Anda di halaman 1dari 18

KARAKTERISTIK EKOSISTEM ESTUARI

(Studi Kasus: Blanakan)

Kelompok 13
Rudy Asa Nurafif (C24150083), Agus Danu Prakoso (C24150085), Kartika Farah
Hamidah (C24150086), Olyander Lea (C24150088), Denanda Febry
(C24150090), Claudia Olivia (C24150092)
NamaAsisten: YeyenLaorenza (C34140010)

Abstrak
Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara unsur biotik dan abiotik
yang membentuk sistem ekologi. Ekosistem perairan dibagi menjadi tiga, yaitu
perairan tawar, laut, dan estuari. Estuaria adalah wilayah pesisir semi tertutup
yang mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air
tawar dari daratan. Tujuan praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi
perairan estuari melalui analisis parameter fisika, kimia, dan biologi. Metode yang
digunakan dalam praktikum ini adalah metode sampling. Lokasi pengambilan data
di Blanakan, Subang. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak tiga kali
pengulangan. Parameter fisika yang diamati adalah, kedalaman rata-rata sedalam
66cm, suhu perairan 28.3oC, warna perairan adalah hijau kehitaman, dan tipe
substratnya lumpur. Nilai pH pada perairan sebesar 8.6 dan salinitas sebesar 5ppt
yang merupakan parameter kimia. Parameter biologi yang diamati adalah
plankton sebanyak 33 spesies, benthos sebanyak 1 spesies dan 3 spesies perifiton.

Kata kunci: Benthos, blanakan, ekologi, estuari, mangrove, perifiton, plankton

Abstract
Ecosystem isa mutual relationship between biotic and abiotic elements form
the ecological system. Aquatic ecosystem are divided into thre, freshwater,
marine, and estuary. Estuary is a semi-enclosed coastal area that have relation
with open sea and receive input freshwater from river. The purpose of this
practicum is to identify the conditions of the estuary through the analysis of
parameters of physics, chemistry, and biology. method used in this analysis is
sampling method. Sampling data is performed in Blanakan, Subang, West Java.
The sampling was conducted in three repetition. Physical parameters that were
observed are, the average of depth is 66 centimeters, the temperature of the
riveris 28.3 oC , the water color is blackish green, and the substrate type is pure
mud. The pH value of the water is 8.6 and the salinity is 5ppt which are the
chemical parameters. Biological parameters which were observed are 33 species
of plankton, 1 species of benthos, and there are 3 species of periphyton.

Key words : benthos, blanakan, ecology, estuary, mangrove, peryphyton, plankton


PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Ekologi merupakan ilmu tentang rumah (tempat tinggal makhluk hidup).
Ekologi juga diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Pemenuhan kebutuhan manusia
dapat terpenuhi karena adanya pemanfaatan lingkungan yang terbentukdari
pengelolaan lingkungan hidup. Melalui pengeloaan lingkungan hidup, terjadi
hubungan timbal balik antara lingkungan biofisik dengan lingkungan sosial.
Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara unsur-unsur hayati dengan non-
hayati yang membentuk sistem ekologi. Ekosistem menurut Arpaciet al. (2008)
adalah suatu interaksi yang kompleks dan memiliki penyusun).Ekosistem perairan
dibedakan dalam tiga kategori utama yaitu ekosistem laut, ekosistem air tawar,
dan ekosistem estuarin (Prabowo 2010).
Estuaria adalah wilayah pesisir semi tertutup yang mempunyai hubungan
bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari daratan. Secara
sederhana estuaria didefinisikan sebagai tempat pertemuan air tawar dan air asin
(Nybakken 1988).Sifat fisik penting perairan Estuari menurut Kamal dan Suardi
(2004) yaitu salinitas, substrat, sirkulasi air, pasang surut dan penyimpanan zat
hara. Estuaria menurut Azis (2007) memiliki gradien salinitas yang bervariasi
terutama bergantung pada masukan air tawar dari sungai dan air laut melalui
pasang surut. Sebagian besar estuaria menurut Kawaroe (2001) didominasi oleh
substrat berlumpur yang merupakan endapan yang dibawa oleh air tawar dan air
laut. Daerah perairan yang termasuk dalam estuaria ini adalah muara sungai, teluk
dan rawa pasang surut.
Praktikum karakteristik ekosistem perairan estuari dilakukan di Belanakan,
Subang. Belanakan adalah salah satu kawasan estuari yang berada di kabupaten
Subang, Jawa barat. Banyak ragam organisme yang hidup di Belanakan, seperti
benthos, perifiton, dan mangrove.

