Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 9 No. 2, Hlm.

727-737, Desember 2017


ISSN Cetak : 2087-9423 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
ISSN Elektronik : 2085-6695 DOI: http://dx.doi.org/10.29244/jitkt.v9i2.19305

HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER FISIKA KIMIAWI DAN FITOPLANKTON


DI PESISIR KABUPATEN KUBU RAYA, KALIMANTAN BARAT

RELATIONS OF SEVERAL PHYSICOCHEMICAL PARAMETERS AND


PHYTOPLANKTON IN COASTAL KUBU RAYA DISTRICT, WEST KALIMANTAN

Sri Endah Purnamaningtyas*, Dimas Angga Hedianto, dan Riswanto


Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan
*E-mail: endah_purnamaningtyas@yahoo.co.id

ABSTRACT
This research was conducted in April, July and October 2013 at 8 (eight) stations: 1. Tj. Intan, 2. Tj.
Tempurung, 3. Tj. Bunga Dalam, 4. Tj. Bunga dalam, 5. Tj. Burung, 6. P. Dabung, 7. Tasik Malaya,
and 8. Tj. Harapan. This study aims to determine the relationship between several physic-chemical
parameters and phytoplankton abundance. The results show the growth of phytoplankton biomass
(chlorophyll a) was determined by high concentration of NH4 and NO3, while its growth is limited by
turbidity (turbidity). Station that has high fertility in the Coastal District of Kubu Raya is Dabung
Island.

Keyword: water quality, chlorophyll a, coastal Kubu Raya district

ABSTRAK
Penelitian ini dilaksaanakan pada bulan April, juli dan Oktober 2013 di 8 (delapan) stasiun: 1. Tj.
Intan, 2. Tj. Tempurung, 3. Tj. Bunga, 4. Tj. Bunga dalam, 5. Tj. Burung, 6. P. Dabung, 7. Tasik
Malaya, dan 8. Tj. Harapan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan beberapa parameter
fisika kimiawi dengan kelimpahan fitoplankton. Metode penelitian yang digunakan adalah analisa
komponen utama dengan menggunakan software statistica 10. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini
adalah pertumbuhan biomassa fitoplankton (klorofil a) ditentukan oleh tingginya konsentrasi NH4 dan
NO3 sedangkan pertumbuhannya dibatasi oleh turbiditas (kekeruhan). Stasiun yang memiliki
kesuburan tinggi di Pesisir Kabupaten Kubu Raya adalah Pulau Dabung.

Kata kunci: kualitas air, khlorofil a, pesisir Kabupaten Kubu Raya

I. PENDAHULUAN al., 1998; Ornolfsdottir et al., 2004 dan


Lionard et al., 2005) dan dibatasi oleh keter-
Fitoplankton merupakan basis dari sediaan cahaya dan unsur hara (Allen et al.,
jejaring makanan pada lingkungan perairan, 2002, Cloern, 1987).
dimana dinamika pertumbuhan, biomassa Nitrat (NO3) merupakan nutrien ter-
dan blooming fitoplankton dapat menyebab- penting pertumbuhan fitoplankton dan algae,
kan perubahan lingkungan (Recknagel et al., dimana nitrat dan fosfat memiliki efek positif
2006; Taylor and Ferrari, 2011). Variabel bagi pertumbuhan alga (Fried et al., 2003,
lingkungan yang terkait pada dinamika Niu et al., 2015). Nitrat sangat mudah larut
fitoplankton a.l: oksigen, fosfor dan nitrogen dalam air dan bersifat stabil dihasilkan dari
yang memiliki peran vital bagi pertumbuhan proses oksidasi senyawa nitrogen di perairan;
fitoplankton (Fachrul et al., 2005). sedangkan penggunaan fosfat oleh alga akan
Hubungan dinamika fitoplankton menurun dalam kondisi gelap.
dengan suhu, intensitas cahaya dan salinitas Pertumbuhan alga optimal dan terjadi
berkaitan erat dengan pertumbuhan dan ketika konsentrasi fosfat tinggi dan nitrat
komunitas fitoplankton di perairan (Geider et sebagai sumber nitrogen Wetzel (2001) dan

Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB


@ ISOI dan HAPPI 727
Hubungan Beberapa Parameter Fisika Kimiawi dan Fitoplankton . . .

