Anda di halaman 1dari 17

JURNAL BUANA

JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL – UNP


E-ISSN : 2615 – 2630 VOL-3 NO-2 2019

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN KJA BUDIDAYA KERAPU DI PERAIRAN LAUT


SIKAKAP KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Dino Wilmansyah1, Helfia Edial2, Widya Prarikeslan3


Program Studi Geografi,
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang
E-mail : dino.wilmansyah@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1). sifat kimia air laut salinitas, pH, densitas
dan kecerahan yang menentukan untuk perkembangan ikan kerapu yang di budidayakan 2).
kondisi fisika (suhu permukaan air, gelombang, kecepatan arus, dan kedalaman) di perairan laut
Sikakap. 3).kawasan potensial kesesuaian perairan bagi pengembangan KJA kerapu di perairan
laut Sikakap. Adapun metode yang digunakan ialah adalah metode Deskriptif kuantitatif. Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder Metode
pengumpulan data diperoleh dari hasil pengambilan data kualitas perairan di lapangan. Sehingga
didapatkan hasil berupa perairan laut Sikakap dari analisis spasial yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar parameter kualitas perairannya memenuhi syarat dan
berpotensi untuk kegiatan budidaya laut ikan kerapu.

Kata Kunci : keramba, kualitas perairan, kesesuaian

Abstract

This study aims to find out 1). the chemical properties of seawater salinity, pH, density
and brightness are decisive for the development of grouper cultivated 2). physical conditions
(water surface temperature, waves, current velocity, and depth) in the sea waters of Sikakap. 3).
Potential areas of water suitability for the development of grouper KJA in the sea waters of
Sikakap. The method used is descriptive quantitative method. Sources of data used in this study
are primary data and secondary data Data collection methods obtained from the results of water
quality data collection in the field. So that the results obtained in the form of Sikakap sea water
from spatial analysis can be concluded that most of the water quality parameters meet the
requirements and potential for grouper marine aquaculture.

Keywords: cage, water quality, suitability

1
Mahasiswa Program Studi Geografi 2018
2
Dosen Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang.
314

PENDAHULUAN Kabupaten Kepulauan Mentawai,


Ikan kerapu (Groupers) yang memiliki potensi sumberdaya
merupakan salah satu jenis laut yang besar dan belum
komoditas perikanan yang bernilai dimanfaatkan optimal. Potensi
ekonomis tinggi baik di pasar sumberdaya lautnya ini sangat perlu
nasional maupun internasional. Ikan penanganan yang baik, guna
kerapu mempunyai nilai jual tinggi menghasilkan peluang produksi hasil
di pasar internasional, karena rasa budidaya yang lebih besar di masa
dagingnya yang lezat dan yang akan datang. Penentuan lokasi
ketersediaannya di alam mulai yang tepat juga sangat menentukan
berkurang Jenis kerapu yang sukses bagi keberhasilan budidaya sesuai
dibudi-dayakan di Indonesia dan dengan jenis budidaya yang akan
memiliki harga jual tinggi antara lain dilkukan.
adalah: kerapu macan Semua potensi yang ada di
(Epinephelusfuscoguttatus) dan perairan laut sikakap dapat dijadikan
kerapu bebek (Cromileptes altivelis). penyangga bagi kehidupan penduduk
(Grahadyarini, dalam Ode, 2010). sekitar, sekitar 65% lebih masyarakat
Ikan kerapu dapat sekitar Sikakap berprofesi sebagai
dibudidayakan di karamba jaring nelayan. Sehingga mengakibatkan
apung (KJA), petakan kolam laut, tingginya ketergantungan masyarakat
dan di tambak. Dengan potensi lahan terhadap sumberdaya laut yang ada.
yang masih cukup luas dan dukungan Tetapi kondisi saat ini yang terjadi
teknologi budidaya yang telah adalah nelayan mengalami penu-
dikuasai mulai dari pembenihan, runan hasil tangkapan, karena pola
pendederan, penggelondongan, penangkapan yang tidak memenuhi
pembesaran, serta pangsa pasar yang prosedur yang selayaknya atau bisa
baik maka pengembangan budidaya dikatakan penangkapan yang
ikan kerapu. Pada tahun 1990an, merusak. Hal ini dipicu karena
usaha budidaya ikan kerapu di dalam penggunaan alat tangkap yang daya
karamba jaring apung (KJA) mulai tangkapnya yang tidak efektif dan
dikembangkan untuk memenuhi tingkat selektivitas yang rendah.
kebutuhan ikan kerapu. Jenis ikan Oleh sebab itu beberapa
kerapu yang berhasil dibudidayakan nelayan memilih profesi sampingan
di Indonesia antara lain kerapu sebagai pembudidaya dengan sistem
lumpur, kerapu tikus, dan lain-lain keramba jaring apung, namun
(persilangan kerapu macan dan Permasalahan yang dihadapi oleh
kertang). para pembudidaya keramba jaring
Salah satu wilayah apung di laut Sikakap adalah belum
pengembangan Karamba Jaring adanya gambaran mengenai tingkat
Apung adalah perairan laut Sikakap, kesesuaian dan penentuan lokasi

