Anda di halaman 1dari 15

KARAKTERISTIK EKOSISTEM PERAIRAN MENGALIR

(Studi Kasus: Sungai)

Kelompok 13
Rudy Asa Nurafif (C24150083), Agus Danu Prakoso (C24150085), Kartika Farah
Hamidah (C24150086), Olyander Lea (C24150088), Denanda Febry (C24150090),
Claudia Olivia (C24150092)
Nama Asisten: Yeyen Laorenza (C34140010)

Abstrak

Ekosistem adalah hubungan timbal balik antara unsur biotik dan abiotik yang membentuk sistem
ekologi. Ekosistem perairan tawar dapat dibedakan menjadi dua karakter, yaitu perairan tergenang
(lentik) dan perairan mengalir (lotik). Tujuan praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi
perairan mengalir melalui analisis parameter fisika, kimia, dan biologi. Metode yang digunakan dalam
praktikum ini adalah metode sampling. Lokasi pengambilan data di Sungai Ciapus , Bogor.
Pengambilan sampel dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan. Parameter fisika yang diamati adalah,
kedalaman rata-rata sedalam 53,33cm, suhu perairan 26 oC, warna perairan adalah bening kehijauan,
tipe substratnya batuan, dan air tidak berbau. Nilai pH pada perairan sebesar 6 yang merupakan
parameter kimia. Parameter biologi yang diamati adalah benthos sebanyak 20 species dan 29 species
perifiton.
Kata kunci: Benthos, ekologi, sungai, perifiton

Abstract

Ecosystem isa mutual relationship between biotic and abiotic elements form the ecological
system.Freshwater ecosystem can be divided into two characters, which are lentic and lotic water.The
purpose of this practicum is to identify the conditions of the streamed waters through the analysis of
parameters of physics, chemistry, and biology. The method used in this analysis is sampling
method.Sampling data is performed in Ciapus River, Bogor, West Java. The sampling was conducted
in three repetitions. Physical parameters that were observed are, the average of depth is 53,33
centimeters, the temperature of the riveris 26 oC , the water color is clear greenish, and the substrate
type is rock. The pH value of the water is 6 which is a chemical parameters. Biological parameters
which were observed aretwenty species of benthos, and there are 29periphyton.
Key words : Benthos, ecology, river, periphyton

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Ekologi merupakan ilmu tentang rumah (tempat tinggal makhluk hidup).
Ekologi juga diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya. Pemenuhan kebutuhan manusia dapat
terpenuhi karena adanya pemanfaatan lingkungan yang terbentuk dari pengelolaan
lingkungan hidup. Melalui pengeloaan lingkungan hidup, terjadi hubungan timbal
balik antara lingkungan biofisik dengan lingkungan sosial. Ekosistem adalah
hubungan timbal balik antara unsur-unsur hayati dengan non-hayati yang membentuk
sistem ekologi. Ekosistem menurut Arpaci et al. (2008) adalah suatu interaksi yang
kompleks dan memiliki penyusun).Ekosistem perairan dibedakan dalam tiga kategori
utama yaitu ekosistem laut, ekosistem estuarin, dan ekosistem air tawar (Prabowo
2010). Menurut Closs et al. (2004)ekosistem perairan tawar dapat dibedakan menjadi
dua karakter, yaitu perairan tergenang (lentik) dan perairan mengalir (lotik).
Perairan mengalir mempunyai corak tertentu yang secara jelas membedakan dari
air tergenang walaupun keduanya merupakan habitat air. Satu perbedaan mendasar
antara danau dan sungai adalah bahwa danau terbentuk karena cekungannya sudah
ada dan air mengisi cekungan itu, tetapi danau itu setiap saat dapat terisi oleh endapan
sehingga menjadi tanah kering. Sebaliknya sugai terjadi karena airnya sudah ada,
sehingga air itulah yang membentuk dan menyebabkan tetap adanya saluran selama
masih terdapat air yang mengisinya (Ewusie 1990).
Praktikum karakteristik ekosistem perairan mengalir dilakukan di
SungaiCiapus. Sungai adalah salah satu sungai yang berada di kabupaten Bogor dan
merupakan salah satu bentuk perairan mengalir. Banyak ragam organisme yang hidup
di Sungai Ciapus, seperti benthos, perifiton, nekton, neuston, dan lain-lain.