TUJUAN
Praktikum karakteristik ekosistem estuari bertujuan untuk mengenal dan
mempelajari komponen-komponen penyusun ekosistem estuari, dan menjelaskan
keterkaitan antar parameter fisika, kimia, dan biologi pada ekosistem estuari di
Belanakan, Subang, Jawa Barat.
METODOLOGI

WAKTU DAN TEMPAT


Praktikum Ekologi perairan estuari dimulai pukul 07.00 WIBhingga 10.30
WIB. Praktikumkarakteristikperairanestuaridilaksanakan pada hari Minggu, 20
November 2016.Praktikum Ekologi Perairan Mengalir dilaksanakan di Belanakan,
Subang, Jawa Barat.

Gambar 1. Lokasi Pengambilan Sampel (Belanakan, Subang, Jawa Barat)


Sumber: http://www.google.earth.com

ALAT DAN BAHAN


Praktikum Ekologi PerairanMengalir ini menggunakan beberapa alat dan
bahan. Alat yang dipergunakan dalam praktikum ini adalah transek kuadrat,
termometer, botol film, jar, serok, paralon berskala 3 inch, plankton net, tali rafia
berskala, dan sikat gigi. Bahan yang digunakan meliput iindikator PH, salino
refraktometer, meteran, aquades, lugol, dan alkohol.

METODE PENGAMBILAN SAMPEL


Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode pengambilan
sampel yang meliputi parameter fisika, parameter kimia dan parameter biologi.
Parameter fisika yang diamati meliputi kedalaman kecerahan, kedalaman, warna,
bau, tipe substrat, dan suhu. Parameter kimia yang diamati adalah pH dan
salinitas. Parameter biologi yang diamati adalah bentos, plankton, dan
perifiton.Sebelum mengambil sampel, terlebih dahulu letakkan transek kuadrat
pada permukaan perairan yang akan menjadi tempat pengambilan sampel.
Pengukuran setiap parameter dilakukan di tiga titik berbeda secara diagonal pada
setiap ulangan
Pengamatan pertama pada parameter fisika yaitu pengukuran kedalaman
dengan menggunakan pipa paralon yang panjangnya dua meter. Kecerahan air
diukur dengan keping secchi disk. Secchi disk dicelupkan dalam air sampai warna
dari keping secchi disk tidak terlihat dan dicatat sebagai D1, kemudian tarik
secchi disk hingga warna terlihat dan dicatat sebagai D2.
Pengukuran suhu perairan dilakukan menggunakan termometer yang diikat
ujungnya dengan karet gelang sebagai pegangan agar suhu perairan yang terbaca
tidak terpengaruh dengan suhu tubuh pengamat. Warna perairan dilihat dengan
mata langsung, sementara bau pada perairan diamati dengan cara dihirup.
Parameter kimia, yaitu, pH suatu perairan dapat diukur dengan mencelupkan
kertas indikator pH kemudian membandingkan warnanya dengan trayek pH.
Pengamatan pertama pada parameter fisika yaitu pengambilan sampel
plankton dilakukan dengan mengambil air menggunakan ember 10 liter sebanyak
tigapuluh kali pengulanganyang dimasukkan ke dalam plankton net, kemudian
sampel dimasukkan kedalam jar dan sampel tersebut diberi larutan lugol. Teknik
pengambilan sampel benthos dilakukan dengan menggunakan paralon untuk
mengambil substrat lumpur di dasar perairan lalu substrat disaring menggunakan
saringan kasar dan halus, selanjutnya benthos dimasukkan ke dalam jar dan diberi
formalin secukupnya. Teknik pengambilan sampel perifiton dilakukan dengan
mengambil substrat daun-daun dan ranting yang kemudian dikerik menggunakan
sikat gigi di dalam transek berukuran 2cm x 2cm, lalu dimasukkan ke dalam botol
sampel dan diberi larutan lugol.
Pengamatan pada mangrove dilakukan dengan cara membuat transek
menggunakan tali rafia berskala dengan luasan 10m x 10m, di dalam transek
tersebut dibuat lagi transek ukuran 5m x 5m untuk vegetasi semai, dan 2m x 2m
untuk vegetasi anakan.

