Anda di halaman 1dari 6

Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611

Volume 3 Nomor 1 Halaman 133-138 April 2018 e-ISSN 2623-1980

KOMUNITAS BIOTA PANTAI BERBATU DI TANJUNG DEWA, KALIMANTAN


SELATAN

Biota Community of Rock Coast at Tanjung Dewa, South Kalimantan

Abdurrahman *, Pathul Arifin, Deddy Dharmaji


Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Lambung Mangkurat, Jalan A. Yani Km. 36 Banjarbaru,
Indonesia
*Surel: abdurrahman.msp@gmail.com

Abstrak
Komunitas biotik pada tidepool lebih sedikit dipelajari pada lingkungan intertidal berbatu. Oleh karena itu, informasi
tentang komunitas biota pada tidepool khususnya di lingkungan pantai berbatu sangat kurang. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui jenis dan struktur komunitas biota dan faktor lingkungan yang mempengaruhi organisme di pantai
berbatu Tanjung Dewa, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Sealatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah deksriptif kuantitatif, dengan metode pengumpulan data menggunakan metode survey. Penelitian dilakukan
dengan menentukan titik kordinat di lapangan yang sudah ditentukan di peta menggunakan Global Positioning System
(GPS) untuk menentukan titik sampling, penelitian dilakukan pada saat air laut surut. Berdasarkan struktur komunitas
dari perhitungan jenis makrozoobenthos jenis yang memiliki nilai terbesar adalah Nerita (Theliostyla) polita. Nilai
kelimpahan jenis makrozoobenthos menunjukkan status ekosistem dalam kondisi baik. Nilai indeks keanekaragaman
jenis makrozoobnthos berada pada kategori di bawah sedang. Nilai keseragaman jenis makrozoobenthos berada pada
keadaan tertekan sampai stabil. Sedangkan nilai indeks dominansi menunjukkan terdapat jenis yang mendominansi
perairan, yaitu Nerita (Theliostyla) polita yang dapat berpengaruh terhadap jenis makrozoobenthos lainnya.

Kata kunci: makrozoobenthos, pantai berbatu, kualitas perairan

1. PENDAHULUAN biologi perikanan dan sejarah alam. Underwood


(1981) dalam Metaxas & Scheibling (1993) juga
Pantai memiliki arti strategis karena merupakan menyatakan bahwa kolam-kolam tersebut tidak
wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut, mewakili habitat intertidal sejak organisme di kolam-
serta memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa- kolam tidak muncul pada air surut.
jasa lingkungan yang sangat kaya. Pantai dapat Kurangnya informasi tentang komunitas biota
didefinisikan sebagai daerah pertemuan antara laut pada tidepool khususnya di lingkungan pantai
dengan daratan serta udara, yang interaksi ketiga berbatu Tanjung Dewa menginspirasi peneliti untuk
komponen tersebut menjadikan wilayah pantai mengidentifikasi struktur komunitas organisme yang
bersifat sangat dinamis, sehingga menyebabkan terdapat pada mikroekosistem tidepool yang salah
daerah pantai sangat rentan terhadap setiap satunya makrozoobenthos serta kondisi lingkungan
perubahan yang terjadi (Triadmodjo 1999). yang mempengaruhinya.
Menurut Ermawan (2008) dalam Dahuri Penelitian bertujuan mengidentifikasi jenis
(2003), pantai berbatu dicirikan oleh adanya belahan biota serta mendata struktur komunitas biota dan
batuan cadas. Komunitas organisme pada pantai faktor lingkungan yang mempengaruhi organisme di
berbatu hidup di permukaan. Bila dibandingkan pantai berbatu Tanjung Dewa, Kalimantan Selatan.
dengan habitat pantai lainnya, pantai berbatu Hasil penelitian diharapkan memberi informasi
memiliki kepadatan mikroorganisme yang tinggi, mengenai komunitas biota di pantai berbatu dan
khususnya di habitat intertidal di daerah angin kaitannya dengan kondisi fisik-kimia perairan
(temperate) dan subtropik. Tanjung Dewa. Datanya selanjutnya digunakan
Komunitas biotik pada tidepool lebih sedikit sebagai acuan setidaknya bagi pemerintah daerah
dipelajari pada lingkungan intertidal berbatu. dan instansi terkait dalam pengelolaan
Literatur mengenai komunitas tidepool belum pengembangan dan pelestarian kawasan perairan
ditinjau/masih sedikit informasinya sampai saat ini, khususnya ekosistem tidepool di pantai Tanjung
padahal komunitas tidepool tersebut tersebar pada Dewa, Provinsi Kalimantan Selatan.
beberapa bidang seperti ekologi intertidal berbatu,

