SKRIPSI
Oleh :
NUR AMRI YUSUF BAHANDI
NIM. 115080101111010
SKRIPSI
Universitas Brawijaya
Oleh:
NUR AMRI YUSUF BAHANDI
NIM. 115080101111010
PENGUJI PEMBIMBING
Pembimbing 1 : Ir. Kusriani, MP
Pembimbing 2 : Asus Maizar S.H., SPi, MP
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT dan Nabi besar
Muhammad saw., karena berkat rahmat dan ridho-Nya, laporan skripsi dengan
judul “Kajian Kualitas Air Pada Tambak Budidaya Polikultur Dua Komoditi
Dengan Tambak Budidaya Polikultur Tiga Komoditi Di Desa Kupang, Kecamatan
Jabon Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur” ini dapat diselesaikan. Adapun ucapan
terimakasih tak lupa saya persembahkan kepada pihak-pihak yang telah ikut
serta dalam penyelesaian skripsi ini, diantaranya:
1. Kepada Ayah tercinta Muhammad Hanafi, Ibu tercinta Maryani, dan Adik
tercinta Dina Akmalina, serta keluarga besar yang tak pernah lelah
memberikan dukungan serta doa tanpa pamrih .
2. Kepada Ibu Ir. Kusriani, MP. selaku dosen pembimbing satu serta BapakAsus
Maizar S.H., SPi, MP. selaku dosen pembimbing dua atas bimbingan, nasehat,
serta pengetahuan yang telah diberikan.
4. Dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu per satu,
terima kasih atas bantuan moril maupun materiil hingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
Penulis juga berharap semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak untuk pengembangan wawasan dimasa yang akan datang, Aamin.
RINGKASAN
Nur Amri Yusuf Bahandi. Kajian Kualitas Air Pada Tambak Budidaya Polikultur
Dua Komoditi Dengan Tambak Budidaya Polikultur Tiga Komoditi Di Desa
Kupang, Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. (Dibawah
bimbingan Ir. Kusriani, MP dan Asus Maizar S.H., SPi, MP).
Indonesia adalah negara maritim, kurang lebih 70% wilayahnya terdiri
dari perairan dengan panjang pantai kurang lebih 81.000 km, merupakan wilayah
pantai yang subur, kaya akan berbagai jenis sumber hayati dan dapat
dimanfaatkan bagi kepentingan umum. Salah satu usaha untuk memanfaatkan
kekayaan ini adalah dengan pemanfaatan budidaya laut yang memiliki peranan
penting dalam usaha meningkatkan produksi perikanan untuk memenuhi pangan
dan gizi, kebutuhan akan pasar luar negeri untuk proses industri, memperluas
lapangan kerja, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan dan
petani serta meningkatkan devisa non migas yang saat ini sedang digalakkan
oleh pemerintah Indonesia (Widyorini, 2010).
Menurut Murachman, et al. (2010), wilayah pesisir merupakan kawasan
yang mempunyai karakteristik tertentu dan subur, sehingga memiliki daya tarik
yang besar sebagai tujuan wisata dan pengembangan kegiatan perikanan.
Kegiatan perikanan di wilayah pesisir adalah usaha perikanan budidaya di
tambak untuk udang, ikan bandeng dan atau udang dan ikan bandeng. Budidaya
ikan merupakan kegiatan memelihara, membesarkan, dan memanen hasilnya
dalam lingkungan yang terkontrol. Budidaya ikan dapat dilakukan secara
polikultur yaitu budidaya ikan lebih dari satu jenis secara terpadu. Budidaya
polikultur terpadu dan sinergis saat ini banyak diteliti dan dikaji karena dapat
meningkatkan kulitas air, dengan diintegrasikannya Rumput laut (Gracilaria sp)
kedalam kegiatan polikultur udang windu (Penaeus monodon Fab) dan ikan
bandeng (Chanos chanos Forsk) secara terpadu. Pada umumnya budidaya
tradisional selalu mengedepankan luas lahan dan pasang surut,tanpa pemberian
makanan tambahan, sehingga makanan bagi komoditas yang dibudidayakan
harus tersedia secara alami.
Biofisik merupakan tahap awal untuk memberikan suatu informasi dengan
melihat bagaimana potensi tambak yang ditinjau dari parameter fisika, kimia dan
biologi pada air dan tanah tambak untuk mengetahui seberapa baik kualitas air
dan tanah tambak dalam mendukung produktivitas tambak. Tujuan dilakukannya
penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan tambak tradisional polikultur
ditinjau dari segi biofisik tambak yang akan mempengaruhi daya dukung tambak
yang akan berdampak pada produktivitas tambak tersebut.Dengan mengetahui
kondisi biofisik perairan di Tambak Kalialo maka akan dapat mengetahui potensi
perairan tambak tersebut dalam upaya pengembangan budidaya tambak di Desa
Kupang, Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptifobservasi yang dilakukan secara langsung pada lokasi tambak. Teknik
pengambilan data terdiri dari : data primer dari hasil pengamatan analisa kualitas
air dan tanah, data sekunder dari gambaran umum daerah atau wilayah
penelitian, standar baku mutu kualitas air dan tanah untuk tambak budidaya, dan
hasil-hasil penelitian terdahulu yang terkait. Pengambilan sampel air dilakukan di
4 lokasi (inlet, tengah kanan, tengah, dan outlet) pada 2 petak tambak dengan 3
kali pengulangan dalam rentang waktu seminggu sekali. Parameter kualitas air
yang diukur antara lain parameter fisika meliputi suhu dan kecerahan, parameter
kimiameliputi salinitas, Dissolved Oxygen (DO), alkalinitas, derajat keasaman
(pH) air, amonia, Total Organic Matter (TOM), nitrat, dan orthofosfat, serta
parameter biologi meliputi identifikasi plankton, kelimpahan fitoplankton, dan
indeks keragaman fitoplankton. Pengambilan sampel tanah dilakukan di 1 lokasi
(tengah) pada 2 petak tambak tanpa pengulangan. Parameter kualitas tanah
yang diukur antara lain tekstur tanah, bahan organik tanah (BOT), derajat
keasaman (pH) tanah, potensial redoks, kapasitas tukar kation (KTK), nitrat, dan
fosfat. Selanjutnya dilakukan analisa data dengan menggunakan Water Quality
Index (WQI) dan Soil Quality Index (SQI).
Hasil pengukuran kualitas tanah parameter tekstur tanah tambak 1 : Liat
berdebu, tambak 2 : Liat Lempung berdebu. Parameter BOT tambak 1 : 2,41 %,
tambak 2 : 2,18 %. Parameter pH tanah tambak 1 : 7,27., tambak 2 : 7,48.
Parameter potensial redoks tambak 1 : + 24,8 mV, tambak 2 : - 16,9 mV.
Parameter KTK tambak 1 : 28,59 meq, tambak 2 : 37,83 meq. Parameter nitrat
tambak 1 : 0,14 % tambak 2 : 0,12. Parameter fosfat tambak 1 : 49,35 mg/kg,
tambak 2 : 56,12 mg/kg.
Hasil perhitungan analisa Soil Quality Index (SQI) pada tambak 1 adalah
78,15 termasuk dalam kategori sangat baik, pada tambak 2 adalah 72,08
termasuk dalam kategori baik. Hasil penelitian kualitas tanah secara keseluruhan
dapat dinyatakan dalam kondisi layak untuk dijadikan sebagai media budidaya.
Hasil pengukuran kualitas air parameter suhu tambak 1 : 28 – 29 oC,
tambak 2 : 30-33 oC. Parameter kecerahan tambak 1 : 19 – 26,5 cm, tambak 2 :
35 - 45 cm. Parameter salinitas tambak 1 : 15-20 ‰, tambak 2 : 15-18 ‰.
Parameter DO tambak 1 : 5,63 – 7,16 mg/l, tambak 2 : 7,03 – 9,13mg/.
Parameter pH air tambak 1 : 7-8, tambak 2 : 8-9. Parameter amonia tambak 1 :
0,72 - 0,74 ppm, tambak 2 : 0,49 - 0,66 ppm. Parameter TOM tambak 1 : 12,64-
42,89 mg/l, tambak 2 : 12,67-39,18 mg/l. Parameter nitrat tambak 1 : 0,34-1,54
ppm, tambak 2 : 0,39 - 2,57 ppm. Parameter orthofosfat tambak 1 : 0,03-0,22
mg/l, tambak 2 : 0,03-0,35 mg/l. Parameter identifikasi plankton divisi
Chlorophyta yaitu Dysmorphococcus, Oophila, Spirogyra, Palmellopsis, Chlorella,
Ankistrodesmus, Rhizoclonium, Scenedesmus, Palmella, Pseudoschizomeris,
Gonatozygon, Schizomeris, dan Crucigenia, divisi Cyanophyta yaitu
Merismopedia, Spirullina, Oscillatoria, dan Gomphosphaeria, divisi Chrisophyta
yaitu Synedra, divisi Euglenophyta yaitu Euglena. Parameter kelimpahan
fitoplankton tambak 1 : 2.105 sel/l, tambak 2 : 1.105 sel/l, tambak 3 : 1.105 sel/l,
tambak 4 : 2.105 sel/l. Parameter indeks keragaman fitoplankton tambak 1 :
2,403 H’, tambak 2 : 2,748 H’, tambak 3 : 2,188 H’, tambak 4 : 1,633 H’.
Hasil perhitungan analisa Water Quality Index (WQI) pada tambak 1
adalah 47,17 termasuk dalam kategori sedang, pada tambak 2 adalah 45,83
termasuk dalam kategori sedang. Hasil penelitian kualitas air secara keseluruhan
dapat dinyatakan dalam kondisi layak untuk dijadikan sebagai media budidaya.
Berdasarkan hasil analisa SQI dan WQI diketahui bahwa kondisi biofisik
tambak dalam kondisi layak untuk budidaya. Kondisi biofisik tambak berpengaruh
terhadap produktivitas tambak.
Berdasarkan hasil yang diperoleh perlu dilakukan pengolahan air dan
tanah yang lebih baik dari sebelumnya agar kondisi tambak tetap stabil dan bisa
dimanfaatkan sebagai media budidaya serta dapat meningkatkan produktivitas
tambak sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumen.
KATA PENGANTAR
Semoga laporan skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak dalam upaya
meningkatkan fungsi dan proses belajar mengajar di Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN.................................................................................................... i
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah .............................................................................. 4
1.3 Tujuan ................................................................................................. 6
1.4 Kegunaan ............................................................................................ 6
1.5 Waktu dan Tempat.............................................................................. 7
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Daya Dukung Perairan ....................................................................... 8
2.2 Morfologi dan Ekologi Ikan Bandeng.................................................. 9
2.2.1 Ikan Bandeng............................................................................. 9
a. Klasifikasi Ikan Bandeng ............................................................. 10
2.2.2 Udang Windu ............................................................................. 11
b. Klasifikasi Udang Windu .............................................................. 11
2.2.3 Rumput Laut ............................................................................ 12
c. Klasifikasi Rumput Laut ............................................................... 13
2.3 Potensi Budaya Komoditi .................................................................. 14
2.4 Budidaya Polikultur Komiditi ............................................................... 15
2.5 Pentingnya Kesesuaian Lingkungan Bagi Budidaya Poikultur .......... 17
d. Nitrat ............................................................................................. 30
e. Orthofosfat ................................................................................... 30
f. Pengambilan Sampel Plankton ................................................... 31
g. Identifikasi Plankton ..................................................................... 31
LAMPIRAN ...................................................................................................... 59
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
budidaya di tambak........................................................................................ 23
budidaya di tambak........................................................................................ 24
budidaya di tambak........................................................................................ 25
LAMPIRAN Halaman
Indonesia adalah negara maritim, kurang lebih 70% wilayahnya terdiri dari perairan
dengan panjang pantai kurang lebih 81.000 km, merupakan wilayah pantai yang subur,
kaya akan berbagai jenis sumber hayati dan dapat dimanfaatkan bagi kepentingan umum.
