Anda di halaman 1dari 8

EKOSISTEM ESTUARI

Nandha Putri Febriana


16/394247/PN/14486
Budidaya Perikanan

INTISARI
Ekosistem estuari adalah ekosistem perairan semi tertutup yang berhubungan bebas dengan
laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar. Estuari
adalah jenis perairan yang memiliki variasi yang tinggi ditinjau dari faktor fisik, kimia,
biologi, ekologi, dan jenis habitat yang terbentuk di dalamnya. Praktikum ini bertujuan untuk
mempelajari karakteristik ekosistem estuari (muara) dan faktor pembatasnya, mempelajari
korelasi antara beberapa tolokukur lingkungan dengan populasi biota estuari, dan
mempelajari kualitas perairan estuari berdasarkan atas indeks diversitas plankton. Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 11 Maret 2017 pukul 10.00-13.00 WIB di Pantai Baros,
Kabupaten Bantul. Prakikum ini dibagi menjadi 6 stasiun dimana setiap stasiun dibagi
menjadi 2 kloter. Setiap kloter mengamati 3 parameter yaitu parameter kimia (CO, DO,
TSS, pH,BO, BOD-0, BOD-5, dan salinitas), parameter fisik (suhu udara, suhu air, dan
kecerahan), parameter biologi (keadaan lingkungan sekitar, densitas plankton, dan diversitas
plankton). Berdasarkan data yang diperoleh kandungan DO tertinggi berada pada stasiun 3
kloter 2 yaitu sebesar 6,35 ppm. BOD-0 tertinggi berada pada stasiun 2 kloter 1 yaitu sebesar
7,95 ppm sedangkan BOD-5 tertinggi berada pada stasiun 2 kloter 2. Diversitas plankton
tertinggi berasa pada stasiun 3 kloter 1 yaitu sebesar 4,84.
Kata kunci : densitas, diversitas, ekosistem, estuari, parameter, stasiun.

PENDAHULUAN
Estuari merupakan daerah yang mempunyai sejumlah besar bahan organik, sejumlah
besar organisme, dan produktivitas yang tinggi. Produktivitas primer di sekitar estuari bukan
sumber bahan organik satu-satunya. Estuari berperan sebagai tempat penimbunan bahan-
bahan organik yang di bawa oleh sungai atau dibawa masuk dari laut. Peranan produktivitas
primer dalam sistem estuari sulit untuk diperhitungkan sumbangannya terhadap produksi
organik total karena beberapa alasan. Alasan utama karena hanya sedikit herbivora yang
langsung makan tumbuhan. Oleh karena itu, kebanyakan bahan tumbuhan harus dihancurkan
dulu menjadi detritus sebelum memasuki berbagai jaringan makanan. Proses penguraian ini
melibatkan kerja bakteri (Nybakken, 1992).
Pengaruh campuran massa air tawar dan air laut di estuari menghasilkan suatu kondisi
lingkungan dan komunitas biota yang khas, komplek dan dinamis yang tidaksama dengan air
tawar atau air laut.Dinamika tersebut sangat terkait dengan poladistribusi salinitas, kekuatan
arus, amplitudo pasang-surut, kekuatan ombak, pengendapansedimen, suhu, oksigen serta
penyediaan unsur hara (Suyasa dkk., 2008).
Estuari memiliki perairan yang keruh. Keruhnya perairan estuaria menyebabkan
hanya tumbuhan mencuat yang dapat tumbuh mendominasi. Rendahnya produktivitas
primer di kolom air, sedikitnya herbivora dan terdapatnya sejumlah besar detritus
menunjukkan bahwa rantai makanan pada ekosistem estuaria merupakan rantai makanan
detritus. Detritus membentuk substrat untuk pertumbuhan bakteri dan algae yang
kemudian menjadi sumber makanan penting bagi organisme pemakan suspensi dan
detritus. Suatu penumpukan bahan makanan yang dimanfaatkan oleh organisme estuaria
merupakan produksi bersih dari detritus ini. Fauna di estuaria, seperti ikan, kepiting,
kerang, dan berbagai jenis cacing berproduksi dan saling terkait melalui suatu rantai
makanan yang kompleks (Bengen, 2001).
Secara umum estuaria mempunyai peran ekologis penting antara lain : sebagai sumber
zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang surut (tidal circulation),
penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan yang bergantung pada estuaria sebagai tempat
berlindung dan tempat mencari makanan (feeding ground) dan sebagai tempat untuk
bereproduksi dan/atau tempat tumbuh besar (nursery ground) terutama bagi sejumlah spesies
ikan dan udang. Perairan estuaria secara umum dimanfaatkan manusia untuk tempat
pemukiman, tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan, jalur transportasi,
pelabuhan dan kawasan industri (Bengen, 2001).
Di wilayah ini terjadi percampuran antara masa air laut dengan air tawar dari daratan,
sehingga air menjadi payau dengan salinitas berkisar antara 5 16,5 %. Kombinasi pengaruh
air laut dan air tawar akan menghasilkan suatu komunitas yang khas, dengan lingkungan yang
bervariasi(Supriharyono, 2000) antara lain:
1. Tempat bertemunya arus air dengan arus pasang-surut, yang berlawanan menyebabkan
suatu pengaruh yang kuat pada sedimentasi, pencampuran air dan ciri-ciri fisika lainnya, serta
membawa pengaruh besar pada biotanya.
2. Pencampuran kedua macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisika lingkungan khusus
yang tidak sama dengan sifat air sungai maupun air laut.
3. Perubahan yang terjadi akibat adanya pasang-surut mengharuskan komunitas mengadakan
penyesuaian secara fisiologis dengan lingkungan sekelilingnya.
4. Tingkat kadar garam didaerah estuaria tergantung pada pasang-surut air laut, banyaknya
aliran air tawar dan arus-arus lainnya, serta topografi daerah estuaria tersebut.
Berdasarkan adaptasinya organisme di lingkungan estuaria mempunyai 3 tipe adaptasi
untuk mempertahankan hidupnya (Kennish, 1990) yaitu :
1. Adaptasi morfologis yaitu : organisme yang hidup di lumpur memiliki rambut-rambut
halus (setae) untuk menghambat penyumbatan-penyumbatan permukaan ruang
pernapasan oleh partikel lumpur.
2. Adaptasi fisiologis yaitu : berkaitan dengan mempertahankan keseimbangan ion cairan
tubuh dalam menghadapifluktuasi salinitas eksternal.
3. Adaptasi tingkah laku pembuatan lubang ke dalam lumpur oleh rganisme, khususnya
invertebrata.
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mempelajari karakteristik ekosistem estuari
(muara) dan faktor pembatasnya, mempelajari korelasi antara beberapa tolokukur lingkungan
dengan populasi biota estuari, dan mempelajari kualitas perairan estuari berdasarkan atas
indeks diversitas plankton.