Jurnal Buana – Volume-3 No-2 2019 E-ISSN : 2615-2630


315

yang tepat dari perairan di laut tinggi gelom-bang, kecepatan arus


sikakap yang merupakan zona serta kedalam-an laut yang juga
perikanan berkelanjutan. Akibatnya dapat menentukan bagi kelangsungan
para pembudidaya, khususnya budidaya ikan kerapu.
budidaya kerapu menentukan lokasi
budidaya tidak berdasarkan METODE PENELITIAN
informasi tentang kelayakan lahan. Jenis Penelitian
Hal ini menyebabkan pemanfaatan Jenis penelitian ini adalah
lahan tersebut tidak tepat. Upaya deskriptif kuantitatif Metode
pemanfaatan keramba jaring apung kuantitatif. Metode penelitian
yang terbengkalai, harus diperlukan kuantitatif dapat diartikan sebagai
evaluasi kesesuaian lahan peruntukan metode penelitian yang berlandaskan
budidaya tersebut supaya tepat filsafat positivisme, digunakan untuk
pemanfaatannya. me-neliti pada populasi atau sampel
Untuk itu di butuhkan analisis tertentu.(Sugiono, 2012) teknik
kelayakan fisik perairan serta pengambilan sampel biasanya adalah
kualitas air di pulau sikakap ini random sampling.
apakah cocok untuk di kembangkan
karamba jaring apung untuk Tempat Penelitian
budidaya ikan kerapu. Untuk Lokasi penelitian ini berada di
memperoleh suatu sistem budidaya perairan Kecamatan Sikakap,
yang bisa dikembangkan Kabupaten Kepulauan Mentawai.
berkelanjutan untuk peningkatan Peta lokasi penelitian dapat dilihat di
kesejahteraan masyarakat. bawah ini pada Gambar 1.
Oseanografi fisika spesialis
membahas sifat-sifat fisika yang ada
dilaut. Oseanografi kimia spesialis
membahas proses aksi-reaksi antara
molekul, unsur, ataupun campuran
dalam sistem samudera yang
menyebabkan perubahan zat secara
reversible dan irreversible.
(Prarikeslan, 2016).
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kondisi parameter
keseseaian perairan yang dapat Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
menentukan perkembangan budidaya
ikan kerapu berupa suhu, salinitas, Sumber Data
Densitas, pH, kecerahan laut. Faktor Sumber data yang digunakan
untuk penelitian ini adalah dari data
lain yang harus diperhatikan adalah
primer dan sekunder. Data primer

Jurnal Buana – Volume-3 No-2 2019 E-ISSN : 2615-2630


316

diambil melalui pengamatan dan dari beberapa instansi yang terkait


pengambilan sampel yang dilakulkan dengan penelitian.
di lokasi penelitian. Lokasi
penentuan lokasi titik sampel Variabel Penelitian
digunakan metode purposive Variabel yang diukur dalam
sampling. Sedangkan untuk data
penelitian ini dapat dilihat paa tabel 1
sekunder diperlukan sebagai
penunjang data primer yang telah di bawah ini.
didapatkan. Data sekunder diperoleh

Tabel 1. Variabel Fisika-Kimia Penelitian


No Parameter Syarat
1 Suhu 27-32 (ºC)
2 Kedalaman 10-15 m
3 Kecerahan ≥5m
4 Salinitas 31-34 ppt
5 pH 7,5 - 8,5
6 Oksigen Terlarut (DO) 5,0 ppm
7 Kecepatan Arus 15 – 30 cm/detik
8 Tinggi Gelombang 0,2 – 0,3 meter
Sumber:Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya 2011

Teknik Pengumpulan Data adalah dengan membuat matrik


Teknik pengambilan data yang kesesuaian yang diawali dengan
di gunakan dalam penelitian ini mengumpulkan beberapa referensi
adalah pengukuran langsung mengenai kondisi wilayah perairan
dilokasi berdasarkan parameter yang harus dipenuhi untuk
kualitas perairan. untuk mengetahui pembudidayaan ikan kerapu sistem
pengaruh perbedaan tempat terhadap keramba jaring apung. Kemudian
lokasi pembesaran ikan kerapu yang menentukan batas-batas nilai untuk
dapat menentukan bagi setiap parameter yang memenuhi
perkembangan budidaya yang persyaratan budidaya ikan kerapu
dilakukan. Pengumpulan data (Hartoko, 2000).
dilakukan secara acak yang dapat Analisis ini digunakan untuk
mewakili area kesesuian bagi mengetahui kesesuaian suatu wilayah
perkembangan ikan kerapu dalam untuk dijadikan sebagai lokasi yang
keramba jaring apung. tepat bagi daya dukung untuk
keramba jaring apung. Sehingga
Teknik Analisis Data dapat dengan mudah untuk dilakukan
Analisis data yang digunakan pengembangan budidaya ikan
dalam penelitian ini dalah kerapu.
menggunakan metode matching,
tahap analisis kesesuaian perairan

Jurnal Buana – Volume-3 No-2 2019 E-ISSN : 2615-2630


317

Analisa Kesesuaian Lahan untuk budidaya ikan kerapu. Faktor


Untuk mendapatkan kelas faktor tersebut akan mempengaruhi
kesesuaian maka perlu melakukan daya tahan dan pertumbuhan serta
pengelompokkan faktor yang perkembangan hidup ikan kerapu.
mempengaruhi budidaya menjadi Berikut adalah syarat pembatas dan
dua yaitu faktor lingkungan meliputi nilai parameter kesesuaian bagi
kedalaman, kecerahan, kecepatan kehidupan dan perkembangan ikan
arus dan faktor kualitas perairan kerapu yang akan dikembangkan
seperti kondisi suhu, salinitas, pH, dalam keramba jaring apung, dapat
dan densitas. Yang sesuai bagi dilihat pada tabel 2.
pengembangan keramba jaring apung

Tabel 2. Kesesuaian Parameter Perairan untuk Budidaya Ikan Kerapu dalam KJA
Tingkat Potensi Areal
No Parameter
Sangat Cukup sesuai Tidak Pustaka
sesuai (S 2) sesuai
(S 1) (S 3)
1 Suhu (ºC) 27 - 32 20 – 26 <20 atau Sunyoto (1994);
>32 Djurjani (1999)
2 Kedalaman (m) 10 - 15 5-10 atau 16- <5 atau Utojo dkk(2000)
25 >25
3 Kecerahan ≥5 3–5 ≤2 Radiarta (2003)
4 Salinitas (ppt) 30 - 35 20 – 30 <20 atau Sunyoto (1994);
>25 Djurjani (1999)
5 pH 7,5 - 8,5 6,5 – 7,4 <6,5 atau Sunyoto (1994);
>8,5 Djurjani (1999)
6 Oksigen 5,0 4 - 4,9 < 3,9 Evalawati et al.,(2001)
Terlarut(DO) ppm
7 Kecepatan Arus 15 – 30 5-14 atau 36- <5 atau > Evalawati et al.,(2001)
(cm/detik) 45 45
8 Tinggi gelombang 0,2 – 0,3 0,1–0,19 atau <0,1 Aslan(1998);
(meter) 0,3 – 0,4 atau>0,4 Hidayat(1994)
Sumber:Evalawati et al., (2001)

Untuk penentuan lokasi yang batas kesesuaian dengan nilai


sesuai peruntukan budidaya ikan masing-masing, S1 untuk sangat
kerapu dalam keramba jaring apung sesuai, S2 untuk cukup sesuai, dan
agar peruntukannya sesuai untuk S3 untuk tidak sesuai. Dari hasil
pembudidayaan, maka dari itu skring tersebutlah dapat dianalisis
pemilihan lokasinya sangat kesesuaian lahan yang tepat. Untuk
ditentukan oleh matriks kesesuaian lebih jelasnya dapat dilihat pada
perairan dengan memberi matrik Kesesuaian Perairan dengan
pembobotan dan skor pada masing- pembobotan dan skoring di bawah
masing parameter perairan, yang ini pada tabel 3.
mana setiap parameter akan diberi

Jurnal Buana – Volume-3 No-2 2019 E-ISSN : 2615-2630


318

Tabel 3. Matrik Kesesuaian Perairan dengan Pembobotan dan Skoring


No Parameter Kriteria Batas Nilai Bobot Nilai
skor
1 Kedalaman (m) 10 – 15 S1 5 1
5-10 atau 16-25 S2 3 0,2 0.6
<5atau >25 S3 1 0,2
2 Kec. Arus (m/det) 15 – 30 S1 5 0,5
5-14 atau 36-45 S2 3 0,1 0,3
<5 atau > 45 S3 1 0,1
3 Salinitas (ppt) 30 – 35 S1 5 0,5
20 – 30 S2 3 0,1 0,3
<20 atau >35 S3 1 0,1
4 Kecerahan (m) <5 S1 5 0,25
3–5 S2 3 0,05 0,15
>2 S3 1 0,05
5 Suhu ( ºC ) 27 – 32 S1 5 0,5
20 – 26 S2 3 0,1 0,3
<20 atau >32 S3 1 0,1
6 pH 7,5 - 8,5 S1 5 0,25
6,5 – 7,4 S2 3 0,05 0,15
<6,5 atau >8,5 S3 1 0,05
7 DO (mg/l) 5,0 S1 5 1
4 - 4,9 S2 3 0,2 0.6
< 3,9 S3 1 0,2
8 Tinggi Gelombang (m) 0,2 – 0,3 S1 5 1
0,1–0,19 atau 0,3– 0,4 S2 3 0,2 0.6
<0,1 atau>0,4 S3 1 0,2
Sumber: Hasil modifikasi dalam Hasnawiya, 2012

Berdasarkan nilai skor setiap sehingga didapatlah hasil dari


parameter untuk itu dilakukan pembobotan dan skoring dari semua
penilaian untuk menentukan kelas parameter kualitas perairan yang ada
kesesuaian untuk budidaya ikan tersebut dapat menentukan bagi
kerapu yaitu. Masing – masing kelas pembudidayaan dan pengembangan
kesesuaian terdiri dari S1 yaitu untuk ikan kerapu dalam keramba jaring
perairan yang sesuai, S2 untuk apung.
perairan yang cukup sesuai dan S3
untuk perairan yang tidak sesuai

Tabel 4. Penentuan Kriteria Kesesuaian Berdasarkan Interval Kelas


No Kisaran Nilai Keterangan
1 4,25 – 5 Sangat sesuai (S1), perairan tidak mempunyai faktor pembatas yang
berarti
2 3 – 3,24 Cukup sesuai (S2), perairan mempunyai pembatas yang cukup
berarti sehingga perlu diperhitungkan sistem pembudidayaan yang
akan diterapkan
3 1 - 2,9 Tidak sesuai (S3), perairan mempunyai faktor pembatas yang sangat
berat.
Sumber: Hasil modifikasi Sutaman (1993)

Jurnal Buana – Volume-3 No-2 2019 E-ISSN : 2615-2630


319

HASIL DAN PEMBAHASAN CO2, N2, CH4, dan sebagainya


(Effendi, 2003). Suhu perairan yang
Kualitas Perairan
optimal untuk budidaya ikan kerapu
Lingkungan perairan sebagai
di keramba jaring apung adalah 27 –
media hidup kultivan budidaya
32°C. Pengukuran parameter suhu
sangat mempengaruhi pertumbuhan
perairan laut Sikakap menunjukkan
dan keberlangsungan hidup ikan
kerapu. Lingkungan biofisik perairan kisaran 26,9 – 29,6 C. Berdasarkan
seperti kualitas perairan, kuantitas sebaran spasial, rata-rata suhu
perairan, batimetri, iklim, keberadaan terendah tercatat di titik sampel 3
predator dan mikro serta makro (26,9) dan tertinggi di titik sampel 7
organisme menjadi salah satu per- (29,6). dapat di jelaskan bahwa
timbangan dalam penentuan lokasi kondisi suhu rata-rata perairan laut
budidaya. (Szuster and Albasri, sikakap sangat sesuai dengan kriteria
2010) keramba jaring apung budidaya
kerapu.
Suhu Permukaan Perairan Berdasarkan hasil penelitian di
Suhu adalah salah satu lapangan kondisi suhu di perairan
parameter fisika yang sangat laut Sikakap menunjukan kondisi
berperan penting mengendalikan yang sesuai dengan kriteria
pertumbuhan biota dan kon-disi perameter untuk budidaya ikan
ekosistem perairan. Peningkatan kerapu di dalam keramba jaring
suhu mengakibatkan peningkatan apung. Sehingga layak untuk
viskositas, reaksi kimia, evaporasi, dilakukan kegiatan budidaya.
dan volatilisasi termasuk juga Untuk jelasnya dapat dilihat
menyebabkan penurunan kelarutan dari peta suhu perairan di bawah ini
gas dalam air, misalnya gas O2, pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta Suhu Perairan

Jurnal Buana – Volume-3 No-2 2019 E-ISSN : 2615-2630


320

Salinitas perairan laut Sikakap sangat


Salinitas optimal untuk bervariatif sehingga tidak semua
budidaya ikan kerapu sistem wilayah perairan memiliki salinitas
keramba jaring apung adalah 30-35 yang sesuai dikembangkan untuk
ppt. Distribusi salinitas di lokasi budidaya ikan kerapu sistem
penelitian berkisar antara 4,7– keramba jaring apung. Untuk lebih
33,6‰. Salinitas tertinggi saat lengkapnya dapat dilihat peta tingkat
pasang yaitu pada titik sampel 8 dan salinitas perairan di bawah ini pada
terendah di titik sampel 5 dapat di Gambar 3.
simpulkan kondisi salinitas di

