KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI KAWASAN DANAU LETANG JAYA
MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI SEBAGAI PENGAYAAN PRAKTIKUM TAKSONOMI MONERA DAN PROTISTA
OLEH KARTIWAN RRA1C413009
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI JUNI 2017
KARTIWAN (RRA1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 1
KARTIWAN (RRA1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 2 PENDAHULUAN seluruh danau Letang Jaya Muara Latar Belakang Masalah Bulian Kabupaten Batanghari. Alat yang digunakan dalam Danau Letang Jaya merupakan penelitian ini meliputi Sedgewick salah satu keindahan alam dan tempat Rafter, termometer raksa, bola hisap, wisata yang terdapat di Muara Bulian gelas ukur 100 ml, keping secchi, Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi.. meteran, botol, botol DO, pipet tetes, Danau Letang Jaya memiliki 4,5 hektar pipet tetes ukuran 1 ml, pipet kolum dengan kedalaman 5-6 meter, ukuran 10 ml, tabung erlenmeyer sedangkan vegetasi yang ada di dalam ukuran 250 ml, plankton net dengan danau Letang Jaya tersebut berupa ukuran 85μm, gelas ukur 500 ml, botol tumbuhan akasia dan sepang (Syofwan, sampel ukuran 300 ml, pensil, kamera, 2007:86). GPS (Global Positioning System) dan Mikroalga adalah suatu buku identifikasi Alga. organisme tumbuhan yang primitif Bahan yang digunakan dalam memiliki berukuran renik (seluler) yang penelitian ini adalah sampel mikroalga hidup diseluruh wilayah perairan, baik yang diambil secara langsung dari di air tawar ataupun di air laut. Menurut danau Letang Jaya Muara Bulian Kawaroe, dkk (2010:14) komunitas Kabupaten Batanghari, alumunium foil, mikroalga pada suatu perairan kertas label, formalin 4%, rafia, selotip dipengaruhi oleh kondisi lingkungan bening, kertas indikator pH, asam nitrat, perairan tersebut. Faktor yang MnSO4, Alkali, H2SO4, Na2S2O3, mempengaruhi pertumbuhan mikroalga aquades, dan alkohol 70%. yaitu temperatur (suhu), kualitas dan Pengambilan sampel mikroalga kuantitas nutrien (unsur hara), intensitas dilakukan tiga hari dalam selang waktu cahaya dan derajat keasaman (pH). yang berbeda-beda dan pada satu hari Berdasarkan uraian di atas dan pengambilan terdiri atas pagi (pukul pentingnya mikroalga bagi ekosistem 07.00 s/d 09.00), siang (11.00 s/d 13.00) suatu perairan, Selain itu hasil dan sore hari (15.00 s/d 17.00) penelitian ini dapat digunakan sebagai menggunakan plankton net berukuran pengayaan praktikum Taksonomi 85 μm dengan jari-jari lingkaran 10 cm. Monera dan Protista, sehingga perlu Pengambilan sampel dilakukan secara dilakukan penelitian dengan judul vertikal, yaitu dengan cara menarik “Keanekaragaman Mikroalga di jaring plankton net yang telah Kawasan Danau Letang Jaya Muara ditenggelamkan dengan kedalaman 2 m Bulian Kabupaten Batanghari dari atas permukaan dan didiamkan Sebagai Pengayaan Praktikum selama 5 menit. Selanjutnya sampel Taksonomi Monera Dan Protista”. dimasukkan ke dalam botol dan diberi label, pada label diberi keterangan BAHAN DAN METODE tempat, tanggal dan waktu pengambilan Penelitian ini menggunakan sampel. Sampel selanjutnya diawetkan metode deskriptif kuantitatif, dan menggunakan formalin 4%. dengan teknik penentuan lokasi secara Selanjutnya, sampel yang telah purposive sampling (penempatan titik diawetkan dibawa ke laboratorium sampel dengan tujuan tertentu). Lokasi Kesehatan Ikan Balai Perikanan dan pengambilan sampel terdiri atas tiga Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai titik sampling yang mewakili dari Gelam untuk diidentifikasi.
KARTIWAN (RRA1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 3
Prosedur Penelitian beginner’s guide to Freshwater Algae” Penetapan Lokasi Pengambilan karangan Hilary Belcher dan Erica Sampel Swale tahun 1976, “An illustrated guide Lokasi dalam pengamatan ini to River Phytoplankton" karangan terdiri dari 3 lokasi yang berbeda Hilary Belcher dan Erica Swale tahun dengan metode purposive sampling. 1979, “Illustrations of the Freshwater Pemilihan atau penetapan suatu lokasi Plankton of Japan” karangan Toshiihko pengambilan sampel danau Letang Jaya Mizuno tahun 1979, “Planktonologi” Muara Bulian Kabupaten Batanghari karangan Johan Basmi tahun 2012, dan dilakukan dengan melihat kondiri “The Freshwater Algae” karangan perairan pada suplai keluar air dari G.W. Prescott tahun 1954. danau, tengah danau dekat kerambah budidaya ikan, dan tepi danau yang Analisis Data mewakili lokasi dari danau tersebut. Analisis Faktor Biologi Titik pada tiap stasiun ini ditentukan Menurut Fachrul (2012:91), dengan menggunakan alat bantu GPS parameter biologi dapat diamati untuk (Global Positioning System). mengetahui banyaknya mikroalga yang terdapat pada suatu perairan yaitu: Pengambilan Sampel Mikroalga a) Kelimpahan, penentuan kelimpahan Pengambilan sampel mikroalga mikroalga dilakukan berdasarkan dilakukan tiga hari dalam selang waktu metode sapuan diatas objek glas yang berbeda-beda dan pada satu hari Sedgewick Rafter. Kelimpahan pengambilan terdiri atas pagi (pukul mikroalga dinyatakan secara 07.00 s/d 09.00), siang (11.00 s/d 13.00) kuantitatif dalam jumlah sel/liter atau dan sore hari (15.00 s/d 17.00) individu/liter. menggunakan plankton net berukuran b) Indeks kemerataan, indeks ini 85 μm dengan jari-jari lingkaran 10 cm. menunjukkan pola sebaran, yaitu Pengambilan sampel dilakukan secara merata atau tidak. Jika indeks vertikal, yaitu dengan cara menarik kemerataan relative tinggi maka jaring plankton net yang telah keberadaan setiap jenis biota ditenggelamkan dengan kedalaman 2 m diperairan dalam kondisi merata. dari atas permukaan dan didiamkan c) Indeks keanekaragaman, merupakan selama 5 menit (Fachrul, 2012:94). indeks yang digunakan untuk Selanjutnya sampel dimasukkan mengetahui keanekaragaman jenis ke dalam botol dan diberi label, pada biota perairan. Apabila indeks label diberi keterangan tempat, tanggal relative tinggi, maka dan waktu pengambilan sampel. Sampel keanekaragaman biota dalam kondisi selanjutnya diawetkan menggunakan prima (stabil). formalin 4%. Selanjutnya, sampel yang d) Indeks dominansi, digunakan untuk telah diawetkan dibawa ke laboratorium mengetahui adanya dominansi jenis Kesehatan Ikan Balai Perikanan dan tertentu di perairan. Jika nilai indeks Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai dominansi relatif tinggi, maka Gelam untuk diidentifikasi. terdapat spesies yang mendominansi spesies lainnya. Identifikasi Mikroalga Analisis Faktor Fisika dan Kimia Sampel yang telah berhasil Analisis faktor lingkungan yang diamati dicocokkan dengan buku dapat diamati dari penelitian ini identifikasi mikroalga, yaitu “A terutama dalam mempengaruhi
KARTIWAN (RRA1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 4
keberadaan mikroalga faktor fisika 𝑛𝑖 Pi = 𝑁 = peluang kepentingan meliputi suhu, kecerahan, kedalaman, untuk tiap jenis bau air, warna air, dan cuaca. N = jumlah individu mikroalga Sedangkan faktor kimia meliputi ni = jumlah individu tiap jenis oksigen terlarut (DO) dan pH. ke-i Analisis Data Mikroalga Dengan kriteria sebagai berikut : A. Volume air yang disaring Jika H’ ≤ 1,5 maka Menurut Fachrul (2012:95) keanekaragaman jenis rendah. untuk mengetahui volume air yang Jika H’>1,5 dan < 3 maka masuk ke dalam jaring plankton net keanekaragaman sedang. dapat dihitung dengan rumus: Jika H’ ≥ 3 maka keanekaragaman tinggi. Vs = 𝜋 × 𝑟 2 × t Keterangan: D. Indeks kemerataan π.r2 = Luas lingkaran jaring Jika indeks kemerataan relatif plankton tinggi maka keberadaan setiap jenis t = panjang tarikan (m) biota di perairan dalam kondisi merata (Fachrul, 2012:95-96) B. Kelimpahan Mikroalga Penentuan kelimpahan plankton H′ E= ′ berdasarkan metode sapuan di atas gelas H maks objek Sedgeick Rafter. Kelimpahan Keterangan: plankton secara kuantitatif dapat E= indeks kemerataan dihitung berdasarkan rumus (Fachrul, H’= indeks keanekaragaman 2012:95): H’ maks = ln S (S adalah jumlah N = n x (Vr/Vo) x (1/Vs) spesies) Keterangan: N = jumlah sel per liter (ind/L) n = jumlah sel yang diamati Nilai indeks berkisar antara 0-1 Vr = volume air tersaring E ≈ 0, kemerataan antara spesies Vo = volume air yang diamati rendah, artinya kekayaan individu yang (pada Sedgeick Rafter) (ml) dimiliki masing-masing spesies sangat Vs = volume air yang disaring jauh berbeda. (L) E = 1, kemerataan antar spesies relatif merata atau jumlah individu masing- C. Indeks keanekaragaman masing spesies relatif sama. Untuk menentukan indeks keanekaragaman jenis dihitung dengan E. Indek dominansi menggunakan rumus Shannon & Menurut Odum (1993:179) Wiener (Fachrul, 2012:96): Untuk menentukan indeks dominansi 𝑠 dapat menggunakan rumus yaitu: ′ 𝐻 = − ∑ 𝑃𝑖 ln 𝑃𝑖 𝑖=1 D = ∑ Pi2 Keterangan: H’ =indeks keanekaragaman Keterangan : S = jumlah jenis D = Indeks dominansi 𝑛𝑖 pi = 𝑁
KARTIWAN (RRA1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 5
ni = Jumlah individu ke- i Keanekaragaman, Kemerataan, dan N = Jumlah total individu Dominansi Mikroalga Hasil perhitungan Dengan kriteria sebagai berikut: keanekaragaman, kemerataan dan Jika nilai D < 0,5 maka tidak ada jenis dominansi pada semua stasiun yang mendominasi. pengambilan sampel dapat dilihat pada Jika nilai D > 0,5 maka ada jenis yang Tabel 4.1 sebagai berikut. mendominasi. Tabel 4.1 Keanekaragaman, Kemerataan, dan Dominansi Mikroalga pada Setiap Stasiun Penelitian Stasiun Peneliian Parameter Rata-rata HASIL DAN PEMBAHASAN I II III Jumlah spesies 40 32 24 Jumlah dan Jenis Mikroalga Indeks Berdasarkan hasil penelitian Keanekaragaman 3,0876 1,7751 2,6567 2,5065 Jenis (H’) yang telah dilakukan di kawasan danau Kriteria Sedang sedang Sedang Sedang Letang Jaya Muara Bulian Kabupaten Keanekaragaman Kemerataan (E) 0,0260 0,0140 0,0228 0,0209 Batanghari dan dari proses identifikasi Kriteria Rendah Rendah Rendah Rendah di laboratoriun Kesehatan Ikan Balai Kemerataan Perikanan Budidaya Air Tawar Dominansi (D) 0,0946 0,4124 0,1117 0,2062 Kriteria Tidak Tidak Tidak (BPBAT) Sungai Gelam ditemukan Dominansi Ada ada Ada Tidak ada sebanyak 52 jenis mikroalga yang telah teridentifikasi. Jenis mikroalga yang Faktor Fisika dan Kimia di Danau diidentifikasi termasuk kedalam 4 divisi Letang Jaya yaitu Chrysophyta, Chlorophyta, Faktor fisika yang diamati Cyanophyta, dan Euglenaphyta. meliputi suhu, kecerahan, kedalaman, Berdasarkan divisi yang warna air. Hasil pengukuran faktor ditemukan pada setiap stasiun penelitian fisika disajikan dalam Tabel 4.2. yaitu keluar dari air ke dalam danau (stasiun I), tengah danau (stasiun II), dan tepi danau (stasiun III) serta waktu Parameter Satuan Stasiun Rata- Fisika pengambilan sampel di lapangan yaitu I II III rata pada pagi hari (07.00 s/d 09.00), siang Kedalaman Cm 400 600 300 Cm hari (11.00 s/d 13.00), dan sore hari Kecerahan Cm 36 42 34 Cm - Cokel Cokel Cokel - (15.00 s/d 17.00) menggunakan at at at plankton net. Divisi yang paling banyak Warna air kekun kekun kekun ditemukan yaitu dari divisi Chlorophyta ingan ingan ingan sebanyak 35 jenis mikroalga. Suhu 0 C 26-32 26-32 26-30 0 C Sedangkan divisi yang paling sedikit Tabel 4.2 Faktor fisika di danau Letang Jaya Muara Bulian Kabupaten Batanghari ditemukan yaitu dari divisi Chrysophyta yaitu sebanyak 5 jenis. Perhitungan faktor kimia berupa derajad Kelimpahan Mikroalga keasaman (pH) dan oksigen terlarut Berdasarkan hasil yang (DO) pada penelitian ini memiliki diperoleh jenis mikroalga yang kisaran yang berbeda-beda. Hasil ditemukan sebanyak 52 jenis mikroalga pengukuran pH dan oksigen terlarut yang terdiri atas 4 divisi antara lain dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini: Chrysophyta (5,7%), Chlorophyta (75,6%), Cyanophyta (9,6%), dan Euglenophyta (9,1%).
KARTIWAN (RRA1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 6
Tabel 4.3 Faktor Kimia di danau Letang Jaya Muara Bulian (2005:17) Chlorophyta merupakan Kabupaten Batanghari organisme prokariotik dan memiliki kloroplas, DNA-nya berada dalam Parameter Stasiun Fisika sebuah nukleus, dan beberapa jenis dari I II III Chlorophyta memiliki flagella, serta pH 5 6 5 Oksigen memiliki dinding sel sebagian besar Terlarut 5,5 mg/l 8 mg/l 5 mg/l berupa sellulosa. Untuk pigmen yang (DO) penyusun Chlorophyta yaitu berupa klorofil a dan beberapa karotenoid dan biasanya berwarna hijau rumput. Jenis PEMBAHASAN mikroalga dari divisi Chlorophyta dapat Jumlah dan Jenis Mikroalga dilihat pada Gambar 4.1 sebagai Berdasarkan identifikasi berikut. mikroalga di kawasan danau Letang Jaya Muara Bulian, ditemukan sebanyak 52 jenis mikroalga yang terdiri atas 4 divisi yaitu Euglenophyta, Chlorophyta, Cyanophyta, dan Chrysophyta. Untuk jenis yang paling banyak ditemukan yaitu dari divisi a b Chlorophyta sebanyak 34 jenis Gambar 4.1 a. Pediastrum sp. b. Scenedesmus acuminatus (Lagerheim) Chodat mikroalga sedangkan divisi yang paling Perbesaran 10 x 10 (Dokumentasi pribadi, 2017) sedikit ditemukan yaitu dari divisi Chrysophyta sebanyak 5 jenis Sedangkan jenis yang paling sedikit mikroalga. ditemukan yaitu dari divisi Chrysophyta Menurut Gunawan (2011:26) sebanyak 5 jenis. Ditemukannya sedikit Chlorophyta adalah kelompok alga yang jenis dari divisi Chrysophyta paling banyak ditemukan di daerah dikarenakan divisi ini lebih banyak perairan, dikarenakan Chlorophyta ditemukan pada perairan dingin dan air memiliki habitat yang luas dan laut. Divisi ini biasanya ditemukan merupakan kelompok mikroalga yang dengan warna kuning, cokelat, dan terbesar dibandingkan jenis mikroalga jingga (Pelczar, 2010:252). Selain itu yang lainnya. Hal ini juga disebutkan berdasarkan hasil penelitian Aida oleh Bellinger dan Sligee (2009:17) (2013:6) divisi Crysophyta paling Chlorophyta merupakan divisi yang sedikit ditemukan dikarenakan faktor paling banyak ditemukan aliran air yang rendah sehingga spesies keanekaragaman jenisnya. Hal ini dapat mikroalga juga sulit untuk ditemukan. dilihat dari ciri morfologi mikroalga Jenis mikroalga dari divisi Crysophyta dari divisi ini ada yang uniseluler, dapat dilihat pada Gambar 4.2 sebagai koloni dan berbentuk filamen. berikut. Pelczar (2010:855) menyatakan bahwa mikroalga adalah mikroorganisme fototrofik dikarenakan produsen yang mampu berfotosintesis. Hasil fotosintesis tersebut berupa amilum yang tersimpan di dalam pirenoid. Dari Gambar 4.1 dapat dilihat a b contoh dari divisi Chlorophyta. Suminto Gambar 4.1 a. Navicula sp. b. Nitzschia obtusa Perbesaran 10 x 10 (Dokumentasi pribadi, 2017)
KARTIWAN (RRA1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 7
Kelimpahan Mikroalga stasiun yaitu stasiun II sebanyak 239,22 Berdasarkan hasil identifikasi ind/l, stasiun I sebanyak 140,13 ind/l, jenis mikroalga yang ditemukan dan stasiun III sebanyak 77,76 ind/l sebanyak 52 jenis yang termasuk (Tabel 4.3). Tingginya persentase kedalam 4 divisi yaitu Chrysophyta, mikroalga yang terdapat pada stasiun II Chlorophyta, Cyanophyta dan dikarenakan faktor fisika dan faktor Euglenophyta. Kelimpahan jenis kimia yang mendukung terhadap mikroalga yang tertinggi dari penelitian kelangsungan hidup dari mikroalga ini yaitu dari divisi Chlorophyta dengan tersebut. Stasiun ini merupakan daerah persentase sebesar 75,6%. Dengan yang terdapat pada tengah danau, jumlah jenis yang ditemukan yaitu sehingga kondisi ini membuat sebanyak 35 jenis mikroalga, tetapi mikroalga lebih melimpah. jenis mikroalga yang paling banyak Kelimpahan jenis mikroalga ditemukan yaitu dari jenis Scenedesmus, yang paling terendah yaitu terdapat pediastrum, dan Chorella. pada stasiun III yang memiliki Divisi Chlorophyta sangat kedalaman 300 cm (3 m) dan kecerahan bermanfaat bagi perairan selain sebagai 34 cm (0,34 m). Sedangkan suhu dan pakan ikan, Chlorophyta juga dapat pH pada stasiun ini yaitu hasil digunakan sebagai emisi gas CO2 di pengukuran suhunya yaitu berkisar daerah perairan. Hal ini sesuai dengan antara 26-30 0C dan pH-nya yaitu 5. Hal hasil penelitian dari Arif, dkk (2011:69) yang menyebabkan kurangnya jenis Chlorella sp. Merupakan salah kecerahan pada stasiun ini dikarenakan satu dari divisi Chlorophyta yang oleh banyaknya pepohonan yang memiliki kemampuan cukup baik dalam mengelilingi daerah stasiun tersebut. menyerap emisi gas dan juga dapat Rendahnya cahaya yang masuk pada sebagai agen pengolah limbah di suatu stasiun ini dapat menyebabkan kurang perairan. Sehingga mikroalga ini dapat mendukungnya kelangsungan hidup membantu untuk mencegah pencemaran mikroalga pada daerah tersebut. Selain di air, yang disebabkan oleh sampah, itu menurut Pelczar (2010:133-207) limbah rumah tangga maupun pakan faktor yang mempengaruhi ikan berupa pelet pada pembudidayaan pertumbuhan dari mikroalga yaitu ikan dalam krambah. faktor fisika (suhu, kecerahan, warna Kelimpahan jenis mikroalga dan kedalaman) dan faktor kimia yang terendah dari hasil penelitian ini (oksigen terlarut (DO) dan bahan adalah pada divisi Chrysophyta dengan organik terlarut). hasil persentase berjumlah 5,7%. Hal ini di dikarenakan divisi Chrysophyta ini Indeks Keanekaragaman Mikroalga merupakan mikroalga yang hidup di Nilai indeks keanekaragaman perairan dingin dan air laut Pelczar jenis dari masing-masing stasiun (2010:252). Hal ini juga dinyatakan disajikan dalam Tabel 4.4. Berdasarkan oleh Kawaroe, dkk (2010:10) hasil identifikasi untuk indeks Chrysophyta merupakan divisi yang keanekaragaman mikroalga di kawasan mendominasi jumlahnya pada habitat danau Letang Jaya untuk stasiun I yaitu yang baik yaitu di air laut, payau dan sebesar 3,0876, untuk stasiun II yaitu ada juga pada air tawar. sebesar 1,7751, dan stasiun III yaitu Persentase kelimpahan jenis sebesar 2,6567. Hal ini dijelaskan mikroalga dari yang tertinggi hingga Fachrul (2012:19) bahwa dalam suatu yang terendah dari masing-masing penelitian, fitoplankton sering dijumpai
KARTIWAN (RRA1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 8
perbedaan baik jumlah maupun jenisnya individu yang dimiliki masing-masing pada daerah yang berdekatan, meskipun spesies sangat jauh berbeda. pada massa air yang sama, hal ini Ketidakmerataan pada setiap stasiun disebabkan oleh beberapa faktor antara diduga disebabkan oleh faktor fisika, lain seperti unsur hara, kedalaman, dan kimia, dan biologi. aktivitas pemangsaan pada danau tersebut. Indeks Dominansi Mikroalga Dari data terlihat nilai indeks Indeks dominansi masing- keanekaragaman jenis yang diperoleh masing stasiun dapat dilihat pada Tabel berkisar antara 1,7751 sampai 3,0876. 4.6 yang menunjukkan bahwa di Unruk nilai tertinggi indeks kawasan danau Letang Jaya Muara keanekaragaman terdapat pada stasiun I Bulian tidak ada jenis dari mikroalga yaitu sebesar 3,0876 dan nilai terendah yang mendominansi, karena indeks indeks keanekaragaman terdapat pada dominansi yang didapat pada masing- stasiun II yaitu 1,7751 dengan kriteria masing stasiun antara lain, stasiun I semua stasiun yaitu sedang. Sesuai yaitu 0,0946, stasiun II yaitu 0,4124, dengan pendapat Fahrul (2012:96) yang dan stasiun III yaitu 0,1117. Fahrul menyatakan bahwa apabila indeks (2012:96) menjelaskan bahwa nilai D < keanekaragaman H’>1,5 dan < 3,5 0,5 maka tidak ada jenis yang maka daerah perairan tersebut mendominasi. Selain itu tidak adanya menunjukkan stabilitas komunitas biota jenis mikroalga yang mendominansi dalam kondisi yang sedang atau kualitas menunjukkan bahwa kondisi air belum tercemar. lingkungan yang relatif baik.
Indeks Kemerataan Mikroalga PENUTUP
Nilai indeks kemerataan dari Simpulan masing-masing stasiun disajikan dalam Berdasarkan hasil penelitian di Tabel 4.5. Berdasarkan hasil identifikasi kawasan danau Letang Jaya Muara untuk indeks kemerataan mikroalga di Bulian Kabupaten Batanghari dapat kawasan danau Letang Jaya untuk disimpulkan bahwa kawasan tersebut stasiun I yaitu sebesar 0,0259, untuk didapat 52 jenis mikroalga yang terdiri stasiun II yaitu sebesar 0,0140, dan atas 4 divisi yaitu Chrysophyta, stasiun III yaitu sebesar 0,0228. Chlorophyta, Cyanophyta, dan Indeks kemerataan pada semua Euglenophyta. Kelimpahan tertinggi stasiun yaitu berkisar antara 0,0140 – yaitu pada divisi Chlorophyta yaitu 0,0259, hal ini menunjukkan sebesar 75,6%, sedangkan kelimpahan kemerataan mikroalga di kawasan jenis terendah pada divisi Chrysophyta danau Letang Jaya Muara Bulian yaitu 5,7 %. Untuk indeks Kabupaten Batanghari dalam kriteria keanekaragaman berkisar antara 1,7751- rendah. Untuk indeks kemerataan 3,0876 dengan kriteria sedang. Indeks mikroalga yang tertinggi terdapat pada kemerataan berkisar antara 0,0140- stasiun I yaitu 0,0259, sedangkan indeks 0,0259 dengan kriteria rendah, artinya kemerataan yang terendah terdapat pada kekayaan individu yang dimiliki oleh stasiun II yaitu 0,0140. Fahrul masing-masing jenis sangat jauh (2012:96) menyatakan bahwa apabila berbeda. Sedangkan indeks dominansi kemerataan spesies E ≈ 0 dapat berkisar antara 0,0946-0,4124, sehingga dikatakan bahwa kemerataan antara pada kawasan tersebut tidak ada jenis spesies rendah, artinya kekayaan mikroalga yang mendominansi
KARTIWAN (RRA1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 9
menunjukkan kondisi perairan relative Fitriah Aida dan Ahmad Munajib. 2013. baik. Identifikasi Jenis Mikroalga di Perairan Coban Talun Kecamatan Saran Pujon Kabupaten Malang. Jurusan Berdasarkan penelitian ini Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi: UIN Maliki Malang. disarankan kepada masyarakat sekitar Gunawan. 2011. Jurnal. Keragaman untuk tetap menjaga kelestarian dari Mokroalga di Lahan Bekas danau Letang Jaya Muara Bulian Tambang Batu Bara, Cempaka. kabupaten Batanghari, agar ekosistem BIOSCIENTAE. No. 2 Vol. 7 Hal. danau tersebut tetap terjaga dengan 23-27. baik, karena kawasan danau tersebut Kawaroe M, Prartono T, Sunundin A, Sari merupakan salah satu tempat DW, dan Augustine D. 2010. perekonomian masyarakat dengan cara Mikroalga Potensi dan budidaya ikan dalam kramba dan Pemanfaatan untuk Produksi Bio sebagai tempat pariwisata masyarakat Bahan Bakar. IPB Pers: Bogor. luar daerah. Mandasari, N. 2010. Kanekaragaman Fitoplankton di Danau Sipin Kota Jambi Sebagai Bioindikator Kualitas Air. Skripsi. Jurusan DAFTAR RUJUKAN Pendidikan Biologi. FKIP: Basmi J. 2012. Planktonologi:Metoda Universitas Jambi. Analisis Plankton. Fakultas Mizuno, T. 1998. Ilustration of The Fresh Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB: Water Plankton of Japan. Hoikusha Bogor Publishing: Japan. Belcher H, Swale E, 1976. A beginner’s Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. guide to Freshwater Algae. Her Gajdah Mada University Press. Majesty’s Stationery Office: Yogyakarta. London. Pelczar J. Michael. 2010. Dasar-dasar Belcher H, Swale E, 1979. A illustrated Mikrobiologi 1. UI press: Jakarta. guide to River Phytoplankton. Her Purnama, Puja, 2016, Keanekaragaman Majesty’s Stationery Office: Mikroalga Di Danau Kaco London. Kbupaten Kerinci, Bellinger, E.G, Sigee, D.C. 2010. Skripsi,Universitas Jambi. Identification and Use as Pratiwi T. Sylvia. 