Anda di halaman 1dari 18

HUBUNGAN FAKTOR KIMIA FISIK PERAIRAN DENGAN STRUKTUR

KOMUNITAS FITOPLANKTON DAN MAKROZOOBENTOS SERTA


ANALISIS VEGETASI DI SUNGAI SEMANGGI
(RELATIONSHIP OF WATER PHYSICAL CHEMICAL FACTORS WITH PHYTOPLANKTON AND
MACROZOOBENTOS COMMUNITY STRUCTURE AND VEGETATION ANALYSIS IN SEMANGGI RIVER)

Warisatun Hasanah1*,Hasna Rajmira1, Fuji Anandi1, Zayan Zuhdi1, Fahmi Izharuddin1,


Ahmad Fauzi Hakiki2, Farah Fadhilah Aulianisa2, Rifky Ardana2, Yayan Mardiansyah A.3
1)
Program Studi Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2)
Asisten Praktikum Matakuliah Praktikum Ekologi Perairan
3)
Dosen Praktikum Matakuliah Praktikum Ekologi Perairan
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahtullah Jakarta
*Corresponding author. hasanahrisa0@gmail.com

Praktikum Ekologi Perairan : 2 Oktober 2019

Abstrak

Ekosistem sungai merupakan segala macam interaksi atau hubungan timbal balik dari makhluk
hidup dan juga lingkungannya yang mana meliputi kawasan atau daerah sungai . Tujuan
praktikum untuk mengetahui jenis plankton & benthos serta menganalisis profil sungai
Semanggi. Metode yang dilakukan adalah pengukuran parameter kimia fisik, pengambilam
bentos dengan alat kuadran, analisa vegetasi dengan transek garis. Alat yang digunakan yaitu
kuadran, termometer, pH indikator, DO meter, BOD meter, Secchi disc, turbidimeter, TDS
meter, botol sampel, tali raffia, pengukur arus, tongkat pengukur kedalaman, kamera, ember,
label, kertas karbon, plastik zip, dan alat tulis. Kondisi substrat dasar perairan sungai Semanggi
didominasi oleh lumpur. Chlamydomonas sp. mendominasi komunitas plankton di perairan
sungai. Tingginya nilai BOD pada perairan sungai mempengaruhi keberadaan fitoplankton.

Kata kunci :

Abstract

River ecosystems are all kinds of interactions or reciprocal relationships of living things and also the
environment which includes the river area or area. Practicum is conducted at Semanggi River. The
composition and abundance of macroinvertebrates depends on their sensitivity or tolerance to
environmental changes. The purpose of the practicum is to find out the types of plankton & benthos and
analyze the profile of the Semanggi river. The method used is the measurement of physical chemical
parameters, taking bentos with a quadrant device, vegetation analysis with line transects. The tools used
are quadrants, thermometers, pH indicators, DO meters, BOD meters, Secchi discs, turbidimeters, TDS
meters, sample bottles, raffia ropes, flow meters, depth gauges, cameras, buckets, labels, carbon paper,
zip plastics, and stationery. The substrate condition of the Semanggi river waters is dominated by mud.
Chlamydomonas sp. dominating the plankton community in river waters. The high value of BOD in
river waters affects the presence of phytoplankton.
Keywords:

PENDAHULUAN

Ekosistem sungai (lotik) dibagi


menjadi beberapa zona dimulai dengan zona
krenal (mata) air yang umumnya terdapat di
daerah hulu. Zona krenal dibagi menjadi
rheokrenal, yaitu mata air yang berbentuk
air terjun biasanya terdapat pada tebing-
tebing yang curam, limnokrenal, yaitu mata
air yang membentuk genangan air yang
selanjutnya membentuk aliran sungai yang
kecil dan beberapa mata air akan
membentuk aliran sungai di daerah
pegunungan yang disebut zona rithral,
ditandai dengan relief aliran sungai yang
terjal. Zona ritral dapat dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu epirithral (bagian yang paling
hulu), metarithral (bagian tengah),
dan hyporithral (bagian yang paling akhir).
Setelah melewati zona hyporithral, aliran
sungai akan memasuki zona potamal, yaitu
aliran sungai pada daerah-daerah yang
relatif lebih landai dibandingkan dengan
zona rithral. Zona potamal dapat dibagi
menjadi tiga bagian
yaitu epipotamal, metapotamal,dan hypopot
amal (Barus, 2004).

Menurut Sandy (1985), nama bagian


sungai dapat dibedakan menjadi empat
yaitu, induk sungai, yang merupakan tubuh
sungai yang terpanjang dan lebar mulai dari
hulu sungai sampai ke hilir sungai, anak
sungai adalah cabang-cabang sungai yang
menyatu dengan induk sungai, alur anak
cabang sungai, adalah cabang-cabang sungai
yang menyatu dengan anak sungai,dan alur
mati (creek), adalah alur-alur di bagian Plankton dan Bentos serta mempelajari
teratas yang kadang kala berair apabila indeks diversitas, keseragaman,
hujan, dan pada waktu tidak ada hujan maka dominansi serta penyebaran Plankton
dan bentos sebagai bioindikator perairan.
akan kering. Ekosistem sungai secara tata
ruang dapat dibagi menjadi dua bagian:

a. Ruang air yang berisi organisme hidup MATERIAL DAN METODE


seperti tumbuhan air, plankton, ikan dan
lain-lain. Tempat dan Waktu

b. Ruang dasar sungai yang berisi populasi Praktikum dilakukan pada tanggal 08
bentik atau bentos yang hidup dalam dan Oktober 2019 berlokasi di kawasan Sungai
atau menempel pada sedimen. Semanggi yang terletak di Kota Tangerang
Selatan, Provinsi Banten-Indonesia. Untuk
Secara ekologis organisme di perairan
tahap selanjutnya air sampel serta
sungai dapat dibedakan menjadi dua zona
makrozoobentos diawetkan, dianalisis, dan
atau subhabitat, yaitu :
diidentifikasi di Pusat Laboratorium
a. Subhabitat riam merupakan bagian Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sungai yang airnya dangkal tetapi arusnya pada hari Rabu, 15 Oktober 2019. Titik
cukup kuat untuk mencegah terjadinya pengambilan sampel dibagi menjadi 4
pengendapan sedimen dasar, sehingga dasar stasiun dengan jarak interval antar stasiun
sungai bersifat keras. Pada daerah ini hidup yaitu 5 meter di sepanjang aliran sungai.
organisme bentik atau perifiton khususnya Alat dan Bahan
yang dapat melekat atau berpegang erat pada
Alat yang digunakan pada praktikum
substrat padat dan jenis ikan yang dapat
adalah kuadran 1x1 m, ember, TDS meter,
berenang melawan arus. kertas karbon, tissue, termometer, pH meter,
Secchi disk, Water Quality Index (WQI),
b. Subhabitat arus lambat merupakan bagian
kertas milimeter blok, ziplock, label, pinset,
sungai yang lebih dalam dan arusnya lebih baki, jangka sorong, tongkat pramuka, tutup
lemah atau lambat dibandingkan subhabitat botol, tali rapia, alat tulis, plankton net,
riam. Pada daerah ini partikel-partikel botol sampel, haemositometer, mikroskop,
cenderung mengendap sebagai sedimen di dan kaca penutup. Sedangkan bahan yang
dasar sungai. Pada daerah ini hidup digunakan adalah sampel air sungai, sampel
organisme bentos, nekton dan kadang- bentos, lugol 10%, akuades, dan alkohol.
kadang plankton (Wetzel, 1995). Cara Kerja
Tujuan praktikum ini adalah Pengukuran Faktor Fisik Kimia Perairan
mempelajari kualitas suatu perairan
berdasarkan parameter kimia fisik air, Pengukuran faktor fisik dan kimia
mempelajari teknik pengambilan yang dilakukan pada praktikum kali ini
data Plankton dan Bentos pada suatu meliputi suhu, TDS, kecerahan, pH air, DO,
perairan, menghitung dan mengidentifikasi BOD7, dan kecepatan arus sungai. Suhu
perairan diukur dengan menggunakan
termometer air raksa, TDS diukur dengan
TDS meter, kecerahan perairan diukur
dengan menggunakan secchi disk, pH
perairan diukur dengan pH meter digital,
kandungan O2 terlarut atau DO diukur
dengan menggunakan alat DO meter, dan
kecepatan arus sungai diukur dengan Teknik Pengambilan Analisis Vegetasi
menggunakan alat berupa bandul arus atau Pengambilan sampel dan data
tutup botol bekas. vegetasi di tepi sungai dilakukan dengan
menggunakan metode analisis vegetasi
Teknik Sampling dan Pengawetan transek garis. Transek yang berukuran 1x1
m ditarik dari tepi sungai dengan melakukan
Plankton
pengulangan sebanyak 3 kali pada tiap
Sampel air diambil untuk stasiun. Setelah dibuat transek, dicatat nama
diidentifikasi plankton dengan jenis, diameter, tinggi pohon serta
menggunakan plankton net dengan cara jumlahnya yang terdapat didalam transek
menuangkan air yang diambil dari Sungai tersebut. Identifikasi lebih lanjut dilakukan
Semanggi sebanyak 5 liter yang dilewatkan di Pusat Laboratorium Terpadu UIN Syarif
ke dalam plankton net hingga air memenuhi
Hidayatullah Jakarta.
buket, lalu sampel dipindahkan dari buket ke
botol sampel dan diberi 2-3 tetes lugol, botol Diagram Profil Sungai
sampel kemudian diberi label (stasiun,
tanggal, dan kelompok) dan disimpan pada Pada setiap stasiun diukur lebar
suhu ruang yaitu 370c. sungai dengan dibentangkan rol meter atau
transek menggunakan tali rapia dari tepi
Teknik Sampling, Pengawetan, sungai satu ke tepi sungai yang lain, dan
Identifikasi dan Analisis Bentos kemudian diukur kedalaman sungai setiap
Sampel makrozoobentos diambil interval 1 m. Tidak lupa juga dengan data
dengan menggunakan kuadran 1x1 m yang fisik-kimia perairan sungai diukur dan
diletakkan pada dasar perairan sungai. diamati meliputi, suhu, derajat keasaman
Diambil makrozoobentos yang berada dalam (pH), DO, BOD7, turbiditas, kecerahan dan
kuadrat kemudian dimasukkan pada plastik konduktivitas. Makrozobentos yang ada di
sampel atau ziplock yang telah diberi label. sekitar lokasi pengambilan sampel sekitar
Pengambilan sampel dilakukan tiap 1 meter sungai diambil dan disimpan didalam
sepanjang roll meter atau transek. Sampel ziplock.
dibawa ke laboratorium dan disimpan di
lemari pendingin. Makrozoobentos Analisis Data
diidentifikasi dan diukur morfometrinya. Berdasarkan nilai parameter kimia-
Data yang diperoleh dianalisis dengan fisik yang terkumpul, kemudian data
indeks Shannon-Wiener. dianalisis sebagai berikut :
Pengukuran Morfometri Makrozoobentos : Produktivitas Primer dan BOD7
Ekosistem Perairan
Sampel air diambil dan ditaruh ke
dalam botol zoda yang sudah diketahui
jumlah volumenya. Pada setiap statiun
diambil dua sampel air, botol pertama untuk Range: 0 – 1 greatest evenness
pengambilan data botol gelap, sedangkan
Keterangan :
botol kedua digunakan untuk pengambilan
J’ : Evenness
data botol terang. Botol diinkubasi di
H’ : indeks keanekaragaman Shannon-
laboratorium, botol terang tidak ditutupi
Wienner
kertas karbon sedangkan botol gelap dilapisi
S : total number of species
atau ditutupi oleh kertas karbon.
Pengambilan BOD7, air sampel diambil Indeks Morisita (Id)
dengan menggunakan water bottle sampler,
lalu dituang ke botol zoda. Sampel
diinkubasi selama 7 hari pada suhu ruang
yaitu 37ºC.

