Anda di halaman 1dari 12

ISSN 2086 – 1516

PLANKTON SEBAGAI PARAMETER KUALITAS PERAIRAN


TELUK YOS SUDARSO DAN SUNGAI ANAFRE KOTA JAYAPURA PAPUA

Oleh:
Edoward Krisson Raunsay1 dan Dolfina C. Koirewoa2
1
Staf Dosen Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Cenderawasih
Email: edowardraunsay@gmail.com; HP. 085254375678
2
Staf Dosen Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Cenderawasih Jayapura
Email: cleoxa02@gmail.com; HP. 081247742644

ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis komposisi dan kelimpahan, tingkat keanekaragaman,
keseragaman, dominansi plankton dan kualitas air di perairan Teluk Yos Sudarso dan Sungai Anafre.
Pengamatan dilakukan pada perairan Teluk Yossudarso dan Sungai Anfre, dimana pada masing-masing
stasiun dilakukan 3 (tiga) kali ulangan. Metode yang digunakan adalah purposive random sampling di
2 (dua) lokasi perairan dan menggunakan analisis komposisi dan kelimpahan, indeks keanekaragaman
(H’), indeks keseragaman (E) dan indeks dominansi (C). Jumlah plankton di perairan Teluk Yos Sudarso
7 jenis dengan jumlah komposisi jenis 39, sedangkan jumlah plankton di kali Anafre 3 jenis, dengan
jumlah keseluruhan komposisi jenis 17. Jenis Thalassioira eccentrica memiliki komposisi yang tinggi
pada Teluk Yos Sudarso (32 individu) dan Anafre (13 individu). Indeks biologi yang ditunjukkan pada
perairan Teluk Yos Sudarso adalah (Kelimpahan 0,39), (H’= 0,78), (E=0,40), (C=0,67), sedangkan pada
perairan kali Anafre adalah (Kelimpahan 0,17), (H’=0,67), (E=0,61) dan (C=0,61).
Kata Kunci: Plankton, Parameter, Kualitas, Perairan

ABSTRACT
The purpose of the research was to analyze it’s composition and abundance, diversity, degree
of uniformity, the dominance of plankton and water quality in the waters of the Bay and river
Anafre Yos Sudarso. Observations made on the waters of the Gulf of Yossudarso and the river
Anfre, where at each station conducted three (3) times of Deuteronomy. The method used was
purposive random sampling in two (2) location of the waters and use the analysis of
composition and abundance, diversity index (H'), index homogeneity (E) and the dominance
index (C). The amount of plankton in the waters of the Gulf of Yos Sudarso 7 type with a total
of 39 types of compositions, while the number of plankton at times Anafre 3 types, with a total
number of 17 types of composition. Type of Thalassioira have a high composition eccentrica
on Yos Sudarso Bay (32 individuals) and Anafre (13 individuals). Biological indices shown in
the waters of the Gulf of Yos Sudarso is (the abundance of 0.39), (H ' = 0.78) (E = 0.40), (b =
0.67), while in the waters of the kali Anafre is (the abundance of 0.17), (H ' = 0.67) (E = 0,61)
and (C = 0,61).
Key Words: Plankton, Aquatic, Quality, Parameters

1|Novae Guinea Jurnal Biologi, Vol 8. N0 (2)201 6


PENDAHULUAN Secara biologis, kualitas suatu lingkungan
Wilayah laut Indonesia membentang dapat diketahui dengan adanya kehadiran
dengan luas melebihi 5 juta km2 atau hampir atau ketidakhadiran berbagai makhluk hidup
dua kali luas daratannya. Pada satu sisi, laut sebagai penanda (bioindikator). Salah satu
merupakan tempat hidup berbagai biota laut, biota yang memiliki peranan penting di
pada sisi lain merupakan tempat terakhir dalam perairan dan dapat dijadikan sebagai
pembuangan limbah yang dialirkan melalui indikator biologi adalah plankton.
sungai. Semakin bertambahnya aktivitas Plankton adalah mikroorganisme
manusia diberbagai sektor kehidupan, melayang di dalam air yang kemampuan
menyebabkan peningkatan jumlah dan jenis renangnya (kalaupun ada) sangat terbatas
pencemar yang masuk ke lingkungan hingga selalu terbawa hanyut oleh arus.
perairan laut, sehingga pada suatu saat dapat Plankton terdiri dari fitoplankton yang
melampaui kesetimbangan air laut yang terdiri dari tumbuhan laut yang bebas
mengakibatkan sistem perairan laut tercemar melayang dan hanyut dalam laut serta
(Haryoto dan Wibowo, 2004). mampu berfotosintesis (Nybakken, 1992;
Pencemaran laut adalah masuknya atau Nontji 2008).
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, Fitoplankton memegang peranan penting
dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dalam penentuan produktivitas suatu perairan
laut oleh kegiatan manusia sehingga karena berperan sebagai produsen bagi
kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu berlangsungnya proses kehidupan (transfer
yang menyebabkan lingkungan laut tidak energi melalui rantai makanan) dalam suatu
sesuai lagi dengan baku mutu dan/fungsinya perairan. Dengan demikian keberadaannya
(PP Pemerintah RI No. 9 Tahun 1999). dapat digunakan sebagai bioindikator
Pencemaran air dapat menyebabkan kesuburan atau produktifitas perairan.
berkurangnya keanekaragaman atau Lingkungan yang tidak menguntungkan bagi
punahnya populasi organisme perairan salah fitoplankton dapat menyebabkan jumlah
satunya adalah plankton. Menurun atau individu atau kelimpahan maupun jumlah
musnahnya organisme tersebut dapat species fitoplankton berkurang. Keadaan ini
menyebabkan sistem ekologis perairan dapat mempengaruhi tingkat kesuburan
terganggu. Sistem ekologis perairan perairan, karena suatu tingkat kesuburan
(ekosistem) mempunyai kemampuan untuk suatu perairan salah satunya ditentukan oleh
memurnikan kembali lingkungannya yang tingkat kelimpahan fitoplankton. Selain itu
telah tercemar sejauh beban pencemaran plankton juga dapat dijadikan indikator jenis
masih berada dalam batas daya dukung untuk menentukan kondisi perairan dalam
lingkungan yang bersangkutan. Apabila keadaan bersih ataukah tercemar (Odum,
beban pencemaran melebihi daya dukung 1996; Nugroho, 2006; Wibisono, 2011).
lingkungannya maka kemampuan itu tidak Sebagai suatu ekosistem, perairan laut
dapat dipergunakan lagi (Nugroho, 2006). memiliki komponen-komponen sebagaimana
Perubahan lingkungan dapat dipantau ekosistem lain yaitu komponen biotik dan
melalui salah satu metode adalah biologi. abiotik. Ekosistem akan selalu terjaga bila