Daniel et al. (2009) menyatakan bahwa Juli, dan Oktober 2013). Pemilihan stasiun
ekosistem laut pesisir dan estuari banyak penelitian didasarkan pada karakteristik
menandung nutrisi dan dapat menunjukkan lingkungan dan dapat dilihat pada Gambar 1
batasan N dan P dan dapat berubah secara dan Tabel l. Pengambilan sampel kualitas air
secara musiman maupun spasial. Aktivitas dan klorofil a dilakukan dengan mengguna-
manusia telah secara signifikan mempercepat kan "Kemmerrer Bottle Sampler" dengan
pasokan nutrisi yang diturunkan ke laut Volume air 4,2 liter. Sampel air dimasukkan
pesisir dan, sebagai hasilnya, daerah perairan kedalam botol dengan volume 500 ml untuk
dekat pantai yang berbatasan wilayah padat selanjutnya dianalisa di laboratorium Balai
penduduk mengalami peningkatan eutrofikasi Penelitian Pemulihan dan Konsrvasi Sumber-
Cloern (2001); Turner et al. (2003) daya Ikan. Sampel klorofil a diambil pada
Secara horizontal kandungan pada kedalaman 0,5 m, kemudian dimasukkan
klorofil-a lebih banyak ditemukan pada kedalam botol sampel ukuran 200 ml dengan
lapisan permukaan yang berada dekat dengan diberi larutan MgCO3 sebanyak 25 tetes.
daratan dimana semakin menuju laut maka Pengamatan kualitas air dilakukan
kan-dungan klorofil-a semakin rendah karena dengan 2 (dua) cara yaitu insitu dan eks situ
daratan banyak memberi masukan nutien (di laboratorium). Secara insitu (pengamatan
kedalam perairan. Hal ini menyebabkan langsung dilapangan) parameter yang diam-
suburnya perairan yang akhirnya akan bil meliputi turbiditas, salinitas, oksigen
bermanfaat bagi fitoplankton untuk melaku- terlarut, dan TDS (Total Dissolved Solid).
kan aktivitas fotosintesis. Sedangkan analisis dilaboratorium, air con-
Menurut Khemakhem et al. (2010), toh yang diambil dibawa ke Laboratorium
kepadatan dan biomassa tertinggi fitoplank- Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi
ton ditemukan di perairan dengan kadar Sumberdaya lkan. Variabel (peubah) yang
garam tertinggi dan merupakan faktor pen- diamati meliputi kimia dan biologi perairan,
ting untuk pertumbuhan fitoplankton. Fito- seperti: Bahan Organik Total (BOT), nitrat,
plankton memanfaatkan cahaya matahari ortofosfat dan klorofil a. Metoda yang
untuk melakukan fotosintesis, sehingga digunakan dalam analisis kualitas air tersebut
kehidupan fitoplankton berada pada lapisan tertera dalam Tabel 2.
air dengan cahaya matahari yang cukup Pengambilan sampel plankton diam-
(zona eufotik). Cloern, J.E. and Jassby, A.D bil pada permukaan perairan yang ditarik
(2010) menyatakan bahwa pola pertumbuhan selama 10 menit dengan kecepatan konstan.
fitoplankton di perairan dekat pantai mung- Fitoplankton dikumpulkan dengan meng-
kin berbeda dari laut, dan variabilitas gunakan fitoplankton net ukuran 76 µm.
fitoplankton di muara dan perairan pesisir Sampel plankton yang diperoleh kemudian
dekat pantai dihasilkan oleh banyak proses disimpan dalam botol dan diawetkan meng-
Cloern (2001). Berdasarkan hal tersebut gunakan formalin 4%. Pada setiap mulut
maka penelitian bertujuan untuk mengetahui jaring plankton dilengkapi dengan “flow-
hubungan beberapa parameter kualitas air meter” untuk mengukur volume air yang
dan fitoplankton di Pesisir Kabupaten Kubu masuk kedalam jaring. Pengukuran volume
Raya, Kalimantan Barat yang bermanfaat air tersaring dihitung dengan rumus:
bagi perkembangan dan pertumbuhan
kehidupan udang. V = R. a. p .................................................. (1)

II. METODE PENELITIAN Keterangan: V: volume air tersaring ( m3); R


: Jumlah rotasi baling-baling flowmeter; a :
Pengambilan sampel di lokasi pe- luas mulut jarring; dan p : panjang kolom air
nelitian dilakukan sebanyak 3 kali (April, (m) yang ditempuh untuk satu rotasi.