ANALISIS DATA

a. Kecerahan

d1  d 2
Kecerahan 
2
Keterangan:
d1 : Titik dimana secchi disk mulai tidak terlihat ketika dibenamkan (m)
d2 :Titik dimana secchi disk mulai terlihat ketika diangkat ke arah
permukaan air (m)

b. Kelimpahan plankton
𝑉𝑟 1
𝑁= 𝑥 𝑥𝑛
𝑉𝑜 𝑉𝑠

Keterangan :
N : Kepadatanfitoplankton (sel/L) dan zoo-plankton (ind/L)
Vr : Volume botol contoh hasil saringan (ml) = 100 mL
Vs : Volume air yang disaring (L) = 100 L
Vo: Volume 1 tetes air contoh (mL) = 0,05 mL
n : Jumlah plankton yang tercacah
c. Kelimpahan perifiton

𝑉𝑟 1
𝑁= 𝑥 𝑥𝑛
𝑉𝑜 𝐴

Keterangan :
N = Kepadatan fitoperifiton (sel/m2) dan zooperifiton (ind/m2)
Vr = Volume botol contoh (30 mL)
Vo = Volume satu tetes contoh (0.05 mL)
A = Luas bidang kerikan (4cm2)
n = jumlah perifiton tercacah

d. Kepadatan bentos
x
X
nM
Keterangan :
X : Kepadatan bentos (ind/m2)
x : Jumlah individu per satuan alat (ind)
M : Luas bukaan mulut alat (62x10-4 m2)
n : Jumlah pengulangan Indekskeanekaragamanperifiton

e. Kerapatan suatu jenis


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐼𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑆𝑢𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠
K= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑡𝑎𝑘 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ

f. Kerapatan Relatif suatu jenis


𝐾 𝑆𝑢𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠
KR = 𝐾 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 x 100%

g. Frekuensi suatu jenis


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑢𝑏 𝑃𝑒𝑡𝑎𝑘 𝐷𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛𝑛𝑛𝑦𝑎 𝑆𝑢𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠
F= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑆𝑢𝑏 𝑃𝑒𝑡𝑎𝑘 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ

h. Frekuensi Relatif suatu jenis


𝐹 𝑆𝑢𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠
FR = 𝐹 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 x 100%

i. Luas Bidang Dasar Suatu Jenis


𝐾2
LBD = 4𝜋

Keterangan :
K : Keliling pohon

j. Dominansi suatu jenis


𝐿𝐵𝐷 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
D = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑡𝑎𝑘 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
k. Dominansi Relatif suatu jenis
𝐷 𝑆𝑢𝑎𝑡𝑢 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠
DR = 𝐷 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 x 100%

l. Indeks Nilai Penting (INP)


