Anda di halaman 1dari 10

USULAN PENELITIAN NONEKSPERIMENTAL

1. Judul Penelitian : Pengkajian Perairan Tawar Dengan Mengunakan


Indeks Biotik Nekton di Danau Ulin, Kampus UI
Depok, Jawa Barat.

2. KBI : Zoologi
3. Research Group : Community Ecology and Environmental Biology
(CEEB)
4. Ruang lingkup : Freshwater Ecology
5. Pelaksana Penelitian
a. Nama Mahasiswa : Cahyati
b. NPM : 1906287244
c. Jumlah Semester : 6 (enam)
6. Tempat Penelitian : Danau Ulin, Laboratorium Ekologi Biologi FMIPA
Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat.

7. Pembimbing Penelitian
a. Pembimbing 1 : Drs. Erwin Nurdin, M.Si
b. Pembimbing 2 : Drs. Wisnu Wardana, M.Si.
8. Lama Penelitian : -
9. Sumber Dana : Pribadi

MENYETUJUI Depok, 1 Februari 2022


PEMBIMBING
I. Drs. Erwin Nurdin, M.Si

NIP. 195911071987031004
II. Drs. Wisnu Wardana, M.Si. (Cahyati)
NIP. 195906041987031001 NPM. 1906287244
1. LATAR BELAKANG

Ekosistem perairan tawar di bumi meliputi ekosistem danau, rawa, mata air,
kolam, dan sungai (Rafi’i & Maulana 2018: 94). Ekosistem air tawar memiliki
karakteristik yaitu variasi suhu tidak mencolok, penetrasi cahaya kurang, dan
terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya
telah beradaptasi (Rosmawati 2019:21). Ekosistem perairan tawar terdiri atas ekosistem
lotik dan lentik. Ekosistem lotik merupakan perairan dengan aliran air yang mengalir
sedangkan ekosistem lentik merupakan perairan dengan aliran air yang tenang dan diam
seperti danau, rawa, dan kolam (Rafi’i & Maulana 2018: 94).
Danau adalah perairan tergenang yang luasnya dapat mencapai ratusan meter
persegi. Perubahan temperatur yang drastis terjadi di danau atau disebut juga sebagai
termoklin. Termoklin dapat memisahkan daerah yang hangat di atas dengan daerah
dingin di dasar(Rosmawati 2019:22).Berdasarkan letak dan intensitas cahaya, danau
memiliki zonasi yang dikelompokkan menjadi tiga zona. Zona litoral yaitu daerah
perairan dangkal (area pantai danau), zona limnetik yaitu daerah air terbuka pada
kedalaman cahaya yang efektif (banyak nutrisi), zona profundal yaitu bagian dasar
danau yang dalam, dan tidak tercapai oleh penetrasi cahaya (Lihawa & Mahmud 2017:
260). Berdasarkan intensitas cahaya, danau dibagi menjadi zona euphotic yaitu daerah
ketika cahaya masih dapat menembus ke dalam daerah tersebut dengan intensitas yang
cukup sehingga memungkinkan terjadinya fotosintesis, zona disphotic adalah daerah
pada intensitas cahaya matahari yang mulai menurun drastis sehingga tidak
memungkinkan terjadinya fotosintesis, dan zona aphotic adalah zona yang tidak
terdapat cahaya matahari sama sekali (Gaffney & Marley 2019:224).
Nekton merupakan organisme yang dapat berenang melawan arus dan bergerak
aktif dengan keinginannya sendiri. Contohya seperti ikan, amfibi, dan serangga air
besar. Nekton memiliki pergerakan yang aktif dalam air laut dapat berupa berbagai jenis
ikan, cumi, kura-kura, udang, ikan paus dan lain-lain. Nekton termasuk perenang yang
bergerak dari satu wilayah ke wilayah lain dengan tidak tergantung pada arus air.
Nekton terdiri dari sekelompok hewan vertebrata yang mendominasi diantaranya yaitu
ikan bertulang sejati (Teleostei), ikan bertulang rawan (Chondrostei), mamalia, dan
reptil. Ikan termasuk kelompok terbesar dari anggota nekton (Afiati dkk, 2006:14).
Danau Ulin terletak di sebelah Bojong Empat dan terletak di Jawa Barat,
Indonesia. Danau Ulin memiliki panjang 1,73 kilometer.Danau Ulin berlokasi di antara
Danau Puspa dan Danau Salam. Danau Ulin sudah ada sejak tahun 1998 dengan luas
72.000 m2. Danau ini mulai mengalami sedimentasi sehingga dilakukan pengerukan
(Chrisdikanada 2021:1). Selain itu, Danau Ulin masih belum ditelusuri lebih lanjut
keanekaragaman biota yang hidup di dalamnya, salah satunya organisme nekton yang
belum banyak dikaji pada Danau Ulin. Oleh karena itu, penelitian ini dapat dilakukan
dengan mengukur indeks biotik nekton sehingga dapat menggambarkan lebih lanjut
bagaimana keanekaragamanya terhadap kualitas perairan danau.
Sebagian besar kualitas air danau di Indonesia banyak mengalami pencemaran
dikarenakan adanya pengaruh dari aktivitas manusia, industri dan pertanian. Danau
dikatakan tercemar atau tidak tercemar apabila dibandingkan dengan baku mutu
parameter fisika, kimia dan biologi yang sudah ditetapkan/ditentukan oleh Pemerintah,
Kementerian Kesehatan atau Kementerian Lingkungan hidup. Indikator pencemaran
danau dapat dilihat dari aspek kimia, yang meliputi: kandungan ammonia, nitrat, dan
fosfat yang sudah melebihi batas baku mutu.