2|Novae Guinea Jurnal Biologi, Vol 8. N0 (2)201 6


komponen baik biotik maupun abiotik tetap di sungai dan laut. Lokasi pengamatan di
berada pada kondisi stabil-dinamis. sungai menggunakan 1 (satu) titik dengan
Terganggunya salah satu komponen akan 3 (tiga) pengulangan, sedangkan di laut
menggangu kestabilan sistem ekologis di laut dilakukan dengan 3 titik pengamatan
(Sunarto, 2008). Perairan Teluk Yos Sudarso dengan masing-masing titik 3 (tiga)
Anafre termasuk dalam wilayah administratif pengulangan.
Kota Jayapura. Jayapura merupakan ibukota 3. Metode Pengumpulan Data
Provinsi Papua dengan luas wilayah 940 km2 Pengumpulan plankton dilakukan dengan
terletak diantara 10 28’ 17,26”-30 58’ 0,82” cara menyaring sebanyak 40 liter dengan
LS dan 1370 34’ 10,6”-1410 0’ 8,22” BT. menggunakan plankton net nomor 25. Air
Meningkatnya pembangunan di Kota yang disaring secara komposit vertical
Jayapura serta bertambahnya penduduk akan (dari lapisan bawah/dasar sampai lapisan
mengakibatkan tekanan terhadap perairan permukaan) dan horizontal (beberapa titik
semakin berat, khususnya di perairan Teluk sapling pada segmen sungai) dengan
Youtefa dan di Kali Anafre yang merupakan menggunakan alat Kommerer Water
bagian dari perairan Teluk Yos Sudarso, Sampler. Air yang disaring pada
akibat pembuangan limbah ke kedua perairan penampungan sebanyak 25 cc dan
tersebut baik langsung maupun tidak diawetkan dengan alkohol 4 % dan
langsung. Kondisi dari perairan-perairan diidentifikasi di laboratorium. Sampel
pantai tersebut tentunya akan berpengaruh plankton diambil dimasing-masing stasiun
terhadap kualitas perairan yang akhirnya juga pengamatan pada arah horisontal dengan
akan berpengaruh terhadap kehidupan biota menggunakan plankton net ukuran no. 25.
yang hidup di dalamnya. Dengan bertitik Sampel yang telah diperoleh kemudian
tolak pada kondisi perairan Kali Anafre dan disimpan dalam botol sampel, diberi label
Teluk Yos Sudarso maka dapat dirumuskan dan kemudian diberi pengawet formalin
beberapa permasalahan diantaranya 4%.
bagaimana tingkat keanekaragaman, 4. Metode Analisis Data
keseragaman, dominansi dan kelimpahan Data biologi yang diperoleh pada
plankton sebagai parameter kualitas perairan penelitian dihitung nilai indeks
Teluk Yos Sudarso dan Kali Anafre ? keanekaragaman (H’), kelimpahan, indeks
keseragaman (E) dan indeks dominansi
BAHAN DAN METODOLOGI (C).
1. Parameter yang akan Diteliti 5. Indeks Keanekaragaman Shanon-
Pengumpulan data yang akan dikaji Wienner (H’)
meliputi parameter keragaman jenis, Analisis ini digunakan untuk mengetahui
kelimpahan individu, keseragaman dan keanekaragaman jenis biota perairan. Jika
dominansi. keragamannya tinggi, berarti komunitas
2. Lokasi Pengambilan Sampel plankton di perairan makin beragam dan
Pengambilan sampel plankton dilakukan tidak didominasi oleh satu atau dua jenis
di lokasi terdekat dengan lokasi studi baik individu plankton. Indeks keragaman