BOD7 = [{DO(0 hari) – DO(7 hari)}]


Keterangan :
Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon Id : indeks penyebaran morisita
and Wiener (H’) n : jumlah plot contoh
Indeks keanekaragaman jenis N : jumlah total individu dalam (n)
digunakan untuk menghitung x : jumlah individu yang ditemukan pada
keanekaragaman jenis pada suatu habitat setiap plot
yang dihitung dengan rumus : Indeks morisita (Id) adalah indeks
yang paling sering digunakan untuk
𝑛𝑖 𝑛𝑖 mengukur pola sebaran suatu jenis atau
𝐻′ = ∑ ( ) × ln⁡( ) populasi karena hasil perhitungannya tidak
𝑁 𝑁
dipengaruhi oleh perbedaan nilai rataan dan
ukuran unit sampling (Fachrul, 2007).
Keterangan : Setelah di analisis, didapatkan keterangan
H’ : indeks keanekaragaman Shannon- sebagaimana yang dijelaskan dibawah ini :
Wienner
ni : jumlah individu jenis ke-i Id = 1, maka distribusinya adalah acak
N : jumlah individu seluruh jenis Id < 1, maka distribusinya adalah seragam
(Odum, 1996)
Id > 1, maka distribusinya adalah
Kisaran nilai indeks keanekaragaman (H’) mengelompok
(Odum, 1996) adalah sebagai berikut :
H’ <1 : tingkat keanekaragaman rendah Indeks Dominansi (D)
1 < H’<3 : tingkat keanekaragaman sedang
H’ >3 : tingkat keanekaragaman tinggi 𝑛𝑖 2
𝐷 =⁡∑( )
Shannon Evenness (J’) 𝑁
Keterangan : Tabel 1. Hasil Pengukuran Faktor Kimia
ni : jumlah individu jenis ke-i Fisik di Sungai Semanggi
N : jumlah individu total
Indeks Dominasi berhubungan
terbalik dengan Keanekaragaman dan
Kemerataan.Nilai Indeks Dominasi (D)
berkisar antara 0-1.Jika D mendekati 1,
berarti dalam populasi cenderung terjadi
dominasi dari salah satu jenis yang ada, dan
bila D mendekati 0 maka dalam populasi
cenderung tidak terjadi dominasi.

Water Quality Indext (WQI)

Hasil pengukuran menunjukkan


∑𝑛𝑖=1 CiPi
bahwa nilai rata-rata oksigen terlarut (DO)
∑𝑛𝑖=1 Pi
pada 4 stasiun sebesar 21,6 mg/L. Nilai
Keterangan : tersebut masih memenuhi baku mutu atau
WQI : Water Quality Indext batas normal berdasarkan PP. No. 82 tahun
Ci : konsentrasi variable i 2001 oksigen terlarut yang baik bagi
PIi : standar baku yang diizinkan untuk kehidupan biota perairan berkisar antara 6-8
variable i mg/L. Kadar oksigen terlarut dipengaruhi
n : jumlah variabel
Metode Water Quality Indext (WQI) oleh beberapa faktor seperti, kekeruhan,
adalah sebuah metode yang digunakan untuk suhu, serta pergerakan massa air (Wibowo,
menilai parameter wajib dalam penentuan 2001).
kualitas air untuk memenuhi kebutuhan air
baku minum (Lathamani, 2014). Hasil pengukuran diperoleh nilai
rata-rata BOD7 sebesar 286,21 (Terang) dan
Nilai Klasifikasi 117,46 (Gelap). Nilai tersebut lebih besar
91-100 Sangat baik dari nilai baku mutu berdasarkan PP. No. 82
7-90 Baik
tahun 2001, nilai BOD maksimum berkisar
51-70 Sedang
26-50 Buruk antara 0,5-7 mg/L. Nilai BOD yang tinggi
0-25 Sangat buruk mengindikasikan bahwa sungai semanggi
tercemar berat. Hal tersebut sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa semakin besar
HASIL DAN PEMBAHASAN kadar BOD di perairan sungai menandakan
bahwa perairan tersebut telah tercemar yang
Faktor Kimia Fisik Perairan
diakibatkan oleh buangan limbah domestik
Faktor kimia fisik perairan dan pertanian (Suin, 2002).
merupakan faktor pendukung terhadap
Suhu merupakan salah satu faktor
kelangsungan hidup biota perairan. Hasil
pembatas bagi pertumbuhan dan distribusi
pengukuran faktor fisika kimia pada Sungai
biota perairan. Hasil pengukuran suhu pada
Semanggi disajikan pada Tabel 1.
sungai Semanggi memiliki nilai rata-rata yang rendah disebabkan karena terdapat
sebesar 28,3oC. Hal tersebut masih dalam banyaknya partikel tersuspensi yang terbawa
batas normal berdasarkan PP. No. 82 tahun aliran sungai dan adanya proses sedimentasi
2001, dimana suhu perairan berkisar antara serta abrasi sungai (Dahuri, 2003).
25-32oC. Suhu sungai berfluktuasi
mengikuti aliran air dari hulu menuju hilir. Kecepatan Arus pada Sungai
Suhu juga dipengaruhi oleh beberapa faktor Semanggi sebesar 0,46 m/s, hal tersebut
seperti, pola suhu udara, kanopi, intensitas menunjukkan bahwa Sungai Semanggi
cahaya matahari, serta kondisi internal dikategorikan memiliki kecepatan arus yang
perairan yang meliputi kecepatan arus dan sedang. Pada perairan lentik (sungai)
timbunan bahan organik di dasar perairan umumnya kecepatan arus berkisar 3 m/s.
(Sinambela, 2015). Kecepatan arus sungai dipengaruhi oleh
kemiringan, kesuburan kadar sungai,
Hasil pengukuran TDS yaitu sebesar kedalaman dan keleburan sungai. Arus
170,65. Nilai tersebut masih memenuhi memegang peranan penting dalam
baku mutu, dimana standar baku mutu pergerakan zat hara di perairan (Effendi,
berdasarkan PP. No. 82 tahun 2001 adalah 2003)
1000 mg/L. Jumlah zat padat terlarut
biasanya terdiri dari zatorganik, garam Kualitas Perairan
anorganik, dan gas terlarut misalnya Hg, Pb, Hasil pengukuran faktor kimia fisik
As, Mg, Cd. Jika TDS bertambah maka perairan yang telah didapat menentukan
kesadahan meningkat (Suin, 2002). kualitas suatu perairan yang kemudian
Nilai rata-rata pH pada sungai dianalisis menggunakan Water Quality
Semanggi sebesar 7, 87. Hasil ini Index (WQI). Disajikan pada table 2.
menunjukkan bahwa pH Sungai Semanggi Tabel 2. Nilai Water Quality Index (WQI)
memenuhi baku mutu air, dimana berkisar
antara 6-9. Kadar Ph perairan yang baik Water Quality Index (WQI)
adalah kadar pH yang masih memungkinkan Parameter Ci Pi CiPi
kehidupan biologis di dalam air berjalan °C 60 1 60
Ph 90 1 90
baik. pH yang baik untuk perairan adalah
DO 100 4 400
netral yaitu 7 (Effendi, 2003). BOD7 0 3 0
TDS 90 2 180
Nilai rata-rata pengukuran kecerahan
Total 11 730
air sebesar 25,35 cm. Nilai tersebut lebih
kecil dari standar baku mutu, dimana baku ∑𝑛𝑖=1 CiPi
mutu untuk kecerahan air > 45 cm. 66,36
∑𝑛𝑖=1 Pi
Rendahnya nilai pengukuran kecerahan air
disebabkan karena tingginya kandungan Water Quality Index (WQI)
limbah organik dan limbah domestik. Hal merupakan satuan pengukuran kualitas suatu
perairan. Pada percobaan di sungai
tersebut sesuai dengan teori yang
semanggi didapati hasil dari WQI sebesar
menyatakan bahwa tingkat kecerahan air
66,36. Berdasarkan hasil perhitungan indeks Struktur Komunitas Fitoplankton
kualitas air dengan perbandingan kualitas
mutu WQI, hasil yang diperoleh Kehadiran Plankton sangat
menunjukkan bahwa kualitas Sungai penting dalam ekosistem perairan karena
Semanggi tergolong ke dalam status perannya sebagai produsen primer dalam
“Sedang” dengan nilai standar berkisar rantai makanan. Selain itu spesies dan
antara 51– 70. Dikategorikan ke dalam kelas jumlah plankton juga dapat dijadikan
III yaitu perairan dengan kualitas air yang bioindikator lingkungan dan status nutrisi
tidak terlalu baik dan juga tidak terlalu perairan. Berikut hasil analisis Fitoplankton
buruk bagi kehidupan flora dan fauna yang berdasarkan beberapa Indeks Biologi pada
mendiami perairan Sungai Semanggi. Tabel 3.
Kualitas air biasanya terlindungi namun
kadang-kadang mengalami ancaman dan
gangguan (Peraturan Pemerintah, 2011).