2. RUMUSAN MASALAH, TUJUAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Rumusan Masalah


Kondisi fisik, kimia keragaman jenis biota teutama nekton pada Danau Ulin
sejauh ini belum diketahui dan dikaji lebih lanjut.Berdasarkan peneltian sebelumnya
yang dilakukan oleh Isnaini (2011) yaitu mengenai pengkajian kualitas air
menggunakan salah satu indeks biotik fitoplankton telah dilakukan di Situ Salam,
Kampus UI, Depok yang menunjukan bahwa kualitas perairan Situ Salam masih
tergolong normal berdasarkan uji standar kualitas air atau water quality index (WQI).
Beberapa tahun terakhir diketahui Danau Ulin dalam kondisi kritis akibat adanya
pecemaran dan sedimentasi. Pencemaran yang terjadi diketahui berasal dari banyaknya
limbah pabrik dan perumahan yang tidak terorganisasi dengan baik sehingga bermuara
ke danau. Aktivitas dari banyaknya penduduk yang tinggal di sekitar danau tersebut
dapat mempengaruhi lingkungan perairan danau sehingga dapat berdampak pada
menurunnya keanekaragaman ikan yang akan berpengaruh terhadap kualitas perairan
di sekitar danau. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikaji mengenai tingkat
keanekaragaman nekton dan hubungan kondisi fisik serta keterkaitannya dengan
parameter kualitas perairan di Danau Ulin.

2.2. Tujuan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman indeks
biotik nekton dan keterkaitan antara parameter fisika serta kimia dengan kualitas
perairan di Danau Ulin, Kampus UI Depok.
2.3. Hipotesis
Peningkatan pencemaran dan sedimentasi yang terjadi pada perairan danau
secara terus menerus akan mempengaruhi keanekaragaman nekton yang semakin
menurun serta dapat mengurangi tingkat kualitas air yang terdapat di perairan Danau
Ulin.
3. Tinjauan Pustaka

3.1. Ekosistem Perairan Tawar


3.2. Ekosistem Danau
3.3. Danau Ulin
3.4. Parameter Biologi
3.4.1. Nekton
3.4.2. Ekologi Ikan
3.4.3. Morfologi Ikan
3.5. Parameter Fisika
3.5.1. Bau, Warna, dan Tipe Substrat
3.5.2. Suhu Perairan
3.5.3. Kekeruhan Perairan (Turbiditas)
3.5.4. Kecerahan Perairan (Transparasi)
3.5.5. Kedalaman Perairan
3.6. Parameter Kimia
3.6.1. Oksigen Terlarut (DO)
3.6.2. pH
3.6.3. Salinitas
3.6.4. Nitrat