3|Novae Guinea Jurnal Biologi, Vol 8. N0 (2)201 6


plankton dihitung dengan menggunakan Indeks keseragaman (E) bertujuan untuk
rumus indeks keragaman Shanon - mengetahui apakah penyebaran jenis
Wienner (Stiling, 1996):
merata atau tidak. Jika nilai indeks
H’ = - ∑ Pi ln Pi
keseragaman tinggi maka kandungan
Pi = ni/N
dalam setiap jenis seragam atau tidak
Dimana :
H’ = Indeks diversitas Shannon-Wienner terlalu berbeda. Indeks keseragaman
ni = Jumlah individu species ke-i
dihitung dengan menggunakan rumus
N = Jumlah total individu
Pi = Jumlah individu dalam satu species (Odum, 1996 dan Stiling, 1996):
per jumlah total individu 𝐻′
E = 𝐻 𝑚𝑎𝑘𝑠
Kriteria :
Dimana :
H’< 1 = Keanekaragaman rendah
E = Indeks keseragaman
1 < H’ < 3 = Keanekaragaman sedang
H’ = Indeks keanekaragaman
H’ > 3 = Keanekaragaman tinggi
H maks = Ln S (dimana S = banyaknya
species)
Nilai indeks keragaman (H’) dihubungkan
dengan kualitas perairan:
>3 = Tidak tercemar Nilai indeks keseragaman (E) berkisar
1–3 = Setengah tercemar antara 0-1, dimana jika indeks keseragaman
<1 = Tercemar berat (E) mendekati 0, maka keseragaman antara
species rendah, hal ini mencerminkan bahwa
6. Kelimpahan Plankton
kekayaan individu masing-masing species
Kelimpahan plankton dihitung dengan sangat jauh berbeda, sedangkan jika indeks
menggunakan rumus (APHA, 1989) : keseragaman (E) mendekati nilai 1, maka
keseragaman antara species relatif merata
N = Oi/Op x Vr/Vo x 1/Vs x n/p dan perbedannya tidak begitu menyolok.
Dimana : 8. Indeks Dominansi (C)
Indeks dominansi (C) bertujuan untuk
N = Jumlah individu per liter mengetahui ada atau tidak jenis yang
Oi = Luas gelas penutup preparat (mm2)
mendominasi dalam suatu perairan. Indeks
Op = Luas satu lapangan pandang (mm2)
Vr = Volume air tersaring (ml) dominansi (C) dihitung dengan rumus
Vo = Volume air yang diamati (ml) (Odum, 1996 dan Stiling, 1996):
Vs = Volume air yang disaring (L)
𝑛
n = Jumlah plankton pada seluruh ni 2
lapangan pandang C=∑ [N]
𝑖=1
p = Jumlah lapangan pandang yang
teramati Dimana :
C = Indeks dominansi
7. Indeks Kesegaraman (E) ni = Jumlah individu jenis ke – i
N = Jumlah total individu
n = Jumlah genera (jenis)

4|Novae Guinea Jurnal Biologi, Vol 8. N0 (2)201 6


Nilai indeks dominansi (C) berkisar Komposisi jumlah jenis individu
antara 0-1, dimana jika indeks dominasi (C) plankton yang mendominasi di setiap stasiun
mendekati 0, maka hampir tidak ada species pengamatan adalah Thalassioira eccentrica,
dominansi suatu perairan. Hal ini dimana stasiun 1 berjumlah 32 individu dan
menandakan kondisi dalam komunitas yang stasiun 2 berjumlah jenis 13, dapat
relatif stabil, sedangkan jika indeks dominasi ditunjukkan pada Tabel 1.
(C) mendekati nilai 1, maka ada salah satu
jenis yang mendominasi jenis lain. Hal ini Tabel 1. Kelimpahan Plankton (ind/L) di
Perairan Yos Sudarso, Sungai Anafre
disebabkan oleh komunitas dalam keadaan Teluk Yos Sudarso
labil dan terjadi tekanan ekologi (stress). No Kelas Jenis ∑ Klmp
1 Cyanophyceae Aqmenellum 1 0,01
Perhitungan kelimpahan plankton 2 Coscinodiscophyceae Bellerochea horologicalis 1 0,01
dilakukan dengan metode direct count 3 Chrysophyceae Dynobryon 1 0,01
4 Cylindrotheca elosterium 1 0,01
(perhitungan langsung). Sebelum identifikasi 5 Nitzschia lorenziana 2 0,02
6 Bacillariophycea Striatella interrupta 1 0,01
dan perhitungan kelimpahan dilakukan, 7 Thalassiosira eccentrica 32 0,32
sampel diaduk terlebih dahulu agar homogen Jumlah 39 0,39
Sungai Anafre
selanjutnya sampel air diambil dengan No Kelas Jenis ∑ Klmp
1 Coscinodiscophyceae Bellerochea horologicalis 1 0,01
menggunakan pipet sebanyak 0,2 ml dan 2 Bacillariophycea Nitzschia lorenziana 3 0,03
diletakkan pada gelas obyek (object glass) 3 Bacillariophycea Thalassioira eccentrica 13 0,13
Jumlah 17 0,17
kemudian ditutup dengan gelas penutup
(cover glass). Seluruh sampel air yang
diambil diamati dengan menggunakan Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa
mikroskop binokuler selanjutnya kelimpahan total individu plankton di
diidentifikasi dengan menggunakan buku perairan Teluk Yos Sudarso adalah 0,39
identifikasi serta dihitung kelimpahannya ind/L dan sungai Anafre) adalah 0,17 ind/L.
dengan cara menyisir seluruh bagian gelas Komposisi jenis plankton yang
obyek. ditemukan di perairan Teluk Yos Sudarso
didominasi oleh kelas Bacillariophyceae. Hal
HASIL DAN PEMBAHASAN ini disebabkan karena kelas
Bacillariophyceae lebih mampu beradaptasi
1. Komposisi Jenis dan Kelimpahan dengan kondisi lingkungan sekitarnya
Plankton dibandingkan dengan kelas lainnya. Hal ini
Komposisi jenis fitoplankton yang serupa dengan hasil penelitian Yuliana
ditemukan di perairan Teluk Yos Sudarso (2007) di perairan danau Laguna Ternate
dan Sungai Anafre terdiri dari 4 kelas yaitu Maluku Utara dan Nurfadillah et.al (2012) di
Cyanophyceae (1), Coscinodiscophyceae (1), perairan danau Laut Tawar Kabupaten Aceh
Bacillariophyceae (4), Chrysophyceae (1). Provinsi Aceh bahwa komposisi fitoplankton
Komposisi plankton yang ditemukan di selama penelitian didominasi oleh kelas
perairan Teluk Yos Sudarso dan Sungai Bacillariophyceae. Demikian pula menurut
Anafre didominasi oleh Bacillariophyceae hasil penelitian Yuliana et.al (2012) bahwa
yang terdiri dari 4 jenis. komposisi jenis fitoplankton yang ditemukan