2008. Mikrobiologi Bioindicator. Britiny: Jhon wiley Farmasi. PT Gelora Aksara and Sons, Ltd. Pratama: Jakarta. Dwi A.S, Rahmania A.D, dan Joko P.S. Prescott G. W. 1970. The Freshwater 2011. Jurnal. Mikro Alga Untuk Algae. WM. C. Brown Company Penyerapan Emisi CO2 dan Publishers: Dubuque, Lowa. Pengolahan Limbah Cair di Lokasi Purnomo B. 2005. Pengenalan Sifat-Sifat Industri. Jurnal Ilmu dan Teknologi Umum Mikrobiologi. PS. IHPT. Kelautan Tropis. No. 2 Vol. 3 Hal. Faperta Unib. 62-70. Stainer Y. Roger, Edward A. Adelberg, Fachrul M.F. 2012. Metode Sampling John L. Ingraham. 1982. Dunia Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara. Mikrobe I. Bhratara Karya Aksara: Febri. Mikel, 2016. Keanekaragaman Jakarta. Mikroalga Di Danau Lingkat Setiarto R.HB. 2011. Pemanfaatan Kabupaten Kerinci. Skripsi. Mikroalga Untuk BBM. Jurusan Pendidikan Biologi. FKIP: http://www.biologi.lipi.go.id/bio_in Universitas Jambi. donesia/mTemplate.php?h=3&d_be rita=303: Diakses pada tanggal 08- 02-2016. KARTIWAN (RRA1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 10 Suin, N.M. 1998. Metoda Ekologi. Rifai, M. 2015, Keanekaragaman Jenis Universitas Andalas: Jakarta Mikroalga Di Danau Kenali Suminto. 2005. Budidaya Pakan Alami Kota Jambi,Skripsi, Jurusan Mikroalgae dan Rotifer. Undip: Pendidikan Biologi. FKIP. Semarang. Universitas Jambi. Syafputri E. 2012. Apa Itu Mikroalga. Sastrawijaya, A.T. 2000. Pencemaran http://www.antaranews.com/berita/ 321543/apa-itu-mikroalga: Diakses Lingkungan. Rineka Cipta. pada tanggal 15-02-2016. Jakarta. Syofwan. 2007. Peta Perairan Umum Saputra, D.S. 2012. Edisi bekarang Kabupaten Batanghari. Dinas Muaro Jambi.Mira. Usaha Peternakan dan Perikanan: Kencana : Propinsi Jambi Batanghari Setiarto, R.H.B. 2011. Pemanfaatan Mi Taufiqullah, 2015. Penyebab Warna Pada kroalga Untuk BBM. http://www Air. .biologi.lipi.go.id/bio_indonesia/ https://www.tneutron.net/penyebab mTemplate.php?h=3&id_berita= -warna-pada-air: Diakses pada 303: Diakses pada tanggal 16- tanggal 15-11-2016. 02-2016. Widyaloka, Kiki. 2014, Keanekaragaman Mikroalga Di Kawasan Percandian Soemarwoto I., Gandjar I., Guhadjar E., Muaro Jambi, Skripsi,Universitas Nasoetion H,A. Soemartono Jambi. S,S,.SomadikataK,L.1980.Biolo Winahyu., DA., Anggriani.Y., gi Umum II.Pt Gramedia Rustiati.E.L.,Master.J., Setiawan.A. Jakarta. 2013. Studi Pendahuluan Mengenai Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Keanekaragaman Mikroalga di Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Pusat Konservasi Gajah, Taman Alfabeta, Bandung. Nasional Way Kambas. Prosiding Suin, Nurdin, M. 1998. Metoda Ekologi. Semirata FMIPA Universitas Departemen Pendidikan dan Lampung. Kebudayaan. Direktorat Jendral Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Pendidik Tinggi. Gajdah Mada University Tjitrosomo. S.S. 984. Botani Umum 3. Press.Yogyakarta. Angkasa. Bandung. Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi. Wahyu, P.P. 2009. Memahami Saling 2003. SK Bupati Muaro Jambi KetergantunganDalam Tentang Penetapan Danau Arang Ekosistem. Pt Puri – Arang Kecamatan Kumpe Ulu Delco.Bandung. Sebagai Lokasi Reservat Ikan Wolf,L.L. 1990. Ekologi Umum.Gadjah (suaka perikanan) Mada Universiti Poerbondono, D.N, Djunasjah, E., 2012. Press.Yogjakarta. Survei Hidrografi. PT Refika Widyaloka, K. 2015, Keanekaragaman Aditama. Bandung. Mikroalga Di Kawasan Pratiwi,S.T.2008.Mikrobiologi Farmasi. Percandian Muaro Jambi, Gelora Aksara Pratama. Skripsi, Jurusan Pendidikan Purnomo, B. 2005. Pengenalan Sifat- Biologi. FKIP. Universitas Sifat Umum Mikrobiologi. PS. Jambi. IHPT. Faperta Unib. Pelczar,Jr. 2010. Dasar-dasar Mikrobiologi 1. Ui press: Jakarta.
KARTIWAN (RRA1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 11