4. Metode Penelitian

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di 2 tempat yaitu di Danau Ulin untuk pengambilan sampel
dengan menggunakan 3 stasiun (outlet, midlet dan inlet) dan Laboratorium Ekologi
BIOLOGI FMIPA UI untuk isolasi dan identifikasi sampel. Penelitian akan dilakukan
dari bulan Maret 2021 hingga selesai. Peta lokasi dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Danau Ulin

4.2. Alat dan Bahan Penelitian

Peralatan yang digunakan untuk mengambil sampel dan mengukur parameter


lingkungan perairan berupa electrofishing, pH meter, termometer, DO meter, bola
duga, Global Position System (GPS), stopwatch, spidol, kertas millimeter, secchi disk,
lakban, kertas label, cool box, tali plastik, plastik 10 kg, backpack electrofishing unit,
kamera digital, Vernier Optical Dissolved Oxygen Probe, Vernier LabQuest Stream,
Vernier Graphical Analysis, ponsel, kertas, alat tulis, cutter, penggaris, dan buku
acuan identifikasi ikan (Manullang 2021:26-27).Bahan yang digunakan pada
penelitian ini yaitu sampel ikan, tissue, dan alkohol 70
4.3. Cara Kerja
Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur langsung di lapangan dan hasil
analisis air di Laboratorium. Pemilihan titik sampling ditentukan berdasarkan alur arus
air situ. Pengambilan sampel ditentukan dengan tiga stasiun yaitu Inlet, Midlet dan
Outlet. Pada masing-masing stasiun diambil tiga titik sampling sehingga terdapat total
keseluruhan 9 titik sampling. Pengukuran parameter air diambil langsung dari sampel
pada masing-masing stasiun. Parameter yang diukur meliputi parameter fisika, kimia
dan biologi (Isnaini 2011:23-24).

4.3.1. Pengukuran Parameter Fisika

Parameter Fisika perairan Danau Ulin yang diukur diantaranya yaitu bau, warna
dan tipe substrat secara visual, suhu perairan, turbiditas/kekeruhan, kecerahan,
perairan/transparansi, dan kedalaman perairan. Penentuan bau pada diukur
menggunakan indra penciuman dan interpretasikan seperti tidak berbau, amis, busuk,
dan sebagainya. Penentuan warna dan tipe substrat ditentukan secara visual dengan
mata secara langsung pada perairan Danau Ulin. Suhu perairan diukur dengan cara
mencelupkan sebagian termometer raksa pada perairan. Termometer tidak boleh
dipegang secara langsung agar suhunya murni dari suhu air.
Turbiditas diukur dengan menggunakan 3 botol sampel sebagai pengujian sampel
air di titik inlet, midlet, dan outlet. Setiap botol diisi dengan sampel air menggunakan
pipet hingga mencapai batas garis. Kemudian, botol uji dibersihkan menggunakan
kain dan jangan sampai tertinggal kotoran serta sidik jari. Selanjutnya, botol uji
dimasukkan pada alat turbidity sensor Vernier. Tingkat kekeruhan akan terdeteksi
otomatis pada aplikasi Vernier Graphical Analysis. Data tingkat kekeruhan perairan
diambil saat grafik sudah stabil. Kecerahan perairan diamati secara visual
menggunakan Secchi disk. Lempengan secchi disk yang sudah terikat tali dimasukkan
ke dalam lokasi perairan hingga tidak terlihat oleh mata. Secchi disk yang sudah
dimasukan ke dalam perairan kemudian dilihat skala dimana secchi disk masih terlihat
jelas (D1) dan skala dimana Secchi disk terlihat remang-remang (D2).
Kedalaman lokasi sampel perairan Danau Ulin dilakukan dengan tali yang diikat
dengan berat. Berat pada tali diturunkan secara perlahan, kemudian ketika sudah
mencapai dasar, tali ditarik kembali ke atas. Kedalaman dihitung menggunakan
meteran berdasarkan tanda batas air. Seluruh pengukuran dilakukan dengan
pengulangan sebanyak 2 kali.
Kecerahan perairan dapat dinilai dengan angka kuantitatif dengan satuan
meter/persen dengan rumus berikut:
Kecerahan = D1 + D2 / 2
Keterangan: D1 = Kedalaman ketika Secchi disk tidak terlihat
D2 = Kedalaman ketika Secchi disk mulai terlihat
Perhitungan kedalaman lokasi sampel dilakukan dengan menggunakan alat
secchi disk. Alat tersebut pada umumnya digunakan untuk menghitung
kecerahan.Kedalaman dapat juga diukur dengan Secchi disk yang diikat dengan tali
diturunkan ke dalam air hingga menyentuh permukaan tepi danau. Jika secchi disk
dirasa sudah menyentuh permukaan maka tali yang mengikat alat tersebut ditandai
dengan dijepit dengan tangan. Setelah itu secchi disk ditarik kembali ke atas dan tali
yang sudah ditandai dihitung dengan meteran. Setelah itu, data kedalaman yang sudah
didapat dicatat di kertas% (Isnaini 2011:21-26 ; Manullang 2021:26-27).