INP = KR + FR + DR
LANDASAN TEORI
Wilayah estuari merupakan wilayah peralihan antara perairan tawar
dengan perairan laut sehingga memiliki salinitas di atas perairan tawar dan di
bawah perairan laut. Definisi estuari menurut Azis (2007) yaitu estuari adalah
perairan semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut sehingga air laut yang
bersalinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar yang bersalinitas rendah.
Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar tersebut akan menghasilkan suatu
komunitas yang khas dengan kondisi lingkungan yang bervariasi. Daerah perairan
yang termasuk dalam estuari ini adalah muara sungai, teluk, dan rawa pasang
surut.
Suhu, salinitas, dan pasang surut air merupakan faktor penting dalam
perairan estuari karna dengan adanya suhu, salinitas, dan pasang surut dapat
diketahui batasan dan produktivitas perairan estuari. Secara ekologi, perairan
estuari merupakan perairan yang subur dikarenakan memiliki unsur hara yang
tinggi yang didapat dari perairan tawar dan perairan laut. Fungsi estuari menurut
Zahid (2011) bagi kehidupan ikan seperti sebagai daerah pemijahan, daerah pengasuhan,
dan lumbung makanan serta jalur migrasi menjadikan estuari kaya dengan
keanekaragaman hayati ikan pada berbagai tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana,
dewasa).
Banyaknya unsur hara di daerah estuaria mengakibatkan tumbuh suburnya
tumbuhan terutama makrophyta dan phytoplankton di daerah estuaria.Mengenai
produktivitas flora di daerah estuaria lebih lanjut, Kamal dan Suardi (2004)
mengatakan bahwa produktivitas makrophyta (rumput laut) didapatkan jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan produktivitas phytoplankton.Di balik kesuburan
perairan di daerah estuari, karena sedimen juga mampu mengabsorbsi logam-
logam berat, maka tidak menutup kemungkinan didaerah estuaria juga terjadi
“pollutan trapped” atau perangkap bahan pencemar. Proses biodeposisi oleh
“filter feeders” dapat memindahkan dan mengonsentrasikan segala sesuatu yang
terdapat dalam suspensi, termasuk bahan-bahan pencemar. Hal tersebut yang
menyebabkan banyak biota estuari megandung logam berat karena tempat yang
ditinggali terdapat banyak bahan pencemar berupa logam berat yang terakumulasi
di dalam tubuh biota estuari.
HASIL

Hasil yang didapat dari sampling di Blanakan, Subang mencakup tiga


parameter, yaitu parameter fisika, parameter kimia dan parameter biologi. Setiap
parameter yang diamati diambil dari 3 stasiun di Blanakan. Tiga bagian tersebut
telah mewakili seluruh Kawasan Estuari Blanakan. Pengambilan sample pada
setiap stasiun dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali, hal itu dilakukan agar
data yang diperoleh dari setiap stasiun lebih akurat. Parameter pertama yang
diamati adalah parameter fisika. Berikut disajikan tabel hasil pengamatan
parameter fisika dan kimia Blanakan, Subang.

Tabel 1. Parameter Fisika


Parameter Kelompok 13
Substasiun 1 2 3
Jam 8:30 8:50 9:20
Suhu 28˚C 28,5˚C 28,5˚C
Kedalaman 70 cm 59 cm 69 cm

Bau Bau Lumpur Bau Lumpur Bau Lumpur

Warna Hijau Kehitaman Hijau Kehitaman Hijau Kehitaman

Substrat Lumpur Lumpur Lumpur


Luas Estuari 6 ha

Koordinat
6,2608˚ S ; 107,6570˚ E

Tabel 2. Parameter Kimia


Parameter Kimia Kelompok 13

pH 8,6
Salinitas 5 ppt

Berdasarkan tabel parameter fisika dan kimia, dapat diketahui bahwa suhu
tertinggi sebesar 28,5˚C dan kedalaman terdalam terdapat pada ulangan pertama,
yaitu 70 cm. Bau yang tercium adalah lumpur dengan warna perairan hijau
kecoklatan, dan substrat di dasar perairan adalah lumpur. Adpaun pH dan
salinitias disetiap stasiun sama, yaitu sebesar 8,6 dan 5 ppt.