METODE PENELITIAN
Praktikum ini dilakukan pada hari Sabtu, 11 Maret 2017 pukul 10.00-13.00 WIB di
Pantai Baros, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah roll-meter, termometer,
salinometer atau refraktometer, botol oksigen, erlenmeyer, gelas ukur, pipet ukur atau buret,
pipet tetes, mikroburet, ember plastik, jaring plankton, Sedgwick-Rafter, mikroskop, kertas
label, dan alat tulis. Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah pH meter, larutan
MnSO, larutan reagen oksigen, larutan HSO pekat, larutan 1/80 N NaSO, larutan 1/40
N NaSO, larutan 1/44 N NaOH, larutan 1/50 N HSO, larutan 1/50 N HCl, larutan
indikator amilum, larutan indikator Phenolphphtalein (PP), larutan indikator Methyl Orange
(MO), dan larutan 4% formalin.
Praktikum ini dibagi menjadi 6 stasiun dimana setiap stasiun dibagi menjadi 2 kloter.
Setiap kloter mengamati 3 parameter perairan baik fisik, kimia, dan biologi. Metode yang
digunakan untuk mengukur parameter fisika seperti dalam hal pengukuran suhu air dan udara
menggunakan termometer, pengukuran pH menggunakan pH-meter serta TSS (Total
Suspended Solid) menggunakan metode gravimetri dengan rumus perhitungan :
1000
Kandungan padatan tersuspensi total = (B A) mg/l ; dimana A adalah berat kertas
y
saring sebelum digunakan, B adalah berat kertas saring setelah digunakan, dan Y adalah
volume air sampel.
Pada parameter kimia, pengukuran CO2 bebas menggunakan Metode Alkalimetri.
CO2 bebas = 1000/50 x Y x 1mg/L ; dimana Y adalah volume titrasi 1/44 N NaOH.
Pengukuran DO dengan metode Winkler, DO = 1000/50 x A x 0,1 mg/L ; dimana A adalah
volume titrasi 1/80 N Na2S2O3. Perhitungan BOD-5 menggunakan rumus:
1000
Kandungan BOD5 = volume sampel x (B A) x 0,1 mg/l ; dimana A adalah hasil analisis
kandungan O2 terlarut segera dan B adalah hasil analisis kandungan O2 terlarut 5 hari.
1000
Perhitungan Bahan Organik (BO) menggunakan rumus: = x [ { (10 + a) x f} 10 ] x
50
0,3163 mg/l ; dimana a adalah volume titran (ml) dan f adalah faktor koreksi Kalium
permanganat (diperoleh dari standar). 1 ml 0,01 N Kalium permanganat = 0,3163 mg bahan
organik.
Parameter biologi yaitu menghitung densitas dan diversitas plankton.
Rumus Diversitas plankton adalah