Salah satu usaha untuk memanfaatkan kekayaan ini adalah dengan pemanfaatan
budidaya laut yang memiliki peranan penting dalam usaha meningkatkan produksi
perikanan untuk memenuhi pangan dan gizi, kebutuhan akan pasar luar negeri untuk
kesejahteraan nelayan dan petani serta meningkatkan devisa non migas yang saat ini
Berdasarkan catatan FAO pada tahun 2001, Indonesia menduduki peringkat ke enam
USD 1,4 milyar. Karena itu, perhatian pemerintah dalam Program Peningkatan Export
Hasil Perikanan (PPEHP) tahun2003 adalah usaha mengembangkan budidaya laut (sea
farming). Produktivitasyang tinggi dari budidaya diharapkan dapat mengambil alih produksi
perikanan tangkap melalui optimalisasi sumberdaya dan aplikasi sains. Arti penting dari
kegiatan budidaya perairan yaitu suatu usaha dalam rangka meningkatkan hasil perikanan,
mempunyai karakteristik tertentu dan subur, sehingga memiliki daya tarikyang besar
wilayah pesisir adalah usaha perikanan budidaya di tambak untuk udang, ikan bandeng
dan atau udang dan ikan bandeng. Budidaya ikan merupakan kegiatan memelihara,
membesarkan, dan memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol. Budidaya ikan
dapat dilakukan secara polikultur yaitu budidaya ikan lebih dari satu jenis secara terpadu.
Budidaya polikultur terpadu dan sinergis saat ini banyak diteliti dan dikaji karena dapat
kegiatan polikultur udang windu (Penaeusmonodon Fab) dan ikan bandeng (Chanos
luas lahan dan pasang surut,tanpa pemberian makanan tambahan, sehingga makanan
Kemudian ditambahkan oleh Tim Perikanan WWF-Indonesia (2014), bahwa salah satu
langkah memadukan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan adalah dengan melakukan
polikultur Gracilaria dengan ikan bandeng dan udang. Masyarakat pesisir yang sudah lama
produksi, sehingga dapat dikenalkan sistem polikultur yaitu pola budidaya dua atau lebih
jenis biota yang berkembang ditambak agar dapat menghasilkan manfaat sosial, ekonomi
adalah belum tersedianya data dan informasi yang akurat tentang luasan lahandan tingkat
sangat erat kaitannya dengan ketepatandalam pemilihan dan penentuan lokasi yangtepat.
subjektif yaitu sebatas perkiraan-perkiraan yang tidakdidukung oleh hasil kajian secara
Selain itu, aktivitas manusia turut membawa ancaman pada lingkungan pesisir.
Menurut Dahuri (2006) dalam Suriadarma (2011), berbagai kegiatan manusia dalam
bidang,pertanian, industri dan bahkan kelautan akhir-akhir ini banyak dilakukan di kawasan
pantai. Sehinggaapabila tidak terkendali, aktivitas ini secara ekologis dapat menyebabkan
berbagai kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan yang akan berakibat terhadap
Desa Kupang merupakan salah satu desa pesisir di Kecamatan Jabon, Sidoarjo
Forsk), Udang Windu (Penaeus monodonFab) dan Rumput laut Gracilariasp. Namun
kemajuan kegiatan budidaya tersebut kurang diimbangi oleh infrastruktur jalan yang
memadai, disamping itu aktivitas manusia diduga telah menurunkan kualitas lingkungan di
(CSR)Kabupaten Sidoarjo (2014), luas lahan budidaya tambak di Kecamatan Jabon seluas
4144 hektar. Hingga tahun 2013, luasan tambak budidaya yang masih aktif di Desa
Kupang sekitar 601 hektar. Kemudian ditambahkan oleh Yuniar, et al.,(2010), bahwa
semenjak tahun 1990, wilayah pesisir disekitar muara sungai Porong telah mengalami
tercemarnya sungai Porong oleh limbah pabrik yang berada di sekitar Kabupaten Sidoarjo.
Selain itu, pencemaran sungai Porong juga disebabkan oleh pembuangan lumpur Lapindo
Dalam rangka membantu para petambak di Desa Kupang terkait kebutuhan data dan
informasi tentang tingkat kesesuaian lingkungan bagi kegiatan budidaya polikultur Ikan
Bandeng (Chanos chanosForsk), Udang Windu (Penaeus monodonFab), dan Rumput Laut
(Gracilaria sp), maka perlu adanya penelitian mengenai analisis kesesuaian/daya dukung
lingkungan bagi kegiatan budidaya polikultur Ikan Bandeng (Chanos chanosForsk), Udang
Windu (Penaeus monodonFab), dan Rumput laut Gracilaria sp. Sehingga harapannya data
dan informasi yang diperoleh dari penelitian tersebut dapat menjadi rujukan bagi petambak
dan pemerintah setempat dalam pengelolaan budidaya polikultur yang produktif dan
Desa Kupang, Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur merupakan salah
satu desa yag melakukan kegiatan budidaya polikultur Ikan bandeng (Chanos
chanosForsk), Udang Windu (Penaeus monodonFab), dan Rumput laut (Gracilaria sp).
Salah satu kendala yang dialami oleh petambak di wilayah tersebut adalah masih
minimnya data dan informasi tentang tingkat kesesuaian lingkungan untuk budidaya Ikan
Bandeng (Chanos chanos Forsk), disamping kendala teknis lain dan ancaman
menurunnya kualitas lingkungan di pesisir. Oleh karena itu, perlu adanya suatu penelitian
Windu (Penaeus monodonFab), dan Rumput laut (Gracilaria sp). Dari penelitian ini akan
diperoleh data dan informasi tentang tingkat kualitas air bagi kegiatan budidaya polikultur
Rumput laut (Gracilaria sp). sehingga harapannya dapat menjadi rujukan bagi petambak
dan pemerintah setempat dalam pengelolaan budidaya polikultur yang produktif dan
sebagai berikut :
terdapat beberapa pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini yaitu :
1. Apakah lingkungan tambak di Desa Kupang sesuai dan mendukung kegiatan budidaya
2. Bagaimana kualitas perairan di Desa Kupang untuk kegiatan budidaya polikultur Ikan
tradisional polikultur ditinjau dari segi biofisik tambak yang akan mempengaruhi daya
Dengan mengetahui kondisi biofisik perairan di Tambak Kalialo maka akan dapat
1.4 Kegunaan
a. Mahasiswa
lingkunganbagi budidaya polikultur Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk), Udang Windu
Dapat menjadi kajian keilmuan yang menarik dalam berbagai forum ilmiah seperti
seminar, kuliah tamu, diskusi ilmiah, workshop dan lain-lain, serta dapat menjadi bahan
c. Pemerintah
d. Masyarakat
Data dan informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi
petambak budidaya polikultur Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk), Udang windu
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan April tahun
Kalialo, desa Kupang, kecamatan Jabon, Sidoarjo, Jawa Timur, dan Laboratorium
lingkungan dan bioteknologi perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Brawijaya Malang.
1. TINJAUAN PUSTAKA
nyaman agar dapat hidup sehat dan tumbuh optimal. Bila lingkungan tersebut tidak
memenuhi syarat, biota air dapat mengalami stres, mudah terserang penyakit yang
akhirnya akan menyebabkan kematian. Untuk itu, seorang pembudidaya biota air tidak
hanya dapat mengetahui parameter kualitas air saja,tetapi juga harus mengetahui dan
memahami karakteristik air yang merupakan habitat (tempat hidup) biota air (Kordi dan
Tancung, 2007).
Menurut Gesamp (2001) dalam Ratnawati dan Asaad (2012), Undang-undang nomor
makhluk hidup lain. Daya dukungmerupakan konsep dasar yang dikembangkan untuk
lingkungan.
Daya dukung merupakan istilah yang lebih umum untuk karakterlingkungan dan
tanpa dampak yang tidak dapat diterima. Menurut Scones (1993) dalam Ratnawati dan
Asaad (2012), membagi dayadukung menjadi dua yaitu daya dukung ekonomis dan daya
dukung ekologisatau lingkungan. Daya dukung ekonomis adalah tingkat produksi (skala
ekonomi. Daya dukung ekologis adalah jumlah maksimum hewan-hewanpada suatu lahan
Menurut Susanto (2010), salah satu produk perikanan yang sering dikonsumsi oleh
yang memiliki rasa cukup enakdan gurih sehingga banyak digemari masyarakat.Selain itu,
sebagai ikan berprotein tinggi danberkadar lemak rendah.Potensi akuakultur air payau
dengan sistem tambak diperkirakan mencapai 931.000 hadan hampir telah dimanfaatkan
potensinya hingga 100% dan sebagian besar digunakan untukmemelihara ikan bandeng
Menurut Tim Perikanan WWF-Indonesia (2014), Ikan bandeng memiliki tubuh yang
memanjang dan pipih serta berbentuk torpedo. Mulut ikan bandeng agak runcing, ekor
bercabang dan bersisik halus.Habitat asli ikan bandeng adalah di laut, kemudian
dikembangkan hingga dapat dipelihara pada air payau.Ikan bandeng termasuk ikan
mengambil makanan dari lapisan atas dasar laut, berupa tumbuhanmikroskopis, yang
strukturnya sama dengan klekap di tambak. Klekap terdiri atas ganggang kersik
(Bacillariopyceae), bakteri, protozoa, cacing dan udang renik, atau biasa disebut
sebagai pakan alami.Dalam budidaya ikan bandeng juga telah memanfaatkan penggunaan
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Malacopterygii
Famili : Chanidae
Genus : Chanos
Ikan bandeng merupakan satu-satunya spesies yang masih ada dalam famili
Chanidae dantermasuk ke dalam jenis ikan pelagis yang mencari makan di permukaan
dan sering dijumpai didaerah dekat pantai atau litoral.Secara geografis, ikan ini hidup di
daerah tropis maupun sub tropis pada batas 30-400°LS dan °LU. Penyebarannya
mencakup areal perairan Indo Pasifik, mulai daripantai timur Afrika, pantai barat dan timur
India, Asia tenggara, pantai utara Australia sampai ke pantai barat Kalifornia dan
Meksiko.Di Indonesia, ikan bandeng sudah lama dikenal sebagai ikan yang banyak
seperti Jawa, Sumatera,Kalimantan, atau Sulawesi. Selain di Indonesia, ikan bandeng juga
protein hewani bermutu tinggiyang sangat digemari oleh konsumen dalamnegeri maupun
luar negeri karena memiliki rasayang sangat gurih dan karena kadarkolesterolnnya yang
ton pada tahun 1999meningkat menjadi 137.635 ton pada tahun 2003.
Menurut Amri (2003), klasifikasi Udang windu (Penaeus monodon Fab.) adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Decapoda
Famili : Penaeidae
Genus : Penaeus
Species : Penaeus monodon Fab.