TUJUAN
Praktikum karakteristik ekosistem perairan mengalir bertujuan untuk mengenal
dan mempelajari komponen-komponen penyusun ekosistem perairan mengalir, dan
menjelaskan keterkaitan antar parameter fisika, kimia, dan biologi pada ekosistem
perairan megalir di Sungai Ciapus.

METODOLOGI

WAKTU DAN TEMPAT


Praktikum Ekologi Perairan Mengalirdimulai pukul 07.00 WIB hingga 10.00
WIB. Praktikum karakteristik perairan mengalir dilaksanakan pada hari Minggu, 9
Oktober 2016. Praktikum Ekologi Perairan Mengalir dilaksanakan di Sungai Ciapus,
Dramaga, Bogor, Jawa Barat.

Gambar 1. Lokasi Pengambilan Sampel (Sungai Ciapus, Bogor, Jawabarat)


Sumber: http://www.google.earth.com
ALAT DAN BAHAN
Praktikum Ekologi Perairan Mengalir ini menggunakan beberapa alat dan
bahan. Alat yang dipergunakan dalam praktikum ini adalah transek kuadrat,
termometer, botol film, jar, serok, paralon berskala 3 inch, surber, tali rafia berskala,
sikat gigi, cutter, dan flow meter. Bahan yang digunakan meliputi indikator PH,
aquades, lugol, dan alkohol.

METODE PENGAMBILAN SAMPEL


Pengambilan sampel dilakukan di stasiun 7 dengan tiga kali ulanganyangberbeda
berdasarkan tiga parameter, yaitu parameter fisika, biologi dan kimia. Parameter
fisika terdiri dari suhu, tipe stubstrat, warna, bau, luas sungai, luas badan sungai dan
TDS. Parameter kimia yaitu pH perairan yang diukur dengan pH indikator. Parameter
biologi dilakukan dengan mengambil sampel biota akuatik seperti benthos, perifiton,
nekton, dan neuston. Teknik pengambilan sampel benthos dilakukan dengan
menggunakan surber untuk mengambil substrat batu di dasar perairan lalu substrat
digosokdi dalam daerah surber, selanjutnya benthos dimasukkan ke dalam jar dan
diberi alkohol.Teknik pengambilan sampel perifiton dilakukan dengan mengambil
batu yang kemudian dikerik menggunakan sikat gigi di dalam transek berukuran 2cm
x 2cm, lalu dimasukkan ke dalam botol sampel dan diberi larutan lugol. Pengambilan
data nekton dengan menggunakan serokan lalu diberi alkolhol.

ANALISIS DATA

a. Kecepatan arus

Cal . Fac x No . of rev


V=
s

Keterangan :
V = Kecepatan arus (m/s)
Cal.Fac = faktor kalibrasi (0.16)
No. of rev = angka tertera pada flow meter (m/30s)
s = waktu (30s)

b. Kelimpahan perifiton

Vr 1
N= x xn
Vo A

Keterangan :
N = Kepadatan fito-perifiton(sel/m2) dan zoo-perifiton (ind/m2)
Vr = Volume botol contoh (30 ml)
Vo = Volume satu tetes contoh (0.05 ml)
A = Luas bidang kerikan (4cm2)
n = jumlah perifiton tercacah

c. Kepadatan bentos

x
X=
nM
Keterangan :
X : Kepadatan bentos (ind/m2)
x : Jumlah individu per satuan alat (ind)
M : Luas bukaan mulut alat (62x10-4 m2)
n : Jumlah pengulanganIndekskeanekaragamanperifiton