Gambar 3. Peta Tingkat Salinitas Perairan

pH pengamatan di perairan laut Sikakap


Nilai pH disesuaikan dengan adalah 7,01–7,85. dapat di simpulkan
karak-teristik alami dan jarang bahwa konsentrasi ph perairan laut
melebihi 7,8 – 8,3. Kisaran pH untuk sikakap relatif sangat sesuai untuk
budidaya laut adalah 7,5 – 8,5 kegiatan budidaya ikan kerapu sistem
(Direktorat Jendral Perikanan keramba jaring apung karena tidak
Budidaya 2011). pH yng tepat akan ada perbedaan yang signifikan antar
menentukan keberlangsungan hidup stasiun penelitian. untuk Peta tingkat
dan perkembangan ikan kerapu yang pH perairan dapat dilihat di bawah
akan di budidayakan. Kisaran pH ini pada Gambar 4.
dari keseluruhan titik sampel

Jurnal Buana – Volume-3 No-2 2019 E-ISSN : 2615-2630


321

Gambar 4. Peta Tingkat pH Perairan.

Kecerahan 3 memperlihatkan nilai kecerahan


Kecerahan menunjukkan ke- yang terendah.
mampuan penetrasi cahaya kedalam Kecerahan perairan dari hasil
perairan. Tingkat penetrasi cahaya penelitian masih sagat baik untuk
sangat dipe-ngaruhi oleh partikel budidaya perikanan. kecerahan pada
yang tersuspensi dan terlarut dalam perairan laut sikakap bervariasi
air sehingga mengurangi laju dengan rata-rata beberapa wilayah
fotosintesis. Menurut Selano (2009) dapat di jadikan lokasi yang sasuai
bahwa variasi nilai kecerahan sangat untuk budidaya ikan kerapu sistem
dipengaruhi oleh kondisi musim keramba. Perairan ini di kategorikan
dengan kecerahan minimum terjadi cukup subur dan baik untuk
pada saat musim timur. pembesaran karena kondisi tersebut
Kondisi optimal kecerahan menyebabkan cepatnya
suatu perairan untuk kegiatan perrkembangan organisme penempel
budidaya adalah >5m (Direktorat seperti lumut, cacing, dan
Jendral Perikanan Budidaya 2011). kekerangan yang baik untuk
Kecerahan perairan laut sikakap keberlangsungan hidup ikan kerapu
berkisar antara 2 – 12 meter, Sebaran dalam keramba jaring apung. Untuk
kecerahan tertinggi yaitu di titik lebih lengkapnya dapat dilihat dari
sampel 10 sedangkan di titik sampel peta tingkat kecerahan perairan di
bawah ini pada Gambar 5.

Jurnal Buana – Volume-3 No-2 2019 E-ISSN : 2615-2630


322

Gambar 5. Peta Tingkat Kecerahan Perairan.

Oksigen Terlarut (DO) Konsentrasi oksigen terlarut bagi


Kadar oksigen terlarut biota laut adalah 5-8 ppm. (Chou and
(Dissolved-Oxygen) berfluktuasi Lee, 1997 ; KLH, 2004) Berdasarkan
secara musiman, tergantung pada hasil pengamatan bahwa oksigen
pencampuran (Mixing) dan terlarut di perairan sikakap bervariasi
pergerakan (Turbulence) massa air, dan juga dapat berfluktuatif,
aktivitas fotosintesis, respirasi dan beberapa stasiun pengamatan
limbah (Effluent) yang masuk ke memiliki oksigen terlarut yang
badan air (Effendi, 2003). Konsumsi rendah yang kurang susuai untuk
oksigen berbeda pada tiap spesies budidaya ikan kerapu sistem
ikan dimana ikan golongan pelagic keramba jaring apung. Berikut dapat
seperti kakap membutuhkan lebih dilihat di bawah ini peta Densitas
banyak dibandingkan golongan Oksigen (DO). pada Gambar 6.
demersal seperti ikan kerapu.

Gambar 6. Peta Densitas Oksigen (DO) Perairan.

Jurnal Buana – Volume-3 No-2 2019 E-ISSN : 2615-2630


323

Kedalaman perairan laut Sikakap ini bervariasi


Kedalaman menjadi salah satu dari bibir pantai hingga kelaut lepas
faktor penting dalam budidaya ikan pantainya sedangkan untuk
kerapu. Kedalaman Suatu Perairan kesesuainnya peruntukan keramba
Mempengaruhi Tingkat Penetrasi jaring apung budidaya ikan kerapu
Cahaya, Akumulasi Sisa Pakan Dan kategori sangat sesuai rata-rata
Penempatan Lokasi Keramba Jaring disepanjang selat dan garis pantai itu
Apung. Lokasi yang dangkal akan cocok untuk keramba jaring pung
lebih mudah terjadinya pengadukan dan juga ada beberapa titik yang
dasar akibat dari pengaruh cukup sesuai untuk keramba jaring
gelombangyang akan menimbulkan apung dengan syarat, sedangkan
kekeruhan. Kedalaman Maksimum untuk kategori tidak sesuai rata-rata
Disarankan Tidak Lebih Dari 20 M berada di arah laut lepas dengan
Untuk Memudahkan Dalam kedalaman lebih dari 25 m sesuai
Memposisikan Jangkar Pemberat dengan parameter persyaratan
(ChouAnd Lee, 1997). budidaya ikan kerapu. Untuk lebih
Data kedalaman yang didapat jelasnya dapat dilihat dari peta
yang telah diolah kembali dapat kedalaman di bawah ini pada
dijelaskan bahwa kedalaman di Gambar 7.

Gambar 7. Peta Kesesuaian Kedalaman Perairan.

Kecepatan Arus timbunan sisa metabolisme biota


Peranan arus dalam budidaya kultur, membawa oksigen terlarut
ikan laut dengan sistem keramba serta dapat mengurangi organisme
jaring apung sangat penting, antara penempel (biofouling) (Kordi, 2011).
lain selain sebagai sirkulasi air di organisme penempel akan lebih
dalam unit keramba, membersihkan banyak menempel pada jaring bila

Jurnal Buana – Volume-3 No-2 2019 E-ISSN : 2615-2630


324

kecepatan arus dibawah 15cm/dt hingga 12 UTC yang artinya


sehingga akan mengurangi sirku-lasi cenderung stabil dan sesuai untuk
air dan oksigen (Mayunar dkk,1995). keramba jaring apung budidaya ikan
Dari data kecepatan arus yang kerapu berdasarkan parameter
didapat dari Badan Meteorologi kesesuain peruntukannya.
Klimatologi Dan Geofisika dapat Berikut dibawah ini dapat
dilihat bahwa kecepatan arus di dilihat sebaran kecepatan arus dari
perairan laut sikakap berada pada data Badan Meteorologi Klimatilogi
kisaran 5 – 15 cm/d pada 00 UTC dan Geofisika. (Gambar 8)

Gambar 8. Kecepatan Arus

Tinggi Gelombang Dan Geofisika dapat dilihat bahwa


Perairan yang dipilih harus tinggi gelombang di perairan laut
bebas dari hempasan gelombang Sikakap pada 06 UTC, 15 UTC, dan
besar dan angin yang kuat. Karena 21 UTC menunjukan tinggi
perairan terbuka dapat merusak gelombang kisaran 0 – 0,5 m. Yang
konstruksi sarana pembesaran (rakit) artinya dapat di kategorikan sangat
dan dapat mengganggu aktifitas sesuai dan cukup sesuai untuk
budidaya. Tinggi gelombang untuk keramba jaring apung budidaya ikan
pembesaran kerapu tidak lebih dari kerapu sesuai dengan parameter
0,5 meter baik pada musim barat kesesuainnya. Untuk lebih leng-
maupun timur. kapnya dapat dilihat dari gambar
Berdasarkan data yang didapat dibawah ini (Gambar 9).
dari Badan Meteorologi Klimatologi

Jurnal Buana – Volume-3 No-2 2019 E-ISSN : 2615-2630


325

Gambar 9. Tinggi Gelombang

Pembahasan
Kondisi Fisika Perairan
Kodisi Kimia Perairan Dalam konteks pengelolaan
Faktor lingkungan perairan sumberdaya pesisir, pemanfaatan
sangat mempengaruhi kehidupan kawasan juga harus
ikan kerapu, berdasarkan temuan mempertimbangkan kondisi Fisika
penelitian kondisi perairan laut Pada perairan yang cukup
sikakap mempunyai kondisi mempengaruhi bagi aktivitas
parameter kimia yang cukup baik pembudidayaan ikan kerapu dalam
bagi penunjang kehidupan budidaya keramba jaring apung di perairan laut
ikan kerapu di dalam keramba jaring sikakap. Kedalaman merupakan
apung. salah satu faktor penting dalam
Oleh karena itu pembudidaya budidaya ikan kerapu dengan sistem
harus benar – benar memperhatikan keramba jaring apung. Karena dapat
kondisi yang sesuai untuk parameter mempengaruhi tingkat penetrasi
kimia pada perairan ini sebab tidak cahaya, akumulasi sisa pakan dan
semua wilayah di perairan ini penempatan lokasi keramba jaring
memiliki kondisi yang sesuai untuk apung. Kondisi kedalaman pada
dilakukan pembudidayaan dalam perairan ini bervariasi yang artinya
keramba jaring apung dan agar harus selektif untuk pemilihan lokasi
pemanfaatan lahan perairan ini pembudidayaan. Pemilihan lokasi
wilayah ini sesuai tempatnya budidaya laut yang dilakukan dengan
benar, merupakan langkah awal
keberhasilan budidaya.

Jurnal Buana – Volume-3 No-2 2019 E-ISSN : 2615-2630


326

Penentuan Lokasi Potensi pembudidayaan ikan kerapu sistem


Budidaya keramba jaring apung, karena
Lokasi keramba jaring apung memenuhi persyaratan kelayakan
yang tepat tentunya akan hidup ikan kerapu, Cukup Sesuai
mempengaruhi perkembangan ikan (S2) wilayah ini cukup sesuai
kerapu yang akan di budidayakan. dimanfaatkan untuk pengembangan
Untuk memperoleh lokasi yang budidaya ikan kerapu di dalam
sesuai untuk kegiatan budidaya ikan keramba jaring apung, tetapi wilayah
kerapu adalah dengan melihat dari ini mempunyai batasan untuk
peta kesesuaian lahan yang didapat budidaya karena ada beberapa
dari hasil intersect parameter parameter perairan yang memerlukan
kesesuaian perairan dengan perhatian khusus untuk
kedalaman laut. Kedalaman laut meningkatkan hasil budidaya ikan
menjadi faktor penting dalam kerapu dalam keramba jaring apung.
penempatan keramba jaring apung Dan Tidak Sesuai (S3) adalah
yang tepat. wilayah yang tidak sesuai untuk
Hasil scoring dan pemberian dilakukan pembudidayaan dan
bobot dari data kualitas perairan pengembangan keramba jaring apung
parameter fisika dan kimia yang di untuk budidaya ikan kerapu karena
intersect dengan kedalaman perairan, tidak memenuhi persyaratan teknis
maka dapat dihasilkan gambaran sesuai parameter perairan untuk
peta kesesuaian lahan untuk budidaya sehingga lahan tersebut
pengembangan budidaya ikan kerapu tidak dapat dimanfaatkan sama
dalam keramba jaring apung, yang di sekali. Berikut adalah peta
bagi menjadi tiga kelas kesesuaian kesesuaian lahan berdasarkan hasil
yaitu: Sesuai (S1) wilayah ini sangat skoring dan pembobotan. Dapat
potensial dikembangkan dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Peta Kesesuaian Lahan Dengan Metode Skoring

Jurnal Buana – Volume-3 No-2 2019 E-ISSN : 2615-2630


327

Dari hasil penilaian tingkat ke- 2.463,767 ha, dan untuk luasan
layakan budidaya di lokasi penelitian wilayah yang tidak sesuai untuk
menunjukan bahwa sumberdaya dikem-bangkan budidaya ikan
lahan untuk budidaya ikan kerapu di kerapu sistem keramba jaring apung
perairan laut sikakap yang berpotensi seluas 1.561,511 ha.
dikem-bangkan S1 seluas 2.129,911
ha, sedang-kan luas budidaya yang Berikut adalah peta kesesuaian
termasuk dalam kelas cukup sesuai lahan dari perairan laut sikakap
atau sesuai untuk dikembangkan jadi berdasarkan hasil matcing dapat
lokasi kegiatan budi-daya ikan dilihat pada Gambar 11 di bawah ini.
kerapu dengan syarat S2 men-capai

Gambar 11. Peta Kesesuaian Lahan Dengan Metode Matching.

Dari peta diatas dapat berwarna merah merupakan wilayah


dijelaskan bahwa perairan yang yang tidak sesuai untuk
berwarna hijau adalah perairan yang dikembangkan budidaya ikan kerapu
memenuhi syarat untuk dalam keramba jaring apung.
pembudidayaan ikan kerapu dalam Dengan demikian dapat
keramba jaring apung, sedangkan disimpulkan bahwa perairan laut
yang berwarna kuning cukup sesuai Sikakap memiliki sumberdaya lahan
untuk pembudidayaan dengan perikanan budidaya laut yang sangat
perlakuan khusus, dan untuk yang potensial dikembangkan untuk

Jurnal Buana – Volume-3 No-2 2019 E-ISSN : 2615-2630


328

budidaya ikan dalam karamba jaring DAFTAR PUSTAKA


apung. Dengan tetap memperhatikan Direktorat Jenderal Perikanan
prinsip kelestarian dan keberlanjutan Budidaya, 2011. Petunjuk
dimasa yang akan datang. Sehingga Teknis Budidaya Ikan Kerapu.
kualitas perairan akan tetap terjaga. Jakarta.
Untuk itu sebaiknya potensi lahan Chou, R., Lee, H.B., 1997.
perairan ini tidak manfaatkan Commercial Marine Fish
seluruhnya agar tidak terjadi Farming in Singapore.
penurunan kualitas perairan yang Aquaculture Research 28, 767-
tidak hanya akan mengganggu 776
pembudidayaan tetapi juga akan Direktorat Produksi, Ditjen
mengganggu aktifitas lainnya seperti Perikanan Budidaya, 2008.
pelayaran, pariwisata, olahraga dan Petunjuk Teknis Budidaya Ikan
lain-nya. Sehingga butuh di bangun Kerapu. Jakarta.
zonasi pemanfaatan wilayah Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas
peruntukan masing-masing. Air Bagi Pengelolaan Sumber
Daya dan Lingkungan
KESIMPULAN Perairan. Kanisius, Yogya-
1. Perairan laut sikakap karta. P 258
memiliki karakteristik Evalawati, M. Meiyana dan T. W.
wilayah perairan yang Aditya. 2001. Modul
berpotensi untuk untuk Pembesaran Kerapu Macan
pengembangan budidaya laut (Epinephelus Fuscogutattus)
terutama ikan kerapu. Di Keramba Jaring Apung.
2. Pemilihan lokasi kegiatan Balai Besar Pembangunan
budidaya sesuai dari Budidaya Laut Lampung.
gambaran spasial kesusuaian Direktorat Pengembangan
lahan yang menunjukan Sumber Daya Kelautan Dan
perairan laut sikakap Perikanan. Lampung.
memenuhi syarat untuk Hartoko, a. 2000. Modul Teknologi
budidaya ikan kerapu sistem Pemetaandinamis Sumberdaya
keramba jaring apung Ikan Kerapu Macan Melalui
menjadi penentu untuk Analisis Terpadu Karakter
pengembangan biota yang Oseanografi dan data satelit
akan di budidayakan. NOAA, Landsat_TM dan
3. Penentuan jumlah dan letak SeaWIFS_GSFC di Perairan
keramba yang sasuai dapat Laut Indonesia. Kantor
menentukan target produksi Menteri Negara Riset dan
dalam pengembangan usaha Teknologi, Dewan Riset
budidaya yang dilakukan. Nasional. Jakarta.

Jurnal Buana – Volume-3 No-2 2019 E-ISSN : 2615-2630


329

Hasnawiya. 2012. Studi Kesesuaian Prarikeslan, Widya. 2016.


Lahan Budidaya Ikan Kerapu Oseanografi. Jakarta:Kencana.
Dalam Keramba Jaring Selano, D.A.J. 2009. Analisis
Apungdengan Aplikasi Sistem Hubungan Antara Beban
Informasi Geografis Di Teluk Pencemaran dan Konsentrasi
Raya Pulau Singkep, Limbah Sebagai Dasar
Kepulauan Riau. Journal Of Pengelolaan Kualitas Ling-
Aquaculture Management and kungan Perairan Teluk Ambon
Technology, 1(1) : 87-101 Dalam. Disertasi. Sekolah
Ode, Alifatri La. 2010. Analisa Daya Pascasarjana. Institut Pertanian
Dukung Lahan Untuk Bogor. Bogor p 373.
Pengembangan Budidaya Sugiono. 2012. Metode Penelitian
Kerapu Di Perairan Tambak Kuantitatif, Kualitatif dan RD.
Kecamatan Cilebar, Karang Alfabeta Bandung.
Districk. Bogor. Jurnal Sutaman. 1993. “Petunjuk Praktis
Pertanian Indonesia (JIPI). Pembenihan Udang Windu
KLH. 2004. Keputusan Menteri Skala Rumah Tangga”.
Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Szuster, W.B., Albasri, H. 2010. Site
Laut. Selection for Grouper
Kordi, M.G.K. 2011. Marikultur Mariculture in Indonesia.
prinsip dan praktik budidaya Internasional Journal of
laut, 1st ed. Penerbit ANDI. Fisheries and Aquaculture 2
Ypgyakarta. P 6161. (3), 87-92
Mayunar, Purba R, Imanto PT. 1995.
Pemilihan Lokasi untuk
Budidaya Ikan Laut. Prosiding
Temu Usaha Pemasyarakatan
Teknologi Keramba Jaring
Apung bagi Budidaya Laut.
Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perikanan.
Kerjasama antara Badan
Penelitian dan Pengembangan
Pertanian-Forum Komunikasi
Penelitian dan Pengembangan
Agribisnis (FKKPA). Jakarta
12 – 13 April, No. 38: 179 –
187.

Jurnal Buana – Volume-3 No-2 2019 E-ISSN : 2615-2630

Anda mungkin juga menyukai