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


133
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 3 Nomor 1 Halaman 133-138 April 2018 e-ISSN 2623-1980

10 kolom (Gambar 3.2). Sepuluh kolom itu


2. METODE merupakan keterwakilan dari 100 kolom pada
wilayah sampling.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deksriptif kuantitatif, dengan metode pengumpulan 04
data menggunakan metode survey. Penelitian 20
dilakukan dengan menentukan titik kordinat di 22
lapangan yang sudah ditentukan di peta 31
menggunakan Global Positioning System (GPS) 44
untuk menentukan titik sampling. 56
65
Penelitian dilakukan pada saat air laut surut,
75
kegiatan ini dilakukan selama empat kali
83
pengamatan dalam satu bulan. Setelah didapatkan 100
data dan sampel benthos, dilakukan kegiatan
identifikasi sampel benthos. Pengukuran kadar pH, Gambar 2. Titik sampling yang telah ditentukan
suhu dan DO langsung dilakukan di lapangan dan
perhitungan data struktur komunitas benthos Pada 10 kolom tersebut biota disampling
dilakukan di Laboratorium Kualitas Air dan Hidro dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Bioekologi Fakultas Perikanan dan Kelautan 1. Mengamati, mencatat, dan mendokumentasikan
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. benthos
2. Menyimpan sampel benthos yang ditemukan ke
2.1 Wilayah Sampling dalam plastik sampel.
3. Memberikan label pada plastik sampel dengan
Wilayah sampling penelitian dilakukan dengan menuliskan keterangan nama dan sampel.
menentukan titik transek yang telah ditentukan 4. Menghitung biota yang berada pada plot
dengan menggunakan Global Positioning System pengamatan dalam setiap tidepool yang diamati.
pada peta yang dibuat pada saat pantai tersebut Parameter fisik dan kimia perairan diukur
surut. Hal ini berguna untuk memudahkan membuat secara in situ. Parameter itu adalah suhu air, derajat
transek sehingga mudah untuk menganalisis biota keasaman (pH) dan oksigen terlarut (DO).
yag tertinggal pada tidepool. Garis transek diukur Pengukuran tersebut langsung di titik tidepool yang
lurus sejajar garis pantai sepanjang 100 meter dan telah ditentukan.
lebar 100 meter, artinya transek penelitian seluas
10.000m2 (Gambar 1). Transek tersebut dibagi 2.2 Metode Analisis Data
menjadi kolom-kolom. Setiap kolom berukuran
panjang 10 meter dan lebar 10 meter, sehingga Kelimpahan jenis makrozoobenthos didefinisikan
jumlah kolom dalam transek berjumlah 100 kolom. sebagai jumlah individu jenis perstasiun.
Kelimpahan jenis dihitung dengan formulasi berikut
100 m
(Brower & Zar 1977).
01 10 m D=

Dalam hal ini,


D = kelimpahan jenis ke-i (individu/m2)
ni = jumlah jenis ke-i (individu)
100 m A = luas plot pengamatan sampel (m2)
Indeks keanekaragaman jenis dihitung dengan
formulasi Shannon (English, et al., 1994) :
100 H’ = - Σ pi ln pi
Gambar 1. Metode transek Dalam hal ini,
H’ = Indeks keanekaragaman jenis.
Jumlah titik sampling dalam penelitian ini Pi = rasio antara jumlah individu jenis-i (ni) dengan
mengacu kepada pendekatan acak sederhana. Jadi jumlah individu dalam komunitas (N).
banyaknya kolom yang diukur dan diamati berjumlah

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


134
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 3 Nomor 1 Halaman 133-138 April 2018 e-ISSN 2623-1980

