Anda di halaman 1dari 13

Ekosistem Perairan Mengalir (Sungai Ciapus)

Kelompok 1

1. Muhammad Alfarezi C4401221018


2. Putri Andini C4401221003
3. Elza Mainelli C4401221004
4. Syifa Rahmadina C4401221030
5. Zaky Muhamad Pratama C4401221033
6. Siti Rohmah C4401221037
7. Jonathan Octo Ricardo M C4401221039
8. Firman Hidayat C4401221049
9. Siti Nazarina Maulidya C4401221059
10. Dandi Aditya Kuswandi C4401221065
11. Haekal Syafiq Ali Gunawan C4401221073
12. Raissa Riani Johan C4401221076
13. Angelina Agustin C4401221083

Nama Asisten Meja

Naila Najma Fajrina

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

2023
ABSTRAK

Ekosistem perairan mengalir merupakan perairan terbuka dicirikan dengan adanya arus,
perbedaan gradien lingkungan, serta ada interaksi antara faktor biotik dan abiotik. Salah satu
bentuk perairan mengalir adalah sungai. Sungai merupakan salah satu sumber air yang di
dalamnya terkandung berbagai organisme perairan. Praktikum Ekologi Perairan di Sungai Ciapus
dilaksanakan pada tanggal 26 Agustus 2023 dengan tujuan mengidentifikasi organisme plankton,
benthos, dan perifiton yang hidup di Sungai Ciapus, serta mengukur kualitas air dari Sungai
Ciapus. Parameter perairan yang diukur adalah suhu, kecerahan, kekeruhan, warna, tipe substrat,
kedalaman, pH, oksigen terlarut (dissolved oxygen). Data suhu diambil menggunakan
termometer raksa, kecerahan dan kedalaman menggunakan secchi disk, kekeruhan menggunakan
turbidity meter, warna dan substrat secara visual, pH menggunakan pH indikator, dan oksigen
terlarut menggunakan DO meter. Hasil yang didapatkan dari praktikum mengetahui organisme
yang ada di sungai Ciapus antara lain; benthos, perifiton, plankton, nekton, dan neuston. Suhu
perairan berkisar antara 27°C, warna perairan coklat, substrat berupa pasir dan batuan, pH 7,04,
dan arus sebesar 112.91. Keberadaan komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi akan
berpengaruh pada rantai makanan di ekosistem.

Kata kunci : Ekosistem Perairan Mengalir, Sungai Ciapus, Bentos, Perifiton,

Pendahuluan

Ekosistem perairan mengalir merupakan sumberdaya yang terbatas dan sangat


dibutuhkan untuk pertumbuhan populasi makhluk hidup seiring dengan adanya peningkatan
konsumsi (Metcalfe et al. 2013). Sungai merupakan salah satu sumber air bagi kehidupan yang
ada di muka bumi. Manusia, hewan, tumbuhan, dan semua makhluk hidup memerlukan air untuk
dapat mempertahankan keberlanjutan hidupnya. Sungai mengalir bergerak dari hulu ke hilir
melewati daerah tinggi ke rendah. Sungai adalah aliran air yang besar dan memanjang yang
mengalir secara berlanjut dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai bermanfaat untuk
irigasi pertanian, bahan air minum, saluran pembuangan air hujan, dan bahkan di bidang
teknologi seperti pembangkit listrik tenaga air (Dwiyanto et al. 2016).

Banyaknya sungai di Kabupaten Bogor dikarenakan letak geografisnya. Salah satu sungai
di Kabupaten Bogor adalah Sungai Cisadane. Sungai Cisadane memiliki percabangan anak
sungai yaitu Sungai Ciapus. Sungai Ciapus bersumber dari mata air di Curug Nangka. Sungai
Ciapus memiliki ciri morfologi lebar berkisar di dua meter dan panjang badan sungai sebesar 22
meter. Sedangkan rata-rata ketinggian air Sungai Ciapus adalah 0,94 meter (Adam 2021).

Plankton adalah organisme renik yang hidup melayang-layang mengikuti pergerakan air.
Secara umum plankton dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu phytoplankton dan
zooplankton. Phytoplankton adalah organisme renik yang hidup melayang-layang mengikuti
pergerakan air yang berasal dari jasad nabati, sedangkan zooplankton adalah organisme renik
yang hidup melayang-layang mengikuti pergerakan air yang berasal dari jasad hewani (Gusrina
2008). Perifiton didefinisikan oleh (Azim et al. 2002) sebagai kompleks biota sesil yang melekat
pada substrat terendam seperti batu dan batang dan termasuk alga, invertebrata, detritus, dan
mikroorganisme. Bentos adalah nama yang diberikan kepada flora dan fauna yang hidup di, di,
atau dekat substrat dasar lingkungan perairan, termasuk danau, kolam, sungai, kali kecil, dan
laut. (Wiley 2013).

Bahan dan Metode

Praktikum dilakukan pada tanggal 26 Agustus 2023 di Sungai Ciapus, analisis sampel
dilaksanakan pada tanggal 29 Agustus 2023, pukul 15.00-18.00 WIB di Laboratorium Biologi
Mikro II, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor. Adapun alat yang diperlukan pada saat praktikum adalah pH meter
untuk mengetahui pH air. DO meter untuk mengukur kadar oksigen dalam air. Turbidity meter
untuk mengetahui tingkat kekeruhan air. Plankton net untuk mengambil sampel plankton. Surber
untuk mengambil sampel bentos. Secchi disk untuk mengukur kejernihan air. Botol sampel 250
ml (12 buah), 1000 ml (4 buah) untuk menyimpan sampel. Flow meter untuk mengukur
kecepatan arus. Termometer air raksa untuk mengukur suhu perairan. Transek 3x3 cm untuk
mengambil sampel perifiton. Sikat gigi untuk mengangkat sampel perifiton.Saringan satu unit
untuk menyaring substrat. Ember 10 liter untuk mengangkut air sampel. Plastik bening untuk
menyimpan hasil sampel besar. Lakban dan spidol untuk menamai sampel. Buku catatan dan alat
tulis serta alat dokumentasi.

Bahan-bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu sampel plankton, sampel
perifiton dan sampel bentos. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode 5
pandang. Pengambilan sampel berdasarkan aspek biologi adalah sampel plankton, perifiton, dan
mikro bentos. Berdasarkan aspek fisika, parameter yang diamati adalah suhu, arus, salinitas,
kecerahan, kekeruhan, kedalaman, dan kelarutan oksigen. Aspek kimia yang diamati adalah level
pH dan DO dari air.

Hasil

Hasil pengamatan kelimpahan plankton, fitoplankton, dan bentos dalam praktikum kali
ini didapatkan dalam bentuk tabel dan grafik kelimpahan plankton, fitoplankton, dan bentos
dalam beberapa pengulangan. Selain itu, kondisi fisika dan kimia Sungai Ciapus juga diukur dan
disajikan dalam tabel kondisi lingkungan fisika-kimia.
Tabel 1 Kondisi lingkungan fisik-kimia di Sungai Ciapus

Parameter Satuan Nilai

Suhu ०C 28

Kecerahan cm 39

Kekeruhan ntu 23,32

Warna - Coklat

Tipe Substrat - Berpasir dan berbatu

Kedalaman cm 39

pH - 7,04

Dissolved Oxygen mg/L 8,2

Terdapat beberapa parameter yang diukur pada pengamatan kami di Sungai Ciapus,
diantaranya yaitu parameter fisika seperti suhu, kecerahan, kekeruhan, warna, tipe substrat,
kedalaman, dan parameter kimia seperti pH dan DO. Hasil dari pengamatan parameter fisika dan
kimiawi di Sungai Ciapus menunjukkan beberapa nilai seperti pada tabel. Suhu rata-rata yang
didapatkan dari hasil pengamatan adalah senilai 28० C. Kecerahan yang diukur menggunakan
secchi disk mendapatkan nilai sedalam 39 cm. Kekeruhan air di Sungai Ciapus mendapatkan
nilai 23,32 ntu. Warna dan tipe substrat diukur dengan tidak menggunakan alat apapun
mendapatkan hasil masing-masing berwarna coklat dan bertipe substrat pasir dan batu.
Kedalaman maksimal yang didapatkan pada stasiun tersebut sedalam 39 cm. Parameter kimia
berupa pH dan Dissolved Oxygen (DO) mendapatkan nilai masing-masing sebesar untuk pH
7,04 dan 8,2 mg/L untuk DO.

Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat di stasiun dua menunjukkan bahwa pada fitoplankton
didapatkan tiga mikroalga, (blue green algae) Phormidium, (blue green algae) Aphanizomenon,
dan (green algae) Bulbochaele. Kelimpahan yang diperoleh untuk masing - masing mikroalga,
Phormidium, Aphanizomenon, Bulbochaele. Berjumlah satu untuk kelimpahan diperoleh 0,4.

Pembahasan

Parameter Lingkungan

Unsur hara yang terdapat dalam aliran sungai dan laut terjebak dalam estuari, yang
menyebabkan perairan ini menjadi daerah yang lebih subur dibandingkan ekosistem lainnya.
Menurut (Campbell et al. 2010), kandungan nutrien yang berada di sungai menyebabkan estuari
seperti lahan basah menjadi bioma paling produktif. Perairan estuari merupakan perairan dinamis
yang disebabkan adanya masa pasang dan surut. Perairan ini mempunyai berbagai macam biota
yang berasal dari sungai hingga laut. Kelimpahan biota ini dipengaruhi oleh mikroorganisme
yang berperan sebagai sumber makanan dan produsen primer bagi seluruh biota yang ada di
perairan tersebut. Beberapa faktor lingkungan lain yang mempengaruhi adalah suhu, salinitas,
pH, kecerahan, DO (Dissolved oxygen), dan nutrien juga berpengaruh terhadap kelimpahan
mikroorganisme. Hal ini sependapat dengan (Syafriani dan Apriadi 2018) yang menyatakan
kondisi kualitas perairan dapat mempengaruhi biota yang ada, termasuk kehidupan produsen
primer seperti fitoplankton. Selain itu terdapat juga faktor kimia dan fisika. existensi organisme
di suatu perairan dapat dijadikan indikator terhadap pencemaran. (Utomo et al., 2013)

Penurunan kualitas perairan Sungai Ciapus akan mempengaruhi keragaman, kelimpahan,


sebaran, dan struktur komunitas fitoplankton di perairan tersebut. Pengukuran parameter fisika
dan kimia yang terdiri dari suhu, pH, DO, bau, arus dan kecerahan. Terjadinya pengelompokan
plankton secara garis besar dibedakan atas pengaruh fisik dan pengaruh biologi. Pengaruh fisik
dapat disebabkan oleh turbulensi (pergerakan massa air yang besar yang mengandung plankton
di dalamnya) dan angin menyebabkan terkumpulnya plankton pada tempat tertentu. (Munthe et
al. 2013). Bau air dapat memberi petunjuk terhadap kualitas air, misalnya bau amis dapat
disebabkan oleh adanya alga dalam air tersebut. Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang
ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang
terdapat di dalam air. Kekeruhan disebabkan adanya bahan organik dan anorganik yang
tersuspensi dan terlarut (Emilia dan Mutiara 2019).

Parameter Biologi

Dalam penelitian ini, parameter biologi yang digunakan adalah keanekaragaman


organisme dalam ekosistem sungai. Tingkat keanekaragaman ini mencerminkan kualitas air
sungai yang belum tercemar jika terdapat banyak organisme. Salah satu jenis plankton yang
menunjukkan adaptasi yang baik terhadap lingkungan adalah perifiton. Dalam perairan ini,
Bacillariophyceae, khususnya jenis Nitzschia, mendominasi siklus hidup dan
perkembangbiaknya dengan cepat, sehingga mampu mendominasi komunitas. Kelimpahan
perifiton juga dapat dipengaruhi oleh arus, yang membuat organisme ini sulit ditangkap oleh
lamun lainnya (Utama et al., 2019). Suhu di lokasi penelitian mencapai sekitar 28°C, yang masih
berada dalam batas toleransi organisme, mendukung kehidupan bentos. Nilai pH Sungai Ciapus
relatif normal dan stabil sekitar 7, karena dekat dengan pemukiman penduduk yang mungkin
mempengaruhi aliran sungai dengan sisa-sisa pertanian seperti pupuk (Pratami et al.). Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa genus Nitzschia mendominasi plankton yang ditemukan di
terminal 1 Sungai Ciapus dalam tiga kali percobaan.

Interaksi antara komponen abiotik dan biotik

Ekosistem sungai terdiri dari unsur-unsur biotik dan abiotik yang saling berhubungan dan
berinteraksi satu sama lain, membentuk entitas yang memiliki fungsi. Komponen abiotik
mencakup elemen-elemen seperti air, batu, pasir, dan sedimen yang menjadi pendukung bagi
komponen biotik. Sementara itu, komponen biotik terdiri dari beragam organisme seperti
tanaman air, plankton, perifiton, bhentos, neuston, dan nekton.
Unsur-unsur abiotik dapat memiliki dampak yang substansial pada komponen biotik
dalam ekosistem perairan. Contohnya, pencemaran air dapat mengubah struktur ekosistem dan
mengurangi jumlah spesies dalam komunitas, mengakibatkan penurunan keragaman hayati.
Kondisi perairan sungai dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik, kimia, dan lingkungan biologis.
Interaksi antara faktor-faktor fisik dan kimia memiliki pengaruh yang kuat pada faktor-faktor
biologis dalam lingkungan perairan.

Keterkaitan antara biotik dan abiotik dapat terlihat dari Bioindikator. Bioindikator atau
indikator ekologis merupakan suatu kelompok organisme yang hidup dan rentan terhadap
perubahan lingkungan sebagai akibat dari aktivitas manusia dan kerusakan secara alami
(Sumenge, 2008).

Interaksi antara komponen biotik penyusun ekosistem perairan

Interaksi pada ekosistem dapat terjadi antara komponen biotik dengan komponen biotik
dan juga antara komponen biotik dan komponen abiotik. Interaksi antar komponen biotik
melibatkan berbagai macam organisme dan juga memberikan pengaruh tertentu. Interaksi
tersebut dilakukan sebagai usaha suatu organisme untuk memenuhi kebutuhan akan makanan dan
untuk mempertahankan hidup. Bentuk interaksi antar komponen biotik ini bermacam-macam,
dapat berupa persaingan (kompetisi), pemangsaan (predasi), dan kerjasama (simbiosis).
Persaingan (kompetisi) terjadi diantara beberapa organisme yang membutuhkan bahan makanan
yang sama. Selain melakukan persaingan, beberapa organisme mendapatkan makanan dengan
memangsa organisme lain. Pola interaksi semacam ini disebut pemangsaan (predasi). Organisme
yang memakan organisme lain disebut predator atau pemangsa, sedangkan organisme yang
dimakan disebut mangsa (Grabionowski 2013). Ekosistem di Sungai Ciapus terdapat plankton,
perifiton, bentos, nekton. Pola interaksinya bersifat pemangsaan (predasi. Seperti ikan besar dan
juvenile memakan zooplankton yang memakan fitoplankton.

Simpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa perairan Sungai
Ciapus merupakan perairan yang memiliki kelimpahan biotik dan abiotik di dalamnya, seperti
plankton, perifiton, neuston, nekton, dan bentos. Kelimpahan biotik dan abiotik tersebut
membuktikan bahwa Sungai Ciapus merupakan perairan yang masih tergolong normal. Sungai
Ciapus juga memiliki kadar pH 7 yang artinya stabil untuk kehidupan organisme serta memiliki
tingkat kekeruhan yang diukur oleh secchi disk sebesar 23,32 NTU. Hal tersebut membuktikan
bahwa sungai ini masih cukup bersih walaupun banyak didapatkan sampah plastik pada
pinggiran sungai. Komponen abiotik sebagai media hidupnya organisme atau substrat berupa
suhu, tingkat kecerahan, warna air, kedalaman air, serta menghitung parameter kimianya seperti
pH dan DO

Daftar Pustaka

Adam F. 2021. Potensi aliran Sungai Ciapus sebagai pompa hidram [skripsi]. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.

Azim ME, Wahab MA, van Dam AA et al. 2002. The effects of artificial substrates on
freshwater pond productivity and water quality and the implications for
periphyton-based aquaculture. Aquaculture. 212: 227-243.
Dwiyanto V, Kusumastuti DI, Tugiono S. 2016. Analisis pembangkit listrik tenaga mikro
hidro (PLTMH), studi kasus: Sungai Air Anak (Hulu Sungai Way Besai). Jurnal
Rekayasa Sipil dan Desain. 4(3): 407-422.

Emilia I, Mutiara D. 2019. Parameter fisika, kimia dan bakteriologi air minum alkali
terionisasi yang di produksi mesin kangen water. Jurnal Ilmiah Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. 16(1): 67-73.

Grabianowski. 2013. How Symbiosis Works. Diambil pada tanggal 3 Desember 2013 dari
www.science.howstuffworks.com/life/evolution/symbiosis.htm

Metcalfe RH, Mackereth RW, Grantham B et al. 2013. Aquatic ecosystem assessment for
rivers. Aquatic Research and Monitoring Section, Ontario Ministy of Natural
Resources, Ontario.

Munthe YV, Aryawati R. 2012. Struktur komunitas dan sebaran fitoplankton di perairan
Sungsang Sumatera Selatan. Maspari Journal: Marine Science Research. 4(1): 122-
130.

Pratami VA, Setyono P & Sunarto S. Keanekaragaman, zonasi serta overlay persebaran
bentos di Sungai Keyang, Ponorogo, Jawa Timur Biodiversity, zonation, and spread
overlay of benthos in Keyang River, Ponorogo, East Java.

Sumenge, V. 2008. Penentuan Kualitas Air Sungai Sendangan Kakas Dengan Bioindikator
Keanekaragaman Serangga Air. [Skripsi]. Universitas Samratulangi, Manado.

Utama AP, Soenardjo N & Endrawati H. (2019). Komposisi perifiton pada daun lamun
Enhalus acoroides, Royle 1839 (Angiosperms: Hydrocharitaceae) dan Thalassia
hemprichii, Ascherson 1871 (Angiosperms: Hydrocharitaceae) di Perairan Teluk
Awur, Jepara. Journal of Marine Research. 8(4): 340-345.

Wiley WJ, Hawkes HA. 2013. Contributions of benthic algae to lake food webs as revealed
by stable isotope analysis. Journal of the North American Benthological Association.
14: 631-653.

Zainuri M, Indriwiyati N, Syarifah W, Fitriyah A. (2023). Korelasi Intensitas Cahaya Dan


Suhu Terhadap Kelimpahan Fitoplankton Di Perairan Estuari Ujung Piring
Bangkalan. Buletin Oseanografi Marina, Vol 12 No 1:20-26. Madura
Lampiran

Lampiran 1 Kelimpahan fitoplankton di Sungai..

Organisme Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3

Phormidium 0,4 0 0

Aphanizomenon 0,4 0 0

Bulbochaele 0,4 0 0

Lampiran 2 Kelimpahan zooplankton di Sungai..

Organisme Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3


- 0 0 0

- 0 0 0

- 0 0 0

Lampiran 3 Kepadatan perifiton di Sungai..

Organisme Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3

- 0 0 0

- 0 0 0

- 0 0 0

Lampiran 4 Kepadatan Bentos di Sungai..

Organisme Kepadatan (ind. m2)

- 0
- 0

- 0

Lampiran 5 Jumlah neuston di Sungai..

Organisme Jumlah (ekor)

Argyroneta Aquatica 5

- 0

- 0

Lampiran 6 Jumlah nekton di Sungai..


Organisme Jumlah (ekor)

- 0

- 0

- 0

Anda mungkin juga menyukai