dimana H adalah indeks diversitas Shannon-Wiener, Pi adalah ni/N, Ni adalah jumlah


individu jenis ke-i, N adalah jumlah total individu, dan S adalah jumlah genera.
Rumus Densitas Plankton adalah N = n x (Vr/Vo) x (1/Vs) ; dimana N adalah jumlah sel per
liter, N adalah jumlah sel yang diamati, Vr adalah volume air tersaring (mL), Vo adalah
volume air yang diamati (pada Sedgwick Rafter) (mL), dan Vs adalah volume air yang
disaring (l).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengamatan ekosistem estuari ini dilakukan di Pantai Baros, Desa Tirtohargo,
Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY. Vegetasi di sekitar muara sungai meliputi pohon
bakau, pohon pisang, pohon cemara pantai, rumput, dan eceng gondok. Aktivitas pada
sekeliling pantai yaitu terdapat orang yang sedang mencari ikan, terdapat kapal nelayan dan
kapal wisata, serta terdapat dermaga kecil. Warna air tergolong keruh dan terdapat banyak
sampah yang hanyut hingga tersangkut di kawasan muara sehingga tepi pantai tampak kotor.
Saat melakukan pengamatan, cuaca nampak cerah, angin agak kencang dan terik. Terdapat
beberapa macam biota di sekitar muara, meliputi kepiting bakau, ikan, dan bebek,semut,
capung, dan belalang.

Tabel Pengamatan Ekosistem Estuari

No Parameter Nilai di setiap Stasiun


Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6
1 Oksigen 6.1 4.62 6.28 4.86 5.405 2.82
terlarut (ppm)
2 BOD 0 (ppm) 5.6 7.95 4.96 4.2 4.7 2.83
3 BOD 5 (ppm) 0 0.8 0 0 0 0.8
4 BOD (ppm) 5.6 7.15 4.96 4.2 4.7 2.03
5 Diversitas 2.67 3.31 4.84 3.38 4.49 3.45
plankton
Tabel 1 Data 6 stasiun berdasarkan kloter 1

No Parameter
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Stasiun 6
1 Oksigen 4.45 4.60 6.35 4.29 5.90 3.95
terlarut (ppm)
2 BOD 0 (ppm) 4.3 5.85 4.25 3.06 5.70 5.05
3 BOD 5 (ppm) 0 4.10 0 0 3.20 3.2
4 BOD (ppm) 4.3 1.75 4.25 3.06 2.50 1.85
5 Diversitas 3.70 2.08 1.89 4.21 4.41 1.12
plankton
Tabel 2 Data 6 Stasiun berdasarkan kloter 2
Suhu Udara (C) 30,50
Suhu Air (C) 34,50
Kecerahan 19
TSS 380
pH 8,08
DO (ppm) 5,90
CO2 (ppm) 14,23
BOD 0 5,70
BOD 5 3,20
BOD 2,50
BO 79,70
Salinitas 0
Diversitas plankton 4.41
Densitas plankton (indv/L) 74680