5|Novae Guinea Jurnal Biologi, Vol 8. N0 (2)201 6


di perairan Teluk Jakarta didominansi oleh 2. Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks
kelas Bacillariophyceae. Keseragaman (E) dan Indeks
Menurut Praseno dan Sugestiningsih Dominansi C) Plankton
Kestabilan komunitas suatu perairan dapat
(2000) dalam Nurfadilah (2012) menjelaskan
digambarkan dari nilai indeks
bahwa Bacillariophyceae merupakan jenis
keanekaragaman (H’), indeks keseragaman
diatom yang paling toleran terhadap kondisi
(E) dan indeks dominansi (C). Indeks
perairan seperti suhu dan mampu beradaptasi
keanekaragaman, keseragaman dan
dengan baik pada lingkungan perairan
dominansi di perairan Yos Sudarso dan
sehingga dapat berkembang biak dengan
Sungai Anafre.
cepat dan memanfaatkan kandungan nutrient
dengan baik.
Tabel 3. Nilai indeks keanekaragaman (H’),
Kelimpahan plankton pada perairan indeks keseragaman (E) dan indeks
Teluk Yosudarso lebih tinggi dibandingkan dominansi (C). di perairan Teluk Yos
dengan perairan sungai Anafre. Menurut Sudarso dan Sungai Anafre
Barnes (1974), jumlah plankton yang Stasiun
No Indeks Biologi
I II
mendiami habitat air laut jauh lebih tinggi 1 Kelimpahan 0,39 0,17
dibandingkan dengan perairan sungai 2 Indeks Keanekaragaman (H’) 0,78 0,67
3 Indeks Keseragaman (E) 0,40 0,61
umumnya. Hal ini disebabkan ketidak 4 Indeks Dominansi (C) 0,67 0,61
mampuan plankton air tawar mentolerir
kenaikan salinitas dan plankton air laut
Hasil kajian terhadap plankton di perairan
mentolerir penurunan salinitas muara sungai.
Teluk Yos Sudarso dan Sungai Anafre
Kemelimpahan plankton dipengaruhi
menunjukkan bahwa nilai indeks
oleh jumlah individu yang ditemukan.
keanekaragaman (H’) berkisar antara 0 –
Semakin banyak jumlah individu, maka
0,78, nilai indeks keseragaman (E) berkisar
semakin tinggi pula kemelimpahannya
antara 0-0,61 dan nilai indeks dominansi (C)
(Purwanti, Hariyati, dan Wiryani,…..). Hal
berkisar antara 0,61-1.
ini sejalan dengan hasil penelitian yang
Tabel 3 memperlihatkan bahwa nilai
menunjukan bahwa kelimpahan plankton di
indeks keanekaragaman (H’) tertinggi berada
perairan Teluk Yos Sudarso lebih tinggi
pada perairan Teluk Yos Sudarso yaitu (0,78)
dibandingkan dengan Sungai Anafre, dimana
dan terendah pada Sungai Anafre yaitu
spesies yang mendominasi adalah
(0,67). Pada nilai indeks keseragaman (E),
Thalassioira accentrica dengan jumlah 32
lokasi yang memiliki indeks keseragaman
individu/liter dan kelimpahannya 0,32.
tertinggi berada pada kali Anafre (0,61).
Kenaikan jumlah individu (plankton) tidak
Sedangkan untuk indeks dominansi (C) yang
selalu diikuti dengan kenaikan jumlah
tertinggi berada pada Teluk Yos Sudarso
spesies.
(0,67) dan terendah pada Sungai Anafre
(0,61). Hal ini menunjukkan bahwa
komunitas biota perairan di kedua stasiun
tersebut tidak stabil atau dapat dikatakan
mempunyai keanekaragaman rendah,