Terebra sp.

20%

40% Sub-Stasiun 1
Sub-Stasiun 2
Sub-Stasiun 3

40%
Grafik 1. Grafik Lingkaran Persebaran Benthos (Terebra sp.) di Stasiun 7

33% 34%
Phormidium sp.
Chromogaster sp.
Leptociela sp.

33%

Grafik 2. Grafik Lingkaran Persebaran Perifiton di Stasiun 7

13% 12%

Nauplius sp
13% Olthona sp.
Microcalanus sp.
Brachionus sp.
12%
Polyarchra sp.
50%

Grafik 3. Grafik Lingkaran Persebaran Zooplankton di Stasiun 7

28%

Melosira sp.
Fragilaria sp.

72%

Grafik 4. Grafik Lingkaran Persebaran Fitoplankton di Stasiun 7


Avicennia sp.

100%

Grafik 5. Grafik Lingkaran Persebaran Avicennia sp. di Stasiun 7

Berdasarkan pie chart diketahui bahwa benthos yang mendominasi adalah


Terebra sp. sedangkan perifition sebanyak 3 spesies dengan jumlah yang sama
diulangan 1, 2 dan 3. Fito dan zooplankton terbanyak adalah Olthona sp. dan
Melosira sp. Berdasarkan pie chart diketahui bahwa Avicennia sp. adalah satu-
satunya vegetasi mangrove yang teridentifikasi di stasiun 7.

PEMBAHASAN

Parameter yang diamati pada praktikum ini adalah parameter fisika, kimia,
serta biologi. Parameter fisika meliputi kecerahan, suhu, kedalaman, bau, warna
perairan, serta tipe substrat. Parameter kimia meliputi derajat keasaman (pH) dan
salinitas. Sedangkan parameter biologi yang diamati dalam praktikum ini meliputi
biota perairan, yaitu plankton,bentos, perifiton, dan vegetasi mangrove.
Kecerahan perairan merupakan suatu kondisi yang menunjukkan
kemampuan cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Pada
perairan alami, kecerahan sangat penting karena erat kaitannya dengan
prosesfotosintesis (Brotowidjoyo 1995). Kecerahan merupakan faktor penting
bagi proses fotosintesis dan produksi primer dalam suatu perairan. Kecerahan
jugabergantung pada warna dan kekeruhan. Berdasarkan pengukuran kedalaman
pada tiga kali ulangan secara diagonal diperoleh hasil pada ulangan pertama
sedalam 70cm, pada ulangan kedua 59cm, dan ulangan terakhir 69cm. Menurut
Yazwar (2008) bahwa kecerahan berpengaruh langsung terhadap perkembangan dan
pertumbuhan fitoplakton di perairan Blanakan termasuk pada tingkat kecerahan yang
rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Akrimi (2002) bahwa kecerahan air di bawah
100 cm tergolong tingkat kecerahan rendah.
Suhu merupakan salah satu parameter kualitas air yang sangat penting
dalam menunjang kehidupan organisme perairan (Barus 2004 dalam Siregar
2010). Menurut Handjojo dan Djoko (2005) dalam Irawan (2009), suhu air normal
adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan
metabolisme dan berkembang biak.Berdasarkan pengukuran suhu pada tiga kali
ulangan secara diagonal diperoleh hasil, suhu pada ulangan pertama sebesar 28oC
dan pada ulangan kedua dan ketiga diperoleh hasil yang sama sebesar 28,5 oC. Hal
ini menunjukkan suhu perairan estuari relatif masih normal, dan masih
mendukung pertumbuhan mikroorganisme.
Tipe substrat dari ketiga ulangan di dasar perairan semuanya berlumpur.
Karakteristik substrat merupakan faktor pembatas terhadap pertumbuhan mangrove.
Tekstur dan konsentrasi ion serta kandungan bahan organik pada substrat sedimen
menurut Darmadi et al. (2012) mempunyai susunan jenis dan kerapatan tegakan
misalnya jika komposisi substrat lebih banyak liat (clay) dan lanau (slit) maka
tegakan menjadi lebih rapat. Substrat yang berlumpur menyebabkan perairan
memiliki bau lumpur yang sangat menyengat. Warna perairan berwarna hijau
kehitaman yang pekat.
Derajat keasaman (pH) merupakan suatu parameter penting untuk
menentukan kadar asam atau basa dalam air. Nilai pH menyatakan nilai
konsentrasi ion hidrogen dalam suatu larutan. Organisme air dapat hidup dalam
suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara
asam lemah sampai basa lemah. Nilai pH yang sangat rendah akan menyebabkan
terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi. Disamping itu pH yang sangat
rendah akan menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam yang bersifat toksik
semakin tinggi yang tentunya akan mengancam kelangsungan hidup organisme
aquatik. Kisaran nilai pH di perairan tawar bagi kehidupan organisme perairan
adalah 6 – 8,5 (Effendi 2003). pH estuari di Blanakan sebesar 8,6. pH ini sudah
ideal bagi organisme diperairan estuari yang merupakan perairan peralihan antara
air tawar dan asin.
Salinitas yang terukur di Belanakan adalah 5 ppt. Nilai salinitas ditiap
perairan berbeda-beda, kisaran salinitas air laut adalah 30-35 ppt, estuari 5-30 ppt,
dan air tawar 0,5-5 ppt (Nyabakken 1992). Salinitas Belanakan berada pada nilai
terendah karena pengaruh masukan air tawar masih lebih besar dari pada air laut,
sehingga nilai salinitas yang didapat adalah 5 ppt.
Parameter biologi yang diamati pada praktikum lapang adalah plankton,
benthos, perifiton, dan vegetasi mangrove. Neuston dan nekton tidak ditemukan
pada lokasi pengambilan sampel. Plankton pada perairan estuari Belanakan cukup
melimpah, hal ini dilihat dari banyaknya fitoplankton dan zooplankton yang
ditemukan. Terdapat 5 spesies zooplankton dengan jumlah total 8 individu yang
meliputi Nauplius sp., Olthona sp., Microcalanus sp., Brachionus sp., dan
Polyarchra sp. Adapun fitoplankton yang ditemukan sebanyak 2 spesies dengan
perincian Melosira sp. sebanyak 18 sel dan Fragilaria sp. sebanyak 7 sel.
Mangrove menurut Odum dalam Darmadi et al. (2012) merupakan
karakteristik dari bentuk tanaman yang hidup di pantai, estuari atau muara sungai
dan delta di tempat yang terlindung pada daerah trpois dan sub tropis.
Keanekaragaman mangrove menurut Nybakken dalam Darmadi et al. (2012)
bukan hanya karena kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungannya tetapi
tidak terlepas juga adanya campur tangan manusia untuk memelihara. Mangrove
yang diidentifikasi di Blanakan berupa semai, anakan, dan pohon. Jenis vegetasi
mangrove semai, anakan, dan pohon yang ditemukan di Blanakan adalah genus
Avicennia dengan jumlah total dari tiga petak semai, anakan, dan pohon berturut-
turut adalah 18, 20, dan 32.
KESIMPULAN

Ekosistem perairan estuari memiliki karakteristik dasar yaitu memiliki


salinitas di antara salinitas perairan tawar dan salinitas perairan laut. Komponen
biotik yang terdapat di perairan estuari adalah plankton, perifiton, nekton,
neuston, benthos dan vegetasi mangrove. Komponen abiotik yang terdapat di
perairan estuari adalah suhu, kecerahan, kedalaman, dan salinitas serta perairan
estuari memiliki substrat berlumpur. Komponen abiotik dapat mempengaruhi
komponen biotik seperti salinitas dapat menjadi faktor pembatas bagi komponen
biotik. Faktor penting lain dalam perairan estuari terhadap komponen biotik
adalah adanya pasang surut air yang menyebabkan perbedaan tingkah laku
organisme biotik. Siklus materi terjadi secara siklik serta terdapat aliran energi
antara komponen abiotik dan komponen biotik.

SARAN

Berdasarkan pada hasil praktikum diketahui bahwa perairan estuari


merupakan perairan yang memiliki banyak organisme didalamnya. Sehingga
masyarakat tidak seharusnya merusak atau mengintroduksi spesies asing ke
kawasan perairan estuari dan kawasan mangrove. Perlu adanya tindakan
pengawasan serta pelestarian kawasan perairan estuari dan kawasan mangrove
agar kawasan ini dapat terus berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Akrimi, Gatot, Subroto. 2002. Teknik Pengamatan Kualitas Air Stasiun Lido
Stasiun Jalan Baru Stasiun Kebun Nanas Keanekargaman Plankton 8
Plankton di Reservat Danau Arang – Arang Jambi (Buletin Teknik
Pertanian Vol. 7). Balai Riset Perikanan Perairan Umum. Palembang.
Arpaci O, Kency B, Ozet M, Dengzy Z, Kala D. 2008. Ecology. Istanbul(TR):
Zambak Yayinlari.
Azis MF. 2007. Tipe Estuari Binuangeun (Banten) berdasrkan distribusi suhu dan
salinitas perairan. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. (1)33:
97–110).
Brotowijdoyo MD, Djoko T, dan Eko M. 1995. Pengantar Perairan dan
Budidaya Air. Yogyakarta [ID] : Liberty
Darmadi, Lewaru MW, Alexander MA Khan. 2012. Struktur komunitas vegetasi
mangrove berdasarkan karakteristik substrat di Muara Harmin Desa
Cangkring Kecamatan Cantigi Kabupaten Indramayu. Vol 3(3) : 347-
358.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta [ID] : Kanisius
Irawan. 2009. Faktor-Faktor Penting dalam Proses Pembesaran Ikan di Fasilitas
Nursery dan Pembesaran.Bandung [ID] : ITB Press.
Kamal E, Suardi ML. 2004. Potensi Estuaria Kabupaten Pasaman Barat Sumatera
Barat. Mangrove dan Pesisir. 4(3): 42-46.
Kawaroe M. 2001. Kontribusi ekosistem mangrove terhadap struktur komunitas
ikan di Pantai Utara Kabupaten Subang, Jawa Barat. Jurnal Pesisir dan
Lautan. 3(3): 12-25.
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologis. Penerjemah:
H.Muhammad Eidman. PT Gramedia Pustaka. Jakarta
Prabowo RE, Ardli ER, Sastranegara MH, Lestari W, Wijayanti G. 2010.
Biodiversitas dan bioteknologi sumberdaya akuatik. Prosiding Seminar
Nasional Biologi. Semarang.
Siregar MH. 2010. Keanekaragaman Plankton di Hulu Sungai Asahan Porsea.
[skripsi]. Medan [ID] : Universitas Sumatera Utara.
Yazwar. 2008. Keanekaragaman Plankton dan Keterkaitannya dengan Kualitas
Air di Parapat Danau Toba. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Zahid A, Simanjuntak CPH, Rahardjo MF, Sulistiono. 2011. Iktiofauna ekosistem
estuari Mayangan, Jawa Barat. Jurnal Iktiologi Indinesia. 11(1): 77-85.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Parameter Biologi

Tabel 3. Kepadatan Benthos

Benthos
Jumlah Tercacah
Organisme
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

Terebra sp. 2 2 1

Tabel 4. KepadatanPerifiton
Perifiton

Jumlah Tercacah
Organisme
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

Phormidium sp. 1
Chromogaster sp. 1

Leptociela sp. 1

Tabel 5. Kepadatan Plankton


Plankton
Organisme Jumlah Tercacah Pada Stasiun 1, 2, dan 3
Zoo
Nauplius sp. 1
Oithona sp. 4
Microcalanus sp. 1
Brachionus sp. 1
Polyarchra sp. 1

Fito
Melosira sp. 18
Fragilaria sp. 7

Lampiran 2. Contoh Perhitungan

m. Kecerahan

36  28
Kecerahan   32cm
2

Keterangan:
d1 : Titik dimana secchi disk mulai tidak terlihat ketika dibenamkan (m)
d2 :Titik dimana secchi disk mulai terlihat ketika diangkat ke arah
permukaan air (m)

n. Kelimpahan plankton
50 1
𝑁= 𝑥 𝑥 1 = 3 𝑖𝑛𝑑/𝐿
0.05 300

Keterangan :
N : Kepadatanfitoplankton (sel/L) dan zoo-plankton (ind/L)
Vr : Volume botol contoh hasil saringan (ml) = 100 mL
Vs : Volume air yang disaring (L) = 100 L
Vo: Volume 1 tetes air contoh (mL) = 0,05 mL
n : Jumlah plankton yang tercacah

o. Kelimpahan perifiton

30 1
𝑁= 𝑥 𝑥 1 = 150 𝑠𝑒𝑙/𝑚2
0.05 4𝑥10−4

Keterangan :
N = Kepadatan fitoperifiton (sel/m2) dan zooperifiton (ind/m2)
Vr = Volume botol contoh (30 mL)
Vo = Volume satu tetes contoh (0.05 mL)
A = Luas bidang kerikan (4cm2)
n = jumlah perifiton tercacah

p. Kepadatan bentos
5
𝑁= = 269 𝑖𝑛𝑑/𝑚2
3𝑥(62𝑥10−4 )

Keterangan :
X : Kepadatan bentos (ind/m2)
x : Jumlah individu per satuan alat (ind)
M : Luas bukaan mulut alat (62x10-4 m2)
n : Jumlah pengulangan Indekskeanekaragamanperifiton

d. Kerapatan suatu jenis


32
K= = 0,107
300

e. Kerapatan Relatif suatu jenis


0,107
KR = x 100% = 100%
0,107

f. Frekuensi suatu jenis


3
F= = 1
3

g. Frekuensi Relatif suatu jenis


0,107
KR = x 100% = 100%
0,107

h. Luas Bidang Dasar Suatu Jenis


712
LBD = = 401.353
4𝑥3,14

i. Dominansi suatu jenis


1.4356,754
D= = 47.855
300

j. Dominansi Relatif suatu jenis


47,855
DR = x 100% = 100%
47,855

k. Indeks Nilai Penting (INP)


INP = 100 + 100 + 100 = 300
Lampiran 3. Dokumentasi

Gambar 2. Pengambilan Gambar 3. Pengukuran


benthos kecerahan dengan secchi disk

Gambar 4. Pengukuran suhu Gambar 5. Pengambilan perifiton


menggunakan termometer
Gambar 6. Pengambilan plankton Gambar 7. Analisis vegetasi
menggunakan plankton net mangrove

Gambar 8. Analisis vegetasi Gambar 9. Analisis vegetasi


mangrove mangrove
Lampiran 4. Printscreen daftar pustaka
PEMBAGIAN TUGAS

Rudy Asa Nurafif (C24150083) : pie chart, tabel, dan abstrak


Agus Danu Prakoso (C24150085) : power point dan analisis data
Kartika Farah Hamidah (C24150086) : metode penelitian dan daftar pustaka
Olyander Lea (C24150088) : pendahuluan dan landasan teori
Denanda Febry (C24150090) : kesimpulan dan saran
Claudia Olivia (C24150092) : pembahasan dan hasil

Anda mungkin juga menyukai