Tabel 3. Jumlah Individu Spesies, Total Individu, dan Indeks Keanekaragaman, Indeks
Kemerataan, Indeks Dominansi serta Morisita’s

Keberadaan plankton yang melimpah arus sangat berhubungan dengan kedalaman.


pada suatu perairan berhubungan dengan Semakin bertambahnya kedalaman, maka
tingkat kesuburan perairan tersebut. kecepatan arus pemukaan semakin
Plankton yang berlimpah dapat dipengaruhi berkurang. Hal ini dimanfaatkan oleh
oleh faktor kimia-fisik berupa DO, dan suhu. plankton sebagai organisme yang bukan
Selain itu, arus memegang peranan penting perenang kuat, dan juga untuk menyuplai
dalam pergerakan zat hara di perairan. Zat makanan. (Dahuri, 2003).
hara tersebut berguna untuk pertumbuhan
plankton. Berdasarkan hasil pengukuran, Jenis yang paling banyak ditemukan
kecepatan arus air di Sungai Semanggi yaitu Chlamydomonas sp. sebanyak 12
berkisar antara 0,0015-1,25 m/s. Kecepatan individu, Hal ini menandakan bahwa
Chlamydomonas sp. mendominasi Indeks Morosita (MI) digunakan
komunitas plankton di perairan sungai untuk menunjukkan pola sebaran plankton
tersebut. Menurut Sastrawijaya (2000), yang ada pada Sungai Semanggi. Indeks
pencemaran perairan berdasarkan indeks Morisita (MI) bersifat independent terhadap
keanekaragaman (H’) dibagi menjadi empat beberapa tipe distribusi, besar nilai, dan
macam, yaitu sungai tercemar berat (H’ < jumlah sampel. Menurut Sari et al (2013),
1), sungai tercemar ringan (H’ = 1,0-1,6), persebaran suatu jenis berdasarkan indeks
sungai tercemar sedang (H’ = 1,6 - 2,0), dan Morisita (MI) dibedakan menjadi tiga
sungai yang tidak tercemar (H’ > 2,0). macam yaitu secara acak (Id < 1), seragam
Indeks keragaman (H’) plankton Sungai (Id = 1), dan secara berkelompok (Id > 1).
Semanggi sebesar -2,19 dan menandakan Nilai indeks Morisita (MI) untuk plankton
jika perairan Sungai Semanggi telah Chlamydomonas sp., Chlorococcum sp.,
tercemar berat karena H’ < 1. Cyclotella sp., Nematoda sp., Nitzchia sp.,
Jenis lain yang dapat dijadikan Pediastrum sp., dan Phacus sp. yang didapat
sebagai indikator tercemarnya perairan setelah perhitungan adalah 4. Hasil tersebut
Sungai adalah adanya Naviculla sp., menandakan jika persebaran plankton pada
Oscillatoria sp., dan Nitzschia sp. Keempat Sungai Semanggi secara berkelompok
jenis tersebut dapat hidup di perairan yang karena nilai MI > 1. Begitu pun untuk nilai
tercemar oleh limbah, sehingga dapat indeks Morisita (MI) plankton Euglena sp.
dijadikan sebagai indikator kondisi yang didapat setelah perhitungan adalah 1,71
lingkungan yang buruk (Mayagitha et al, serta plankton Oscillatoria sp. didapatkan
2014). nilai perhitungannya adalah 2,69 , yang
Indeks keseragaman (E) plankton mana hal ini menandakan persebaran
berdasarkan hasil perhitungan adalah -0,85. plankton pada Sungai Semanggi secara
Nilai indeks keseragaman (E) yang didapat berkelompok karena nilai MI > 1.
pada Sungai Semanggi kurang dari 0,6-1
dan menandakan jika keseragaman masing- Struktur Komunitas Makrozoobentos
masing jenis tidak sama karena persebaran
Struktur komunitas makrozoobentos
plankton setiap jenis yang tidak merata.
disuatu eksosistem perairan dapat diketahui
Indeks dominansi (D) plankton yang telah
dengan menggunakan indeks
dihitung adalah 1,8. Nilai D > 0,5 yang
keanekaragaman Shannon Wiener (H’),
menandakan jika terdapat jenis plankton
indeks Dominansi (D), indeks Evennes (J’)
yang mendominasi pada perairan tersebut.
dan indeks Morisita (MI).
Menurut Mayagitha et al (2014), semakin
tinggi nilai indeks dominansi tetapi rendah Tabel 4. Hasil Analisis Struktur Komunitas
pada nilai indeks keseragaman, Makrozoobentos pada Ekosistem Perairan
menunjukkan jika terdapat perbedaan Sungai Semanggi.
kepadatan di setiap jenis dan cenderung di
dominasi oleh jenis tertentu, seperti jenis No Stasiun Jenis Jumlah
Chlamydomonas sp. yang mendominasi Individu
1 1 Pomacea 1
perairan Sungai Semanggi.
canaliculata
Pila 7 penting yaitu banyaknya spesies yang ada
ampullacea dalam suatu komunitas dan kelimpahan dari
2 2 Pomacea 2 masing-masing spesies tersebut. Dengan
canaliculata demikian, makin kecil jumlah spesies dan
3 3 Pomacea 6
variasi jumlah individu dalam tiap spesies
canaliculata
4 4 Pomacea 1 maka keragaman akan mengecil. Demikian
canaliculata juga jika ada spesies yang memiliki jumlah
H’ 0,2942320814 individu yang jauh lebih besar dibanding
yang lain, maka keragaman juga akan
D 0,2016020071
mengecil. Faktor yang mempengaruhi nilai
J’ 0,2942345886 keanekaragaman jenis (H’) adalah kondisi
MI Pomacea 0,6102941176 lingkungan, jumlah jenis dan sebaran
canaliculata individu pada masing-masing jenis
Pilla 0,2352941176 (Alikondra, 2002).