Kriteria indeks keanekaragaman jenis fauna Makna dari indeks dominasi yang nilainya berkisar 0
makrozoobenthos menurut Shannon-Wiener (1949) – 1adalah sebagai berikut.
di dalam Dahuri (1994): C = ~ 0, berarti tidak ada jenis yang mendominasi
H’<1 = keragaman jenis/generanya rendah, atau komunitas dalam keadaan stabil.
penyebaran jumlah individu tiap jenis atau C = ~ 1, berarti ada dominasi dari jenis tertentu atau
genera rendah, kestabilan komunitas rendah komunitas dalam keadaan tidak stabil.
dan keadaan perairan telah tercemar berat.
1 < H’ < 3 = Keragaman sedang, penyebaran jumlah 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
individu tiap jenis atau genera sedang, 3.1 Hasil
kestabilan komunitas sedang dan keadaan
perairan telah tercemar sedang. Pada mikroekosistem tidepool di pantai berbatu
H’ > 3 = Keragaman tinggi, penyebaran jumlah Tanjung Dewa diperoleh 12 jenis makrozoobentos
individu tiap jenis atau genera tinggi dan
yang tergabung dalam 9 famili, 3 kelas, dan 2 fillum
perairannya masih bersih/belum tercemar.
(Tabel 3).
Indeks keseragaman dihitung dengan
menggunakan rumus “Evenness Index” Tabel 3. Jenis makrozoobenthos
(Odum 1971) :
E= Filum Kelas Family General
Mollusca Gastropoda Potamididae Cerithidea cingulata
Dalam hal ini, Melongenidae Melongena pugilina
E = Indeks keseragaman Neritidae Nerita (Theliostyla) polita
H’ = Indeks keanekaragaman Cerithidae Clypeomorus brevis
S = Jumlah seluruh spesies. Melongenidae Hemafisus ternatus
Kategori indeks keseragaman disajikan Muricidae Murex acanthostephes
pada Tabel 1. Melongenidae Melongena galeodes
Bursidae Tutufa bubo
Indeks dominansi (D) digunakan untuk Bivalvia Mytilidae Lithophaga nigra
memperoleh informasi mengenai famili yang Veneridae Gafrarium divaricatum
mendominansi dalam suatu komunitas Mytilidae Mytilus viridis
(Odum 1993). Indeks dominansi dihitung Arthopoda Malacostraca Grafsidae Grapsus tenuicristatus
berdasarkan rumus index of dominance dari
Simpson (Odum 1971) sebagai berikut. Jenis makrozoobenthos yang mendominasi
pada seluruh tidepool pengamatan di pantai Tanjung
D = 1 – Σ (ni / N) 2 Dewa adalah Nerita (Theliostyla) polita, disusul
Keterangan : dengan Clypeomorus brevis dan Cerithidea
D = Indeks dominansi cingulata dari kelas gastropoda. Hal ini dapat terlihat
ni = Jumlah individu stiap spesies dari jumlah jenis pada semua tidepool setiap
N = Jumlah total individu. sampling lebih banyak dibandingkan jenis-jenis lain.
Kategori indeks dominasi disajikan pada Tabel 2. Pada tidepool suhu air berkisar 20°C -32°C,
salinitas 30‰, pH berkisar 6,03-8,95 sedangkan DO
Tabel 1. Katagori indeks keseragaman berkisar 1,2 mg/l sampai 4,8 mg/l.

No. Keseragaman (E) Kategori 3.2 Pembahasan


1. 0,00 < E < 0,50 Komunitas tertekan 3.2.1 Jenis makrozoobenthos
2. 0,50 < E < 0,75 Komunitas labil
3. 0,75 < E < 1,00 Komunitas stabil
Sumber: Odum (1971) Jenis makrozoobenthos yang banyak
didapatkan adalah kelas Gastropoda, hal ini dapat
Tabel 2. Katagori indeks dominasi disebabkan karena tersedianya makanan yang
cukup bagi organisme tersebut. Menurut Hemminga
No. Dominasi (C) Kategori dan Duarte (2000), kelompok Gastropoda bersifat
1. 0,00 < C < 0,50 Rendah karnivora pemakan daging, pemakan bangkai
2. 0,50 < C < 0,75 Sedang (scaveger) atau pemakan detritus dan mikroalga
3. 0,75 < C < 1,00 Tinggi yang menempel di daun lamun (detritivor). Pada
Sumber : Odum (1971) perairan lepas pantai hewan ini dapat menempati

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


135
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 3 Nomor 1 Halaman 133-138 April 2018 e-ISSN 2623-1980