LANDASAN TEORI

Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan-hubungan timbal-balik


antar organisme hidup dan lingkungannya. Kata ekologi sendiri berasal dari bahasa
Yunani, oikos yang berarti “rumah”atau “tempat untuk hidup” dan logos yang berarti
“ilmu” (Odum 1998). Secara umum, ekologi perairan dibagi menjadu duayaitu
perairan mengalir dan perairan menggenang. Ekosistem air yang terdapat di daratan
(inland water) secara umum dibagi atas dua yaitu perairan letik yang disebut juga
perairan tenang (misalnya danau, waduk, rawa, dan telaga) dan perairan lotik yang
sebut juga perairan berarus deras (misalnya sungai, kanal, parit).
Perbedaan utama antara perairan lotik dan lentik adalah arus. Perairan lentik
mempunyai kecepatan arus yang lambat serta terjadi akumulasi massa air dalam
periode waktu yang lama, sementara perairan lotik umumnya menpunya kecepatan
arus yang tinggi, di sertai perpindahan massa air yang berlangsung dengan cepat,
(Barus, 2004 dalam Siregar, 2010).Sungai adalah bagian permukaan bumi yang
letaknya lebih rendah dari tanah disekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air
tawar menuju ke laut, danau, rawa atau ke sungai yang lain. Secara umum setiap
aliran sungai dibagi menjadi tiga bagian, yakni bagian hulu, bagian tengah dan
hilir(Wibowo 2014)
Lingkungan perairan sungai terdiri dari komponen abiotik dan biotik (algal flora)
yang saling berinteraksi melalui arus energi dan daur hara (nutrien) (Rahayuet al
2009). Bila interaksi ke duanya terganggu, maka akan terjadi perubahan atau
gangguan yang menyebabkan ekosistem perairan itu menjadi tidak seimbang (Soylu
dan Gönülol, 2003). Ekosistem perairanterdapat juga berbagai komponen biotik
seperti fitoplankton, zooplankton, nekton, neuston, perifiton, benthos, dan tumbuhan
air. Keberadaan plankton dalam perairan memegang peranan yang sangat penting.
Fungsi ekologisnya sebagai produser primer dan awal mata rantai dalam jaringan
makanan, sehingga menyebabkan plankton sering dijadikan skala ukuran kesuburan
suatu ekosistem. Selain itu, fitoplankton dan tumbuhan air merupakan penghasil
energi . Sifat kimia perairan dalam ekologi sangat penting. Oleh karena itu, selain
melakukan pengamatan pada faktor biotik perlu juga dilakukan pengamatan terhadap
parameter kimia dan fisika sebagai faktor abiotik perairan, karena antara faktor biotik
dan abiotik saling berinteraksi. Dengan mempelajari aspek saling ketergantungan
antara organisme dan faktor-faktor abiotiknya maka diperoleh gambaran tentang
kualitas perairan (Barus 2004 dalam Siregar 2010).

HASIL

Hasil yang didapat dari sampling di Sungai Ciapus mencakup tiga parameter,
yaitu parameter fisika, parameter kimia dan parameter biologi. Setiap parameter yang
diamati diambil dari 3 stasiun di Sungai Ciapus, yaitu stasiun 2, staisun 4, dan stasiun
7.Tiga bagian tersebut telah mewakili seluruh Sungai Ciapus. Pengambilan sample
pada setiap stasiun dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali, hal itu dilakukan agar
data yang diperoleh dari setiap stasiun lebih akurat. Parameter pertama yang diamati
adalah parameter fisika. Berikut disajikan tabel hasil pengamatan parameter fisika
dan kimia Sungai Ciapus, Bogor.

Tabel 1. Parameter Fisika


Parameter Kelompok 13 Kelompok 8 Kelompok 3
Ulangan 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Suhu 26˚C 26˚C 26˚C 25˚C 25˚C 24,5˚C 25˚C 25˚C 25˚C
Kedalaman 33.5 42 cm 55 cm 47cm 49,7cm 61cm 20cm 50cm 90cm
cm
Bau Tidak Tidak Tidak Sampah Sampah Sampah Tidak Tidak Tidak
Berbau Berbau Berbau Berbau Berbau Berbau
Warna Hijau Hijau Hijau Bening Bening Bening hijau hijau hijau
Bening Bening Bening keruh keruh keruh keputih keputih keputih
an an an
Substrat Batuan Batuan Batuan Batuan Batuan Batuan Batuan Batuan Batuan
Lebar 37 m 28,154m 20,93 m
badan
sungai
Lebar 36m 26,54m 16,9 m
sungai
Arus 0.986 m/s 0,83m/s 0,98 m/s