Menurut Yuniarso (2006), secara morfologis tubuh udang terdiri dari dua bagian,
bagian kepala danbagian dada (cephalothorax) serta bagian perut (abdomen). Udang
windu hidup di dasar perairan, tidak menyukai cahaya terang danbersembunyi di lumpur
pada siang hari, bersifat kanibal terutama dalam keadaanlapar dan tidak ada makanan
yang tersedia, mempunyai ekskresi amonia yangcukup tinggi dan untuk pertumbuhan
cepat pula. Pada umumnya semua udang memiliki sifat alami yang sama, yakni aktif pada
malam hari (nokturnal), baik aktifitas untuk mencari makan dan reproduksi.Beberapa
indera yang digunakan udang untuk mendeteksi makanan adalahpenglihatan (sight), audio
monodon Fab.) adalah jenis udang yang paling umum dibudidayakan diIndonesia,
ukurannya dapat mencapai 34 cmdengan berat 250 gram. Salah satu kelebihan dariudang
dan suhu.Udang windu (Penaeus monodon Fab.) merupakan salah satu biota lautyang
udang terjadi karena udang memilikipergerakan yang relatif lambat untuk menghindardari
pengaruh polusi air laut, selain itu jugakarena udang bergerak dan mencari makan didasar
air, yang merupakan tempat terdapatnya endapan berbagai jenis limbah.Namun Udang
rumput laut pirang (Chrysophyta). Rumput laut merupakan kelompok tumbuhan yang
mempunyai sifat tidak bisa dibedakan antara bagian akar, batang, dan daun. Seluruh
bagian tumbuhan disebut thallus, sehingga rumput laut tergolong tumbuhan tingkat rendah.
Bentuk thallusrumput laut bermacam-macam yaitu bulat seperti tabung, pipih, gepeng,
bulat seperti kantong, rambut, dan sebagainya. Thallus ada yang tersusun hanya oleh satu
sel (uniseluler) atau banyak sel (multiseluler). Percabangan thallus ada yang thallus
dichotomus (dua-dua terus menerus), pinate (dua-dua berlawanan sepanjang thallus
utama), pectinate (berderet searah pada satu sisi thallus utama) dan ada juga yang
sederhana tidak bercabang. Sifat substansi thallus ada yang lunak seperti gelatin
Kingdom : Plantae
Divisio : Rhodophyta
Class : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Family : Gracilariaceae
Genus : Gracilaria
Species : Gracilaria verrucosa
mm. Bentuknya silinder, dengan percabangan yang tidak teratur. Selain itu, thallus
hingga rumit. Substansi thallus menyerupai gel atau lunak seperti tulang rawan.
umumnya pasir, lumpur, karang, kulit kerang, karang mati, batu maupun kayu. Tanaman ini
mampu hidup pada kedalaman 10-15 m pada salinitas 12-30 ppt (Ashriyani, 2009).
Menurut Komarawidjaja (2005), Rumput laut Gracilariaverrucosa ditemukan tumbuh
baik pada perairan payau maupun perairan pantai. Lebih dari 16 spesies rumput laut ini
diantaranya tumbuh pada areal pasang surut dengan ciri lahan pasir berlumpur, perairan
eutrofik, serta daerah sedimentasi. Rumput laut dapat tumbuh pada kisaran suhu 25–30oC,
beberapa jenis Gracilariasp memiliki kemampuan adaptasi yang baik dengan perubahan
salinitas antara 17-40 o/oo. Kemudian ditambahkan oleh Hoyle (1975) dalam Widyorini
lingkungannya, dapat hidup di perairan yang tenang pada subtrat berlumpur, kisaran
2.3 Potensi Budidaya Ikan Bandeng (Chanos chanos), Udang Windu (Penaeus
monodon) dan Rumput LautGracilariaverrucosa
Menurut Tim Perikanan WWF-Indonesia (2014), bahwa budidaya ikan bandeng sudah
ikan bandengmasih banyak yang menerapkan sistem tradisional dan polikultur dengan
menjadi makananbernilai gizi, juga telah menjadi komoditasekspor di Taiwan dan Tiongkok
tahun 2008produksi bandeng mencapai 422.086 ton,lebih tinggi dari Filipina yang hanya
349.432ton. Kemudian produksi meningkat padatahun 2012 yaitu sebesar 482.930 ton.
Menurut Iromo, etal., (2009), Indonesiapernah menjadi produsen udang windu papan
atas di dunia pada tahun 1994 mampu mencapai angkaproduksi 300.000 ton/tahun
yang kaya akan sumber daya plasma nutfah rumput laut berdasarkan ekspedisi oleh Van
Bosse tahun 1899-1900 mencapai 555 jenis, membuat komoditas rumput laut menjadi
salah satu hasil laut yang diunggulkan dan dikembangkan secara luas, tersebar di
seluruhwilayah perairan Indonesia (mencapai 384,73ribu ha) dengan target produksi pada
tahun 2014 sebesar10 juta ton.Luas indikatif lahan yang dapat dimanfaatkan untuk
2.4 Budidaya Polikultur Ikan Bandeng (Chanos chanosForsk), Udang Windu (Penaeus
monodonFab), dan Rumput LautGracilariasp
Menurut Rimalia dan Kisworo (2013), bahwa rumput laut yang saat ini dibudidayakan
oleh para pembudidayaIndonesia ada dua jenis yaitu Euchema cottonii dan Gracilaria sp.
Kedua jenis rumput laut ini dikembangkan pada media air yang berbeda. Euchema cottonii
dibudidayakan dengan media air laut, sementara itu Gracilaria spdibudidayakan pada
media air payau yang biasanya berupa tambak. Kemudian ditambahkan oleh Parenrengi,
et al.,(2008) dalam Rangka dan Paena (2012), Rumput laut memiliki keunggulan
budidaya yang sederhana, peluang pasar ekspor yang tinggi, penyerapan tenaga kerja
yang tinggi, modalyang diperlukan relatif kecil, periode pemeliharaan yang singkat, produk
olahan yang beragam, serta memiliki fungsi produksi dan ekologis. Selain itu
pembudidaya tidak memerlukan kualifikasi ilmu tertentu sehingga dapat dilakukan oleh
semua lapisan masyarakat. Beberapa keunggulan tersebut menjadi indikator positif dalam
biofilter di tambak ikan bandeng atau udang. Ikan bandeng dapat memakan lumut yang
bandeng atau udang akan bersih dari lumut dan pertumbuhan lebih cepat.Disamping hasil
tambahan.Berdasarkan hasil riset dari Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau
(BRPBAP) Maros, budidaya polikultur Gracilaria, ikan bandeng, danudang pada lahan 1 ha
tambak idealnya digunakan rasio 1,5 ton Gracilaria: 1.000 ekor gelondongan ikan bandeng
: 5,000 ekor udang, sedangkan bila tanpa udang, idealnya digunakan rasio sebagai 2-2,
yaitu 2 ton bibit Gracilaria : 2000 -2.500 ekor gelondongan ikan bandeng.
Menurut Sunaryanto dan Ginting (2014), dalam polikultur three in one, udang yang
dipelihara yaitu udang windu atau udang vanamei, sedangkan Rumput laut dari
berfungsi sebagai filter biologiyang mampu menyerap karbon dioksida (CO 2), penghasil
Oksigen (O2) dantempat berlindung bagi ikan dan udang. Polikultur three in one ini baik
untuk tambak yang dasarnya berpasir sedikit berlumpur dengankedalaman minimal 50 cm.
Padat tebar masing-masing komoditas dalampolikultur three in one ini dalam satu
hektar adalah dengan rasio 1 tonrumput laut : 1.500 ekor gelondongan Bandeng : 5.000
ekor tokolan udang(100 gr/m 2 rumput laut : 15 ekor Bandeng : 5 ekor udang/m 2).Tokolan
udang ditebar setelah rumput laut berumur 10 hari,dengan padat penebaran 5.000
sekali.Secara rutin dilakukan pembersihan rumput laut yang tertimbun lumpur,dan bila
pertumbuhan kurang baik dapat dilakukan pemupukan denganpupuk Urea dan TSP
dengan dosis masing masing 50 kg/ha.Udang maupun bandeng tidak diberi pakan
tambahan, tetapidibiarkan untuk memakan pakan alami yang ada di sekitar rumput
laut,baik yang berupa klekap maupun lumut/ganggang sebagai penyaing habitat
rumput laut.
Menurut Faqih (2003), Dalam hal teknis budidaya, kualitas hasil panen budidaya laut
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan budidaya, dalam hal ini kualitas perairan di lokasi
budidaya, karena pertumbuhan biota sangat ditentukan oleh kondisi ekologi setempat.
keberhasilan usaha budidaya rumput laut. Lokasi yang diharapkan untuk budidaya rumput
laut merupakan syarat utama yang harus diperhatikan. Kegagalan dalam menentukan
lahan yang terbaik merupakan kegagalan awal yang mungkin terjadi dalam budidaya
rumput laut. Begitupun untuk mengetahui lokasi yang cocok untuk budidaya rumput laut,
maka perlu adanya informasi mengenai kriteria atau parameter perairan untuk budidaya
rumput laut.
Menurut Kangkan (2006), permasalahan umum yang dihadapi oleh petambak adalah
belum adanya nilai atau spasial yang menggambarkan tingkat kesesuaian perairan atau
dan kimia, sehingga dapat mempertegas teknologi yang akan diterapkan. Pemilihan lokasi
budidaya tidak terlepas dari aspek bioteknis budidaya, yang didalamnya terdapat
parameter ekosistem perairan sebagai daya dukung lingkungan dan non-teknis berupa
pesisir.
Menurut Ristiyani (2012), tambak merupakan salah satu jenis habitat yang
dipergunakan sebagai tempat untuk kegiatan air payau yang berlokasi di daerah pesisir.
Kegiatan budidaya tambak yang terus-menerus menyebabkan degradasi lingkungan, yang
budidaya yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan akibat pengelolaan yang
komplikasinya dalam kurun waktu yang panjang.Analisis daya dukung perairan perlu
dilakukan untuk mengetahuai kondisi dan kesesuaian lahan budidaya tambak di pesisir.
Ikan Bandeng (Chanos-chanos Forsk), Udang windu (Penaeus monodon), dan rumput laut
kelayakan lokasi untuk budidaya Ikan Bandeng dan Udang windu yang perlu diperhatikan
yaitu :
a. Posisi lahan tambak sebaiknya terletak di antara pasang surut air laut, berguna bagi
pengairan tambak yang mengandalkan mekanisme pasang surut air laut. Dekat sumber
air, baik dari muara, sungai maupun langsung dari laut. Tidak terletak di daerah rawan
banjir.
b. Tanah tidak mudah bocor (porous), sehingga tambak dapat mempertahankan volume
air.
c. Tanah yang baik yaitu yang bertekstur lempung (komposisi liat, pasir dan debu
e. Pilihlah Lokasi yang jauh dari pencemaran, khususnya limbah yang mencemari sumber
f. Pemilihan lokasi sesuai dengan tata ruang yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah
setempat sehingga lokasi yang dipilih untuk budidaya rumput laut tidak terganggu atau
berada di daerah pasang surut sehingga memudahkan untuk pergantian air secara
gravitasi, dasar tambak pasir berlumpur, terdapat sumber air tawar untuk memudahkan
menurunkan salinitas sesuai dengan kebutuhan, bebas dari limbah pencemaran, tingkat
kecerahan 40-60 cm, Kadar garam (salinitas) antara 15-30 ppt dan optimal pada salinitas
20-28 ppt, Suhu air berkisar antara 20-28 °C, pH berkisar antara 6-9.
Materi dalam penelitian ini adalah air dan tanah. Untuk materi air dilakukan
pengamatan terhadap parameter antara lain parameter fisika meliputisuhu dan kecerahan,
(pH) air, amonia, Total Organic Matter (TOM),nitrat, dan orthofosfat, serta parameter
antara lain tekstur tanah, bahan organik tanah (BOT), derajat keasaman (pH) tanah,
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian tentang evaluasi kelayakan tambak
tradisional polikultur ditinjau dari segi biofisik tambak di Desa Kupang Kecamatan Jabon
observasi dilakukan secara langsung pada lokasi tambak tradisional polikultur di Desa
Kupang Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo Provinsi Jawa Timur guna mengetahui
kondisi lapang secara langsung. Kondisi lapang yang dimaksud adalah keadaan tambak
atau gejala-gejala yang berhubungan dengan penelitian yang nantinya akan membantu
Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengambil dua macam
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari data hasil pengamatan dan analisa
kualitas air dan tanah di tambak tradisional polikultur di Desa Permisan Kecamatan Jabon
Kabupaten Sidoarjo Provinsi Jawa Timur. Analisa kualitas air yang dilakukan adalah
Oxygen (DO), alkalinitas, derajat keasaman (pH) air, amonia, Total Organic Matter
dilakukan adalah parameter tekstur tanah, bahan organik tanah (BOT), pH tanah, potensial
b. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini didapatkan dari gambaran umum daerah atau
wilayah penelitian, standar baku mutu kualitas air dan tanah untuk tambak budidaya, dan
3.3.2 PenetapanLokasiPengamatan
budidaya, kemudahan menjangkau titik sampling, serta efisiensi waktu dan biaya
daerah-daerah tempat pengambilan sampel atau lokasi dengan melihat kondisi tambak
4 lokasi (inlet, tengah kanan, tengah, dan outlet) pada setiap petak tambak yang terdiri dari
2 petak tambak (Gambar 1) dengan pengulangan sebanyak 3 kali dalam rentang waktu
pada setiap petak tambak yang terdiri dari 2 petak tambak (Gambar 2) tanpa pengulangan.
Dari hasil survei pendahuluan, ditetapkan sebanyak dua stasiun pengamatan.
Stasiun pengamatan yang dipilih adalah lokasi tempat petambak melakukan kegiatan
berikut :
2. Tambak 2 : Tambak polikultur ikan bandeng, udang windu, dan rumput laut
hasil perhitungan dilakukan rating klas kelayakan dengan nilai 99 (kategori baik) diberikan
pada variabel atau parameter yang sangat mendukung dalam lingkungan tambak, nilai 66
(kategori sedang) diberikan pada variabel atau parameter yang mendukung dengan tingkat
sedang dalam lingkungan tambak, dan nilai 33 (kategori buruk) diberikan pada variabel
untuk digunakan dalam penilaian atau penentuan tingkat kelayakan dalam tambak.Variabel
atau parameter yang sangat berpengaruh dalam kehidupan dan pertumbuhan organisme
budidaya diberi bobot 3, variabel atau parameter yang berpengaruh sedang dalam
kehidupan dan pertumbuhan organisme budidaya diberi bobot 2, dan variabel atau
organisme budidaya diberi bobot 1.Untuk kisaran parameter kualitas air dan tanah sebagai
pendukung kelayakan untuk budidaya di tambak disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2berikut
Budidaya di Tambak.
Penilaian kelayakan variabel pendukung pada penelitian ini berdasarkan pada tingkat
Nilai variabel (parameter kualitas air dan tanah) sebagai penyusun daya dukung
Tabel 3. Nilai dan bobot tanah sebagai parameter pendukung kelayakan untuk
budidaya di tambak.
Parameter Nilai min. Nilai Bobot dari Bobot Total nilai Total
maks. prioritas (maks.) nilai
(min.)
Tanah
pH 33 99 3 0,16 15,6 5,1
BOT 33 99 3 0,16 15,6 5,1
Potensial 33 99 2 0,11 10,4 3,4
redoks (mV)
KTK 33 99 2 0,11 10,4 3,4
(me/100g)
Tekstur tanah 33 99 3 0,16 15,6 5,1
Nitrat (%) 33 99 3 0,16 15,6 5,1
Fosfat (mg/kg) 33 99 3 0,16 15,6 5,1
TOTAL 19 1 99 33
Tabel 4.Nilai dan Bobot Air Sebagai Parameter Pendukung Kelayakan Untuk Budidaya di
Tambak.
Parameter Nilai min. Nilai Bobot dari Bobot Total nilai Total
maks. prioritas (maks.) nilai
(min.)
Air
Orthofosfat 33 99 3 0,11 11,1 3,6
(mg/l)
Nitrat (mg/l) 33 99 3 0,11 11,1 3,6
Oksigen 33 99 3 0,11 11,1 3,6
terlarut (mg/l)
pH air 33 99 3 0,11 11,1 3,6
o
Suhu ( C) 33 99 2 0,07 7,4 2,4
Salinitas (ppt) 33 99 2 0,07 7,4 2,4
TOM (mg/l) 33 99 2 0,07 7,4 2,4
Amonia (ppm) 33 99 2 0,07 7,4 2,4
Kelimpahan 33 99 2 0,07 7,4 2,4
fitoplankton
Indeks 33 99 2 0,07 7,4 2,4
Keragaman
fitoplankton
Kecerahan 33 99 1 0,04 3,7 1,2
(cm)
TOTAL 25 1 99 33
Parameter kualitas tanah yaitu fosfat dan nitrat mendapat bobot 3, hal ini karena
orthofosfat sebagai unsur hara utama dan merupakan faktor pembatas karena
ketersediaannya sedikit namun banyak dibutuhkan oleh plankton sebagai sumber energi
tambak dan nitrat berfungsi sebagai nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan
alga.Tekstur tanah mendapat bobot 2 karena tekstur tanah merupakan gambaran fisik
tanah yang mempunyai hubungan yang kuat terhadap kemampuan absorbsi terhadap
fosfor dalam lingkungan perairan. Sedangkan derajat keasaman (pH) tanah , bahan
organik tanah (BOT), potensial redoks, dan kapasitas tukar kation (KTK) mendapat bobot 2
karena saling berpengaruh antara satu sama lain dalam membentuk proses kimiawi dalam
tanah.
Parameter kualitas air yaitu suhu diberi bobot 2, hal ini didasarkan pada fungsi suhu
metabolisme, kelarutan gas di udara, dan percepatan proses penguraian bahan organik
sebagai penyedia fosfor. Bobot 2 juga diberikan pada parameter kelimpahan dan indeks
primer dalam perairan.Salinitas diberi bobot 2 karena salinitas mempunyai peran yang
sangat penting terhadap tekanan osmotik air seperti osmoregulasi ikan bandeng (Chanos
chanos).Derajat keasaman (pH) air juga diberi bobot 2, karena pH air berfungsi sebagai
directing factor dalam lingkungan karena pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan
terutama bagi jasad renik.Sedangkan TOM yang berperan sebagai indikator untuk
mengukur banyaknya bahan organik dalam ekosistem perairan karena adanya proses
anabolisme unsur hara oleh organisme primer sehingga diberi bobot 2. Namun, kecerahan
hanya diberi bobot 1 karena nilai kecerahan sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca,
waktu pengukuran serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Oksigen terlarut
yang berperan sebagai directing factor dan juga bisa berperan sebagai limiting factor,
dalam ekosistem tambak oksigen terlarut mempunyai peran yang sangat kuat dalam
menjaga keseimbangan sistem tersebut, sehingga diberi bobot 3 dalam penelitian ini.
Berdasarkan rumus water quality indexdan rumus soil quality index maka di peroleh
batas atas dan batas bawah interval kelayakan kualitas air dan tanah untuk budidaya
WQI = (∑ )2
SQI = (∑ )2
Dimana :
n = indikator konsentrasi
–
Panjang kelas interval =
Maka diperoleh nilai kelas kelayakan kualitas air dan tanah tambak untuk budidaya
sebagai berikut :
Analisis kualitas air yang diukur yaitu terdiri dari parameter fisika meliputi suhu dan
kecerahan, parameter kimia meliputi salinitas, Dissolved Oxygen (DO), derajat keasaman
(pH) air, amonia, Total Organic Matter (TOM),nitrat, dan orthofosfat, serta parameter
fitoplankton.
a. Suhu
dilakukandengancara:
( ) ( )
a. Salinitas
dengan cara:
4. Menutupkaca prisma dengan sudut kemiringan 45º agar tidak terdapat gelembung.
Derajat keasaman (pH) air diukur dengan menggunakan pH paper dilakukan dengan
Kadar oksigen terlarut (DO) suatu perairan dapat diukur dengan menggunakan
metode Winkler. Pengukuran kadar oksigen terlarut (DO) dengan menggunakan metode
2. Memasukkan botol DO ke dalam air yang akan diukur oksigennya secara perlahan-
lahan dengan posisi miring dan diusahakan jangan sampai terjadi gelembung udara.
Atau masukkan botol DO yang dibuka tutupnya ke dalam kammerer water sampler,
tutupkammerer tersebut, lalu masukkan ke dalam air, bila botol telah penuh (diketahui
dari bunyi selang) kemudian diangkat dari air, tutup botol DO ketika masih di dalam
3. Membuka tutup botol yang berisi sampel dan menambahkan 2 ml MnSO 4 dan 2 ml
NaOH+KI lalu bolak-balik sampai terjadi endapan kecoklatan. Biarkan selama 30 menit.
4. Membuang filtrat (air bening diatas endapan) dengan hati-hati, kemudian endapan yang
tersisa diberi 1-2 ml H2SO4 pekat dan kocok sampai endapan larut.
DO (mg/l) =
Dimana :
d. Nitrat (NO3-)
Pengukuran kadar nitrat perairan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
e. Orthofosfat (PO43-)
Menurut SNI (2005) dalam Hendrawati, et al. (2008), bahwa pengukuran orthofosfat
1. Memasukkan 25 ml air sampel kedalam gelas ukur dan tuangkan ke gelas erlenmeyer
3. Menambahkan 5 tetes larutan SnCl2 dan dihomogenkan. Warna biru akan timbul (10-12
langkah-langkah berikut :
2. Mengambil sampel air sebanyak 25 liter dan mencatat jumlah air yang disaring tersebut
sebagai (W).
4. Memberi lugol sebanyak 3 - 4 tetes pada sampel plankton dalam botol film untuk
g. Identifikasi Plankton
langkah berikut :
5. Mengambil sampel dari botol film dengan pipet tetes sebanyak 1 tetes.
6. Meneteskan pada object glass dan menutup dengan cover glass dengan sudut
kemiringan 45o.
9. Menulis ciri-ciri plankton serta jumlah plankton (n) yang didapat dari masing-masing
bidang pandang.
10. Mengidentifikasi dengan bantuan buku Prescott (1978).
( )
Dimana :
∑ [ ] [ ]
Dimana :
Σ : jumlah
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
analisis seperti pada Tabel 5 berikut dan untuk lebih jelasnya data hasil analisa kualitas
Tabel 5.