728 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Purnamaningtyas et al.

Gambar 1. Stasiun penelitian di wilayah pesisir Kabupaten Kubu Raya, Propinsi Kalimantan
Barat.

Tabel 1. Posisi geografis dan karakteristik stasiun penelitian.

Stasiun Lokasi Posisi Geografis Karakteristik


2 Tanjung 00°04'54,3" LS - Memiiki kedalaman 1,5-3,8 m
Tempurung 109°04'59,7" BT - Sedimen berupa serasah, pasir dan
lumpur
- Bersebelahan dengan Pulau Tempurung
di bagian timur dan Sungai Nyamuk di
bagian tenggara
- Pengaruh laut tinggi
3 Tanjung Bunga 00°20'20,3" LS - Memiliki kedalaman 2,2-3,7 m
109°05'17,5" BT - Sedimen berupa pasir
- Muara dari Sungai Putus
- Berhubungan langsung dengan Laut
Natuna di sebelah barat
- Pengaruh laut sangat tinggi
Tj. Bunga
4 00°21'54,5" LS - Memiliki kedalaman 1,5-3,0 m
Dalam
109°09'11,9" BT - Kerapatan mangrove visual relatif tinggi

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 2, Desember 2017 729
Hubungan Beberapa Parameter Fisika Kimiawi dan Fitoplankton . . .

Stasiun Lokasi Posisi Geografis Karakteristik


- Sedimen berupa serasah, pasir dan
lumpur
- Lokasi berada di bagian Timur dari Tj.
Bunga
- Pengaruh air sungai sangat tinggi
dibandingkan air laut
5 Tj. Burung 00°34'45,0" LS - Memiliki kedalaman 2-3,4 m,
109°08'34,1" BT - Sedimen berupa pasir
- Berhadapan langsung dengan Laut
Natuna di sebelah Barat
- Pinggir pantai banyak terdapat
mangrove
6 P. Dabung 00°37'12,7" LS7 - Kedalaman berkisar antara 1,5-3,2 m
109°14'40,9" BT - Sedimen berupa lumpur dan pasir
- Berdekatan dengan Pulau Padang Tikar
di sebelah selatan
7 Tasik Malaya 00°46’00,9" LS - Memiliki kedalaman 2,3-3,0 m
109°13'35,5" BT - Sedimen berupa pasir
- Lokasi berada di sebelah selatan dari
Pulau Padang Tikar
- Berhadapan langsung dengan Laut
Natuna di sebelah barat
- Pinggir pantai banyak terdapat
mangrove
8 Tj. Harapan 00°51'25,4" LS - Memiliki kedalaman 2,0-2,3 m
109°14'47,3" BT - Sedimen berupa pasir dan lumpur
- Berhadapan langsung dengan Laut
Natuna di sebelah barat dan Pulau
Mastiga di sebelah barat daya

Tabel 2. Parameter kualitas air dan metoda/alat yang digunakan (APHA, 2005).

Parameter Unit Metode/Alat yang dipakai


Fisika
Kecerahan cm Insitu, Secchi disk
Suhu °C Insitu, Water Quality Checker Horiba U 50
Kimia
O2 terlarut mg/L Insitu, Water Quality Checker Horiba U 50
Salinitas ppt Insitu, Water Quality Checker Horiba U 50
N-NH4 mg/L titrametri,Nessler
N-NO2 mg/L Spektrofotometer, Alfa-naftilamine
N-NO3 mg/L Spektrofotometer, Brucine sulfate
P-PO4 mg/L Spektrofotometer, Stannous chloride
Bahan Organik Total mg/L Spektrofotometer, KMNO4
Klorofil a mg/m3 Trichromatic

730 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Purnamaningtyas et al.