ampulacea Dominansi dinyatakan sebagai
kekayaan jenis suatu komunitas serta
Nilai indeks keanekaragaman (H’) keseimbangan jumlah individu setiap jenis.
makrozoobentos di Sungai Semanggi Nilai indeks dominansi yang didapat dari
sebesar 0,2942320814. Nilai ini menunjukan praktikum ini yaitu sebesar 0,2016020071.
tingkat keanekaragaman rendah dan Hal ini menunjukan bahwa nilai dominansi
menandakan bahwa kondisi ekosistem di yang terdapat di perairan Sungai Semanggi
tepi perairan Sungai Semanggi tidak stabil. mendekati angka 0 dengan kata lain tidak
Hal ini dikarenakan perairan Sungai terdapat spesies yang dominan. Bila adanya
Semanggi yang dijadikan sebagai tempat dominansi menandakan bahwa tidak semua
pembuangan limbah rumah tangga sampah makrozoobentos memiliki daya adaptasi dan
oleh penduduk sekitar yang kurang akan kemampuan bertahan hidup yang sama di
keasadaran terhadap kebersihan dan suatu tempat. Hal ini juga berarti
kelestarian pada perairan tesebut sehingga makrozoobentos di lokasi pengamatan tidak
hal ini akan berdampak pada pencemaran air memanfaatkan sumber daya secara merata.
di perairan Sungai Semanggi. Indikator Hal ini sesuai dengan literature yang
tercemarnya suatu ekosistem perairan yaitu menyatakan bahwa nilai indeks dominansi
ditandai dengan nilai BOD7 yang tinggi. yang tinggi menyatakan konsentrasi
Kadar BOD7 yang baik untuk organisme dominansi yang tinggi (ada individu yang
akuatik yaitu sebesar 0,5 – 7,0 mg/L pada mendominansi), sebaliknya nilai indeks
perairan alami. Nilai BOD7 pada perairan dominansi yang rendah menyatakan
Situ Gintung menunjukan 62,25 mg/L pada konsentrasi yang rendah (tidak ada yang
perlakuan terang dan untuk perlakuan gelap dominan). Adanya dominansi karena kondisi
sebesar 44,02 mg/L. Nilai ini tergolong lingkungan yang sangat menguntungkan
tinggi yang menandakan tercemarnya dalam mendukung pertumbuhan jenis
perairan Sungai Semanggi. Menurut Odum tertentu. Selain itu dominansi juga dapat
(1971), keragaman mencakup dua hal
terjadi karena adanya perbedaan daya memiliki nilai indeks distribusi Morisita’s
adaptasi tiap jenis terhadap lingkungan. sebesar 0,6102941176. Sementara itu, Pila
Nilai indeks dominani berkisar antara 1-0. ampullacea memiliki nilai indeks distribusi
Semakin mendekati satu, maka semakin Morisita’s sebesar 0,2352941176. Kedua
tinggi tingkat dominansi jenis tertentu, nilai tersebut menunjukan bahwa
sebaliknya bila nilai mendekati 0 berarti persebaran dari gastropoda yang berada di
tidak ada jenis yang mendominansi (Odum, dasar Sungai Semanggi berkelompok.
1993). Gastropoda yang tumbuh
Nilai indeks keseragaman Evennes secara berkelompok menunjukkan adanya
(J’) sebesar 0,2942345886, dengan hasil interaksi yang saling menguntungkan
demikian menunjukan bahwa keseragaman diantara individu - individu yang ada, akan
pada Sungai Semanggi bernilai stabil. tetapi gastropoda yang tumbuh
Seperti yang dikemukakan oleh Krebs secara berkelompok justru dapat
(1978), bahwa indeks keseragaman bernilai meningkatkan kompetisi dalam hal sumber
antara 0-1. Apabila nilai E < 0,20 dapat makanan. (Sinambela, 2015). Pola
dikatakan kondisi keseragaman tidak stabil, penyebaran biota di alam umumnya terjadi
sedangkan apabila 0,21 < E < 1 dapat secara mengelompok dan jarang sekali
dikatakan kondisi keseragaman di suatu terjadi acak. Sifat individu yang cenderung
tempat bersifat stabil. Keadaan komunitas mengelompok tersebut sebagai akibat
yang stabil keseragamannya, menunjukan menanggapi perubahan cuaca dan musim,
tidak adanya dominansi diantara spesies perubahan habitat dan proses reproduktif.
yang terdapat di sungai semanggi, dengan Pola seperti ini tidak menguntungkan,
tidak adanya dominansi maka tidak terdapat karena dapat memicu persaingan yang kuat
persaingan antar spesies dalam mencari dalam hal sumber makanan dan ruang
sumber makanan dan tempat tinggal sebagai tempat hidupnya
(Nainggolan et al., 2015).
Profil Sungai
Spesies Pomacea canaliculata yang Profil sungai merupakan suatu cara
terdapat di dasar perairan Sungai Semanggi untuk menggambarkan keberadaan vegetasi
disekitar sungai dan karakteristik sungai sungai dan memiliki kecepatan aliran air
tersebut. Menurut Waryono (2008), profil yang lebih lambat dibandingkan periode
sungai terbagi menjadi tiga taraf pada proses muda. Periode tua terdapat pada daerah hilir
pengembangannya, yaitu priode muda, yang memiliki kedalaman yang rendah. Data
periode dewasa dan periode tua. Periode hasil pengukuran profil sungai disajikan
muda terdapat pada daerah hulu sungai. pada gambar sebagai berikut :
Periode dewasa terdapat pada bagian tengah
.
Gambar 1. Diagram Profil Sungai Statiun 1