6|Novae Guinea Jurnal Biologi, Vol 8. N0 (2)201 6


rendahnya nilai keanekaragaman (H’) pada Sudarso adalah mendekati 0. Hal ini
perairan kedua lokasi tersebut disebabkan menunjukkan bahwa keseragaman jenis di
karena ada salah satu jenis yang ketiga perairan tersebut adalah rendah atau
mendominasi di perairan. Adanya dominansi dapat dikatakan mempunyai penyebaran
jenis tersebut dipengaruhi oleh kandungan individu yang tidak merata. Menurut
nitrat dan penetrasi cahaya, dimana Nugroho (2006) jika indeks keseragaman (E)
kandungan nitrat di kedua perairan tersebut mendekati 0 maka keseragaman antara jenis
adalah (2,00 mg/L) dan dapat ditunjukkan rendah, sedangkan jika indeks keseragaman
pada Tabel 2. Kandungan nitrat pada kedua (E) mendekati 1 maka keseragaman antara
perairan tersebut dapat merangsang jenis relatif merata.
pertumbuhan plankton secara pesat dengan Nilai indeks dominansi (C) pada perairan
didukung oleh penetrasi cahaya. Teluk Yos Sudarso dan Sungai Anafre
Indeks keanekaragaman pada perairan dikategorikan mendekati I, dapat ditunjukkan
Teluk Yos Sudarso dan Sungai Anafre pada. Hal ini menunjukkan bahwa ada salah
dikategorikan tercemar berat. Tercemarnya satu jenis yang mendominansi jenis lain yaitu
suatu perairan disebabkan karena masuknya Thalassioira eccentric. Menurut Nugroho
limbah organik maupun anorganik dari (2006) jika indeks dominansi (C) mendekati
sungai ke perairan atau dilakukan oleh 0, maka hampir tidak ada jenis yang
manusia. Menurut Rudiyanti (2009) mendominansi suatu perairan, sedangkan jika
menjelaskan kondisi komunitas di perairan indeks dominansi (C) mendekati 1, maka
akan mengalami perubahan tergantung besar salah satu jenis yang mendominansi jenis
kecilnya limbah yang masuk ke perairan lainnya.
tersebut. Konsentrasi pembuangan limbah Parameter fisika-kimia perairan sangat
secara terus menerus dan meningkat, akan mempengaruhi keberadaan biota yang ada di
menyebabkan penuaan badan perairan sekitarnya. Adapun hasil pengukuran faktor
sehingga perairan tidak mampu lagi fisika-kimia perairan selama tiga kali
mengadakan pemulihan kembali, yang pada pengambilan sampel disajikan pada Tabel 2.
akhirnya berdampak pada organism perairan
yang ada di dalamnya. Jika nilai Tabel 2. Hasil Pengukuran Parameter Fisik
keanekaragaman (H’) dihubungkan dengan Kimia di Perairan Teluk Yos Sudarso dan
Sungai Anafre
kualitas perairan Teluk Yos Sudarso dan N BAKU STASIUN RATA-
PARAMETER SATUAN ∑
O MUTU I II RATA
Sungai Anafre, maka dapat dikategorikan KIMIA ORGANIK ANORGANIK BUKAN LOGAM
Zat Padat mg/L Coral 20 384,0 465,0 849 424,5
tercemar berat. Tersuspensi Mangrov
(TSS) e 80
Indeks keseragaman (E) bertujuan untuk Kekeruhan NTU
Lamun 20
<5 5,0 4,0 9 4,5
mengetahui apakah penyebaran jenis merata Ph - 7,0 8,5 7,74 7,64,2
5
15,38 7,69

Suhu ᵒC Coral 28- 27,6 27,5 55,1 27,55


atau tidak. Nilai indek keseragaman (E) di 30
Mangrov
perairan sungai Anafre mendekati 1. Hal ini e 28-32
Lamun
menunjukkan bahwa keseragaman jenis di 1 Salinitas
28-30
Coral 33 12,15 12,10 24,25 12,12
o
– 34
perairan tersebut relatif merata. Sedangkan /oo
Mangrov
e s/d34
indeks keseragaman (E) di Teluk Yos Lamun 33
– 34
2 Ph - 7,0 8,5 7,74 7,64 15,38 7,69