dasar berbatu, berlumpur, berpasir, atau campuran tidepool keanekaragaman terendah pada tidepool
lumpur dan pasir. Oleh karena itu jumlah individu 75 0,305.
dari kelas ini dapat mendominasi dibandingkan Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan
kelas yang lain (Aziz 1991). tingkat keanekaragaman jenis makrozoobenthos
tidak terlalu tinggi, antara lain terjadinya isolasi
3.2.2 Kelimpahan makrozoobenthos dalam mikroekosistem tidepool sehingga
persebaran dari banyak jenis menjadi kecil, kondisi
Berdasarkan nilai kelimpahan jenis fisik lingkungan yang cukup ekstrim bagi kehidupan
makrozoobenthos pada sampling satu dari seluruh biota laut dalam tidepool, seperti tidak ada intensitas
tidepool pengamatan, diketahui tidepool yang cahaya matahari, serta kesukaan/kelayakan hidup
memiliki nilai kelimpahan tertinggi adalah tidepool 31 yang berpengaruh adalah sumber makanan yang
dengan jumlah terbanyak yaitu 2,630 individu/m2, sedikit sehingga hanya jenis tertentu yang dapat
terdapat jenis Cerithidea cingulata sebanyak 145 hidup dalam mikroekosistem tidepool tersebut.
individu. Pada sampling dua nilai kelimpahan
tertinggi adalah tidepool 31 dengan jumlah 3.2.4 Keseragaman makrozoobentos
terbanyak yaitu 2,240 individu/m2, terdapat jenis
Cerithidea cingulata sebanyak 125 individu. Pada Indeks keseragaman tertinggi makrozoobenthos
sampling tiga nilai kelimpahan tertinggi adalah pada sampling satu dari seluruh tidepool
tidepool 4 dengan jumlah terbanyak yaitu 4,630 pengamatan yang didapatkan dari perhitungan
individu/m2, terdapat jenis Nerita (Theliostyla) polita 0,757 pada tidepool 83 dan yang terendah terdapat
sebanyak 183 individu. Pada sampling empat nilai pada tidepool 31 yaitu 0,019. Menurut Odum (1993)
kelimpahan tertinggi adalah tidepool 4 dengan Indeks keseragaman (E) pada lokasi penelitian
jumlah terbanyak yaitu 5,480 individu/m2, terdapat umumnya memperlihatkan bahwa pada sampling
jenis Nerita (Theliostyla polita) 246 individu. pertama nilai keseragaman (E) makrozoobentos
Gastropoda yang hidup di daerah pasang surut berada pada keadaan komunitas tertekan sampai
memiliki beberapa cara dalam mengatasi perubahan stabil, tidepool 83 yang stabil. Sampling ke dua dari
faktor lingkungan yaitu dengan menyimpan air seluruh tidepool pengamatan yang didapatkan dari
dalam cangkangnya, bergerak di tempat masih perhitungan 0,901 pada tidepool 31 dan yang
digenagi air atau masih lembap, memodifikasi atau terendah terdapat pada tidepool 20 yaitu 0,364.
menambah alat pernapasan selain insang, sehingga Pada sampling kedua nilai keseragaman (E)
dapat mengambil oksigen langsung dari udara, dan makrozoobentos berada pada keadaan komunitas
memiliki cara reproduksi yang dipengaruhi oleh tertekan sampai labil, tidepool 31, 44, 75, 83, 100
pasang surut, mempunyai toleransi terhadap yang stabil. Sampling tiga dari seluruh tidepool
fluktuasi salinitas yang besar terutama di daerah pengamatan yang didapatkan dari perhitungan
tropis yang mengalami penyinaran matahari yang 0,763 pada tidepool 22 dan yang terendah terdapat
kuat dan frekuensi hujan yang cukup tinggi pada tidepool 100 yaitu 0,146, pada sampling ketiga
(Budiman & Dwiono 1986). nilai keseragaman (E) makrozoobentos berada pada
keadaan komunitas tertekan sampai labil, tidepool
3.2.3 Keanekaragaman makrozoobenthos 22 yang stabil. Sampling empat dari seluruh tidepool
pengamatan yang didapatkan dari perhitungan
Nilai indeks keanekaragaman makrozoobenthos 0,724 pada tidepool 83 dan yang terendah terdapat
pada sampling satu dari seluruh tidepool pada tidepool 100 yaitu 0,066, sampling keempat
pengamatan yang didapatkan dari perhitungan nilai keseragaman (E) makrozoobentos berada pada
1,713 pada tidepool 44 dan yang terendah terdapat keadaan komunitas tertekan.
pada tidepool 31 yaitu 0,046. Pada sampling dua
tidepool yang mempunyai keanekaragaman tinggi 3.2.5 Dominasi makrozoobenthos
adalah pada tidepool 31 2,240 sedangkan tidepool
keanekaragaman terendah pada tidepool 20 0,905. Nilai indeks dominasi jenis makrozoobenthos pada
Pada sampling tiga tidepool yang mempunyai sampling satu dari seluruh tidepool pengamatan
keanekaragaman tinggi adalah pada tidepool 22 yang didapatkan dari perhitungan 0,418 pada
1,897 sedangkan tidepool keanekaragaman tidepool 31 dan yang terendah terdapat pada
terendah pada tidepool 100 0,362. Pada sampling tidepool 83 yaitu 0,182, berdasarkan ketegori
empat tidepool yang mempunyai keanekaragaman indeks dominasi keberadaan makrozoobenthos
tinggi adalah pada tidepool 83 1,798 sedangkan pada sampling satu di kategorikan rendah. Sampling