Gambar 2. Diagram Profil Sungai Statiun 2

Gambar 3. Diagram Profil Sungai Statiun 3


Gambar 4. Diagram Profil Sungai Statiun 4

Berdasarkan hasil pengambilan data aliran sungai mungkin tidak terdistribusi


profil sungai didapatkan data lebar sungai secara merata sehingga kedalaman antar
antar stasiun berkisar antara 4 hingga 9 stasiun bervariasi. Kedalaman berpengaruh
meter dengan rata-rata 5,61 meter. terhadap kelimpahan biota perairan terutama
Berdasarkan data tersebut, lebar sungai bentos. Menurut Irmawan (2010) tingkat
sangat bervariasi antar stasiun. Menurut kedalaman perairan mempengaruhi jumlah
Djumanto (2013) variasi lebar sungai dapat jenis makrozoobenthos. Semakin dalam
disebabkan oleh perubahan masukan air dasar perairan maka semakin sedikit jumah
terutama air hujan. Pada daerah aliran jenis makrozoobentos karena hanya
sungai yang landai mengalami perubahan makrozoobentos tertentu yang dapat
lebar sungai yang lebih luas daripada daerah bertahan di dasar perairan yang dalam.
yang tebing sungainya curam. Karena hal tersebut bentos yang ditemukan
di stasiun 3 hanya 1 jenis yaitu Pomacea
Kondisi substrat dasar perairan canaliculata.
sungai Semanggi didominasi oleh lumpur.
Hal tersebut karena sungai Semanggi berada Analisis Vegetasi Sungai
di daerah pemukiman penduduk dan
termasuk dalam daerah perkotaan. Djumanto Berdasarkan praktikum yang telah
(2013) menyatakan bahwa sungai yang dilakukan, vegetasi yang terdapat di tepi
berada di kawasan kota memiliki proporsi Sungai Semanggi, Ciputat Timur, Kota
lumpur yang tinggi karena adanya erosi dari Tangerang Selatan, Banten, dianalisis
daerah gerodon. Material erosi tersebut akan dengan menggunakan metode kuadran
menumpuk di dasar perairan membentuk berukuran 1x1 m dengan pengulangan
lumpur. sebanyak 3 kali. Metode ini sering disebut
dengan plot less method, karena tidak
Kedalaman sungai Semanggi yang membutuhkan plot dengan ukuran tertentu ,
digambarkan pada gambar 1-4 berkisar area cuplikan hanya berupa titik sehingga
antara 11 cm sampai 41 cm dengan rata-rata memudahkan untuk mengetahui komposisi,
sebesar 24 cm. Kedalaman air Sungai dominansi, dan menaksir volume suatu
Semanggi relatif dangkal (hanya sekitar komunitas vegetasi (Sudarmono, 2010).
selutut orang dewasa). Tedapat
kecenderungan peningkatan kedalaman Tabel 5. Hasil Analisis Vegetasi di tepi
terutama pada stasiun 2 sebesar 41 cm. Sungai Semanggi
Material lumpur atau erosi yang terbawa
golongan semai. Terakhir, pada stasiun 4
ditemukan 39 individu tumbuhan semai
yang terdiri dari 2 individu Magnifera
indica, 1 individu Mikanin micrantha, 34
individu Persicaria odorata dan 2 individu
Tradescantia fluminensis. Vegetasi yang ada
di daerah perbatasan aliran sungai disebut
dengan vegetasi riparian. Vegetasi riparian
terdiri dari tumbuhan yang dapat hidup di
area dengan kelembaban tinggi. Komunitas
vegetasinya berupa pohon, semak-semak,
herba, dan rumput. Vegetasi riparian
Keterangan :
berperan penting dalam menjaga dan
( - ) : Tidak terdapat vegetasi memperbaiki kualitas air saat terjadi aliran
air hujan dan aliran air di bawah tanah
Analisis vegetasi adalah cara sebelum mencapai sungai. Selain itu,
mempelajari susunan komposisi spesies dan vegetasi riparian mampu mengurangi
bentuk struktur vetegasi atau komunitas kontaminasi nitrat dalam pupuk yang berasal
tumbuh-tumbuhan. Dalam menganalisis dari aktivitas pertanian yang dapat
sebuah komunitas dan struktur vegetasi, para mengganggu ekosistem perairan dan
peneliti membedakan vegetasi kedalam kesehatan manusia. Vegetasi riparian juga
beberapa pertumbuhan, yaitu semai bertindak sebagai penutup tanah,
(permudaan tingkat kecambah sampai teduhanhabitat perairan, mempercepat
setinggi <1,5 cm), pancang (permudaan pembentukan kompos daun, dan hunian dari
dengan >1,5 cm), tiang (pohon muda berbagai organisme (Kocher dan Harris,
berdiameter 10 cm sampai dengan 20 cm) 2007).
dan pohon dewasa (diameter >20 cm)
(Yuniar dan Prayitno, 2010). Dari hasil Hubungan Komunitas Fitoplankton
pengamatan pada tabel 5. menunjukkan dengan Faktor Kimia Fisik Perairan
bahwa pada tepi sungai Semanggi,
ditemukan 13 spesies tumbuhan dengan Faktor kimia fisik perairan saling
jumlah 66 individu yang terdiri dari 64 memiliki keterkaitan dengan komunitas
individu tumbuhan semai dan 2 individu Fitoplankton, dimana faktor kimia fisik
tumbuhan pancang. Pada stasiun 1, hanya
menjadi penentu eksistensi Fitoplankton itu
ditemukan 1 jenis tumbuhan semai
berjumlah 1 individu yaitu Iris foetidissima. sendiri. Parameter suhu dijadikan sebagai
Kemudian, pada stasiun 2 ditemukan 7 faktor pengendali kehidupan flora dan fauna
individu semai yang terdiri dari 4 individu akuatik. Tinggi rendahnya nilai temperatur
Capsicum annum, 1 individu Citrofortunella suatu badan perairan sangat mempengaruhi
microcarpa, 1 individu Rivina humilis dan 1 kehidupan organisme air. Tingginya nilai
individu Syngonium podophyllum. Selain, temperatur dapat mempengaruhi jumlah,
itu ditemukan pula pancan dengan jumlah 2
jenis, dan persebaran Fitoplankton dalam
individu Syngonium auritum. Sementara itu,
pada stasiun 3 ditemukan 4 individu suatu ekosistem perairan. Peningkatan suhu
Alstonia macrophylla dan 13 individu akan menyebabkan konsentrasi oksigen akan
Ludwigia octovulvi yang termasuk kedalam menurun dan sebaliknya suhu yang semakin
rendah akan meningkatkan konsentrasi mas makan lebih cepat, bergerak lebih cepat,
oksigen terlarut (Barus, 2004). dan tumbuh lebih cepat. Pada suhu yang
lebih rendah, keong mas masuk ke dalam
Faktor kimia fisik selanjutnya yaitu lumpur dan menjadi tidak aktif. Pada suhu di
derajat keasaman atau pH. pH menunjukkan atas 32˚C, hewan ini memiliki tingkat
kadar asam atau basa dalam suatu larutan mortalitas yang tinggi. Ciri utama keong ini
yaitu cangkang bulat asimetris terpilin dan
melalui konsentrasi atau aktivitas ion
mengerucut dengan letak puncak pada
hidrogen. Pada umumnya organisme akuatik bagian dorsal serta berwarna kekuning-
toleran pada kisaran pH yang netral. Air kuningan. Keong ini mampu tinggal dan
limbah dan bahan buangan dari kegiatan bertahan hidup pada berbagai ekosistem
industri yang dibuang ke sungai akan mulai dari rawa-rawa, parit dan tanah pada
mengubah pH air yang pada akhirnya dapat danau dan sungai. Hampir sebagian besar
mengganggu kehidupan Fitoplankton di keong Pomacea senang pada perairan lentic
dibawah arus air (Pennak,1978).
dalam air (Wardhana, 1995).

Selanjutnya adalah nilai DO atau


SIMPULAN
oksigen terlarut dalam air. Semakin rendah
nilai DO suatu perairan, maka semakin REFERENSI
tinggi pencemaran dalam suatu ekosistem
perairan. Alikodra, H. S. 1988. Dasar-dasar
Pengelolaan Habitat. Bogor : Proyek
BOD (Biological Oxygen Demand) Pendidikan dan Latihan Pengaturan
menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang KSDA.
dibutuhkan oleh organisme hidup untuk
memecah atau mengoksidasi bahan Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi
anorganik dalam air. Jika konsumsi oksigen Studi Tentang Ekosistem Air Daratan.
tinggi yang ditunjukkan dengan semakin Medan : USU Press.
kecilnya sisa oksigen terlarut, tingginya nilai Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati
BOD pada perairan sungai mempengaruhi Laut: Aset Pembangunan
keberadaan fitoplankton (Maresi, 2015). Berkelanjutan Indonesia. Jakarta: PT.
Hubungan Komunitas Makrozoobentos Gramedia Pustaka Utama.
dengan Faktor Kimia Fisik Perairan
Djumanto, et al. (2013). Indek Biotik Famili
Makrozoobentos seperti Pila sebagai Indikator Kualitas Air Sungai
ampullacea dan Keong mas (Pomacea Gajahwong Yogyakarta. Jurnal
canaliculata) dapat hidup pada air yang Perikanan, 15 (1): 26-34.
memiliki pH 5-8 dan toleransi suhu antara
18-28˚C, dimana perairan Sungai Semanggi Effendie, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi
memiliki pH sebesar 7,87 dan suhu 28,3˚C, Pengelolaan Sumber Daya dan
yang berarti faktor kimia fisik pada Lingkungan Perairan. Yogyakarta:
ekosistem perairan tersebut mendukung Kanisius.
untuk berlangsungnya kehidupan Pomacea
canaliculata. Pada suhu lebih tinggi, keong
Fachrul, M. F. (2007). Metode Sampling Komunitas Fitoplankton. Diponegoro
Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara. Journal of Maquares. 3 (1).

Fitriana, Y. R. 2006. Keanekaragaman dan Miller, K. R., & Levine, J. S.