TDS 85 87 84

Tabel 2. Parameter Kimia


Parameter Unit Kel 13 Kel 8 Kel 3
Kimia
Ulangan 1 2 3 1 2 3 1 2 3
pH - 6 6 6 7 7 7 6 6 6

Berdasarkan parameter fisika yang diukur di stasiun 2, stasiun 4, dan stasiun 7


suhu sungai tertinggi adalah 25oC, kedalaman terdalam adalah 60cm, perairan tidak
berbau dan ada sebagian perairan yang berbau sampah, warna perairan bening
kehijauan, substrat perairan mengalir adalah batuan yang cenderung besar, luas adan
sungai terluas adalah 37m, dan lebar sunai terluas adalah 36m, kecepatan arus
tercepat adalah 0,986m/s, dan TDS tetinggi adalah 87. pH perairan menglir adalah 6 –
7 yang merupakan pH standar untuk organisme air.

Distribusi Persebaran Perifiton

3% 3%
6%
24%
3%

6%

6%

3%

6%

3% 27%
3%
6%

Ankistrodesmus Closterium Nitzshia nitzshia Tetmemorus


Pandorina Trebouxia Gonatozygon Synedra
Zygnema A bristle-worm Nais Phormodium Cladophora
Pedicia

Gambar 2. Kepadatan perifiton di Sungai Ciapus


Distribusi Persebaran Makrozoobenthos

1%1%1% 2%
7%
1%
16% 1%
1%

6%

1%
1%
2% 1%
2% 1%

55%

Bythinia Acilius Ochthebius Ceratopogon


Dryopid Promoresia Haliplus Hydrochus
Goniobasis A bristle-worm Nais Elliptera Chauliodes
Pkurocera Isonychia Cymbella Pleurocera
Benacus
Gambar 3. Kepadatan makrozoobenthos di Sungai Ciapus

Berdasarkan pie chart kepadatan perifiton dan kepadatan benthos, spesies


perifiton yang paling banyak ditemukan di Sungai Ciapus adalah Closterium dan
spesies benthos yang paling banyak ditemukan adalah Elliptra.

