2. KBI : Zoologi
3. Research Group : Community Ecology and Environmental Biology
(CEEB)
4. Ruang lingkup : Freshwater Ecology
5. Pelaksana Penelitian
a. Nama Mahasiswa : Cahyati
b. NPM : 1906287244
c. Jumlah Semester : 6 (enam)
6. Tempat Penelitian : Danau Ulin, Laboratorium Ekologi Biologi FMIPA
Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat.
7. Pembimbing Penelitian
a. Pembimbing 1 : Drs. Erwin Nurdin, M.Si
b. Pembimbing 2 : Drs. Wisnu Wardana, M.Si.
8. Lama Penelitian : -
9. Sumber Dana : Pribadi
NIP. 195911071987031004
II. Drs. Wisnu Wardana, M.Si. (Cahyati)
NIP. 195906041987031001 NPM. 1906287244
1. LATAR BELAKANG
Ekosistem perairan tawar di bumi meliputi ekosistem danau, rawa, mata air,
kolam, dan sungai (Rafi’i & Maulana 2018: 94). Ekosistem air tawar memiliki
karakteristik yaitu variasi suhu tidak mencolok, penetrasi cahaya kurang, dan
terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya
telah beradaptasi (Rosmawati 2019:21). Ekosistem perairan tawar terdiri atas ekosistem
lotik dan lentik. Ekosistem lotik merupakan perairan dengan aliran air yang mengalir
sedangkan ekosistem lentik merupakan perairan dengan aliran air yang tenang dan diam
seperti danau, rawa, dan kolam (Rafi’i & Maulana 2018: 94).
Danau adalah perairan tergenang yang luasnya dapat mencapai ratusan meter
persegi. Perubahan temperatur yang drastis terjadi di danau atau disebut juga sebagai
termoklin. Termoklin dapat memisahkan daerah yang hangat di atas dengan daerah
dingin di dasar(Rosmawati 2019:22).Berdasarkan letak dan intensitas cahaya, danau
memiliki zonasi yang dikelompokkan menjadi tiga zona. Zona litoral yaitu daerah
perairan dangkal (area pantai danau), zona limnetik yaitu daerah air terbuka pada
kedalaman cahaya yang efektif (banyak nutrisi), zona profundal yaitu bagian dasar
danau yang dalam, dan tidak tercapai oleh penetrasi cahaya (Lihawa & Mahmud 2017:
260). Berdasarkan intensitas cahaya, danau dibagi menjadi zona euphotic yaitu daerah
ketika cahaya masih dapat menembus ke dalam daerah tersebut dengan intensitas yang
cukup sehingga memungkinkan terjadinya fotosintesis, zona disphotic adalah daerah
pada intensitas cahaya matahari yang mulai menurun drastis sehingga tidak
memungkinkan terjadinya fotosintesis, dan zona aphotic adalah zona yang tidak
terdapat cahaya matahari sama sekali (Gaffney & Marley 2019:224).
Nekton merupakan organisme yang dapat berenang melawan arus dan bergerak
aktif dengan keinginannya sendiri. Contohya seperti ikan, amfibi, dan serangga air
besar. Nekton memiliki pergerakan yang aktif dalam air laut dapat berupa berbagai jenis
ikan, cumi, kura-kura, udang, ikan paus dan lain-lain. Nekton termasuk perenang yang
bergerak dari satu wilayah ke wilayah lain dengan tidak tergantung pada arus air.
Nekton terdiri dari sekelompok hewan vertebrata yang mendominasi diantaranya yaitu
ikan bertulang sejati (Teleostei), ikan bertulang rawan (Chondrostei), mamalia, dan
reptil. Ikan termasuk kelompok terbesar dari anggota nekton (Afiati dkk, 2006:14).