Sampel plankton diidentifikasi di mempunyai mempunyai satuan yang ber-


laboratorium Balai Penelitian Pemulihan dan beda, maka masing-masing peubah dilakukan
Konservasi Sumberdaya Ikan dengan meng- standarisasi agar masing-masing peubah
gunakan mikroskop high power. Pencacahan mempunyai besaran nilai pada kisaran yang
plankton dilakukan dengan menggunakan sama. Rumus standarisasi yang digunakan
“Sedgewick-Rafter Counting Cell” atas sebagai berikut:
fraksi sampel dan untuk hasilnya dinyatakan
dalam sel/m3 untuk fitoplankton. ̅̅̅)
(𝑦𝑖𝑗 −𝑥 𝑗
𝑦̂
𝑖𝑗 = 𝑠𝑗
............................................... (2)
Analisis data kualitas air dilakukan
secara deskriptif dengan menyajikan data
dalam bentuk tabel ataupun grafik. Hubung- Keterangan: ŷij = nilai yij yang telah
an biomass fitoplankton (Klorofil a) dengan distandarisasi dari peubah j ke-i; yi = nilai
kecerahan, suhu, pH, Bahan Organik Total peubah j ke-i; ȳj. = nilai rata-rata peubah j;
(BOT), ammonium, nitrit, nitrat, dan orto- dan Si = nilai simpangan baku peubah j.
fosfat dianalisis dengan menggunakan
Analisis Komponen Utama (Principal III. HASIL DAN BAHASAN
Component Analysis, PCA) (Bengen, 2000).
Matriks korelasi menunjukkan hubungan 3.1. Hasil
antar variabel yang ada. Nilai positif yang Pesisir Kabupaten Kubu Raya men-
mendekati satu menjelaskan hubungan yang dapat masukan air dari Sungai Kapuas,
erat antar variabel. Nilai yang mendekati nol dimana kualitas perairan di pesisir sangat
menjelaskan bahwa antar variabel tidak dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan yang ada
terdapat hubungan. Jumlah faktor yang di sepanjang badan sungai, seperti: industri,
digunakan dalam multivariabel ditentukan rumah tangga dan berbagai kepentingan lain-
berdasarkan jumlah kumulatif akar ciri yang nya. Hal ini mempengaruhi keberadaan
cukup mewakili. Perhitungan analisa kom- klorofil a maupun kualitas air dan biota air.
ponen utama dengan menggunakan software Hasil dari analisa kualitas air dan fitoplank-
statistica 10. Peubah-peubah yang diambil ton tertera pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai minimum, maksimum, dan rerata kualitas air selama penelitian.

Bulan
Parameter April Juli Oktober
Min Maks rerata Min Maks rerata Min Maks rerata
Fisika
Kecerahan (cm) 35 135 64,38 80 110 91,88 40 200 102,5
Suhu air (°C) 28,75 31,24 29,96 30.,1 32 31.,01 29 43,2 31,4
Kimia
O2 (mg/L) 5,34 9,67 7,68 3,44 5,71 4,67 4,505 6,955 6,3475
Salinitas (ppt) 0,55 12,7 8,51 3,4 31,14 24,11 16,09 30,78 24,697
N-NH4 (mg/l) 0,19 0,37 0,26 0,310 1,834 0,817 0,169 1,608 0,743
N-NO2 (mg/l) 0,022 0,047 0,032 0,002 0,047 0,014 1,005 2,035 1,727
N-NO3 (mg/l) 0,067 0,362 0,182 0,294 0,909 0,485 0,299 1,419 0,756
P-PO4 (mg/l) 0,013 0,061 0,026 0,003 0,297 0,038 0,015 0,670 0,103
BOT (mg/L) 11,747 25,780 17,247 7,192 26,275 16,765 3,0731 9,114 5,442
Klorofil a (mg/m3) 0,237 0,711 0,418 1,231 4,887 2,379 0,412 7,113 2,537

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 2, Desember 2017 731
Hubungan Beberapa Parameter Fisika Kimiawi dan Fitoplankton . . .

Tabel 4. Nilai minimum, maksimun, dan rerata kelimpahan fitoplankton selama penelitian
(sel/L).

