Kelompok 13
Rudy Asa Nurafif (C24150083), Agus Danu Prakoso (C24150085), Kartika Farah
Hamidah (C24150086), Olyander Lea (C24150088), Denanda Febry
(C24150090), Claudia Olivia (C24150092)
NamaAsisten: YeyenLaorenza (C34140010)
Abstrak
Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara unsur biotik dan abiotik
yang membentuk sistem ekologi. Ekosistem perairan dibagi menjadi tiga, yaitu
perairan tawar, laut, dan estuari. Estuaria adalah wilayah pesisir semi tertutup
yang mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air
tawar dari daratan. Tujuan praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi
perairan estuari melalui analisis parameter fisika, kimia, dan biologi. Metode yang
digunakan dalam praktikum ini adalah metode sampling. Lokasi pengambilan data
di Blanakan, Subang. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak tiga kali
pengulangan. Parameter fisika yang diamati adalah, kedalaman rata-rata sedalam
66cm, suhu perairan 28.3oC, warna perairan adalah hijau kehitaman, dan tipe
substratnya lumpur. Nilai pH pada perairan sebesar 8.6 dan salinitas sebesar 5ppt
yang merupakan parameter kimia. Parameter biologi yang diamati adalah
plankton sebanyak 33 spesies, benthos sebanyak 1 spesies dan 3 spesies perifiton.
Abstract
Ecosystem isa mutual relationship between biotic and abiotic elements form
the ecological system. Aquatic ecosystem are divided into thre, freshwater,
marine, and estuary. Estuary is a semi-enclosed coastal area that have relation
with open sea and receive input freshwater from river. The purpose of this
practicum is to identify the conditions of the estuary through the analysis of
parameters of physics, chemistry, and biology. method used in this analysis is
sampling method. Sampling data is performed in Blanakan, Subang, West Java.
The sampling was conducted in three repetition. Physical parameters that were
observed are, the average of depth is 66 centimeters, the temperature of the
riveris 28.3 oC , the water color is blackish green, and the substrate type is pure
mud. The pH value of the water is 8.6 and the salinity is 5ppt which are the
chemical parameters. Biological parameters which were observed are 33 species
of plankton, 1 species of benthos, and there are 3 species of periphyton.
LATAR BELAKANG
Ekologi merupakan ilmu tentang rumah (tempat tinggal makhluk hidup).
Ekologi juga diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Pemenuhan kebutuhan manusia
dapat terpenuhi karena adanya pemanfaatan lingkungan yang terbentukdari
pengelolaan lingkungan hidup. Melalui pengeloaan lingkungan hidup, terjadi
hubungan timbal balik antara lingkungan biofisik dengan lingkungan sosial.
Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara unsur-unsur hayati dengan non-
hayati yang membentuk sistem ekologi. Ekosistem menurut Arpaciet al. (2008)
adalah suatu interaksi yang kompleks dan memiliki penyusun).Ekosistem perairan
dibedakan dalam tiga kategori utama yaitu ekosistem laut, ekosistem air tawar,
dan ekosistem estuarin (Prabowo 2010).
Estuaria adalah wilayah pesisir semi tertutup yang mempunyai hubungan
bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari daratan. Secara
sederhana estuaria didefinisikan sebagai tempat pertemuan air tawar dan air asin
(Nybakken 1988).Sifat fisik penting perairan Estuari menurut Kamal dan Suardi
(2004) yaitu salinitas, substrat, sirkulasi air, pasang surut dan penyimpanan zat
hara. Estuaria menurut Azis (2007) memiliki gradien salinitas yang bervariasi
terutama bergantung pada masukan air tawar dari sungai dan air laut melalui
pasang surut. Sebagian besar estuaria menurut Kawaroe (2001) didominasi oleh
substrat berlumpur yang merupakan endapan yang dibawa oleh air tawar dan air
laut. Daerah perairan yang termasuk dalam estuaria ini adalah muara sungai, teluk
dan rawa pasang surut.
Praktikum karakteristik ekosistem perairan estuari dilakukan di Belanakan,
Subang. Belanakan adalah salah satu kawasan estuari yang berada di kabupaten
Subang, Jawa barat. Banyak ragam organisme yang hidup di Belanakan, seperti
benthos, perifiton, dan mangrove.
TUJUAN
Praktikum karakteristik ekosistem estuari bertujuan untuk mengenal dan
mempelajari komponen-komponen penyusun ekosistem estuari, dan menjelaskan
keterkaitan antar parameter fisika, kimia, dan biologi pada ekosistem estuari di
Belanakan, Subang, Jawa Barat.
METODOLOGI
ANALISIS DATA
a. Kecerahan
d1 d 2
Kecerahan
2
Keterangan:
d1 : Titik dimana secchi disk mulai tidak terlihat ketika dibenamkan (m)
d2 :Titik dimana secchi disk mulai terlihat ketika diangkat ke arah
permukaan air (m)
b. Kelimpahan plankton
𝑉𝑟 1
𝑁= 𝑥 𝑥𝑛
𝑉𝑜 𝑉𝑠
Keterangan :
N : Kepadatanfitoplankton (sel/L) dan zoo-plankton (ind/L)
Vr : Volume botol contoh hasil saringan (ml) = 100 mL
Vs : Volume air yang disaring (L) = 100 L
Vo: Volume 1 tetes air contoh (mL) = 0,05 mL
n : Jumlah plankton yang tercacah
c. Kelimpahan perifiton
𝑉𝑟 1
𝑁= 𝑥 𝑥𝑛
𝑉𝑜 𝐴
Keterangan :
N = Kepadatan fitoperifiton (sel/m2) dan zooperifiton (ind/m2)
Vr = Volume botol contoh (30 mL)
Vo = Volume satu tetes contoh (0.05 mL)
A = Luas bidang kerikan (4cm2)
n = jumlah perifiton tercacah
d. Kepadatan bentos
x
X
nM
Keterangan :
X : Kepadatan bentos (ind/m2)
x : Jumlah individu per satuan alat (ind)
M : Luas bukaan mulut alat (62x10-4 m2)
n : Jumlah pengulangan Indekskeanekaragamanperifiton
Keterangan :
K : Keliling pohon
Koordinat
6,2608˚ S ; 107,6570˚ E
pH 8,6
Salinitas 5 ppt
Berdasarkan tabel parameter fisika dan kimia, dapat diketahui bahwa suhu
tertinggi sebesar 28,5˚C dan kedalaman terdalam terdapat pada ulangan pertama,
yaitu 70 cm. Bau yang tercium adalah lumpur dengan warna perairan hijau
kecoklatan, dan substrat di dasar perairan adalah lumpur. Adpaun pH dan
salinitias disetiap stasiun sama, yaitu sebesar 8,6 dan 5 ppt.
Terebra sp.
20%
40% Sub-Stasiun 1
Sub-Stasiun 2
Sub-Stasiun 3
40%
Grafik 1. Grafik Lingkaran Persebaran Benthos (Terebra sp.) di Stasiun 7
33% 34%
Phormidium sp.
Chromogaster sp.
Leptociela sp.
33%
13% 12%
Nauplius sp
13% Olthona sp.
Microcalanus sp.
Brachionus sp.
12%
Polyarchra sp.
50%
28%
Melosira sp.
Fragilaria sp.
72%
100%
PEMBAHASAN
Parameter yang diamati pada praktikum ini adalah parameter fisika, kimia,
serta biologi. Parameter fisika meliputi kecerahan, suhu, kedalaman, bau, warna
perairan, serta tipe substrat. Parameter kimia meliputi derajat keasaman (pH) dan
salinitas. Sedangkan parameter biologi yang diamati dalam praktikum ini meliputi
biota perairan, yaitu plankton,bentos, perifiton, dan vegetasi mangrove.
Kecerahan perairan merupakan suatu kondisi yang menunjukkan
kemampuan cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Pada
perairan alami, kecerahan sangat penting karena erat kaitannya dengan
prosesfotosintesis (Brotowidjoyo 1995). Kecerahan merupakan faktor penting
bagi proses fotosintesis dan produksi primer dalam suatu perairan. Kecerahan
jugabergantung pada warna dan kekeruhan. Berdasarkan pengukuran kedalaman
pada tiga kali ulangan secara diagonal diperoleh hasil pada ulangan pertama
sedalam 70cm, pada ulangan kedua 59cm, dan ulangan terakhir 69cm. Menurut
Yazwar (2008) bahwa kecerahan berpengaruh langsung terhadap perkembangan dan
pertumbuhan fitoplakton di perairan Blanakan termasuk pada tingkat kecerahan yang
rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Akrimi (2002) bahwa kecerahan air di bawah
100 cm tergolong tingkat kecerahan rendah.
Suhu merupakan salah satu parameter kualitas air yang sangat penting
dalam menunjang kehidupan organisme perairan (Barus 2004 dalam Siregar
2010). Menurut Handjojo dan Djoko (2005) dalam Irawan (2009), suhu air normal
adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan
metabolisme dan berkembang biak.Berdasarkan pengukuran suhu pada tiga kali
ulangan secara diagonal diperoleh hasil, suhu pada ulangan pertama sebesar 28oC
dan pada ulangan kedua dan ketiga diperoleh hasil yang sama sebesar 28,5 oC. Hal
ini menunjukkan suhu perairan estuari relatif masih normal, dan masih
mendukung pertumbuhan mikroorganisme.
Tipe substrat dari ketiga ulangan di dasar perairan semuanya berlumpur.
Karakteristik substrat merupakan faktor pembatas terhadap pertumbuhan mangrove.
Tekstur dan konsentrasi ion serta kandungan bahan organik pada substrat sedimen
menurut Darmadi et al. (2012) mempunyai susunan jenis dan kerapatan tegakan
misalnya jika komposisi substrat lebih banyak liat (clay) dan lanau (slit) maka
tegakan menjadi lebih rapat. Substrat yang berlumpur menyebabkan perairan
memiliki bau lumpur yang sangat menyengat. Warna perairan berwarna hijau
kehitaman yang pekat.
Derajat keasaman (pH) merupakan suatu parameter penting untuk
menentukan kadar asam atau basa dalam air. Nilai pH menyatakan nilai
konsentrasi ion hidrogen dalam suatu larutan. Organisme air dapat hidup dalam
suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara
asam lemah sampai basa lemah. Nilai pH yang sangat rendah akan menyebabkan
terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi. Disamping itu pH yang sangat
rendah akan menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam yang bersifat toksik
semakin tinggi yang tentunya akan mengancam kelangsungan hidup organisme
aquatik. Kisaran nilai pH di perairan tawar bagi kehidupan organisme perairan
adalah 6 – 8,5 (Effendi 2003). pH estuari di Blanakan sebesar 8,6. pH ini sudah
ideal bagi organisme diperairan estuari yang merupakan perairan peralihan antara
air tawar dan asin.
Salinitas yang terukur di Belanakan adalah 5 ppt. Nilai salinitas ditiap
perairan berbeda-beda, kisaran salinitas air laut adalah 30-35 ppt, estuari 5-30 ppt,
dan air tawar 0,5-5 ppt (Nyabakken 1992). Salinitas Belanakan berada pada nilai
terendah karena pengaruh masukan air tawar masih lebih besar dari pada air laut,
sehingga nilai salinitas yang didapat adalah 5 ppt.
Parameter biologi yang diamati pada praktikum lapang adalah plankton,
benthos, perifiton, dan vegetasi mangrove. Neuston dan nekton tidak ditemukan
pada lokasi pengambilan sampel. Plankton pada perairan estuari Belanakan cukup
melimpah, hal ini dilihat dari banyaknya fitoplankton dan zooplankton yang
ditemukan. Terdapat 5 spesies zooplankton dengan jumlah total 8 individu yang
meliputi Nauplius sp., Olthona sp., Microcalanus sp., Brachionus sp., dan
Polyarchra sp. Adapun fitoplankton yang ditemukan sebanyak 2 spesies dengan
perincian Melosira sp. sebanyak 18 sel dan Fragilaria sp. sebanyak 7 sel.
Mangrove menurut Odum dalam Darmadi et al. (2012) merupakan
karakteristik dari bentuk tanaman yang hidup di pantai, estuari atau muara sungai
dan delta di tempat yang terlindung pada daerah trpois dan sub tropis.
Keanekaragaman mangrove menurut Nybakken dalam Darmadi et al. (2012)
bukan hanya karena kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungannya tetapi
tidak terlepas juga adanya campur tangan manusia untuk memelihara. Mangrove
yang diidentifikasi di Blanakan berupa semai, anakan, dan pohon. Jenis vegetasi
mangrove semai, anakan, dan pohon yang ditemukan di Blanakan adalah genus
Avicennia dengan jumlah total dari tiga petak semai, anakan, dan pohon berturut-
turut adalah 18, 20, dan 32.
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Akrimi, Gatot, Subroto. 2002. Teknik Pengamatan Kualitas Air Stasiun Lido
Stasiun Jalan Baru Stasiun Kebun Nanas Keanekargaman Plankton 8
Plankton di Reservat Danau Arang – Arang Jambi (Buletin Teknik
Pertanian Vol. 7). Balai Riset Perikanan Perairan Umum. Palembang.
Arpaci O, Kency B, Ozet M, Dengzy Z, Kala D. 2008. Ecology. Istanbul(TR):
Zambak Yayinlari.
Azis MF. 2007. Tipe Estuari Binuangeun (Banten) berdasrkan distribusi suhu dan
salinitas perairan. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. (1)33:
97–110).
Brotowijdoyo MD, Djoko T, dan Eko M. 1995. Pengantar Perairan dan
Budidaya Air. Yogyakarta [ID] : Liberty
Darmadi, Lewaru MW, Alexander MA Khan. 2012. Struktur komunitas vegetasi
mangrove berdasarkan karakteristik substrat di Muara Harmin Desa
Cangkring Kecamatan Cantigi Kabupaten Indramayu. Vol 3(3) : 347-
358.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta [ID] : Kanisius
Irawan. 2009. Faktor-Faktor Penting dalam Proses Pembesaran Ikan di Fasilitas
Nursery dan Pembesaran.Bandung [ID] : ITB Press.
Kamal E, Suardi ML. 2004. Potensi Estuaria Kabupaten Pasaman Barat Sumatera
Barat. Mangrove dan Pesisir. 4(3): 42-46.
Kawaroe M. 2001. Kontribusi ekosistem mangrove terhadap struktur komunitas
ikan di Pantai Utara Kabupaten Subang, Jawa Barat. Jurnal Pesisir dan
Lautan. 3(3): 12-25.
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologis. Penerjemah:
H.Muhammad Eidman. PT Gramedia Pustaka. Jakarta
Prabowo RE, Ardli ER, Sastranegara MH, Lestari W, Wijayanti G. 2010.
Biodiversitas dan bioteknologi sumberdaya akuatik. Prosiding Seminar
Nasional Biologi. Semarang.
Siregar MH. 2010. Keanekaragaman Plankton di Hulu Sungai Asahan Porsea.
[skripsi]. Medan [ID] : Universitas Sumatera Utara.
Yazwar. 2008. Keanekaragaman Plankton dan Keterkaitannya dengan Kualitas
Air di Parapat Danau Toba. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Zahid A, Simanjuntak CPH, Rahardjo MF, Sulistiono. 2011. Iktiofauna ekosistem
estuari Mayangan, Jawa Barat. Jurnal Iktiologi Indinesia. 11(1): 77-85.
LAMPIRAN
Benthos
Jumlah Tercacah
Organisme
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
Terebra sp. 2 2 1
Tabel 4. KepadatanPerifiton
Perifiton
Jumlah Tercacah
Organisme
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
Phormidium sp. 1
Chromogaster sp. 1
Leptociela sp. 1
Fito
Melosira sp. 18
Fragilaria sp. 7
m. Kecerahan
36 28
Kecerahan 32cm
2
Keterangan:
d1 : Titik dimana secchi disk mulai tidak terlihat ketika dibenamkan (m)
d2 :Titik dimana secchi disk mulai terlihat ketika diangkat ke arah
permukaan air (m)
n. Kelimpahan plankton
50 1
𝑁= 𝑥 𝑥 1 = 3 𝑖𝑛𝑑/𝐿
0.05 300
Keterangan :
N : Kepadatanfitoplankton (sel/L) dan zoo-plankton (ind/L)
Vr : Volume botol contoh hasil saringan (ml) = 100 mL
Vs : Volume air yang disaring (L) = 100 L
Vo: Volume 1 tetes air contoh (mL) = 0,05 mL
n : Jumlah plankton yang tercacah
o. Kelimpahan perifiton
30 1
𝑁= 𝑥 𝑥 1 = 150 𝑠𝑒𝑙/𝑚2
0.05 4𝑥10−4
Keterangan :
N = Kepadatan fitoperifiton (sel/m2) dan zooperifiton (ind/m2)
Vr = Volume botol contoh (30 mL)
Vo = Volume satu tetes contoh (0.05 mL)
A = Luas bidang kerikan (4cm2)
n = jumlah perifiton tercacah
p. Kepadatan bentos
5
𝑁= = 269 𝑖𝑛𝑑/𝑚2
3𝑥(62𝑥10−4 )
Keterangan :
X : Kepadatan bentos (ind/m2)
x : Jumlah individu per satuan alat (ind)
M : Luas bukaan mulut alat (62x10-4 m2)
n : Jumlah pengulangan Indekskeanekaragamanperifiton