PEMBAHASAN

Parameter yang diamati pada praktikum ini adalah parameter fisika, kimia, serta
biologi. Parameter fisika meliputi kecerahan, suhu, kedalaman, bau, warna perairan,
serta tipe substrat. Parameter kimia meliputi derajat keasaman (pH). Sedangkan
parameter biologi yang diamati dalam praktikum ini meliputi biota perairan, yaitu
plankton,bentos, dan perifiton.
Suhu merupakan salah satu parameter kualitas air yang sangat penting dalam
menunjang kehidupan organisme perairan (Barus 2004 dalam Siregar 2010). Menurut
Handjojo dan Djoko (2005) dalam Irawan (2009), suhu air normal adalah suhu air
yang memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan metabolism dan berkembang
biak. Berdasarkan hasil pengamatan suhu di tiga ulangan, suhu di stasiun 7 adalah
sama, yaitu sebesar 26ᵒC. Dalam percobaan yang dilakukan oleh Rudiyanti (2009),
dalam penelitian yang berjudul Kualitas Perairan Sungai Banger Pekalongan
Berdasarkan Indikator Biologis, perairan sungai Banger memiliki suhu air antara
29,4 ± 32,867 ᵒC. Hal ini menunjukkan suhu perairan sungai relatif masih normal,
dan masih mendukung pertumbuhan mikroorganisme. Menurut Effendi (2003), algae
dari filum Chlorophyta dan diatom akan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu
berturut-turut 30 ± 35ᵒC dan 20 ± 30ᵒC, dikarenakan penyerapan panas matahari yang
masuk ke badan perairan oleh partikel-partikel baik yang tersuspensi maupun terlarut,
baik yang berasal dari limbah industri maupun domestik. Kesamaan suhu di setiap
ulangan dipengaruhi oleh cuaca dan arus. Pada saat melakukan pengamatan, cuaca
cerah akan tetapi sinar matahari terhalang oleh rimbunnya pohon di stasiun 7. Hal
itulah yang menyebabkan suhu menjadi cenderung tetap dan tidak terlalu hangat.
Arus dari sungai juga menyebabkan tidak terjadinya stratifikasi suhu secara vertikal
seperti pada danau, sehingga terjadi kesamaan suhu pada setiap ulangan percobaan
yang dilakukan.
Derajat keasaman (pH) merupakan suatu parameter penting untuk menentukan
kadar asam atau basa dalam air. Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion hidrogen
dalam suatu larutan. Organisme air dapat hidup dalam suatu perairan yang
mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa
lemah. Nilai pH yang sangat rendah akan menyebabkan terjadinya gangguan
metabolisme dan respirasi. Disamping itu pH yang sangat rendah akan menyebabkan
mobilitas berbagai senyawa logam yang bersifat toksik semakin tinggi yang tentunya
akan mengancam kelangsungan hidup organisme aquatik. Kisaran nilai pH di
perairan tawar bagi kehidupan organisme perairan adalah 6 – 8,5 (Effendi 2003).
Sungai Ciapus memiliki pH 6 yang sama pada kelompok 13 dan 8, sementara nilai
pH 7 terdapat pada kelompok 3. pH tersebut sudah ideal bagi organisme air yang
tinggal di dalamnya, tidak terlalu asam dan basa. Perbedaan pH dapat terjadi karena
perbedaan kandungan substrat atau senyawa yang terdapat pada masing-masing
stasiun.
Warna dan bau pada suatu perairan dapat menjadi indikator tercemar atau
tidaknya suatu perairan. Air dalam keadaan normal dan bersih pada umumnya tidak
akan berwarna, sehingga tampak bening dan jernih. Berdasarkan pengamatan pada
stasiun tujuh warna perairan cenderung bening kehijaua dan tidak berbau, hal itu
mengindikasikan bahwa Sungai Ciapus tidak tercemar. Warna perairan cenderung
sama karena substrat pada perairan hampir sama dan materi yang terbawa oleh arus
tidak jauh berbeda. Selain itu, letak tiap ulangan berdekatan, sehingga tidak ada
perbedaan warna.
Sungai Ciapus memiliki kedalaman yang beragam pada setiap ulangan. Semakin
ke dalam hingga ujung sungai, kedalaman bertambah pada setiap ulangan, yaitu
sebesar 33.5 cm, 42 cm, dan 55 cm. Kecepatan arus pada setiap stasiun berbeda, yaitu
sebesar 0.986 m/s pada sub stasiun 13, sub stasiun 8 0.83 m/s, dan sub stasiun 3 0.98
m/s. Kecepatan arus ditentukan oleh kemiringan, kekasaran, kedalaman, dan
kelebaran dasar sungai (Odum 1998). Lebar sungai sebesar 36 meter dan lebar badan
sungai 37 meter.
Parameter biologi yang diamati adalah biota-biota di dalam sungai, yaitu bentos,
perifiton, neuston, dan nekton. Perifiton adalah hewan maupun tumbuhan yang hidup
di bawah permukaan air, sedikit bergerak atau melekat pada batu-batu, ranting, tanah
atau substrat lainnya. Perifiton dari kelompok hewan pada umumnya terdiri dari
protozoa dan rotifera, sedangkan perifiton dari kelompok tummbuhan sebagian besar
terdiri dari mikroalga (Indrawati et al. 2010). Bentos adalah organisme yang hidup di
dasar perairan (substrat) baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang. Menurut
Rakhmanda (2011) substrat perairan dan kedalaman mempengaruhi pola penyebaran
dan morfologi fungsional serta tingkah laku hewan betik. Keragaman bentos dan
perifiton di Sungai Ciapus sangat banyak, selama praktikum ditemukan 9 spesies
fitoperifiton dengan total 28 individu dan 1 spesies zooperifiton dengan total 1
individu. Selain itu, ditemukan 9 spesies makrozoobentos dengan total 20 individu.
Terdapat banyak neuston dan nekton di sepanjang sungai, namun pada daerah
pengambilan sampel tidak didapatkan neuston dan nekton. Hal ini dapat terjadi
karena pergerakan yang ditimbulkan praktikan membuat neuston dan nekton pergi.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Sungai Ciapus merupakan suatu
ekosistem yang dinamis dengan adanya banyak organisme di dalamnya dan interaksi
yang ditimbulkan antar komponennya.