April Juli Oktober


Min Mak Rerata Min Mak Rerata Min Mak Rerata
Cyanophyceae 14 6
Chlorophyceae 127 1.118 503 8.492 1.887
Bacillariophyceae 452 66.666 503 206.652 19.334.748 6.821.734 127.388 3.227.127 1.791.932
Dinophyceae 28 9.101 19.932 2.830 164.189 95.541 45.293 2.795.470 820.633

Fitoplankton di Pesisir Kabupaten menerus dapat meningkatkan unsur hara di


Kubu Raya teridentifikasi sebanyak 4 perairan pantai dan akhirnya menyebabkan
(empat) kelas fitoplankton yang terdiri atas: l. meningkatkan kesuburan perairan dan bah-
Cyanophyceae (2 genus), 2. Chlorophyceae kan dapat menyebabkan eutrofikasi yang
(7 genus), 3. Bacillariophyceae (27 genus) dapat mengganggu keseimbangan ekosistem.
dan 4. Dinophyceae (6 genus). Kelimpahan NO3 (nitrat) dan NH4 (ammonium) dalam
fitoplankton terbesar terdapat dibulan Juli perairan dapat digunakan bagi pertumbuhan
dengan jumlah 19.334.748 sel/L dan terendah tanaman dan alga.
terdapat dibulan April dengan 28 sel/L Selama penelitian konsentrasi nitrat di
(Tabel 4) dengan kelimpahan tertinggi dari pesisir Kabupaten Kubu Raya mempunyai
kelas Bacillariophyceae dan terendah dari konsentrasi yang lebih rendah dengan hasil
kelas Cyanophyceae (Tabel 4). penelitian Camargo, J.A et al. (2005) yang
memiliki nilai tingkat maksimum NO3
3.2. Pembahasan sebesar 20 mg/L dan masih dapat diterima
Faktor penunjang pertumbuhan fito- bagi kehidupan biota laut. Pengamatan Nitrit
plankton sangat kompleks dan saling ber- (N-NO2) di Pesisir Kabupaten Kubu Raya
interaksi antara faktor fisika-kimia perairan berkisar antara: 0,01-0,06 mg/L dan menurut
seperti kecerahan, suhu, oksigen terlarut, dan Keputusan Men.LH No.51 tahun 2004 kan-
ketersediaan unsur hara seperti nitrogen dan dungan nitrit yang dihitung sebagai N yaitu
fosfor Goldman and Horne (1983) dan Fried sebesar 0,06 mg/L, berdasarkan hal tersebut
et al. (2003). maka kandungan N-NO2 di perairan tersebut
Selama Penelitian di Pesisir Kabu- masih cukup baik atau layak untuk ke-
paten Kubu Raya kandungan nutrien berkisar hidupan biota perairan dan umumnya NO2
seperti: N-NH4 berkisar antara: 0,19 – 1,834 merupakan bentuk peralihan dari NO3- dan
mg/L dan N-NO2: 0,002 -2,035 mg/L, N- NH3 yang tidak stabil, tergantung pada
NO3: 0,67 – 1,419 mg/L dan P-PO4: 0,013 – keberadaan oksigen.
0,670 mg/L (Tabel 3). Disarankan oleh Jika oksigen normal maka keseim-
Dortch (1990) bahwa konsentrasi ammonium bangan dapat dipengaruhi oleh nitrat de-
tidak melebihi 0,001 – 0,004 mg/L agar nitrat mikian sebaliknya Naqvi et al. (2008). Hasil
dapat terserap oleh fitoplankton atau nitrat analisis N-NH4 di Pesisir Kabupaten Kubu
yang tersedia untuk penyerapan lebih tinggi Raya berkisar antara 0,35-0,93 mg/L. Me-
dibandingkan dengan konsentrasi ammo- nurut Boyd (1990) amoniak bersifat toksik
nium. Hal tersebut sesuai dengan pendapat tetapi ammonium di perairan yang aerob
Wilkerson et al. (2006) yang menyatakan yang dapat berubah menjadi ammo-niak, dan
bahwa blooming fitoplankton yang lebih ammonium merupakan salah satu bentuk N
besar dipicu oleh konsentrasi nitrat dari yang langsung dapat dimanfaatkan oleh
amomium. Menurut Costa et al. (2006) tumbuhan air dan fitoplankton. Kandungan
suplai bahan organik yang secara terus rata-rata amonium lebih rendah dibandingkan

732 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Purnamaningtyas et al.