Danau Ulin terletak di sebelah Bojong Empat dan terletak di Jawa Barat,
Indonesia. Danau Ulin memiliki panjang 1,73 kilometer.Danau Ulin berlokasi di antara
Danau Puspa dan Danau Salam. Danau Ulin sudah ada sejak tahun 1998 dengan luas
72.000 m2. Danau ini mulai mengalami sedimentasi sehingga dilakukan pengerukan
(Chrisdikanada 2021:1). Selain itu, Danau Ulin masih belum ditelusuri lebih lanjut
keanekaragaman biota yang hidup di dalamnya, salah satunya organisme nekton yang
belum banyak dikaji pada Danau Ulin. Oleh karena itu, penelitian ini dapat dilakukan
dengan mengukur indeks biotik nekton sehingga dapat menggambarkan lebih lanjut
bagaimana keanekaragamanya terhadap kualitas perairan danau.
Sebagian besar kualitas air danau di Indonesia banyak mengalami pencemaran
dikarenakan adanya pengaruh dari aktivitas manusia, industri dan pertanian. Danau
dikatakan tercemar atau tidak tercemar apabila dibandingkan dengan baku mutu
parameter fisika, kimia dan biologi yang sudah ditetapkan/ditentukan oleh Pemerintah,
Kementerian Kesehatan atau Kementerian Lingkungan hidup. Indikator pencemaran
danau dapat dilihat dari aspek kimia, yang meliputi: kandungan ammonia, nitrat, dan
fosfat yang sudah melebihi batas baku mutu.
2.2. Tujuan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman indeks
biotik nekton dan keterkaitan antara parameter fisika serta kimia dengan kualitas
perairan di Danau Ulin, Kampus UI Depok.
2.3. Hipotesis
Peningkatan pencemaran dan sedimentasi yang terjadi pada perairan danau
secara terus menerus akan mempengaruhi keanekaragaman nekton yang semakin
menurun serta dapat mengurangi tingkat kualitas air yang terdapat di perairan Danau
Ulin.
3. Tinjauan Pustaka
4. Metode Penelitian
Parameter Fisika perairan Danau Ulin yang diukur diantaranya yaitu bau, warna
dan tipe substrat secara visual, suhu perairan, turbiditas/kekeruhan, kecerahan,
perairan/transparansi, dan kedalaman perairan. Penentuan bau pada diukur
menggunakan indra penciuman dan interpretasikan seperti tidak berbau, amis, busuk,
dan sebagainya. Penentuan warna dan tipe substrat ditentukan secara visual dengan
mata secara langsung pada perairan Danau Ulin. Suhu perairan diukur dengan cara
mencelupkan sebagian termometer raksa pada perairan. Termometer tidak boleh
dipegang secara langsung agar suhunya murni dari suhu air.
Turbiditas diukur dengan menggunakan 3 botol sampel sebagai pengujian sampel
air di titik inlet, midlet, dan outlet. Setiap botol diisi dengan sampel air menggunakan
pipet hingga mencapai batas garis. Kemudian, botol uji dibersihkan menggunakan
kain dan jangan sampai tertinggal kotoran serta sidik jari. Selanjutnya, botol uji
dimasukkan pada alat turbidity sensor Vernier. Tingkat kekeruhan akan terdeteksi
otomatis pada aplikasi Vernier Graphical Analysis. Data tingkat kekeruhan perairan
diambil saat grafik sudah stabil. Kecerahan perairan diamati secara visual
menggunakan Secchi disk. Lempengan secchi disk yang sudah terikat tali dimasukkan
ke dalam lokasi perairan hingga tidak terlihat oleh mata. Secchi disk yang sudah
dimasukan ke dalam perairan kemudian dilihat skala dimana secchi disk masih terlihat
jelas (D1) dan skala dimana Secchi disk terlihat remang-remang (D2).
Kedalaman lokasi sampel perairan Danau Ulin dilakukan dengan tali yang diikat
dengan berat. Berat pada tali diturunkan secara perlahan, kemudian ketika sudah
mencapai dasar, tali ditarik kembali ke atas. Kedalaman dihitung menggunakan
meteran berdasarkan tanda batas air. Seluruh pengukuran dilakukan dengan
pengulangan sebanyak 2 kali.