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


136
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 3 Nomor 1 Halaman 133-138 April 2018 e-ISSN 2623-1980

dua tidepool yang mempunyai dominasi tinggi Effendi (2003) bahwa sebagian besar biota akuatik,
adalah pada tidepool 31 0,416 sedangkan tidepool termasuk dalam hal ini makrozoobenthos sensitif
dominasi terendah pada tidepool 75 0,153, terhadap perubahan pH dan menyukai pH sekitar 6
berdasarkan ketegori indeks dominasi keberadaan – 8,5. Selain itu menurut Sudirman dan Husrin
makrozoobenthos pada sampling dua di kategorikan (2014), pH normal perairan laut berada pada kisaran
rendah. Sampling tiga tidepool yang mempunyai 5,6-8,3. Pengukuran Oksigen terlarut pada semua
dominasi tinggi adalah pada tidepool 100 0,792 tidepool pengamatan didapatkan nilai anatara 1,2
sedangkan tidepool dominasi terendah pada mg/l – 4,8 mg/l. nilai DO pada tideppol berada di
tidepool 22 0,181, berdasarkan ketegori indeks bawah standar untuk kelangsungan hidup
dominasi keberadaan makrozoobenthos pada makrozoobenthos, menurut (Nugroho 2006) nilai DO
sampling tiga di kategorikan tinggi. Sampling empat untuk kelangsungan makrozoobenthus berkisar 4,5
tidepool yang mempunyai dominasi tinggi adalah mg/l – 6,5 mg/l.
pada tidepool 100 1,926 sedangkan tidepool
dominasi terendah pada tidepool 83 0,182. 4 SIMPULAN
berdasarkan ketegori indeks dominasi pada
sampling empat di kategorikan tinggi. Terdapat 12 jenis makrozoobenthos pada
Berdasarkan perhitungan, didapatkan nilai mikroekosistem tidepool di Pantai Tanjung Dewa,
indeks dominansi makrozoobenthos hal ini yang terdiri dari sembilan family, tiga kelas dan dua
menunjukkan bahwa pada mikroekosistem tidepool filum, yaitu filum Mollusca dan filum Arthopoda.
pengamatan mempunyai nilai indeks cenderung Berdasarkan struktur komunitas, dari
mendekati satu, artinya ada dominasi dari jenis perhitungan jenis makrozoobenthos, jenis yang
tertentu atau komunitas dalam keadaan tidak stabil. memiliki nilai terbesar adalah Nerita (Theliostyla)
Hal ini sesuai dengan peryataan Odum (1993) yang polita. Nilai kelimpahan jenis makrozoobenthos
menyatakan bahwa nilai indeks dominansi yang menunjukkan status ekosistem dalam kondisi baik.
tinggi menyatakan konsentrasi dominansi yang Nilai indeks keanekaragaman jenis makrozoobnthos
tinggi (ada individu yang mendominansi), sebaliknya berada pada kategori di bawah sedang. Nilai
nilai indeks dominansi yang rendah menyatakan keseragaman jenis makrozoobenthos berada pada
konsentrasi yang rendah (tidak ada yang dominan). keadaan tertekan-stabil. Sedangkan nilai indeks
dominansi menunjukkan terdapat jenis yang
3.2.6 Lingkungan (Fisik dan Kimia) Perairan mendominansi perairan, yaitu Nerita (Theliostyla)
polita yang dapat berpengaruh terhadap jenis
Pengukuran suhu air pada semua tidepool, makrozoobenthos lainnya.
didapatkan nilai yang cukup bervariasi, dengan suhu Faktor lingkungan yang mempengaruhi pada
terendah 28°C dan suhu tertinggi 33°C. Kep struktur komunitas makrozoobenthos adalah Fisika
MENLH No.51 (2004) yang menetapkan ambang dan Kimia. Pengukuran parameter fisika dan kimia
batas suhu bagi kehidupan biota laut adalah alami perairan dalam tidepool dilakukan pada semua
atau sekitar 28-32°C. Dari hasil perhitungan suhu air tidepool pengamatan. Pada tiap tidepool
tersebut dapat diketahui bahwa suhu air tersebut pengamatan dilakukan pengukuran parameter fisika
berada pada kisaran suhu yang normal bagi (Luas tidepool, suhu air, dan salinitas) serta
makrozoobenthos dalam tidepool. parameter kimia (pH dan DO). Kisaran suhu
Nilai salinitas air pada semua tidepool dari makrozoobenthos adalah bersekitar 28-32°C,
sampling pertama sampai sampling ke empat yaitu kisaran salinitas yang masih mampu mendukung
30‰. Pernyataan Hutabarat & Evans (1985), kehidupan makrozoobenthos adalah 15‰-35‰, nilai
kisaran salinitas yang masih mampu mendukung DO untuk kelangsungan makrozoobenthus berkisar
kehidupan organisme perairan, khususnya fauna 4,5 mg/l – 6,5 mg/l, nilai pH untuk kelangsungan
makrozoobenthos adalah 15‰-35‰. hidup makrozoobenthos berkisar 6–8,5.
Nilai pH dan kandungan oksigen terlarut
(dissolve oxygen) dalam perairan, didapatkan nilai 5 UCAPAN TERIMA KASIH
pH perairan pada semua tidepool pengamatan tidak
jauh berbeda, yaitu 6,03 hingga 8,95. Hal ini Terima kasih diucapkan kepada Habudin dan
menunjukkan bahwa perairan dalam semua tidepool keluarga, Ahmad Fadilah, Dede Nurahman, dan Yan
pengamatan bersifat netral dan normal. Nilai pH ini Sebastian Sena yang telah membantu di lapangan.
dapat mendukung kehidupan makrozoobenthos di
dalam perairan. Hal ini sesuai dengan pendapat