dengan kandungan amoniak dalam baku dan peningkatan aliran nitrogen dan fosfor
mutu air laut untuk biota laut, yaitu: 0,3 dapat meningkatkan biomassa fitoplankton
mg/L menurut Keputusan Men.LH No.51 Kemp et al. (2005) serta Hitchcock and
tahun 2004 Simon (2013). Hal tersebut berarti bahwa
Kelimpahan fitoplankton selama kelimpahan fitoplankton sangat ditentukan
penelitian, berturut-turut adalah kelas Bacil- oleh besarnya kandungan PO4 dan NH4.
lariophyceae fitoplankton berkisar antara: Sedangkan peningkatan suhu dapat men-
Cyanophyceae: 6-14 sel/L, Chlorophyceae: dorong laju metabolisme dan berpengaruh
127-8.492 sel/L, Bacillariophyceae: 452- langsung terhadap biomassa fitoplankton.
6.821.734 sel/L dan Dinophyceae berkisar: Gambar 2b terlihat bahwa semakin
28-2.795.470 sel/L (Tabel 4). Kelas Bacil- tinggi kandungan NH4, PO4 dan NO3 serta
lariophyceae selama penelitian mempunyai didukung oleh suhu air dan kecerahan per-
kelimpahan tertinggi, hal tersebut sesuai airan yang tinggi, mengakibatkan kandungan
dengan pendapat Chisti (2007) yang me- biomassa klorofil a meningkat. Hal tersebut
nyatakan bahwa genera fitoplankton dari berarti bahwa kelimpahan biomassa fito-
kelas Bacillariophyceae dan Dinophyceae plankton sangat ditentukan oleh besarnya
ditemukan di seluruh bagian perairan laut kandungan PO4, NH4 dan NO3 yang di-
dan mempunyai kecepatan pertumbuhan dukung oleh kecerahan perairan dan suhu air.
yang tinggi. Suhu air berpengaruh langsung pada laju
Ada tiga faktor utama dari analisis metabolisme organisme fitoplankton, sedang-
komponen utama (Tabel 6) mampu me- kan kecerahan berpengaruh langsung ter-
nerangkan keragaman data sekitar 70,18%, hadap fotosintesa.
dimana faktor 1, faktor 2 dan faktor 3 meng- Hasil analisis ini, secara umum me-
gambarkan keragaman data secara berturut- nunjukkan bahwa stasiun pengamatan Pulau
turut adalah 31, 83%, 24,20% dan 14,15%. Dabung terpisah dari stasiun pengamatan
Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa lainnya (Gambar 2c dan 2d) khususnya pada
makin tingginya kandungan PO4 dan NH4 bulan Oktober. Dimana Pulau Dabung mem-
serta ditunjang dengan tingginya suhu air, punyai karakteristik kelimpahan biomassa
akan mengakibatkan peningkatan yang nyata fitoplankton yang tinggi.
terhadap kandungan klorofil a (Gambar 2a)

(a) (b)

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 2, Desember 2017 733
Hubungan Beberapa Parameter Fisika Kimiawi dan Fitoplankton . . .

(c)

(d)
Gambar 2. Hubungan Beberapa Parameter Kualitas Air dengan Klorofil a

734 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Purnamaningtyas et al.

Tabel 6. Keragaman data analisis komponen utama (PCA - Principal Companent Analysis) di
Pesisir Kabupaten Kubu Raya.

Ekstraksi: Analisis Komponen Utama


Faktor Akar Ciri Total % Keragaman Akar Ciri Kumulatif % Kumulatif
1 3,18 31,83 3,18 31,83
2 2,42 24,20 5,60 56,03
3 1,42 14,15 7,02 70,18
4 1,31 13,14 8,33 83,32