4.3.2. Pengukuran Parameter Kimia


4.3.2.1. Oksigen Terlarut (DO)
Pengukuran kadar oksigen terlarut atau dissolved oxygen (DO) dilakukan dengan
menggunakan alat Vernier Optical Dissolved Oxygen Probe yang terhubung dengan
Vernier LabQuest Stream supayya data dapat diamati menggunakan aplikasi Vernier
Graphical Analysis pada ponsel yang terhubung dengan alat melalui fitur bluetooth.
Pengukuran dilakukan dengan mencelupkan sensor optik pada bagian ujung probe ke
dalam botol berisi aquades untuk mengkalibrasi, lalu alat dibersihkan menggunakan
aquades kemudian dikeringkan perlahan menggunakan tisu, setelah itu alat
dicelupkan ke setiap botol sampel air (sampel air inlet, midlet, dan outlet), kemudian
hasil pengukurannya diamati menggunakan aplikasi Vernier graphical analysis
selama 15 detik. Data yang diperoleh dicatat untuk dibandingkan dengan data pada
literatur.
4.3.2.2. pH
Pengukuran pH dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu kertas indikator
pH, digital readout packet tester, dan portable and benchtop pH meter. Metode dengan
kertas indikator pH, yaitu kertas indikator dicelupkan pada air sampel yang telah
diambil dari Danau, kemudian dibiarkan beberapa saat, dan dicocokkan pada
indikator warna. Pada metode dengan alat portable and benchtop pH meter dapat
dilakukan dengan cara, elektroda atau probe dikeluarkan dari larutan penahan,
kemudian dibilas dengan distilled water atau H2O. Selanjutnya, 1⁄4 probe dimasukkan
ke gelas ukur yang berisi sampel air Danau dan pH akan diukur yang ditandai adanya
simbol hourglass. Kemudian, nilai pH dapat dilihat, apabila simbol hourglass telah
hilang. Setiap melakukan pengecekkan sampel air dengan alat portable and benchtop
pH meter, elektroda atau probe harus dibilas dengan distilled water dan disimpan di
dalam larutan penahan atau elektrolit untuk menjaga probe tetap lembab.
4.3.2.3. Salinitas
Salinitas air diukur dari 3 lokasi, yaitu di inlet, midlet, dan outlet pada Danau
Ulin. Pengukuran salinitas dilakukan dengan menyiapkan refraktometer, pipet, dan 3
botol (1 botol untuk 1 lokasi) terlebih dahulu. sampel air diambil dengan
menggunakan pipet. Setelah itu, air diteteskan pada bagian prisma refraktometer
hingga seluruh permukaan prisma tertutupi oleh air, kemudian refraktometer ditutup
secara perlahan. Refraktometer dipegang secara horizontal dan seimbang agar air
tidak mengalir keluar. Selanjutnya, lihat ke dalam ujung bulat refraktometer untuk
mengetahui hasil salinitas.
4.3.2.4. Nitrat
Pengukuran nitrat dilakukan dengan menggunakan alat GO Direct® Nitrate Ion-
Selective Electrode dan aplikasi Graphical. Langkah pertama yang dilakukan yaitu
mengkalibrasi terlebih dahulu menggunakan larutan kalibrasi 1 mg/L & 100 mg/L
dengan waktu masing-masing selama setengah jam. Setelah itu, sampel air diukur
kadar nitratnya dengan alat yang kemudian dicelup ke dalam sampel air. Tunggu hasil
hingga angka yang muncul pada layar handphone stabil (Isnaini 2011:21-26 ;
Manullang 2021:26-27).
.
4.3.3. Pengukuran Parameter Biologi