7|Novae Guinea Jurnal Biologi, Vol 8. N0 (2)201 6


3 Ammonia Total mg/L 0,3 0,15 0,18 0,33 0,165
Sebagai (NH3- batas tertentu dapat dijadikan indikator
N)
4 Biochemical mg/L 20 16,00 12,30 28,3 14,15 terjadinya pencemaran suatu perairan.
Oxygen
Demand
(BOD5)
Data penelitian menunjukkan bahwa
5 Dissolved
Oxygen (DO)
mg/L >5 6,39 6,25 12,64 6,32
kekeruhan di kedua lokasi penelitian yaitu di
7 Nitrat Sebagai mg/L 0,008 2,00 2,00 4 2
(NO3-N) perairan Teluk Yos Sudarso (5,0 NTU) dan
8 Phospat mg/L 0,015 1,23 0,64 1,87 0,935
Sebagai (PO4- Sungai Anafre (4,0 NTU) atau rata-ratanya
P)
9 Sulfida (H2S) mg/L 0,01 0,001 0,001 0,002 0,001 mencapai (4,5 NTU). Hasil ini tidak melebihi
baku mutu perairan.
Beberapa parameter fisik kimia yang Kedalaman dan kekeruhan sangat
mempengaruhi keberadaan plankton di berhubugan erat dengan penetrasi cahaya.
perairan antara lain sebagai berikut: Interaksi antara kekeruhan dan kedalaman
1. Suhu perairan akan mempengaruhi penetrasi
Keberadaan plankton di perairan dapat cahaya matahari, sehingga dapat
dipengaruhi langsung oleh suhu pada mempengaruhi kecerahan suatu perairan.
perairan tersebut. Rata-rata suhu di lokasi Penetrasi cahaya merupakan besaran
pengambilan sampel perairan Yos Sudarso untuk mengetahui kedalaman berapa cahaya
dan Sungai Anafre adalah pengambilan matahari dapat menembus lapisan suatu
sampel yaitu 27,55°C. Menurut Hutabarat & ekosistem perairan. Nilai ini sangat penting
Evan (1985) suhu perairan muara sungai atau dalam kaitannya dengan laju fotosintesis.
laut yaitu berkisar antara 15-35°C. Oleh Bersar nilai penetrasi cahaya dapat
karena itu, rata-rata suhu perairan yang diidentifikasikan dengan kedalaman air yang
terdapat pada perairan Teluk Yos Sudarso memungkinkan masih berlangsungnya
dan Sungai Anafre masih dapat menunjang proses fotosintesis. Nilai peneetrasi cahaya
kehidupan plankton secara optimal dan sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya
memungkinkan terjadinya pertumbuhan dan matahari, kekeruhan air serta kepadatan
perkembangan fitoplankton dengan baik plankton di suatu perairan (Barus 1996; Suin,
pula. 2002). Menurut Haerlina (1987), penetrasi
2. Kekeruhan dan TTS cahaya merupakan factor pembatas bagi
Kekeruhan adalah gambaran sifat optik organisme fotosintetik (tifoplankton) tetapi
air oleh adanya bahan padatan terutama juga mempengaruhi migrasi vertical harian
tersuspensi dan sedikit dipengaruhi oleh dan dapat pula mengakibatkan kematian pada
warna air. Kekeruhan air atau sering disebut organisme tertentu.
turbidty adalah salah satu parameter uji fisik Nilai TTS pada kedua perairan 384,5 dan
dalam analisis air. Tingkat kekeruhan air 465,0, dimana padatan tersuspensi
umumnya akan diketahui dengan besaran menunjukkan hasil yang sangaat signifikan
NTU (Nephelometer Turbidity Unit) setelah atau dapat dikatakan melebihi baku mutu
dilakukan uji aplikasi menggunakan alat lingkungan yang menprasyaraatkan 20-80
turbidimeter. Apabila bahan tersuspensi ini mg/L. TTS tentunya berkorelasi positif
berupa padatan organisme, maka pada batas- dengan kekeruhan, dimana semakin tinggi
padatan tersuspensi yang terkandung dalam

8|Novae Guinea Jurnal Biologi, Vol 8. N0 (2)201 6


suatu perairan maka perairan tersebut 3. pH
semakin keruh. Dengan hasil kajian tersebut Kondisi perairan yang bersifat
maka dapat disimpulkan bahwa Kekeruhan asammaupun basa akan membahayakan
pada perairan yang tergenang (lentik) lebih kelangsungan hidup organisme karena akan
banyak disebabkan oleh bahan tersuspensi menyebabkan terjadinya gangguan
yang berupa koloid dan partikel-partikel metabolisme dan respirasi. Setiap organisme
halus, sedangkan pada sungai yang sedang akuatik dapat hidup dalam suatu perairan
banjir disebabkan karena adanya larutan yang mempunyai nilai pH netral dengan
tersuspensi yang terbawa arus air. kisaran toleransi antara asam lemah sampai
Bahan tersuspensi berupa partikel tanah basa lemah. Nilai pH yang ideal bagi
liat, lumpur, koloid tanah dan organisme kehidupan organisme akuatik berkisar antara
perairan (mikroorganisme). Padatan 7-8,5 (Barus 2001). Hal ini sejalan dengan
tersuspensi tidak hanya membahayakan ikan data yang diperoleh di lapangan bahwa
ataupun biota lainnya tetapi juga derajat keasaman (pH) pada kedua lokasi
menyebabkan air tidak produktif karena penelitian netral dengan rata-rata (7,69).
menghalangi masuknya sinar matahari untuk Kandungan pH yang sangat rendah akan
fotosintesa. menyebabkan mobilitas berbagai senyawa
Kedalaman dan kekeruhan sangat logam berat yang bersifat toksik semakin
berhubugan erat dengan penetrasi cahaya tinggi yang tentunya akan mengancam
yang masuk ke dalam badan perairan. kelangsungan hidup organisme akuatik.
Interaksi antara kekeruhan dan kedalaman Sementara pH yang tinggi akan
perairan akan mempengaruhi penetrasi menyebabkan keseimbangan antara
cahaya matahari, sehingga dapat ammonium dan ammoniak dalam air akan
mempengaruhi kecerahan suatu perairan dan terganggu, dimana jika kenaikan pH di atas
hal tersebut dapat berpengaruh pula terhadap netral akan meningkat konsentrasi ammoniak
biota di dalamnya. yang juga bersifat sangat toksik bagi
Putra et.al (2012) menjelaskan bahwa organisme (Yazwar, 2008).
menurunnya nilai kelimpahan fitoplankton
antara stasiun pengamatan di sungai Citarum 4. Salinitas
Hulu Jawa Barat disebabkan karena pengaruh Menurut Nybakken (1988), salinitas
transparansi cahaya yang rendah. Rendahnya perairan muara sungai yaitu berkisar antara
transparansi di beberapa stasiun pengamatan 5-30 o/oo. Salinitas pada kedua lokasi
dipengaruhi oleh akumulasi partikel yang penelitian adalah 12,15 o/oo dan 12,10 o/oo.
masuk ke badan perairan sehingga Salinitas pada lokasi penelitian masih berada
menghalangi penetrasi cahaya matahari ke di bawah standar baku mutu perairan. Hal ini
dalam badan air sehingga fotosintesis tidak mengindikasikan bahwa tingkat salinitas
dapat berjalan dengan baik. tidak begitu berpengaruh terhadap
keberadaan plankton di perairan Yos Sudarso
dan Anafre.
5. Kuat Arus