Hal tersebut disebabkan pada bulan UCAPAN TERIMA KASIH


oktober merupakan awal musim hujan,
dimana sungai-sungai tersebut membawa Ucapan terimakasih penulis ucapkan
nutrient dari hulu sungai ke laut, sehingga kepada Dr. Didik Wahju Hendro Tjahjo, M.S
pada bulan tersebut mampu meningkatkan yang telah mengarahkan penulis dalam hal
kesuburan perairan pantai. Kondisi ini sangat penulisan makalah ini. Tulisan ini merupa-
ditunjang dengan mor-fologi stasiun Pulau kan kontribusi dari kegiatan hasil riset Peng-
Dabung yang berada di dalam teluk yang kajian Kesesuaian Pantai Kalimantan Barat
semi tertutup (Gambar 1) yang membawa Sebagai Kawasan Refugia Udang, Tahun
nutrien-nutrien dari bagian hulu dan ter- Anggaran 2013, di Balai Penelitian Pemulih-
perangkap di daerah tersebut. Sehingga an dan Konservasi Sumberdaya Ikan-
mengakibatkan daerah tersebut mempunyai Jatiluhur, Purwakarta.
kandungan nutrien yang lebih tinggi diban-
dingkan daerah lainnya. Kondisi tersebut DAFTAR PUSTAKA
dapat mendorong laju pertumbuhan fitoplan-
kton itu sendiri. Allen K.W., A. Lane, and P. Tett. 2002.
Umumnya daerah dengan kesuburan Phytoplankton, sediment and optical
tinggi merupakan daerah pembesaran larva- observations in Netherlands coastal
juvenil dari komunitas ikan yang ada, sehing- water in spring. J. of Sea Research,
ga daerah tersebut mempunyai peran yang 47, 303-315.
penting bagi sumberdaya ikan di kawasan American Public Health Association. 2005.
pesisir Kabupaten Kubu Raya. Sehingga Standard methods for the examination
pemerintah beserta masyarakat perlu men- of water and waste water. 17th ed.
jaga kesehatan lingkungan per-airan Pulau Washington DC, USA. 1193p.
Dabung agar laju rekruitmen sumberdaya Bengen, D.G. 2000. Sinopsis teknik pengam-
ikan dapat dijamin. bilan contoh dan analisis Data bio-
fisik sumberdaya pesisir. PKSPL IPB.
IV. KESIMPULAN Bogor. 86hlm.
Boyd, E.C. 1990. Water quality in ponds for
Pertumbuhan biomassa fitoplankton aquaculture. Birmingham Publishing
(klorofil a) ditentukan oleh tingginya konsen- Co. Birmingham. 482p.
trasi NH4 dan NO3 sedangkan pertumbuhan- Camargo, J.A., A. Alonso, and A. Sala-
nya dibatasi oleh turbiditas (kekeruhan). manca. 2005. Nitrate toxicity to
Stasiun yang memiliki kesuburan tinggi di aquatic animals: a review with new
Pesisir Kabupaten Kubu Raya adalah Pulau data for freshwater invertebrates.
Dabung. Chemosphere, 58:1255-1267.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 2, Desember 2017 735
Hubungan Beberapa Parameter Fisika Kimiawi dan Fitoplankton . . .