Kecerahan perairan dapat dinilai dengan angka kuantitatif dengan satuan
meter/persen dengan rumus berikut:
Kecerahan = D1 + D2 / 2
Keterangan: D1 = Kedalaman ketika Secchi disk tidak terlihat
D2 = Kedalaman ketika Secchi disk mulai terlihat
Perhitungan kedalaman lokasi sampel dilakukan dengan menggunakan alat
secchi disk. Alat tersebut pada umumnya digunakan untuk menghitung
kecerahan.Kedalaman dapat juga diukur dengan Secchi disk yang diikat dengan tali
diturunkan ke dalam air hingga menyentuh permukaan tepi danau. Jika secchi disk
dirasa sudah menyentuh permukaan maka tali yang mengikat alat tersebut ditandai
dengan dijepit dengan tangan. Setelah itu secchi disk ditarik kembali ke atas dan tali
yang sudah ditandai dihitung dengan meteran. Setelah itu, data kedalaman yang sudah
didapat dicatat di kertas% (Isnaini 2011:21-26 ; Manullang 2021:26-27).
KR (%) =
FK (%) =
H’ = -
Keterangan :
S = Jumlah jenis
ln = Logaritma nature
Indeks Keseragaman (E), yaitu kesamaan jumlah individu antar spesies dalam suatu
komunitas. Semakin merata penyebaran jumlah individu antar spesies maka semakin besar
derajat keseimbangan komunitas, yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut (Odum 1994:11) :
E=
Keterangan:
E = Indeks keseragaman
H maks = ln S
Keterangan :
S = Jumlah genera/spesies
Dimana nilai indeks dominansi antara 0-5, bahwa kriteria dominansi adalah sebagai
berikut:
Jika nilai C mendekati 0 (< 0.5), maka tidak ada spesies yang mendominasi.
Jika nilai C mendekati 1 (≥ 0.5), maka ada spesies yang mendominasi.
Daftar Acuan
Afiati, N., Y. S. B. Susilo, M. L. Tobing, &, H. Susiati. 2006. Rona awal plankton di perairan tapak PLTN Muria.
Jurnal Pengembangan Energi Nuklir 8(2): 49-65.
da Linne E. R., & Suryanto, A., Muskananfola, M. R. 2015. Tingkat Kelayakan Kualitas Air Untuk Kegiatan
Perikanan Di Waduk Pluit, Jakarta Utara. Vol 4(1). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Diponegoro: + 35-45 hlm
Gaffney, J.S. & N.A. Marley. 2019. Chemistry of Environmental Systems: Fundamental Principles and
Analytical Methods. Britania Raya, Wiley: xxi+ 541 hlm.
Isnaini,A. 2011. Penilaian Kualitas Air dan Kajian Potensi Situ Salam Sebagai Wisata Air di Universitas
Indonesia, Depok. Skripsi Sarjana S1 Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuam Alam, Universitas Indonesia, Depok: xvii + 61 hlm.
Kottelat, M., Anthony J, W, Sri, N, K, Soetikno, W., 1993. Freshwater Fishes Of Western Indonesia and
Sulawesi. Periplus Editions Ltd. In Collaboration With The Environmental Management
Development In Indonesia (EMDI) Project. Indonesia
Lihawa, F. & M. Mahmud. 2017. Evaluasi Karakteristik Kualitas Air Danau Limboto. Jurnal Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan 7(3): 260-266.
Ludwig, J. A. and J. F. Reynolds. 1988. Statistical Ecology A Primer On Methods and Computing. A Willey-
Interscience Publication, Canada.
Manullang, K. N. 2021. Keanekaragaman Nekton Di Sungai Mombang Kecamatan Batang Toru dan
Kecamatan Sibabangun. Skripsi Sarjana S1 Program Studi Manajemen SumberDaya Perairan
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan: xi + 56 hlm.
Odum, E. P. 1994. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press,
Yogyakarta.
Rafi’i, M. & F. Maulana. 2018. Jenis, Keanekaragaman dan Kemelimpahan Makrozoobentos di Sungai
Wangi Desa Banua Rantau Kecamatan Banua Lawas. Jurnal Pengelolaan Pendidikan Hayati 4(2):
94-101.
Usman, H dan R. P. S. Akbar. 2006. Pengantar Statistika. Edisi Kedua. Bumi Aksara, Jakarta