Kemelimpahan Makrozoobentos di (2008). Prentice Hall biology. Upper
Hutan Mangrove Hasil Rehabilitasi Saddle River, N.J: Pearson/Prentice
Taman Hutan Raya Ngurah Rai Hall.
Bali.Biodiversitas, (7): 67-72.
Nainggolan, F.H., Dewi, B.S., dan
Irawan, A & Lily I.S. 2013. Karakteristik Darmawan, A. 2015.
Distribusi Horizontal Parameter Keanekaragaman Jenis Burung ; Studi
Fisika-Kimia Perairan Permukaan di Kasus di Hutan Desa Cugung
Pesisir Bagian Timur Balikpapan. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis, 18 (2). Model Gunung Rajabasa Kabupaten
Lampung Selatan. Universtas
Kocher, S.D. & R. Harris. 2007.Riparian
Lampung, Lampung.
Vegetation. ANR Publication 8240 1-
7. Krebs, 1978. Ecology.
The Experimental Analysis of Nybakken, JW. 1992. Biologi Laut satu
Distribution and Abundance. Third Pendekatan Ekologis. Jakarta : PT
Edition Harper and Row Distribution, Gramedia.
New York
Lathamani R, M.R Janardhana, S.Suresha. Odum, E. P. 1971. Dasar-dasar Ekologi.
2014. Aplication of Water Quality Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah
Index Method to Asses Groundwater Mada University Press.
Odum, E.F. 1993. Dasar – dasar ekologi.
Quality in Mysore City. Karnataka.
Terjemahan Tjahjono Samingan. Edisi
India. International Jurnal of
Ketiga. Yogyakarta : Gadjah Mada
Innovation Research in Science.
University Press.
Engineering and Technology. (501-
Odum, E.F. 1994. Dasar – dasar ekologi.
508).
Terjemahan Tjahjono Samingan. Edisi
Maresi, R. S. P. dkk. (2015). Fitoplankton Ketiga. Yogyakarta : Gadjah Mada
sebagai Bioindikator Saprobitas University Press
Perairan di Situ Bulakan Kota Pennak, R.W. 1978. Freshwater
Tangerang. Al-Kauniyah Jurnal Invertebrates of The United States. A
Biologi Volume 8 No.2, Oktober 2015. Wiley Intescience Publication. John
Wiley And Sons, New York.
Mayagitha, K.A., Haeruddin., dan
Rudiyanti, S. (2014). Status Kualitas Presiden Republik Indonesia. 2011.
Perairan Sungai Bremi Kabupaten Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun
Pekalongan Ditinjau dari Konsentrasi 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas
TSS, BOD5, COD dan Struktur Air dan Pengendalian Pencemaran
Air. Sekretaris Negara Indonesia.
Sandy, I Made. 1985. Geografi Regional Wetzel, RG. And GE. Likens. 1995.
Indonesia. Puri Margasari. Jakarta Limnology Analysis. SpringerVerlag.
Sari, RW., Azrianingsih, R., dan New York.
Rahardi, B. (2013). Peta dan Pola
Persebaran Porang (Amorphophallus Wibowo, M.S. 2004. Pengantar Ilmu
muelleri Blume) pada Beberapa Area Kelautan Edisi 2. Jakarta : UI Press.
di Kabupaten Jember. Jurnal
Biotropika. 1 (4). Yuniar, D.W., T.W. Suharso, & G.Prayitno.
2010. Arahan Pemanfaatan Ruang
Sastrawijaya, A. T. 2000. Pencemaran
Pesisir Terkait Pencemaran Kali
Lingkungan. Jakarta : Rineka Cipta.
Porong. Jurnal Tata Kota dan Daerah.
Sinambela, M., M. Sipayung. 2015. 2(2):63-74.
Makrozoobenthos dengan Parameter
Fisika dan Kimia di Perairan Sungai
Babura Kabupaten Deli Serdang.
Jurnal Biosains. 1(2): 44-50.
Sudarmono. 2010. Zona Riparian dalam
Areal Bakal Kebun Raya Sambas;
Suatu Kajian Vegetasi dan Hidrologi.
Prosiding Seminar Nasional Limnologi
V 345-355.
Suin NM. 2002. Metoda Ekologi. Padang :
Universitas Andalas.

Waryono, T. 2008. Bentuk Struktur dan


Lingkungan Bio-Fisik Sungai.
Kumpulan Makalah Periode 1987-
2008.
LAMPIRAN

Tabel 6. Hasil Pengukuran Morfometri Makrozoobentos Gastropoda yang ditemukan di Dasar


Perairan Sungai Semanggi.

Stasiun Jenis Individu Tinggi Lebar Seluk Tinggi Lebar


Cangkang Cangkang Aparture Aparture
1 Pomacea canaliculata 1 1, 85 cm 1,50 cm 1,65 cm 1,36 cm 1,33 cm
Pila ampulacea 2 4,55 cm 3,21 cm 4,34 cm 3,41 cm 2,84 cm
3 4,57 cm 3,56 cm 4,30 cm 3,65 cm 2,30 cm
4 3,85 cm 2,86 cm 3,75 cm 3,35 cm 2,15 cm
5 4,56 cm 3,31 cm 4,23 cm 3,17 cm 2,20 cm
6 4,78 cm 3,94 cm 4,71 cm 3,45 cm 2,77 cm
7 4,93 cm 3,54 cm 4,73 cm 3,73 cm 2,72 cm
2 Pomacea canaliculata 1 4,1 cm 3,1 cm 3,7 cm 4,3 cm 3,2 cm
2 5,25 cm 5,0 cm 4,4 cm 5,6 cm 3,7 cm
3 Pomacea canaliculata 1 3,06 cm 2,40 cm 2,52 cm 2,5 cm 1,45 cm
2 3,01 cm 3,1 cm 3,0 cm 3,0 cm 2,12 cm
3 4,7 cm 3,3 cm 4,14 cm 3,9 cm 2,9 cm
4 5,0 cm 4,0 cm 4,7 cm 4,0 cm 2,9 cm
5 5,2 cm 4,22 cm 3,9 cm 3,73 cm 3,0 cm
6 4,8 cm 4,3 cm 3,9 cm 4,0 cm 3,0 cm
4 Pomacea canaliculata 1 1,93 cm 1,45 cm 1,40 cm 1,52 cm 0,9 cm

Anda mungkin juga menyukai