Chandy, J.P., I. AI-Tisan, H.A. Munshi, and Goldman, C.R. and A.J. Horne. 1983.
H.A.E. Reheim. 1991. Marine Phyto- Limnology. Mc Graw-Hill Inter-
plankton: A Study On Seasonal national Book Company. New York.
Abundance And Distri-bution In Al- 464p.
Jubaill. SWCC (RDC). USA. 652p. Geider, R.J., H.L. Maclntyre, and T.M. Kana.
Chisti, Y. 2007. Biodiesel from microalgae. 1998. A dynamic regulatory model of
Biotechnology Advances, 25:294-306. phytoplanktonic acclimation to light,
Cloern, J.E. 1987. Turbidity as a control on nutrients, and temperature. Limnol.
phytoplankton biomass and produc- Oceanogr., 43:679-694.
tivity in estuaries. Continental shelf Hitchcock, J.N. and M.M. Simon. 2013.
research, 7:1367-1381. Different resource limitation by car-
Cloern, J.E., 2001. Our evolving conceptual bon, nitrogen and phosphorus bet-
model of the coastal eutrophication ween base flow and high flow
problem. Marine Ecology Progress condition for estuarine bacteria and
Series, 210:223–253. Doi:10.3354/ phytoplankton. J. Estuarine Coastal
meps210223. and Shelf Science, 135:106-115.
Cloern, J.E. and A.D. Jassby. 2010. Estuaries Kemp, W.M., W.R. Boynton, J.E. Adolf,
and Coasts. Estuaries and Coasts, D.F. Boesch, W.C. Boicourt, G.
33:230-244. Doi:10.1007/s12237009- Brush, J. Cornwell, T. Fisher, P.
9195-3. Glibert, J. Hagy, L. Harding, E.
Costa, J.O.S., M.J. Attrill, C. Attrill, M.J. Houde, D. Kimmel, W. Mille, R.
Nimmo, and Malcolm. 2006. Sea- Newell, M. Roman, E. Smith, and
sonal and spatial controls on the deli- Stevenson. 2005. J. Eutrophication of
very of excess nutriens to nearshore Chesapeake Bay: historical trends and
and offshore coral reefs of Brazil. J. ecological interactions, 303:1–29. Doi
of Marine System, 60(2):63 -74. :10.3354/meps303001
Daniel, J.C., H.W. Paerl, R.W. Howarth, D.F. Khemakhem, H., J. Elloumi, M. Moussa, L.
Boesch, S.P. Seitzinger, K.E. Havens, Aleya, and H. Ayadi. 2010. The con-
C. Lancelot, and G.E. Likens. 2009. cept of ecological succession applied
Controlling eutrophication: nitrogen to phytoplankton over four conse-
and phosphorus. www.sciencemag. cutive years in five ponds featuring a
org. [Retrieved on February 2017]. salinity gradient. Estuarine Coastal
Dortch, Q. 1990. The interaction between and Shelf Science, 88(1)33-44.
ammonium and nitrate uptake in Lionard, M., K. Muylaert, V.D. Gansbeke,
phytoplankton. Mar. Ecol. Prog Ser., and W. Vyverman. 2005. Influence of
61:183-201. changes in salinity and light intensity
Fachrul, F.M., H. Haeruman, dan L.C. on growth of phytoplankton commu-
Sitepu. 2005. Komunitas fitoplankton nities from the Scheldt river and
sebagai bioindikator kualitas per- estuary (Belgium/The Netherlands).
airan Teluk Jakarta. FMIPA-UI. Hydrobiologia, 540:105-115.
Depok. 67hlm. Naqvi, S.W.A., M. Voss, and J.P. Montoya.
Fried, S., B. Mackie, and E. Nothwehr. 2003. 2008. Recent advances in the
Nitrate and phosphate levels positive- biogeochemistry of nitrogen in ocean.
ly affect the growth of algae species Biogeosciences, 5:1033-1041.
found in Perry Pond. Grinnell Niu, L., P.H.A.J.M. Van, Y. Guan, and J.K.
College. Tillers 4:21-24. Vrijling. 2015. Uncertainty analysis
and modelling of phytoplankton
dynamics in coastal waters. J. of

736 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Purnamaningtyas et al.

Environment Protection and Sus- Experimental Marine Biology and


tainable Development, 1(4):193-202. Ecology, 303:197-220
Rechnagel, F., A. Talib, and D. Van. 2006. Turner, R.E., N.N. Rabalais, Justic, and D.Q.,
Phytoplankton community dynamics Dortch. 2003. Global patterns of
of two adjacent Dutch lakes in res- dissolved N, P and Si in large rivers.
ponse to seasons and eutrophication Biogeochemistry 64:297–317. Doi:
control unravelled by non-supervised 10.1023/A:1024960007569.
artificial neural networks. Ecological Wetzel, R.G. 2001. Limnology lake and river
Informatics, 1:277-285. Ecosystem. 3rd ed. Academic Press.
Taylor, J.R. and Ferrari, R., 2011. Shutdown California. 1006p.
of turbulent convection as a new Wilkerson, F.P., R.S. Dugdale, V.E. Hogue,
criterion for the onset of spring and A. Marchi. 2006. Phytoplankton
phytoplankton blooms. Limnology blooms and nitrogen productivity in
and Oceanography, 56, 2293–230 San Francisco Bay. Est Coast, 29:401
Ornolfsdottir, E.B., S.E. Lumsden, and J.L. –406.
Pinckney. 2004. Nutrient pulsing as a
regulator of phytoplankton abundance Diterima : 08 Mei 2017
and community composition in Direview : 25 Mei 2017
Galveston Bay, Texas. J. of Disetujui : 30 November 2017

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 2, Desember 2017 737

Anda mungkin juga menyukai