4.3.3.1. Pegambilan Sampel Nekton


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling Metode
ini dilakukan yaitu dengan menentukan tiga stasiun dengan karakteristik yang
berbeda.Penangkapan sampel ikan dilakukan dengan menggunakan alat backpack
electrofishing unit berisi rangkaian arus listrik positif dan negatif yang terhubung
dengan jaring dan alat setrum. Backpack dipasangkan pada tubuh lalu pengambilan
nekton dilakukan dengan menyetrum bagian perairan yang biasa menjadi tempat
hidup nekton dan jaring digunakan untuk memerangkap nekton. Pengambilan sampel
nekton dilakukan pada 3 stasiun yaitu outlet, midlet, dan inlet dengan kurun waktu 4
x 15 menit. Nekton yang tertangkap dimasukkan ke dalam ember,ziplock atau jar dan
diawetkan dengan alkohol 70% untuk selanjutnya sampel akan dibawa ke
laboratorium untuk diidentifikasi (Manullang 2021:30).

4.4.1. Uji Fecal Coliform


Pengukuran fecal coliform dihitung dengan penyaringan membrane filter
pada fecal coliform dan Eschericia coli. Pengukuran kedua bakteri tersebut
dilakukan dengan metode yang sama tetapi terdapat perlakuan yang berbeda pada
suhu inkubasi dan medium agar yang digunakan, Total coliform diinkubasi pada
suhu 35⁰C dengan medium M-Endo sedangkan total E.coli diinkubasi pada suhu
44,5⁰C menggunakan medium M-FC. Prinsipnya dengan memisahkan semua
bakteri pada membran (diameter pori 0,45 mikron) dan ditumbuhkan pada medium
agar (Isnaini 2011:25).
4.4.2. Analisis Data Hasil Penelitian
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran akan dianalisis dengan
menggunakan uji Water Quality Index Calculator (http://www.water-
research.net/waterqualityindex.htm) (Isnaini 2011:24).Sampel ikan yang
didapatkan akan dianalisis dianalisis secara deskriptif untuk melihat perbedaan
komposisi dan kelimpahan, serta stabilitas ekosistem perairan. Berdasarkan data
yang diperoleh diolah dengan menghitung kepadatan relative (KR), frekuensi
kehadiran (FK), indeks keanekaragaman (H’) Shannon-Wiener, indeks
keseragaman (E), indeks dominansi (C) dengan persamaan sebagai berikut
(Manullang 2021:31-34) :
Kepadatan relatif (KR)

Kepadatan relatif (KR) adalah perbandingan antara kelimpahan individu


tiap jenis dengan keseluruhan individu yang tertangkap dalam suatu komunitas
yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Odum 1994:56) sebagai berikut:

KR (%) =

Frekuensi kehadiran (FK)

Frekuensi kehadiran (FK) adalah perbandingan antara frekuensi spesies


dengan jumlah seluruh spesies yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus
(Odum, 1994) sebagai berikut:

FK (%) =

Indeks keanekaragam (H’)

Indeks keanekaragaman (H’) menggambarkan keanekaragaman jenis


dalam populasi, dengan menggunakan rumus persamaan Shannon-Wiener (Ludwig
dan Reynolds,1989:12) sebagai berikut:

H’ = -

Keterangan :

H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener

pi = Jumlah individu masing-masing jenis (i = 1,2,3,…)

S = Jumlah jenis

ln = Logaritma nature

pi = ∑ ni/N (perhitungan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan jenis

Indeks keanekaragaman (H’) terdiri dari beberapa kriteria yaitu :

H’ > 3,0 : menunjukan tingkat keanekaragaman yang sangat tinggi.