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


137
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 3 Nomor 1 Halaman 133-138 April 2018 e-ISSN 2623-1980

6 DAFTAR PUSTAKA Hutabarat S, Evans SM. 1985. Pengantar Oseanografi.


Universitas Indonesia Press, Jakarta
Aziz A. 1991. Beberapa catatan tentang bintang mengular Keputusan Menteri Lingkungan Hidup. 2004. Pedoman
(Gastropoda) sebagai biota bentik. Oseana, Penetapan Baku Mutu Air Laut. Jakarta. 12 hal.
17(1). Metaxas A., Scheibling RE. 1993. Community structure
Budiman A, Dwiono SAP. 1986. Ekologi moluska hutan and organization of tidepools. Marine Ecology
mangrove di Jailolo, Halmahera: Suatu studi Proggress Series, 98, 187-198.
perbandingan. Dalam: Surianegara, I, (ed.). 1987. Nogroho A. 2006. Bioindikator kualitas Air. Universitas
Prosiding Seminar III Ekosistem Mangrove. Trisakti, Jakarta.
MAAB-LIPI, Jakarta. Odum EP. 1971. Fundamental of Ekology. Third Edition,
Brower JE, Zar JH. 1977. Field and Laboratory Methods W.B. Saunders Company. Toronto Florida.
for General Ecology. Brown Co Publisher. Iowa. Odum EP. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Terjemahan T.
Dahuri R. 1994. Analisa Biota Perairan. Fakultas Samingan. Gadjah Mada University Press.
Perikanan IPB, Bogor. Yogyakarta.
Dahuri R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. Aset Odum EP. 1994. Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga.
Pembangunan Berkelanjutan Indonesia.Gramedia Terjemahan Koesbiono, DG Bengen, M Eidmen, S
Pustaka Utama, Jakarta. Sukarjo. PT Gramedia, Jakarta.
Effendi H. (2003). Telaah Kualitas Air bagi Pegelolaan Sevilla C et al. 1993. Pengantar Metode Penelitian.
Sumber Daya Lingkungan Perairan. Kanisius, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Yogyakarta Sudirman N, Husrin S. 2014. Status Baku mutu air laut
English S, Wilkinson C, Baker V. 1994. Survey Manual for untuk kehidupan biota dan indeks pencemaran
Tropical Marine Resources. Australian Institute of perairan di Pesisir Cirebon pada musim kemarau.
Marine Science, Townsville. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 6(2), 149-
Hemminga MA, Duarte CM. 2000. Seagrass Ecology. 154.
Cambridge University Press, London. Triadmodjo, 1999. Teknik Pantai. Fakultas Tenik
Universitas Gajah Mada, Jogjakarta.

-----

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


138

Anda mungkin juga menyukai