KESIMPULAN

Ekosistem perairan mengalir memiliki karakteristik dasar berupa adanya arus


dan perbedaan gradien lingkungan (elevasi). Komponen biotik yang terdapat di
Sungai Ciapus meliputi perifiton, benthos, neuston dan nekton. Sedangkan komponen
abiotik sebagai habitat dan lingkungan hidup komponen biotik berupa suhu, tingkat
kecerahan, kedalaman, serta tipe substrat yang berupa batu. Komponen abiotik
berpengaruh terhadap keberadaan komponen biotik. Lebar dan kedalaman sungai
berpengaruh terhadap kecepatan arus. Kecepatan arus kemudian dapat dijadikan
sebagai faktor pembatas bagi organisme dalam beradaptasi. Hubungan antara
organisme dengan lingkungannya ini menyebabkan terjadinya aliran energi dalam
sistem perairan mengalir. Selain aliran energi, di dalam ekosistem terdapat juga
struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman biotik serta siklus materi.

SARAN

Dari analisis data pada praktikum perairan mengalir ini, dalam Sungai Ciapus
terdapat sampah organik dan anorganik yang dibuang oleh masyarakat sekitar, namun
masih belum dikategorikan sebagai perairan yang tercemar karena masih banyak
organisme air yang hidup di Sungai Ciapus. Masyarakat yang bermukim di sekitar
daerah aliran sungai harus selalu memperhatikan dan menjaga lingkungan perairan
tersebut agar tidak menjadi tercemar. Kemudian masyarakat pun harus menjaga
kebersihan lingkungan sekitar dengan tidak membuang sampah ke sungai.

DAFTAR PUSTAKA

Arpaci O, Kency B, Ozet M, Dengzy Z, Kala D. 2008. Ecology. Istanbul [TR] :


Zambak Yayinlari.
Closs G, Barbara D, dan Andrew B. 2004. Freshwater Ecology. Australia [AUS] :
Blackwell Publishing.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta [ID] : Kanisius.
Ewusie JY. 1990. Ekologi Tropika. Bandung [ID] : Penerbit ITB
Indrawati I, Sunardi, Fitriyyah I. 2010. Perifiton sebagai indikator biolgi pada
pencemaran limbah domestik di Sungai Cikuda Sumedang. Prosiding
Seminar Nasional Limnologi V.
Irawan. 2009. Faktor-Faktor Penting dalam Proses Pembesaran Ikan di Fasilitas
Nursery dan Pembesaran.Bandung [ID] : ITB Press.
Odum EP. 1998. Dasar-Dasar Ekologi. 4re ed. Yogyakarta [ID] : Gadjah Mada
University Press.
Prabowo RE, Ardli ER, Sastranegara MH, Lestari W, Wijayanti G. 2010.
Biodiversitas dan bioteknologi sumberdaya akuatik. Prosiding Seminar
Nasional Biologi. Semarang.
Rahayu S, Widodo RH, van Noordwijk M, Suryadi I dan Verbist B. 2009. Monitoring
air di daerah aliran sungai. Bogor(ID):World Agroforestry Centre Southeast
Asia Regional Office.
Rakhmanda A. 2011. Estimasi populasi gastropoda di Sungai Tambak Bayan
Yogyakarta. Jurnal Ekologi Perairan. No. 1 : 1-7.
Rudiyanti S. 2009. Kualitas sungai Benger, Pekalongan berdasarkan indikator
biologis. Jurnal Saintek Perikanan. 4(2): 46-52.
Siregar MH. 2010. Keanekaragaman Plankton di Hulu Sungai Asahan Porsea.
[skripsi]. Medan [ID] : Universitas Sumatera Utara.
Soylu E N, and Gönülol A. 2003. Phytoplankton and seasonal variations of the River
Yeilırmak, Amasya, Turkey. Turkish Journal of Fisheries andAquatic Sciences
3: 1724
Wibowo H P, Purnomo T, Ambarwati R. 2014. Kualitas perairan sungai bengawan
solo di wilayah Kabupaten Bojonegoro berdasarkan indeks keanekaragaman
plankton. eJournal LenteraBio. Vol. 3(3): 209–215

LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Parameter Biologi


Tabel 3. Kepadatan perifiton Sungai Ciapus
Organisme Jumlah tercacah
3 8 13 Total
Stasiun
(Stasiun 2) (Stasiun 4) (Stasiun 7)
Ankistrodesmus 8 8
Closterium 2 7 9

Nitzshia nitzshia 2 2

Tetmemorus 1 1
Pandorina 1 1
Trebouxia 2 2
Gonatozygon 1 1
Synedra 2 2
Zygnema 2 2

A bristle-worm Nais 1 1

Phormodium 2 2
Cladophora 1 1
Pedicia 2 1

Tabel 4. Kepadatan makrozoobentos Sungai Ciapus


Organisme Jumlah tercacah
3 8 13 Total
Stasiun
(Stasiun 2) (Stasiun 4) (Stasiun 7)
Bythinia 1 1 2
Acilius 7 7

Ochthebius 1 1

Ceratopogon 1 1
Dryopid 1 1
Promoresia 6 6
Haliplus 1 1
Hydrochus 1 1
Goniobasis 1 1

A bristle-worm Nais 1 1

Elliptera 54 54
Chauliodes 2 2
Pkurocera 2 2
Isonychia 16 16
Cymbella 1 1
Pleurocera 1 1
Benacus 1 1
Lampiran 2. Contoh Perhitungan

1. Kecepatan arus

185 x 0,16
V= =0,98 m/s
30

Keterangan :
V = Kecepatan arus (m/s)
Cal.Fac = faktor kalibrasi (0.16)
No. of rev = angka tertera pada flow meter (m/30s)
s = waktu (30s)

2. Kelimpahan perifiton

30 ml 1
N= x x 22=3300 sel/cm 2
0,05 ml 4 cm 2

Keterangan :
N = Kepadatan fito-perifiton (sel/m2) dan zoo-perifiton (ind/m2)
Vr = Volume botol contoh (30 ml)
Vo = Volume satu tetes contoh (0.05 ml)
A = Luas bidang kerikan (4cm2)
n = jumlah perifiton tercacah

3. Kepadatan bentos

17
X= = 107,5 ind/m2
3 x (62 x 10 ¿ ¿−4 m2) ¿

Keterangan :
X : Kepadatan bentos (ind/m2)
x : Jumlah individu per satuan alat (ind)
M : Luas bukaan mulut alat (62x10-4 m2)
n : Jumlah pengulangan

Lampiran 3. Printscreen daftar pustaka


Lampiran 4. Dokumentasi
Lampiran 4. Dokumentasi

Pengukuran suhu menggunakan Pengukuran kedalaman sungai


termometer menggunakan paralon berskala

Pengukuran luas badan sungai dan luas Pengambilan benthos


sungai

Pengambilan perifiton
PEMBAGIAN TUGAS

Rudy Asa Nurafif (C24150083) :pie chart dan tabel


Agus Danu Prakoso (C24150085) : power point dan analisis data
Kartika Farah Hamidah (C24150086) : metode penelitian daftar pustaka
Olyander Lea (C24150088) : pendahuluan, landasan teori, dan abstrak
Denanda Febry (C24150090) : kesimpulan dan saran
Claudia Olivia (C24150092) : pembahasan dan hasil

Anda mungkin juga menyukai