9|Novae Guinea Jurnal Biologi, Vol 8. N0 (2)201 6


Kelimpahan total individu plankton pada KESIMPULAN
perairan sungai Anafre lebih rendah
dibandingkan dengan stasiun lainnya. Hal ini Indeks keanekaragaman plankton pada
diduga dipengaruhi oleh kecepatan arus dan perairan Teluk Yos Sudarso dan Sungai
hempasan gelombang diperairan tersebut Anafre dikategorikan tercemar berat, dengan
sehingga mungkinkan arus membawa nilai indeks dominansi (C) dikategorikan
nutrient terdistribusi ke perairan muara. mendekati I, serta nilai indeks keseragaman
Ketersediaan nutrient mempengaruhi (E) di perairan sungai Anafre mendekati 1
pertumbuhan dan perkembangan plankton. sehingga dapat disimpulkan bahwa
Ketersediaan nutrient yang berada pada keseragaman jenis plankton di perairan
setiap perairan menyebabkan perbedaan tersebut relatif merata. Sedangkan indeks
kelimpahan fitoplankton. keseragaman (E) di Teluk Yos Sudarso
Selain itu arus dari perairan dan adalah mendekati 0 dan dapat disimpulkan
hempasan gelombang di sekitar sungai bahwa bahwa keseragaman jenis di kedua
Anafre akan membawa plankton sehingga perairan tersebut adalah rendah atau dapat
memyebabkan melimpahnya plankton di dikatakan mempunyai penyebaran individu
perairan tersebut. yang tidak merata.

6. Fosfat UCAPAN TERIMA KASIH


Tingginya kelimpahan total individu Suksesnya penelitian ini tidak terlepas
plankton pada perairan Teluk Yos Sudarso dari semua pihak yang terlibat langsung
dipengaruhi oleh kandungan fosfat. dalam penelitian ini. Oleh karena itu
Kandungan Fosfat di perairan Teluk Yos penghargaan dan ucapan terima kasih kami
adalah (1,23 mg/L) lebih tinggi dibandingkan ucapkan kepada:
dengan kandungan fosfat yang ada di 1. Pusat Studi Sumber Daya Alam dan
perairan sungai Anafre adalah (0,64 mg/L), Energi (PuSSDAE) Uncen atas segala
dapat ditunjukkan pada Tabel 2. Tingginya dukungan dan kepercayaan kepada kami
kandungan fosfat ini merangsang sehingga penelitian ini dapat terlaksana
pertumbuhan fitoplankton dengan pesat. Hal dengan baik.
ini dapat dibuktikan dengan hasil analisis 2. Laboratorium Kesehatan Daerah Dok
kualitas air di kedua lokasi tersebut, yang II Jayapura, yang telah membantu
mana kandungan fosfat di perairan Teluk Yos penelitian ini dalam melakukan analisis
Sudarso lebih tinggi dibandingkan dengan sampel air sehingga kami dapat
kandungan fosfat di perairan sungai Anafre. memperoleh data penelitian secara
Pirzan dan Pong-Masak (2008) akurat.
menjelaskan bahwa kandungan fosfat yang 3. Semua Tenaga Lapangan, atas kerja
tinggi dapat mendorong terjadinya ledakan kerasnya membantu kami dalam
populasi fitoplankton yang menyebabkan pengambilan data selama penelitian
terjadinya dominansi jenis fitoplankton berlangsung.
tertentu.

10 | N o v a e G u i n e a J u r n a l B i o l o g i , V o l 8 . N 0 ( 2 ) 2 0 1 6
4. Semua Pihak, yang terlibat secara Fakultas Perikanan, IPB Bogor.
langsung ataupun tidak langsung dalam Bogor.
menyukseskan penelitian ini. Hutabarat, S dan S.M. Evans. 1985.
Pengantar Oceanografi. UI Press.
Jakarta.
DAFTAR PUSATAKA Nybakken J.W, 1992. Biologi Laut Suatu
[APHA] American Public Health Pendekatan Ekologis.
Association. 1989. Standard Diterjemahkan oleh H, Muhammad
Methods for the Examination of Eidman et al. Penerbit PT. Gramedia
Water and Waste Water Including Pustaka Utama. Jakarta.
Bottom Sediment and Sludges. 17th Odum EP. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi
ed. Amer. Publ. Health Association ketiga. Diterjemahkan oleh
Inc., New York. Tjahjono Samingan. Gadjah Mada
Barus TA. 1996. Metode Ekologis Untuk University Press. Yogyakarta.
Menilai Kualitas Suatu Perairan Putra A.W, Zahidah dan Lili W. 2012.
Lotik. Fakultas MIPA USU. Medan. Struktur Komunitas Plankton I
. 2001. Pengantar Limnologi Studi Sungai Citarum Hulu Jawa barat.
Tentang Ekosistem Sungai dan Jurnal Perikanan Dan Kelautan. Vol
Danau. Fakultas MIPA USU. 3, No. 4, Desember 2012.
Medan. Pirzan A.M, Pong-masak PR. 2008.
Barnes. 1974. Barnes. 1974. An introduction Hubungan Keragaman Fitoplankton
to marine ecology second Edition. Dengan Kualitas Air Di Pulau
Blackwell scientific Publications. Bauluang Kabupaten takalar
London. Sulawesi selatan. Jurnal
Nontji A. 2008. Plankton Laut. Lembaga Biodiversitas Vol. 9, No. 3 Juni
Ilmu Pengetahuan Indonesia. LIPI 2008. Balai Riset Perikanan
Press. Jakarta. Budidaya air Payau Maros.
Nurfadillah, A. Damar, M. Adiwilaga. 2012. Ravera O. 1979. Biological Aspect of
Komunitas Fitoplankton Di Perairan freshwater Polluto=ion. Pergamon
Danau Laut Tawar Kabupaten Aceh Press. London.
Tengah Provinsi Aceh. Jurnal Depik
Agustus 2012. Rudiyanti S. 2009. Kualitas Perairan sungai
Nugroho A. 2006. Bioindikator Kualitas Air. Banger Pekalongan Berdasarkan
Penerbit Universitas Trisakti, Indikator Biologis. Jurnal Saintek
Jakarta. Perikanan Vol. 4, No. 2. Jurusan
Haryono dan Wibowo Agustono, 2004. Perikanan. Faluktas Perikanan Dan
Kinetika Bioakumulasi Logam Ilmu Kelautan. Universitas
Berat Kadmium Oleh Fitoplankton Diponegoro.
Chlorella sp Lingkungan Perairan Stiling PD. 1996. Ecology Theories and
Laut. Jurnal Penelitian Sains & Aplications. Second Edition,
Teknologi, Vol. 5, No. 2, 2004 : 89- University Of South Florida,
103. Prentice Hall International, Inc.
Haerlina E. 1987. Komposisi dan Distribusi Sunarto, 2008. Karakteristik Biologi Dan
Vertikal Darian Fitoplankton pada Peranan Plankton Bagi Ekosistem
Siang dan Malam Hari di Perairan Laut. Fakultas Perikanan Dan
Pantai Bojonegoro teluk Banten.

11 | N o v a e G u i n e a J u r n a l B i o l o g i , V o l 8 . N 0 ( 2 ) 2 0 1 6
Kelautan Universitas Padjajaran,
Bandung.
Yazwar. 2008. Keanekaragaman Plankton
dan Keterkaitannya dengan Kualitas
Air di Pararat Danau Toba. [Tesis].
Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Yuliana. 2007. Struktur Komunitas Dan
Kelimpahan Fitoplankton Dalam
Kaitannya Dengan Parameter
Fisika-Kimia Perairan di Danau
laguna Ternate Maluku Utara.
Jurnal Vol. 14, No. 1. Fakultas
Perikanan Dan Ilmu kelautan,
Universitas Khairun. Maluku Utara.
Yuliana, Adiwilaga EM, Harris E dan Pratiwi
N.T.M, 2012. Hubungan Antara
Kelimpahan Fitoplankton Dengan
Parameter Fisik-Kimiawi Perairan
Di Teluk Jakarta. Jurnal Akuatika.
Vol. 3, No. 2 Septembr 2012. IPB
Bogor. Jawa Barat.
Wibisono M.S, 2011. Pengantar Ilmu
Kelautan. Penerbit Universitas
Cenderawasih (UI-Press). Jakarta.
Purwanti S, Hariyati R, Wiryani E (……).
Komunitas Plankton pada saat
Pasang dan Surut di Perairan Muara
Sungai Demaan Kabupaten
Jeparafile:///C:/Users/Dell/AppData
/Local/Temp/59232-ID-komunitas-
plankton-pada-saat-pasang-dan.pdf

12 | N o v a e G u i n e a J u r n a l B i o l o g i , V o l 8 . N 0 ( 2 ) 2 0 1 6

Anda mungkin juga menyukai