Tabel Hasil Pengamatan Stasiun 6 Kloter 2

Suhu air adalah parameter fisika yang dipengaruhi oleh kecerahan dan kedalaman.
Suhu air di estuari lebih bervariasi daripada di perairan pantai sekitarnya. Hal ini terjadi
karena di estuari volume air lebih kecil, sedangkan luas permukaan lebih besar. Dengan
demikian pada kondisi atmosfer yang ada, air estuari lebih cepat panas dan lebih cepat dingin.
Pada suhu udara diperoleh data sebesar 30,50C dan suhu air sebesar 34,50C. Kecerahan
sebesar 19.
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan data kandungan TSS pada stasiun 5 kloter 2
adalah 380 mg/l. Total Suspended Solid (TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter > 1
m) yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 m. TSS terdiri atas
lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah
atau erosi tanah yang terbawa ke badan air (Effendi, 2003).
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan data kandungan oksigen terlarut pada stasiun
1-6 kloter 1 adalah 6.1 ppm, 4.62 ppm, 6.28 ppm, 4.86 ppm, 5.405 ppm, 2.82 ppm.
Sedangkan pada kloter 2 sebesar 4.45 ppm, 4.60 ppm, 6.35 ppm, 4.29 ppm, 5.90 ppm, 3.95
ppm. Dari data tersebut kandungan DO tertinggi berada pada stasiun 3 kloter 2. Kebutuhan
oksigen untuk tiap jenis biota air berbeda-beda, tergantung dari jenisnya dan kemampuan
untuk mentolelir naik turunnya oksigen. Pada umumnya semua biota yang dibudidayakan
tidak mampu mentolelir perubahan oksigen yang mendadak. Kadar oksigen terlarut pada
perairan alami biasanya kurang dari 10 mg/liter. Oksigen terlarut dalam air 5-6 ppm
di anggap paling ideal untuk tumbuh dan berkembangbiak ikan, plankton, dan tanaman air
( Effendi, 2003).
Berdasarkan hasil yang diperoleh kandungan CO bebas pada stasiun 5 kloter 2 yaitu
sebesar 14,23 ppm. Kualitas air akan semakin buruk apabila kandungan CO bebas semakin
tinggi. Tingginya kadar CO bebas ini disebabkan faktor respirasi tumbuhan air dan aktivitas
organisme aerob maupun anaerob.
Salinitas pada stasiun 5 kloter 2 yaitu sebesar 0. Menurut Effendi (2003) salinitas perairan
estuari biasanya lebih rendah daripada salinitas perairan sekelilingnya. Di mulut sungai,
salinitas bervariasi sangat besar pada saat pergantian musim yaitu musim hujan dan musim
kemarau. Salinitas menggambarkan padatan total di dalam air, setelah semua karbonat
dikonversi menjadi oksida, semua bromide dan iodide digantikan oleh klorida, dan semua
bahan organik telah dioksidasi.
Pada stasiun 5 kloter 2 diperoleh pH sebesar 8,08. Hal ini berarti kondisi perairan
diatas netral atau lebih basa. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan
menyukai nilai pH sekitar 7-8,5 (Effendi, 2003).
BOD-0 pada stasiun 1-6 kloter 1 berturut-turut adalah 5.6, 7.95, 4.96, 4.2, 4.7, dan
2.83 sedangkan pada kloter 2 sebesar 4.3, 5.85, 4.25, 3.06, 5.70, dan 5.05. Dari data tersebut
BOD-0 tertinggi berada pada stasiun 2 kloter 1. BOD-5 pada stasiun 1-6 kloter 1 adalah 0,
0.8, 0, 0, 0, dan 0,8 sedangkan pada kloter 2 sebesar 0, 4.10, 0, 0, 3.20, dan 3.2. BOD-5
tertinggi berada pada stasiun 2 kloter 2. BOD pada stasiun 1-6 kloter 1 berturut-turut adalah
5.6, 7.15, 4.96, 4.2, 4.7, dan 2.03 sedangkan pada kloter 2 adalah 4.3, 1.75, 4.25, 3.06, 2.50,
dan 1.85. BOD tertinggi berada pada stasiun 2 kloter 1. Berdasarkan hasil percobaan
didapatkan data kandungan bahan organik pada stasiun 5 kloter 2 adalah sebesar 79,70 ppm.
Nilai densitas digunakan untuk mengetahui kerapatan dari tumbuhan, untuk
mengetahui kepadatan dari populasi ikan dan juga digunakan untuk mengetahui kepadatan
plankton di suatu area. Densitas plankton yang diperoleh pada stasiun 5 kloter 2 yaitu sebesar
74680 indv/L.
Diversitas merupakan keanekaragaman suatu organisme yang menempati suatu
ekosistem bersama. Semakin tinggi diversitas, maka semakin baik perairan tersebut. Data
diversitas plankton yang diperoleh pada stasiun 5 kloter 2 adalah 4.413716068.
Adapun hubungan parameter sebagai berikut :
Dari pengamatan didapatkan data suhu air stasiun 5 kloter 2 adalah 34,5C dan suhu
udara 30,5C kemudian hasil perhitungan DO sebesar 5,90 ppm dan hasil perhitungan CO2
adalah 14,23 ppm. Dapat disimpulkan bahwa adanya korelasi antara 3 faktor parameter
tersebut, suhu sangat berpengaruh terhadap kadar oksigen, apabila suhu pada perairan
meningkat maka oksigen dalam air akan berkurang karena dengan meningkatnya suhu, maka
organisme banyak membutuhkan oksigen dalam menyesuaikan perubahan dalam air
(Lesmana, 2001).
Dari pengamatan yang dilakukan didapatkan kandungan CO bebas di stasiun 5 kloter
2 adalah 14,23 ppm dengan pH sebesar 8,08. Di air laut, pH terus bervariasi karena adanya
respirasi dan fotosintesis. Saat malam hari, jumlah CO naik sebagai hasil proses respirasi.
CO bebas dilepaskan dan bereaksi dengan air membentuk asam karbonat (yang kemudian
direduksi menjadi bikarbonat dan karbonat), membuat temperatur dan pH menjadi lebih
rendah, sehingga semakin tinggi CO pH nya semakin rendah (Mulyanto,2011).
Didapatkan hasil perhitungan BO di stasiun 5 kloter 2 adalah 79,70 ppm dan hasil
perhitungan BOD sebesar 2,5 ppm .Kadar oksigen terlarut di pengaruhi juga dengan kegiatan
fotosintesis, dekomposisi bahan organik dan oksidasi bahan anorganik. Tanaman air yang
memerlukan CO2 dalam proses fotosintesis yang kemudian akan menghasilkan oksigen
namun dalam kegiatan dekomposisi dan oksidasi kadar oksigen yang terlarut dapat
berkurang (Effendi, 2003).
Dari pengamatan yang dilakukan didapatkan hasil perhitungan TSS di stasiun 5 kloter
2 sebesar 380 mg/l dengan hasil perhitungan BO sebesar 79,70 ppm. Padatan tersuspensi total
(total suspended solid) adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter > 1 m) yang tertahan pada
saringan millipore dengan diameter pori 0,45 m. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta
jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa
ke badan air (Effendi, 2003)
Dari pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil perhitungan TSS di stasiun 5 kloter 2
sebesar 380 mg/l dengan perhitungan densitas plankton sebesar 74680 indv/L. Apabila TSS
tinggi, maka densitas plankton juga tinggi. Namun jika TSS dan densitas plankton itu tinggi,
maka kecerahan akan rendah. Hal ini dikarenakan TSS dan plankton akan menghalangi sinar
matahari untuk masuk ke dalam air (Tarigan,2003).

KESIMPULAN
Ekosistem estuari adalah ekosistem perairan semi tertutup yang berhubungan bebas
dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar.
Ekosistem estuari yang diamati memiliki diversitas plankton sebesar 4.413716068 sehingga
perairan tersebut masuk dalam kategori sangat baik menurut indeks diversitas Shannon
Wienner. Sedangkan hasil yang diperoleh pada pengukuran TSS sebesar 380 mg/l sehingga
perairan tersebut masih dalam kondisi batas aman. Perairan yang tidak aman memiliki TSS
lebih dari 400 mg/l. Perairan alami memiliki nilai BOD berkisar antara 0.5-7.0 mg/L. Pada
pengukuran BOD stasiun 5 kloter 2 diperoleh data sebesar 2,5 mg/L.

DAFTAR PUSTAKA

Bengen, D., 2001. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut serta Prinsip
Pengelolaanya. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. IPB.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan
Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Kenish, M. J. 1990.Ecology of Estuaries. Vol II: Biological. CRC Press, Inc Boca Raton.
USA. 391p.

Lesmana, D. S. 2001. Budi Daya Ikan Hias Air Tawar. Cetakan Pertama. Penebar Swadaya.
Jakarta

Mulyanto. 2011. Gas-Gas Terlarut dalam Air Laut. Universitas Brawijaya Press. Malang

Nybakken, J. W., 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia. Jakarta

Supriharyono., 2000. Pelestarian dan pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir
Tropis. PT. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta.
Suyasa, N.I, M. Nurhudah & S. Rahardjo. 2010. Ekologi Perairan. Sekolah Tinggi Perikanan
Jakarta.Penerbit STP Press. Jakarta.

Tarigan, M.S. dan Edward. 2003. Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended
Solid) Di Perairan Raha, Sulawesi Tenggara. MAKARA, SAINS, VOL. 7, NO. 3.
LIPI.

Anda mungkin juga menyukai