H’ > 1,5 – 3,0 : menunjukan tingkat keanekaragaman yang tinggi.
H’ > 1,0 – 1,5 : menunjukan tingkat keanekaragaman sedang.
H’ < 1 : menunjukan tingkat keanekaragaman rendah

Indeks keseragaman (E)

Indeks Keseragaman (E), yaitu kesamaan jumlah individu antar spesies dalam suatu
komunitas. Semakin merata penyebaran jumlah individu antar spesies maka semakin besar
derajat keseimbangan komunitas, yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut (Odum 1994:11) :
E=

Keterangan:

E = Indeks keseragaman

H maks = ln S

S = Jumlah spesies dalam komunitas


H’ = Indeks keanekaragaman Shannon Wienner
Menurut Krebs (1989:10), besarnya indeks keseragaman jenis berkisar antara 0
sampai dengan 1, dengan persamaan sebagai berikut:

Keterangan: E < 0,4 : Keseragaman jenis rendah

0,4 < E < 0,6 : Keseragaman jenis sedang

E > 0,6 : Keseragaman jenis tinggi

Indeks dominansi jenis (C)

Analisis ini berfungsi untuk mengetahui dominansi dari jenis tertentu,


adapun persamaannya sebagai berikut (Odum 1994:10).
C = -∑ ( )2

Keterangan :

C = Indeks dominansi simpson

S = Jumlah genera/spesies

Ni = Jumlah individu jenis ke-i

N = Jumlah total individu

Dimana nilai indeks dominansi antara 0-5, bahwa kriteria dominansi adalah sebagai
berikut:
Jika nilai C mendekati 0 (< 0.5), maka tidak ada spesies yang mendominasi.
Jika nilai C mendekati 1 (≥ 0.5), maka ada spesies yang mendominasi.
Daftar Acuan
Afiati, N., Y. S. B. Susilo, M. L. Tobing, &, H. Susiati. 2006. Rona awal plankton di perairan tapak PLTN Muria.
Jurnal Pengembangan Energi Nuklir 8(2): 49-65.

Chrisdikanada, A.2021. Mari Mengenal Danau-Danau yang ada di Kampus UI Depok.1hlm.


https://www.anakui.com/mari-mengenal-danau-danau-yang-ada-di-kampus-ui-depok/: 2 Maret
2022 pk. 15.00 WIB.

da Linne E. R., & Suryanto, A., Muskananfola, M. R. 2015. Tingkat Kelayakan Kualitas Air Untuk Kegiatan
Perikanan Di Waduk Pluit, Jakarta Utara. Vol 4(1). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Diponegoro: + 35-45 hlm

Gaffney, J.S. & N.A. Marley. 2019. Chemistry of Environmental Systems: Fundamental Principles and
Analytical Methods. Britania Raya, Wiley: xxi+ 541 hlm.

Isnaini,A. 2011. Penilaian Kualitas Air dan Kajian Potensi Situ Salam Sebagai Wisata Air di Universitas
Indonesia, Depok. Skripsi Sarjana S1 Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuam Alam, Universitas Indonesia, Depok: xvii + 61 hlm.

Kottelat, M., Anthony J, W, Sri, N, K, Soetikno, W., 1993. Freshwater Fishes Of Western Indonesia and
Sulawesi. Periplus Editions Ltd. In Collaboration With The Environmental Management
Development In Indonesia (EMDI) Project. Indonesia

Lihawa, F. & M. Mahmud. 2017. Evaluasi Karakteristik Kualitas Air Danau Limboto. Jurnal Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan 7(3): 260-266.

Ludwig, J. A. and J. F. Reynolds. 1988. Statistical Ecology A Primer On Methods and Computing. A Willey-
Interscience Publication, Canada.

Manullang, K. N. 2021. Keanekaragaman Nekton Di Sungai Mombang Kecamatan Batang Toru dan
Kecamatan Sibabangun. Skripsi Sarjana S1 Program Studi Manajemen SumberDaya Perairan
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan: xi + 56 hlm.

Odum, E. P. 1994. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press,
Yogyakarta.

Rafi’i, M. & F. Maulana. 2018. Jenis, Keanekaragaman dan Kemelimpahan Makrozoobentos di Sungai
Wangi Desa Banua Rantau Kecamatan Banua Lawas. Jurnal Pengelolaan Pendidikan Hayati 4(2):
94-101.

Rosmawati.2011.Ekologi Perairan.Hiliana Press,Bogor: 114 hlm.

Usman, H dan R. P. S. Akbar. 2006. Pengantar Statistika. Edisi Kedua. Bumi Aksara, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai