit pemetaan tanah yang memiliki indeks bahaya erosi yang tertinggi akan menjadi
prioritas utama untukKonservasi. Oleh karena itu, nomor 41, 42 dan 47 unit pemetaan tanah
adalah prioritas pertamaKonservasi, sedangkan Nomor 40 dan 45 unit peta tanah yang kedua
(Lihat tabel3). pemilihan konservasi strategi harus disesuaikan dengan kondisi sosio-ekonomidan
budaya lokal.

4. KESIMPULAN
GIS dan RS telah berhasil untuk menentukan tingkat erosi tanah potensial. Rata-
ratatahunantingkat erosi tanah potensial di Das Manjunto pada tahun 2000 sebesar 3,00ton ha -
1tahun-1. Itu adalah peningkatan 27.03 ton ha -1tahun-1 pada tahun 2009. Beberapa pemetaan
tanahunitmemiliki tingkat erosi bahaya yang ditunjuk sebagai berada di kategori yang sangat
berat. Iniharus ditunjuk sebagai prioritas dalam kegiatan konservasi tanah dan air. Untuk
mengurangitingkaterosi yang terjadi kita membutuhkan suatu sistem pertanian berkelanjutan dan
konservasimanajemen.
154Estimasi erosi tanah berbasis GIS dan penginderaan jauh
untuk mendukung pengelolaan konservasi sumber daya air terpadu