Tambak
No. Parameter
1 2
o
1 Suhu ( C) 28 – 29 30 – 33
2 Kecerahan (cm) 19 – 26,5 35 – 45
3 Salinitas (‰) 15 – 20 15 – 18
4 DO (mg/l) 5,63 – 7,16 7,03 – 9,13
5 Ph 7–8 8–9
6 Amonia (ppm) 0,72 – 0,74 0,49 – 0,66
7 TOM (mg/l) 12,64 – 42,89 12,67 – 39,18
a. Suhu
Suhu sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan biota air.Suhu air
sangat berkaitan erat dengan konsentrasi oksigen terlarut dalam air dan laju konsumsi
oksigen hewan air.Suhu air berbanding terbalik dengan konsentrasi jenuh oksigen terlarut,
tetapi berbanding lurus dengan laju konsumsi oksigen hewan air dan laju reaksi kimia di
Hasil pengamatan suhu dapat dilihat pada Tabel dan untuk lebih jelasnya data hasil
analisa kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 2. Data yang didapat diketahui bahwa suhu
pada tambak 1 adalah 28 – 29oC dan pada tambak 2 adalah 30-33 oC.Menurut Agus
(2008), kisaran suhu yang baik bagi kehidupan biota di perairan adalah antara 25 - 35 oC,
kisaran suhu yang sedang bagi kehidupan biota di perairan adalah antara 36 oC - 65 oC,
dan suhu yang buruk bagi biota adalah antara < 25 oC dan > 65 oC.
Suhu pada tambak 1 dan 2 dalam kondisi baik.Hal ini menunjukkan bahwa pada
pengambilan sampel cuaca sangat cerah sehingga tambak mendapatkan sinar matahari
secara maksimal namun masih dapat dimanfaatkan untuk kehidupan biota didalam
peningkatan konsumsi oksigen. Upaya untuk mengatasi suhu tinggi adalah dilakukan
b. Kecerahan
pengaruhi oleh kekeruhan air.Kekeruhan air sangat berpengaruh pada pertumbuhan biota
organik dan anorganik serta plankton dan organisme mikroskopik lainnya. Kekeruhan
menyebabkan sinar yang datang ke air akan lebih banyak dihamburkan dan diserap
dibandingkan dengan yang ditransmisikan. Padahal sinar yang ditransmisikan ini sangat
diperlukan oleh biota budidaya itu sendiri (Kordi dan Tancung, 2005).
Hasil pengamatan kecerahan dapat dilihat pada Tabel dan untuk lebih jelasnya data
hasil analisa kualitas tanah dapat dilihat pada Lampiran 2. Data yang didapat diketahui
bahwa kecerahan pada tambak 1 adalah 19 – 26,5 cm dan pada tambak 2 adalah 35 - 45
cm. Kisaran kecerahan yang baik untuk budidaya adalah 25 - 35 cm, kisaran yang sedang
adalah 36 - 65 cm, dan kisaran yang buruk adalah < 25 cm dan > 65 cm (Effendi, 2003).
Kecerahan pada tambak 1 dan 2 dalam kondisi baik.Hal ini menunjukkan bahwa
kecerahan pada tambak dalam kondisi optimum karena dapat menembus sampai ke dasar
tambak.Menurut Ahmad et al., (1998), kecerahan yang baik bagi usaha budidaya ikan
kecerahan disebabkan oleh kepadatan plankton atau bahan organik bukan karena faktor
lainnya. Bila kecerahan hanya mencapai kedalaman kurang dari 25 cm, pergantian air
sebaiknya segera dilakukan sebelum fitoplankton mati berurutan yang diikuti penurunan
c. Salinitas
Menurut Kordi dan Tancung, (2005), salinitas adalah konsentrasi seluruh larutan
garam yang diperoleh dalam air laut. Konsentrasi garam-garam jumlahnya relatif
samadengan dalam setiap contoh air atau air laut, sekalipun pengambilannya dilakukan
Hasil pengamatan salinitas dapat dilihat pada Tabel dan untuk lebih jelasnya data
hasil analisa kualitas tanah dapat dilihat pada Lampiran 2. Data yang didapat diketahui
bahwa salinitas pada tambak 1 adalah 15-20 ‰, pada tambak 2 adalah 15-18 ‰. Menurut
Agus (2008), kisaran salinitas yang baik adalah 16 - 25 ‰, kisaran salinitas yang sedang
Menurut Kordi dan Tancung, (2005), salinitas optimal yang harus dipertahankan di
tambak tergantung jenis ikan yang dibudidayakan.Namun, semua jenis ikan yang
dibudidayakan di tambak (bandeng, baronang, kakap, kerapu dan nila) dapat hidup pada
salinitas 10 - 35 ppt (part per thousand atau per mil).Bandeng, baronang dan kakap putih
lebih cocok dipelihara pada air bersalinitas payau (10 - 20 ppt) dan pertumbuhannya
cenderung lambat pada salinitas yang terlalu rendah (<7 ppt) atau terlalu tinggi (>30 ppt).
demikian juga laju pertumbuhan bergantung pada oksigen, karena hampir semua makhluk
hidup memanfaatkan oksigen kecuali bakteri. Pada perairan dengan konsentrasi oksigen di
bawah 4 mg/l beberapa jenis ikan masih mampu bertahan hidup, akan tetapi nafsu
makannya mulai menurun. Untuk itu, konsentrasi oksigen yang baik dalam budidaya
perairan antara 5 - 7 mg/l. Hanya ikan yang memiliki alat pernafasan tambahan yang
mampu hidup pada perairan yang kandungan oksigen rendah (Kordi dan Tancung, 2005).
Hasil pengamatan DO dapat dilihat pada Tabel 14 dan untuk lebih jelasnya data hasil
analisa kualitas tanah dapat dilihat pada Lampiran 2. Data yang didapat diketahui bahwa
DO pada tambak 1 adalah 5,63 – 7,16 mg/l, pada tambak 2 adalah 7,03 – 9,13 mg/l.
Menurut Agus (2008), kadar oksigen terlarut yang buruk bagi biota perairan adalah < 3
mg/l, kisaran oksigen terlarut yang sedang bagi biota perairan adalah 3 - 4 mg/l, dan kadar
oksigen terlarut yang baik bagi biota perairan adalah > 4 mg/l.
Menurut Banarjea (1967) menyatakan bahwa perairan dengan oksigen terlarut > 10
mg/l adalah tergolong produktif dan dianggap optimum bagi budidaya biota air. DO pada
tambak 1 dan 2 dapat dinyatakan baik. Hal ini menunjukkan bahwa DO pada tambak
dalam kondisi baik untuk budidaya dimana kandungan oksigen di dalam air yang dianggap
produktif dan optimum bagi budidaya biota air adalah 4 - 10 mg/l. Menurut Barus (2001)
menyatakan bahwa nilai oksigen terlarut pada suatu perairan sangat dipengaruhi oleh
aktivitas organisme yang ada pada perairan tersebut termasuk aktivitas fotosintesis
Menurut Kordi dan Tancung, (2005), derajat keasaman popular dengan sebutan pH.
Usaha budidaya perairan akan berhasil baik dalam air dengan pH 6,5 - 9,0 dan kisaran
optimal 7,5 - 8,5. Pengukuran pH umumnya dilakukan dengan kertas pH atau pH water
tester.
Hasil pengukuran pH dapat dilihat pada Tabel dan untuk lebih jelasnya data hasil
analisa kualitas tanah dapat dilihat pada Lampiran 2. Data yang didapat diketahui bahwa
air yang baik adalah berkisar antara 6 - 7, pH air yang sedang adalah berkisar antara 7 - 9,
dan pH air yang buruk adalah antara <6 dan > 9.Derajat keasaman (pH) di tambak 1 dan 2
tergolong pada kondisi sedang. Derajat keasaman (pH) yang terukur cenderung basa
karena pengambilan sampel pada siang hari dimana terjadi proses fotosintesis yang
menyebabkan asam karbonat larut dalam air yang dapat menghasilkan H + dan pH basa
Hal ini sesuai dengan pernyataan Boyd (1990) bahwa nilai pH air meningkat pada
siang hari karena terjadi proses fotosintesa, sebaliknya pada malam hari nilai pH air
menurun karena organisme dalam air melakukan respirasi. Derajat keasaman (pH) air
jarang turun mencapai nilai dibawah 6,5 atau meningkat hingga mencapai nilai 9, sehingga
f. Amonia
Amonia yang terukur diperairan berupa amonia total (NH3 dan NH4+). Amonia bebas
tidak dapat terionisasi, sedangkan amonium (NH 4+) dapat terionisasi.Persentase amonia
bebas meningkat dengan meningkatnya nilai pH dan suhu perairan. Pada pH 7 atau
kurang, sebagian amonia akan mengalami ionisasi. Sebaliknya pada pH yang lebih besar
dari 7, amonia tak terionisasi yang bersifat toksik terdapat dalam jumlah yang lebih banyak
(Effendi, 2003).
Hasil pengukuran amonia dapat dilihat pada Tabel dan untuk lebih jelasnya data hasil
analisa kualitas tanah dapat dilihat pada Lampiran 2. Data yang didapat diketahui bahwa
amonia pada tambak 1 adalah 0,72 - 0,74 ppm, pada tambak 2 adalah 0,49 - 0,66 ppm.
Menurut Effendi (2003), kadar amonia yang buruk bagi biota perairan adalah ≥0,2 ppm,
kadar amonia yang sedang bagi biota perairan adalah berkisar antara 0,1 - 0,2 ppm, dan
kadar amonia yang baik bagi biota periaran adalah ≤0,1 ppm.
Kandungan amonia di tambak 1 dan 2 tergolong pada kondisi kurang baik bagi
budidaya.Hal ini disebabkan karena kondisi pH perairan yang juga dalam kondisi sedang.
Sesuai dengan pernyataan Sihaloho (2009) bahwa toksisitas amonia dipengaruhi oleh pH
yang ditunjukkan dengan kondisi pH rendah akan bersifat racun jika jumlah amonia
banyak, sedangkan dengan kondisi pH tinggi hanya dengan jumlah amonia yang sedikit
TOM menggambarkan jumlah bahan organik suatu perairan yang terdiri dari bahan
organik terlarut, dan bahan organik tersuspensi dan koloid. Kalium permanganate (KmnO 4)
telah lama dipakai sebagai oksidator pada penentuan konsumsi oksigen untuk
mengoksidasi bahan organik, yang dikenal sebagai kandungan bahan organik atau Total
Hasil pengukuran TOM dapat dilihat pada Tabel 14 dan untuk lebih jelasnya data hasil
analisa kualitas tanah dapat dilihat pada Lampiran 2. Data yang didapat diketahui bahwa
TOM pada tambak 1 adalah 12,64 - 42,89 mg/l, pada tambak 2 adalah 12,67 - 39,18
mg/lKandungan bahan organik yang <20 ppm menunjukkan kualitas air yang baik,
kandungan bahan organik antara 20 - 40 ppm menunjukkan kualitas air yang sedang, dan
kandungan bahan organik yang tinggi lebih dari 40 ppm menunjukkan kualitas air yang
menunjukkan bahwa TOM pada tambak kurang baik.Hal ini dikarenakan banyaknya
sumber bahan organik yang masuk dalam tambak. Hal ini sesuai dengan pendapat
Haryanto (2010) bahwa kondisi kualitas air tambak dapat diukur dengan parameter
kandungan total bahan organik (TOM) atau jumlah N-organik. Peningkatan kandungan N-
organik disebabkan sisa pakan yang tidak dikonsumsi, kotoran udang, kematian,
pergantian plankton atau tanaman lainnya, dan bahan organik yang masuk pada saat
pergantian air.
h. Nitrat
Nitrogen merupakan salah satu unsur penting dalam pembentukan protein di dalam
dalam jumlah yang cukup besar. Fiksasi nitrogen oleh mikroba merupakan suatu proses
penting yang menjamin keperluan nitrogen selalu tersedia untuk keperluan makhluk hidup.
Daya manfaat senyawa N untuk fitoplankton adalah senyawa N dalam bentuk NO 3-N
(nitrat) (Basmi,1988).
Hasil pengukuran nitrat dapat dilihat pada Tabel dan untuk lebih jelasnya data hasil
analisa kualitas tanah dapat dilihat pada Lampiran 2. Data yang didapat diketahui bahwa
nitrat pada tambak 1 adalah 0,34-1,54 mg/l, sedangkan pada tambak 2 adalah 0,39 - 2,57
mg/l. Menurut Agus (2008), kadar nitrat yang baik untuk biota adalah >2 ppm, kadar nitrat
yang sedang adalah berkisar antara 1,0 - 1,9 ppm, dan kadar nitrat yang buruk adalah <1
ppm.
Kadar nitrat di tambak 1 dan 2 tergolong pada kondisi sedang. Menurut Effendi
(2003), kadar nitrat pada perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1 mg/l. Kadar
nitrat lebih dari 5 mg/l menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik yang berasal
dari aktivitas manusia dan tinja hewan dan dapat mengakibatkan terjadinya eutrofikasi
(pengayaan) perairan, yang selanjutnya menstimulir pertumbuhan alga dan tumbuhan air
i. Orthofosfat
Fosfor tidak dibutuhkan dalam jumlah besar untuk pertumbuhan tanaman, tidak seperti
karbon, oksigen, hidrogen, dan nitrogen. Tapi fosfor merupakan salah satuelemen
pembatas baik di tanah maupun di perairan tawar, karena fosfor sangat langka dan
terkandung dalam batuan dengan jumlah yang sedikit dan fosfor tidak memiliki bentuk gas
dalam siklusnya sehingga tidak dapat difiksasi seperti nitrogen, selain itu fosfor terikat
secara reaktif pada berbagai jenis tanah (Goldman dan Horne, 1983 dalam Apridayanti,
2008).
Hasil pengukuran orthofosfat dapat dilihat pada Tabel dan untuk lebih jelasnya data
hasil analisa kualitas tanah dapat dilihat pada Lampiran 2. Data yang didapat diketahui
bahwa orthofosfat pada tambak 1 adalah 0,03 - 0,22 mg/l, sedangkan pada tambak 2
adalah 0,03 - 0,35 mg/l. Menurut Boyd (1990), konsentrasi orthofosfat dalam air biasanya
tidak lebih dari 0,03 - 1,20 mg/l dan jika melampaui 1,20 mg/l air dalam kondisi yang
eutrofik.
Meskipun orthofosfat dalam air rendah konsentrasinya tetapi dari segi biologi sangat
perairan.Nilai orthofosfat pada tambak 1 dan 2 tergolong pada kondisi sedang.Hal ini
menunjukkan bahwa nilai orthofosfat pada tambak dalam kondisi kurang baik karena di
dekat tambak terdapat tempat yang biasa digunakan petambak untuk hunian seperti rumah
kecil sehingga sisa makanan atau sabun yang digunakan petambak masuk ke dalam
tambak.
j. Identifikasi Plankton
Plankton adalah biota yang hidup di mintakat pelagik dan mengapung, menghanyut
atau berenang sangat lemah, artinya mereka tak dapat melawan arus.Plankton terdri dari
parameter biologi yang dapat dijadikan indikator untuk mengevaluasi kualitas dan tingkat
Hasil pengamatan plankton di tambak di temukan fitoplankton yang terdiri dari 4 divisi
yaitu : (1) divisi Chlorophyta yang terdiri dari 13 genus yaitu : Dysmorphococcus, Oophila,
Cyanophyta yang terdiri dari 5 genus yaitu : Merismopedia, Spirullina, Oscillatoria, dan
Gomphosphaeria ; (3) divisi Chrysophyta yang terdiri dari 1 genus yaitu Synedra ; dan (4)
divisi Euglenophyta yang terdiri dari 1 genus yaitu Euglena. Hasil pengamatan
menggunakan klasifikasi yang diawali dengan divisi karena yang ditemukan adalah
Chlorophyta adalah alga dengan proporsi pigmen chloroplast lebih banyak ketika
dalam tumbuhan tingkat tinggi, dengan konsekuensi, kecuali dalam kasus yang jarang,
kekurangan dari dinding sel silisius.Sebagai penggantinya, dinding sel dari alga hijau yang
sesungguhnya adalah selulos dan pectinoid di alam. Mereka terkenal dari Cyanophyta
memudahkan sebagai alga.Mereka tampak sangat dekat dengan bakteria, dibedakan dari
yang terdahulu, kelompok alga hijau-kuning ini sangat heterogen. Banyak ketidaksesuaian
berbeda dengan hewan-hewan laut yang sebenarnya, kelompok alga ini mampu
berfotosintesis.
k. Kelimpahan Fitoplankton
pada luas lapang pandang tertentu dan dinyatakan dalam satuan (sel/l).Hasil perhitungan
kelimpahan fitoplankton dapat dilihat pada Tabel 15 dan untuk lebih jelasnya data hasil
analisa kualitas tanah dapat dilihat pada Lampiran 5. Data yang didapat diketahui bahwa
kelimpahan fitoplankton pada tambak 1 adalah 2.10 5 sel/l, sedangkan pada tambak 2
adalah 1.105 sel/l. Kelimpahan fitoplankton berasal dari divisi Chlorophyta yaitu
Dysmorphococcus, Oophila, Spirogyra, Palmellopsis, Chlorella, Ankistrodesmus,
Menurut Landner (1976), kisaran kelimpahan fitoplankton yang baik adalah 10.105 –
15.105 sel/l, kisaran kelimpahan fitoplankton yang sedang adalah 2.105 – 10.105 sel/l, dan
nilai kelimpahan fitoplankton yang buruk adalah < 2.10 5 sel/l. Kelimpahan fitoplankton pada
tambak 1 dan 2 termasuk dalam kategori sedang. Hal ini dikarenakan kadar nitrat dan
fosfat dalam tambak tersebut yang juga tergolong sedang kurang baik.
Indeks keragaman fitoplankton adalah jumlah fitoplankton jenis tertentu yang hidup
pada tambak penelitian. Indeks dominasi tidak diukur karena dari hasil perhitungan indeks
keragaman fitoplankton sudah dapat diketahui kualitas air pada tambak tersebut.
Hasil perhitungan indeks keragaman fitoplankton dapat dilihat padaTabel 15 dan untuk
lebih jelasnya data hasil analisa kualitas tanah dapat dilihat pada Lampiran 4.Data yang
didapat diketahui bahwa indeks keragaman fitoplankton pada tambak 1 adalah 2,403 H’,
sedangkan pada tambak 2 adalah 2,748 H’. Indeks keragaman fitoplankton pada tambak 1
Menurut Strin (1981), kisaran indeks keragaman fitoplankton yang baik adalah > 3 H’,
kisaran indeks keragaman fitoplankton yang sedang adalah 1 – 3 H’, dan kisaran indeks
keragaman fitoplankton yang buruk adalah < 1 H’.Indeks keragaman plankton pada
4.2 Analisis Kelayakan Kualitas Air Tambak Berdasarkan Nilai Water Quality Index
(WQI)
Hasil perhitungan dan peneraan parameter kualitas air yang merupakan variabel
penentuan kelayakan untuk budidaya di tambak dari tambak 1dan 2 secara berurutan
Penilaian kualitas air pada tambak 1 berdasarkan water quality index (WQI) parameter
suhu diberi nilai 99 karena hasil yang didapat saat penelitian dalam kisaran yang baik.
Parameter kecerahan diberi nilai 99 karena pada saat pengamatan hasil menunjukkan
kisaran yang baik.Parameter salinitas diberi nilai 99 karena hasil yang didapat saat
pengamatan menunjukkan kisaran yang baik. Parameter DO diberi nilai 99 karena hasil
perhitungan DO menunjukkan pada kisaran yang baik. Parameter pH diberi nilai 66 karena
dari pengamatan berada pada kisaran yang sedang. Parameter ammonia diberi nilai 33
karena pada saat pengamatan kadar ammonia menunjukkan hasil yang buruk. Parameter
TOM diberi nilai 66 karena hasil pengukurannya menunjukkan pada kisaran yang
kisaran yang sedang.Parameter orthofosfat diberi nilai 66 karena pada saat pengamatan
nilai orthofosfat menunjukkan kisaran yang sedang.Parameter kelimpahan fitoplankton
sedang.Parameter indeks keragaman fitoplankton diberi nilai 66 karena hasil yang didapat
Penilaian kualitas air pada tambak 2 berdasarkan water quality index (WQI) parameter
suhu diberi nilai 99 karena hasil yang didapat saat penelitian dalam kisaran yang baik.
Parameter kecerahan diberi nilai 66 karena pada saat pengamatan hasil menunjukkan
kisaran yang sedang.Parameter salinitas diberi nilai 99 karena hasil yang didapat saat
dari pengamatan berada pada kisaran yang sedang. Parameter ammonia diberi nilai 33
karena pada saat pengamatan kadar ammonia menunjukkan hasil yang buruk. Parameter
TOM diberi nilai 66 karena hasil pengukurannya menunjukkan pada kisaran yang
kisaran yang sedang.Parameter orthofosfat diberi nilai 66 karena pada saat pengamatan
Hasil analisa parameter kualitas tanah yang telah dilakukan didapat data-data analisis
seperti pada Tabel 8 berikut dan untuk lebih jelasnya data hasil analisa kualitas tanah
a. Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan kandungan partikel tanah berupa fraksi liat, debu,
dan pasir dalam suatu massa tanah. Kehalusan dan kekasaran bahan tanah pada
perabaan berkenaan dengan perbandingan berat antar fraksi tanah.Data hasil pengamatan
tekstur tanah dapat dilihat pada Tabel 9 berikut dan untuk lebih jelasnya data hasil analisa
Tambak 1 5.00 % 48 % 48 %
Tambak 2 6.00 % 54 % 41 %
tekstur tanah seperti pada Gambar 3.Data yang didapat pada Tabel 9 diketahui bahwa
tekstur tanah pada tambak 1 adalah liat berdebu, sedangkan pada tambak 2 adalah liat
lempung berdebu.
Tanah yang baik untuk budidaya adalah yang bertekstur tanah berliat, tanah yang
sedang untuk budidaya adalah yang bertekstur tanah berlempung, dan tanah yang buruk
untuk budidaya adalah yang bertekstur tanah berpasir (Hanafiah, 2012).Tekstur tanah
yang sangat sesuai untuk tambak adalah yang bertipe sedang dengan jenis tekstur
lempung berpasir halus, atau lempung berdebu sampai pada yang bertipe halus dengan
jenis tekstur liat berpasir atau liat berdebu.Sedangkan tanah yang bertipe kasar sangat
Tekstur tanah pada tambak 1 dalam sedang, dan pada tambak 2dalam kondisi baik.Hal
ini menunjukkan bahwa tanah tambak masih bisa dimanfaatkan sebagai media budidaya
karena tekstur tanah yang cenderung liat mempunyai luas permukaan yang lebih besar
sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara yang tinggi.
Menurut Andayani (2005), bahwa semakin tinggi presentase liat maka porositas tanah
semakin kecil dan konduktivitas hidrauliknya semakin kecil pula. Ini berarti bahwa tanah
berliat di lingkungan daerah penelitian dapat menahan hara dan air serta memiliki
Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan
dinamis, yang bersumber dari sisa pakan dan jasad renik tanaman dan binatang yang
telah mati yang terdapat didalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk,
karena di pengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia.Tan (1991) dalam Sabang et al.,
(2008) menyebutkan bahwa bahan organik mempunyai peran penting di dalam tanah
Hasil pengamatan bahan organik tanah (BOT) dapat dilihat pada Tabel 8 dan untuk
lebih jelasnya data hasil analisa kualitas tanah dapat dilihat pada Lampiran 3. Data yang
didapat diketahui bahwa prosentase bahan organik tanah pada tambak 1 adalah 2,41 %,
sedangkan tambak 2 adalah 2,18 %.Menurut Mindari dan Rosida (2011), prosentase
bahan organik tanah yang baik adalah 2 - 3,5 %, sedangkan yang sedang adalah 3,5 - 5
Bahan organik tanah (BOT) pada tambak 1 dalam kondisi baik, demikian juga pada
tambak 2 dalam kondisi baik.Hal ini menunjukkan bahwa kandungan bahan organik tanah
tambak dalam keadaan cukup baik untuk budidaya. Meningkatnyabahan organik tanah
(BOT) disebabkan oleh konsumsi oksigen dasar, tingginya kadar amonia dan bakteri di
dasar tambak dan kondisi ini dapat menggangu kenyamanan hidup organisme di tambak.
Menurut Atmojo (2003), bahan organik dalam tanah adalah sumber utama nitrogen yang
bersama-sama dengan fosfor dan kalium biasanya untuk pertumbuhan makanan alami.
Menurut White (1978) dalam Agus (2008) menjelaskan bahwa derajat keasaman (pH)
tanah merupakan sifat kimia tanah yang penting bagi tambak.Derajat keasaman (pH)
tanah mempunyai sifat yang menggambarkan aktivitas ion hidrogen. Reaksi kemasaman
tanah dapat mempengaruhi proses kimia lainnya seperti ketersediaan unsur hara dan
Hasil pengamatan pH tanah dapat dilihat pada Tabel 8 dan untuk lebih jelasnya data
hasil analisa kualitas tanah dapat dilihat pada Lampiran 3.Data yang didapat diketahui
bahwa pH tanah pada tambak 1 adalah 7,27 dan pada tambak 2 adalah 7,48. Menurut
Supratno (2006), derajat keasaman (pH) tanah yang baik berkisar antara 7 - 8, pH tanah
yang sedang berkisar antara 6,5 - 7, dan pH tanah yang buruk adalah < 6,5.
Derajat keasaman (pH) tanah pada tambak 1 dan 2 dalam kondisi baik.Hal ini
menunjukkan bahwa pH tanah tambak masih dalam keadaan cukup baik untuk
unsur diserap tanaman. Pada umumnya unsur hara mudah diserap tanaman pada pH
tanah netral, karena pada pH tersebut kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air.Pada
pH masam unsur P tidak dapat diserap tanaman karena diikat (difiksasi) oleh Al,
sedangkan pada tanah alkalis unsur P juga tidak dapat diserap tanaman karena difiksasi
oleh Ca.
d. Potensial Redoks
Menurut Sunarmi et al., (2006), reaksi redoks adalah reaksi-reaksi dimana suatu
molekul atau ion berubah dari kondisi lebih teroksidasi ke kondisi kurang teroksidasi
elektron untuk semua senyawa redoks bilamana mereka dalam keadaan kesetimbangan
kimia.Derajat keasaman (pH) dan bahan organik merupakan faktor yang mempengaruhi
sistem redoks.
Hasil pengamatan potensial redoks dapat dilihat pada Tabel 8 dan untuk lebih jelasnya
data hasil analisa kualitas tanah dapat dilihat pada Lampiran 3. Data yang didapat
diketahui bahwa nilai potensial redoks pada tambak 1 adalah + 24,8 m, sedangkan pada
tambak 2 adalah - 16,9 mV. Menurut Direktorat Pembudidayaan (2003) dalam Putra
(2008), kisaran potensial redoks yang baik untuk budidaya adalah bernilai positif dalam
satuan mili Volt sedangkan nilai yang optimal bagi tanah tambak adalah > + 250 mV.
Nilai potensial redoks pada tambak 1 dalam kondisi baik, pada tambak 2 dalam
kondisi sedang.Hal ini menunjukkan bahwa nilai potensial redoks pada tanah tambak
dalam kondisi cukup baik untuk budidaya karena cenderung memiliki nilai Eh positif.
Namun untuk nilai Eh negatif dibutuhkan pengelolaan tingginya nilai negatif potensial
redoks tanah dengan cara sirkulasi air dan penggunaan probiotik secara periodik,
sehingga akan mampu menekan pengaruh negatif yaitu menekan laju kandungan bahan
lingkungan memasok elektron kepada suatu pelaku oksidasi atau mengambil elektron dari
pelaku reduksi, sedangkan pelaku reduksi mengalami oksidasi. Kemantapan sistem redoks
Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya
dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat
tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah dengan kandungan bahan organik
Hasil pengamatan kapasitas tukar kation (KTK) dapat dilihat pada Tabel 8 dan untuk
lebih jelasnya data hasil analisa kualitas tanah dapat dilihat pada Lampiran 3. Data yang
didapat diketahui bahwa nilai KTK pada tambak 1 adalah 28,59 meq, sedangkan pada
tambak 2 adalah 37,83 meq. Menurut Mindari dan Rosida (2011), perairan yang baik
biasanya memiliki nilai KTK 24 - 50 meq.Untuk kondisi perairan yang sedang nilai KTK
berkisar antara 5 - 24 meq.Jika nilai KTK < 5 meq maka tergolong perairan yang buruk.
Nilai kapasitas tukar kation (KTK) pada tambak 1 dan 2 dalam kondisi baik.Hal ini
menunjukkan bahwa nilai KTK pada tanah tambak dalam kondisi optimum untuk budidaya
karena tekstur tanah tambak yang cenderung liat sehingga lebih banyak humus dan
memiliki KTK yang tinggi.Menurut Hakim et al., (1986), besar KTK tanah dipengaruhi oleh
sifat dan ciri tanah yang antara lain ; reaksi tanah atau pH, tekstur tanah atau jumlah liat,
f. Nitrat
Nitrat (NO3) merupakan ion-ion anorganik alami, yang merupakan bagian dari siklus
nitrogen organik pertama-tama menjadi amonia, kemudian dioksidasikan menjadi nitrit dan
nitrat.Oleh karena nitrit dapat dengan mudah dioksidasikan menjadi nitrat, maka nitrat
adalah senyawa yang paling sering ditemukan didalam air bawah tanah maupun air yang
Hasil pengamatan nitrat tanah dapat dilihat pada Tabel 8 dan untuk lebih jelasnya data
hasil analisa kualitas tanah dapat dilihat pada Lampiran 3.Data yang didapatkan diketahui
bahwa nilai nitrat pada tambak 1 adalah 0,14 %, sedangkan pada tambak 2 adalah 0,12
%.Menurut Mindari dan Rosida (2011), kisaran nilai nitrat tanah yang baik adalah 0,2 - 0,5
%, untuk nilai kisaran nitrat tanah yang sedang 0,1 - 0,2 % dan nilai kisaran nitrat yang
Nilai nitrat pada tambak 1 dan 2 dalam kondisi sedang.Namun nitrat pada tanah
tambak masih dalam kondisi cukup baik untuk budidaya karena masih dapat ditoleransi
oleh biota di dalam tambak. Nilai nitrat dipengaruhi oleh pH tanah yang cenderung asam
dan menyebabkan proses nitrifikasi berjalan kurang baik sehingganitrat tidak banyak
tersedia. Menurut Prasetyo et al., (2011) sebagian besar nitrat tanah berupa nitrat organik
baik yang terdapat dalam bahan organik tanah maupun fiksasi nitrat oleh mikroba tanah
dan hanya sebagian kecil (2,5%) berupa nitrat annorganik yaitu NH4+ dan NO3-. Nitrat pada
tanah tergenang merupakan hara yang tidak stabil karena adanya proses mineralisasi
bahan organik (amonifikasi, nitrifikasi, dan denitrifikasi) oleh mikroba tanah tertentu.
g. Fosfat
Unsur fosfor dalam tanah mempunyai kedudukan yang stabil, sebab fosfor dalam
bentuk anorganis dan organis tidak mudah terbawa atau larut dalam air (Subarijanti,
2000).Hasil pengamatan fosfat tanah dapat dilihat pada Tabel 8 dan untuk lebih jelasnya
data hasil analisa kualitas tanah dapat dilihat pada Lampiran 3. Data yang didapatkan
diketahui bahwa nilai fosfat pada tambak 1 adalah 49,35 mg/kg, sedangkan pada tambak 2
adalah 56,12 mg/kg. Menurut Hardjowigeno (1993), kadar fosfat yang baik adalah > 24,
yang sedang adalah 15 - 24, dan yang buruk adalah < 15.
Nilai fosfat pada tambak 1 dan 2 dalam kondisi baik.Hal ini menunjukkan bahwa fosfat
pada tanah tambak dalam kondisi baik untuk budidaya karena pH tanah tambak masih
pada kisaran yang baik utnuk terbentuknya fosfat dalam tanah.Menurut Hardjowigeno
(1993) ketersediaan fosfat dalam tanah sangat ditentukan oleh pH tanah. Pada pH tinggi P
akan terikat dengan Ca2+ sehingga P akan menjadi rendah. Salah satu alternatif untuk
meningkatkan efisiensi pemupukan fosfat dalam mengatasi rendahnya fosfat yang tersedia
dalam tanah adalah dengan cara pengapuran untuk menghasilkan pH yang diinginkan
(Hardjowigeno, 1993).
4.4 Analisis Kelayakan Kualitas Tanah Tambak Berdasarkan Nilai Soil Quality Index
(SQI)
kelayakan untuk budidaya di tambak dari tambak 1 dan 2 secara berurutan tersaji pada
Tabel 10 dan 11 sebagai berikut dan untuk lebih jelasnya data hasil analisa kualitas tanah
Penilaian kualitas tanah pada tambak 1 berdasarkan soil quality index (SQI) parameter
tekstur tanah diberi nilai 99 karena hasil yang didapat saat penelitian dalam kisaran yang
baik.Parameter bahan organik tanah (BOT) diberi nilai 99 karena hasil yang didapat saat
penelitian dalam kisaran yang baik.Parameter pH tanah diberi nilai 99 karena hasil yang
didapat saat penelitian dalam kisaran baik.Parameter potensial redoks diberi nilai 99 karena
hasil yang didapat saat penelitian dalam kisaran baik.Parameter kapasitas tukar kation
(KTK) diberi nilai 99 karena hasil yang didapat saat penelitian dalam kisaran yang
baik.Parameter nitrat diberi nilai 66 karena hasil yang didapat saat penelitian dalam kisaran
yang sedang.Parameter fosfat diberi nilai 99 karena hasil yang didapat saat penelitian dalam
Penilaian kualitas tanah pada tambak 2 berdasarkan soil quality index (SQI) parameter
tekstur tanah diberi nilai 66 karena hasil yang didapat saat penelitian dalam kisaran yang
sedang.Parameter bahan organik tanah (BOT) diberi nilai 99 karena hasil yang didapat saat
penelitian dalam kisaran yang baik.Parameter pH tanah diberi nilai 99 karena hasil yang
didapat saat penelitian dalam kisaran baik.Parameter potensial redoks diberi nilai 66 karena
hasil yang didapat saat penelitian dalam kisaran sedang.Parameter kapasitas tukar kation
(KTK) diberi nilai 99 karena hasil yang didapat saat penelitian dalam kisaran yang
baik.Parameter nitrat diberi nilai 66 karena hasil yang didapat saat penelitian dalam kisaran
yang sedang.Parameter fosfat diberi nilai 99 karena hasil yang didapat saat penelitian dalam
Data yang didapatkan dari hasil penilaian kualitas tanah pada 2 tambak di Desa
Kupang Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo Provinsi Jawa Timur dengan menggunakan
Soil Quality Index (SQI) dapat disimpulkan bahwa pada tambak 1 dikategorikan dalam
keadaan sangat baik, dan pada tambak 2dikategorikan dalam keadaan baik.Hasil penelitian
kualitas tanah secara keseluruhan dapat dinyatakan dalam kondisi layak untuk dijadikan
sebagai media budidaya.Tanah dengan kondisi layak ini lebih mudah untuk pengelolaannya
dalam upaya peningkatan produksi tambak tersebut sehingga didapatkan hasil yang
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan observasi lapang serta hasil analisa kualitas tanah dan air di tambak
tradisional polikulturUdang Windu (Penaeus monodonFab), Rumput laut (Gracilaria sp), dan
bandeng (Chanos chanos) di Desa Kupang Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo Provinsi
1. Kondisi biofisik tambak berdasarkan hasil penilaian kondisi kualitas air dan tanah
dengan menggunakan Soil Quality Index (SQI) dan Water Quality Index (WQI) dapat
diketahui bahwa kondisi biofisik tambak di kategorikan dalam kondisi layak untuk
budidaya.
2. Ada pengaruh dari kondisi kualitas air dan tanah dengan menggunakan Soil Quality
Index (SQI) dan Water Quality Index (WQI) terhadap hasil produksi bandeng dan udang
windu, hal ini dapat dilihat dari laju pertumbuhan bandeng dan udang windu yang
berada dalam kategori optimal karena kondisi kualitas air dan tanah yang layak untuk
budidaya.
3. Secara umum kondisi perairan pada tambak polikultur 1 dan tambak polikultur 2 masih
dalam kondisi yang masih mendukung untuk kegiatan budidaya polikultur. Hal ini
ditunjukkan dengan hasil pengukuran parameter kualitas air seperti suhu, kecerahan,
pH, salinitas, oksigen terlarut (DO), karbondioksida bebas (CO2 ), nitrat, orthopospat,
TOM, dan kelimpahan plankton masih dalam kisaran yang normal untuk budidaya
polikultur.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh perlu dilakukan pengolahan air dan tanah yang lebih
baik dari sebelumnya agar kondisi tambak tetap stabil dan bisa dimanfaatkan sebagai media
kebutuhan konsumen.
1
2
3
DAFTAR PUSTAKA
Agus, M. 2008. Analisis Carrying Capacity Tambak pada Sentra Budidaya Kepiting Bakau (Scilla
sp) di Kabupaten Pemalang – Jawa Tengah.Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang.
Ahmad, T., Erna, R., dan M. Jamil, R.Y. 1998. Budidaya Bandeng Secara Intensif. Penebar
Swadaya. Jakarta
Amri, K. 2003. Budidaya Udang Windu Secara Intensif. Jakarta; Agromedia Pustaka.
Andayani, S. 2005. Manajemen Kualitas Air Untuk Budidaya Perairan.Jurusan Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang.
Atmojo, S.W. 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya
Pengelolaannya.Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Kesuburan Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Banarjea, S. M. 1967. Water Quality and Soil Condition of Fish Pond in Some Stages of India in
Realtion to Fish Production, Indian J. Fish. 14
Barus, T.A. 2001. Pengantar Limnologi. Jurusan Biologi Fakultas MIPA. Universitas Sumatera
Utara.
Davis, Charles C. 1955. The Marine And Fresh-Water Plankton. Michigan State University Press.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan
Perairan. Kanisius. Jogjakarta.
Faqih, A. Rahem. 2003. Teknik Budidaya Udang Windu Pada Tambak Air Tawar. Fakulras
Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang.
Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.A. Diha, G.B. Hong, dan H.H. Bailey. 1986.
Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
Hanafiah, Kemas Ali, M, S. 2012. Dasar-dasar Ilmu Tanah.PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi tanah dan Pedogenesis. CV. Akademika Pressindo. Jakarta.
Hariyadi, S., Suryadiputra., B. Widigdo. 1992. Limnologi Metode Kualitas Air. Bogor; Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Hendrawati., Prihadi, T.H., Rohmah, N.N. 2008. Analisis Kadar Phosphat dan N-Nitrogen pada
Tambak Air Payau Akibat Rembesan Lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Jurnal UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 1(3), tahun 2008: 135-143.
Iromo, H., Azis., Saleh, I. 2009. Kajian Kondisi Tambak Udang Windu (Penaeus monodon) di
Pulau Nunukan. Jurnal Elektronik UBT Harpoden Borneo II (2), Oktober 2009: 43-56.
Kangkan, A.L. 2006.Studi Penentuan Lokasi untuk Pengembangan Budidaya Laut Berdasarkan
Parameter Fisika, Kimia, dan Biologi di Teluk Kupang, Nusa Tenggara
Timur.Tesis.Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang.
Kordi, K., M. Ghufron., dan Tancung, A. B. 2005. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya
Perairan. Rineka Cipta. Makasar.
Landner, L. 1976. Eutrophication of Lakes.World Health Organization Regional Office for Europe.
Maharani, G. , Sunarti ., J. Triastuti ., dan T. Juniastuti.2009.Kerusakan dan Jumlah Hemosit
Udang Windu (Penaeus monodon Fab) yang mengalami Zoothamniosis.Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan 1(1):21-29.
Masak, P.R.P., Andi, I.J.A., Hasnawi., Andi, M.P., Mahatma, L. 2010. Analisis Kesesuaian Lahan
Untuk Pengembangan Budidaya Rumput Laut di Gusung Batua, Pulau Badi, Kabupaten
Pangkep, Sulawesi Selatan. Jurnal Ris. Akuakultur 5 (2), April 2010: 299-316.
Mindari, W dan Rosida. 2011. Panduan Praktikum Kimia Tanah. Fakultas Pertanian Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran”. Surabaya.
Pusat Penyuluhan Perikanan Indonesia. 2011. Ikan Bandeng. Kementrian Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia. Jakarta.
Putra, N.S.S.U. 2008.Makalah Manajemen Kualitas Tanah dan Air dalam Kegiatan
Budidaya.BBAP Takalar.Sulawesi Selatan.
Rangka, N.A., Paena, M. 2012. Potensi dan Kesesuaian Lahan Budidaya Rumput Laut
(Kappaphycus alvarezii) di Sekitar Perairan Kabupaten Wakatobi Provinsi Sulawesi
Tenggara.Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan 4 (2), November 2012: 151-159.
Ratnawati, E dan Asaad, A.I.. 2012. Daya Dukung Lingkungan Tambak di Kecamatan Pulau
Derawan dan Sambaling,Kabupaten Barau,Provinsi Kalimantan Timur.Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan 4(2): 175-185.
Rimalia, A. Kisworo, Y. 2013. Evaluasi Kesesuaian Lahan Perairan Teluk Tamiang untuk
Pengembangan Budidaya Rumput Laut (Eucheuma cottonii) Sistem Long Line.Jurnal
Media Sains 6 (2), Oktober 2013: 117-122.
Ristiyani, D. 2012. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Budidaya Perikanan Tambak di Pesisir
Kendal,Jurnal Geo Image 1 (1) : 13-18.
Romimohtarto. Kasijan, Sri Juwana. 2007. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut.
Penerbit Djambatan.
Sabang, Rosiana. Rahmiyah dan Ilham. 2008. Perubahan Kandungan Bahan Organik Sedimen
Sungai Marana Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Jurnal Riset Akuakultur Vol.7 No.1.
Sihaloho, Wira Susi. 2009. Analisa Kandungan Amonia Dari Limbah Cair Inlet dan Outlet Dari
Beberapa Industri Kelapa Sawit. Karya Ilmiah. Departemen Kimia Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Subarijanti, H U. 2000. Ekologi Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Brawijaya. Malang.
Sunarmi, P.S. Andayani, Purwotiadiyanto. 2006. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Brawijaya
Fakultas Perikanan Jurusan Budidaya. Malang.
Sunaryanto, A dan Ginting, S.P. 2014. Petunjuk Teknis Teknologi Sederhana Budidaya Ikan.
Coastal Community Development Project dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Jakarta.
Suparmi dan Sahri, A. 2009. Mengenal Potensi Rumput Laut : Kajian Pemanfaatan Sumber Daya
Rumput Laut dari Aspek Industri dan Kesehatan. Jurnal Sultan Agung 44 (118) : 95-116.
Supratno, T. K.P. 2006.Evaluasi Lahan Tambak Wilayah Pesisir Jepara Untuk Pemanfaatan
Budidaya Ikan Kerapu.Tesis. Fakultas Perikanan Universitas Diponegoro. Semarang.
Suriadarma, A. 2011. Dampak Beberapa Parameter Faktor Fisika Kimia terhadap Kualitas
Lingkungan Perairan Wilayah Pesisir Karawang-Jawa Barat. Jurnal Riset Geologi dan
Pertambangan 21 (1) : 19-33.
Susanto, E. 2010. Pengolahan Bandeng (Chanos chanos Forsk.) Duri Lunak. Artikel. Penyuluhan
bagi Masyarakat Pesisir di Kabupaten Batang tanggal 27-28 Juli 2010.
Tim Perikanan WWF-Indonesia. 2014a. Budidaya Rumput Laut Gracilaria sp di Tambak : Seri
Panduan Perikanan Skala Kecil. Jakarta; WWF-Indonesia.
Tambunan, Andar, Winston. 2008. Kajian Sifat Fisika dan Kimia Tanah Hubungannya Dengan
Produksi Kelapa Sawit.Universitas Sumatra Utara. Medan.
Umami, F., Wisanti., Yuliani. 2012. Kerusakan Insang dan Pertumbuhan udang Windu (Penaeus
monodon) di Tambak Keputih Surabaya yang Terancam Logam Timbal (Pb). Jurnal Lentera
Bio 1 (1), Januari 2012 : 25-33.
Wibowo, Nugroho. 2012. Evaluasi Kelayakan Tambak Ditinjau Dari Segi Biofisik Di Desa
Kedungpeluk Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo Provinsi Jawa Timur.Skripsi.
Universitas Brawijaya. Malang.
Yuniar, D.W., Tunjung, W.S., Gunawan, P. 2010. Arahan Pemanfaatan Ruang Pesisir Terkait
Pencemaran Kali Porong. Jurnal Tata Kota dan Daerah 2 (2), Desember 2010, Desember
2010: 63-74.
Yuniarso, T. 2006. Peningkatan Kelangsungan Hidup, Pertumbuhan, dan Daya Tahan Udang
Windu (Penaeus monodon Fab.) Stadium pl 7 – pl 20 Setelah Pemberian Silase Artemia
yang Telah Diperkaya dengan Silase Ikan. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.