5. REFERENSI
Aksoy, E., Ozsoy, G., Dirim M. S., 2009. Pendekatan pemetaan tanah GIS menggunakan
Landsat
Citra satelit dan DEM data. Afrika Jurnal Penelitian Pertanian, Volume 4(11),
Ms. 1295-1302.
Ananda, J., Herawati, G., Chisholm, A., 2001. Penentuan hasil dan erosi kerusakan
Fungsi menggunakan Subjectivly menimbulkan Data: aplikasi untuk petani teh di Sri Lanka.
Australia jurnal pertanian dan sumber daya ekonomiVolume 45(2), pp.275-
289.
Gunawan et al.155
Ananda, J., Herawati, G., 2003. Tanah erosi di negara berkembang: sosio-ekonomi
Penilaian. Jurnal pengelolaan lingkungan hidup, Volume 68, ms. 343-353.
Ande, O.T., Alaga, Y., Oluwatosin, G.A., 2009. Prediksi erosi tanah yang menggunakan MMF
Model pada
Sangat membedah medan berbukit Ekiti lingkungan di barat daya Nigeria. Internasional
Jurnal Ilmu fisika, Volume 4(2), ms. 053-057.
Arnold, J.G., Engel, Ba, Srinivasan, R., 1998. Continuous sisa Grid sel Das
Model. Prosiding penerapan teknologi canggih untuk manajemen alam
Sumber daya.
Arsyad, S., 2010. Konservasi Tanah dan Air (tanah dan konservasi air). Tekan IPB. Bogor
Asdak, C., 2009. Hidrologi dan pengelolaan daerah aliran sungai. Tekan UGM, Yogyakarta.
Barling, R.D., Moore, id, 1994. Peran Buffer Strip di manajemen polusi air:
Review. Pengelolaan lingkungan hidup, Volume 18(4), ms. 543 – 58.
Brough, PA, tahun 1986. Prinsip dari sistem informasi geografis sumberdaya lahan
Penilaian. Oxford University Press, 194p.
Cochrane, Ta, Flanagan, DC, 1999. Menilai erosi air dalam Das kecil menggunakan
WEPP dengan GIS dan model elevasi Digital. J. tanah air Conserv. Volume 54(4), pp.
678685.
Departemen Kehutanan, 2011. Statistik Departemen Kehutanan 2011, Jakarta. Tersedia daring
di www. Dephut.go.id.
FAO-UNESCO, 1974. Peta tanah legenda dunia, 1:5.000.000. UNESCO, Paris. 1:59 p.
Fistikoglu, O., Harmancioglu, NB, 2002. Integrasi GIS dengan USLE dalam penilaian tanah
Erosi. Manajemen sumberdaya air, Volume 16(6), ms. 447-467.
Hijau, K., 1992. Citra spasial dan GIS: Data yang terintegrasi untuk pengelolaan sumberdaya
alam.
J. untukVolume 90, ms. 32-36.
Hacısalihoglu, S., Oktan, Ercan Yucesan, Z., 2010. Memprediksi erosi tanah di Oriental Spruce
(Orientalis Picea (L.) Link.) Berdiri di wilayah Timur Laut Hitam Turki. Jurnal Afrika
penelitian pertanian, Volume 5(16), ms. 2200-2214.
Palu, R.D., muda, NC Wolenhaupt, TL, Barney, T.L., Haithcoate, T.W., 1995. Lereng
Kelas Maps formulir survei tanah dan model elevasi Digital. J. Am. tanah Sci. Soc. Volume
59, ms. 509-519.
Hazarika, M.K., Honda, H., 2001. Estimasi menggunakan Remote Sensing dan GIS, erosi tanah
Dengan penilaian & implikasi ekonomi pada produksi pertanian. 10th International
Pertemuan organisasi konservasi tanah di Universitas Purdue dan USDA-ARS tanah
Laboratorium penelitian erosi.
Honda, K.L., Samarakoon, A., Ishibashi, Y. Mabuchi, Miyajima, S., 1996. Penginderaan jauh
dan GIS teknologi untuk estimasi penggundulan di Das Siwalik dari Nepal, ms. B21-
B26. Proc 17th Konferensi Asia pada Remote Sensing, Colombo, Sri lanka. 4-8 November
1996.
Huete, AR, 1988. Tanah disesuaikan indeks vegetasi. Penginderaan jauh dari lingkungan, pp.
295-309.
Kefi, M., Yoshino, K., 2010. Evaluasi dampak ekonomi dari risiko erosi tanah
Produktivitas pertanian yang menggunakan Remote Sensing: kasus Das di Tunisia,
Arsip internasional Fotogrametri, penginderaan jauh, dan spasial informasi
Ilmu pengetahuan, Volume XXXVIII, Bagian 8, Kyoto Jepang 2010.
Kefi, M., Yoshino, K., Rangga, K., Isoda, H., 2009. Estimasi hilangnya tanah dengan
menggunakan
Kombinasi Model erosi dan GIS: kasus studi Das di Tunisia. Jurnal
Studi lahan kering, Volume 19(1), edisi khusus: proses gurun teknologi IX, ms.
287-290.
Lal, R., 1998. Dampak erosi tanah pada agronomi produktivitas dan mutu lingkungan:
Tinjauan kritis. Sci tanaman. Volume 17, halaman 319-464.
156Estimasi erosi tanah berbasis GIS dan penginderaan jauh
untuk mendukung pengelolaan konservasi sumber daya air terpadu
Lal, 2001. Penurunan tanah oleh erosi. Degradasi lahan dan pengembanganVolume 12, pp.
519-539.
Kiefer Lillesand, T.M., , RW, 1994. Remote Sensing dan interpretasi gambar, 3rd edisi.
Jhon Wiley & Sons, Inc
Liu, MA, et al., 2001. Lereng panjang efek pada kehilangan tanah lereng curam. 10th
Internasional tanah konservasi organisasi Rapat Mei, 24-29, 1999 di Purdue
Universitas dan laboratorium penelitian erosi tanah USDA-ARS.
Mongkolsawat, C., Thurangoon, P., Sriwongsa, 1994. Tanah erosi pemetaan dengan USLE dan
GIS. Proc Asia Conf. Rem. Sens., ms. C-1-1C-1-6.
Morgan, R.P.C., Morgan, D.D.V., Finney, H.J., 1984. Model prediksi untuk penilaian
risiko erosi. J. Agric. Eng. Res. Volume 30, ms. 245-253.
Panuju, Dr, Susetyo, B., Ral, M., 2009. Telaah Pola Musiman Penutupan oleh Bervegetasi
dengan Xl2ARlMA pada NDVI Spot vegetasi, Prosiding Semiloka Geomatika-SAR
Nasional 2009.
Departemen Pekerjaan Umum, 2005. Laporan investigasi mekanik teknik geologi dan tanah,
Directorat umum air sumber daya pembangunan - irigasi dan rawa-rawa, pekerjaan umum
Departemen, Provinsi Bengkulu.
Puslitanah, 1982. Laporan survei kemampuan tanah Mukomuko Area WPPI SKP B, Utara
Bengkulu, proyek penelitian pertanian untuk mendukung Programm transmigrasi, tanah
Pusat Penelitian, Bogor-Indonesia.
Pimentel, D., et al., 1995. Lingkungan dan ekonomi biaya erosi tanah dan konservasi
Manfaat. Econ61, Volume 267, ms. 1117-1123.
Renard, K.G., et al., 1997. Memprediksi erosi oleh air: panduan untuk perencanaan konservasi
dengan kehilangan tanah Universal yang direvisi.
Saha, SK, Kudrat, M., Bhan, SK, 1991. Erosional tanah prediksi kerugian menggunakan satelit
Digital
Data dan USLE. Dalam aplikasi dari penginderaan jauh di Asia dan Oseania-lingkungan
Mengubah Monitoring (Shunji Murai ed.). Asosiasi Asia remote Sensing, ms. 369-
372.
Saha, SK, Pande L.M., 1993. Pendekatan terpadu terhadap erosi tanah persediaan untuk
Konservasi lingkungan menggunakan satelit dan Agrometeorological Data. Asia-Pasifik
Rem. Sens. J.5 (2) volume, ms. 21-28.

Anda mungkin juga menyukai