SKRIPSI
SKRIPSI
Skripsi Sebagai Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
NIM : 150302067
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Kualitas Air dan Tingkat
Utara” adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP
yang ditempuh di SMP Swasta Budhi Dharma Balige pada tahun 2009-2012.
jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) tahun 2015.
Penulis melasanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Balai Benih Ikan (BBI)
Bantun Kerbo Kecamatan Lae Parira Kabupaten Dairi. Penulis juga melaksanakan
Desa Sipinggan, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2018.
Ekosostem Perairan Pesisir pada tahun 2017-2018. Penulis juga aktif dalam
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis pamjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian yang
berjudul “Analisis Kualitas Air dan Tingkat Pencemaran di Danau Toba Desa
Sumatera Utara.
1. Orangtua tercinta, Almarhum Bapak CH. Tampubolon, S.Pd dan Ibu Dameria
semangat, moril dan materil kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Rusdi Leidonald, S.P., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing yang telah
skripsi ini.
4. Ibu Dr. Ery Yusni, Msc. dan Bapak Rizky Febriansyah Siregar, S.Pi, M. Si
skripsi ini.
5. Seluruh staf pegawai dan pengajar yang telah memberikan dukungan doanya
kepada penulis.
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6. Bapak Dasro Rumapea dan Josafat Rumapea selaku perangkat Desa Sipinggan
penelitian dilakukan.
2019 yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang telah membantu
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagai
dasar penelitian selanjutnya dan dapat menjadi sumber informasi bagi pihak yang
Penulis
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................. i
ABSTRACT ................................................................................................ ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang .............................................................................. 1
Rumusan Permasalahan ................................................................. 2
Tujuan Penelitian........................................................................... 3
Manfaat Penelitian......................................................................... 4
Kerangka Pemikiran ...................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA
Ekosistem Danau ........................................................................... 5
Danau Toba ................................................................................... 5
Sumber Pencemaran dari Aktivitas Masyarakat ........................... 7
Parameter Fisika Perairan.............................................................. 9
Suhu........................................................................................ 9
TSS ......................................................................................... 10
Parameter Kimia Perairan ............................................................. 10
pH Air ..................................................................................... 10
Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen) .................................... 10
BOD ( Biochemical Oxygen Demand) ................................... 11
COD (Chemical Oxygen Demand). ........................................ 12
Nitrat (NO3) ........................................................................... 12
Fosfat ...................................................................................... 13
Parameter Mikrobiologi Perairan .................................................. 14
Total Coliform ........................................................................ 14
Baku Mutu Air .............................................................................. 15
METODE PENELITIAN
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 17
Alat dan Bahan .............................................................................. 17
Prosedur Penelitian ........................................................................ 18
Deskripsi Area ............................................................................... 18
Pengambilan Data Parameter Fisika, Kmia dan mikrobiologi ..... 20
Pengukuran Faktor Fisika Perairan ........................................ 21
Pengukuran Faktor Kimia Perairan ........................................ 22
Pengukuran Faktor Mikrobiologi Perairan ............................. 23
Analisis Data ................................................................................. 24
Parameter Kualitas Air ........................................................... 24
Penentuan Tingkat Pencemaran ............................................. 24
Indeks Storet ........................................................................... 25
Indeks CCME (Canadian Council Minister of the
Environment) .......................................................................... 26
LAMPIRAN
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
oleh nilai konsentrasi beberapa parameter kualitas air, baik secara fisika, kimia
dengan baku mutu perairan. Salah satu daerah yang cocok untuk diketahu kualitas
desa Sipinggan.
Danau Toba sebagai tempat pariwisata dan sebagian lagi melakukan aktivitas
keseharian seperti mencuci, mandi, dan mengambil air untuk kebutuhan di rumah.
Aktitivitas masyarakat di Danau Toba setiap hari selalu dijumpai di desa tersebut.
air untuk persediaan air di rumah dan sebagai air minum. Namun disisi lain hal
perairan Desa Sipinggan terdapat pelabuhan penyeberangan feri dan kapal motor
tersebut. Kegiatan pertanian seperti bertani dan beternak juga sangat dekat
dengan perairan ini, intlet dari lahan pertanian dan air buangan peternakan
berpengaruh terhadap kualitas perairan dan faktor fisika, kimia dan biologi yang
ada pada perairan tersebut. Khususnya berpengaruh pada parameter biologi yaitu
bakteri coliform yang dihasilkan dari peternakan di desa tersebut. Oleh sebab itu,
perairan.
Kualitas air secara umum menunjukan mutu atau kondisi air yang
2001, baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar mahluk hidup zat, energi, atau
komponen yang ada atau harus ada unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya di dalam air. Pencemaran air adalah masuknya mahluk hidup, zat,
energi, atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas
air turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi
Rumusan Permasalahan
berbagai masalah yang dapat mempengaruhi kualias air. Oleh sebab itu peneliti
Samosir ?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah :
Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi
Kerangka Pemikiran
Perairan Desa Sipinggan adalah salah satu wilayah di Danau Toba yang
baik secara fisika, kimia, dan mikrobiologi. Lingkungan perairan tidak sesuai
dengan batas baku mutu yang ditetapkan, perairan tersebut telah tercemardab
Aktivitas Masyarakat
Kualitas Perairan
Tingkat Pencemaran
Pengelolaan Perairan
TINJAUAN PUSTAKA
Ekosistem Danau
Danau adalah wilayah yang digenanagi badan air sepanjang tahun serta
terbentuk secara alami. Pembentukan danau terjadi karena pergerakan kulit bumi
sehingga bentuk dan luasnya sangat bervariasi. Danau yang terbentuk sebagai
perut bumi seperti belerang dan panas bumi (Andy et al., 2010).
Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan
berfungsi sebagai penampung dan menyimpan air yang berasal dari air sungai,
mata air maupun air hujan. Sebagai salah satu bentuk ekosistem air tawar, danau
perikanan, irigasi, sumber air bersih dan pariwisata. Dari sisi ekologi, danau juga
(Ginting, 2011).
dengan produktivitas primer dan biomassa yang rendah. Perairan ini memiliki
kadar unsur hara nitrogen dan fosfor rendah, namun cnderung jenuh dengan
oksigen.
Eutrofik (kaya unsur hara dan produktivitas tinggi), yaitu perairan dengan
kadar unsur hara dan tingkat produktivitas primer tinggi. Perairan ini memiliki
namun demikian fungsi dan manfaat danau dari waktu kewaktu telah mengalami
Danau Toba
Kawasan Danau Toba terletak di dataran tinggi Bukit Barisan di Provinsi
dan 98º20´ BT - 99º50´ BT dengan luas permukaan air danau 112.959 ha.
Danau Toba merupakan sumber daya air yang mempunyai nilai sangat
penting dan strategis, baik ditinjau dari fungsi ekologi, hidrologi, ekonomi
maupun estetika. Hal ini berkaitan dengan manfaat Danau Toba sebagai habitat
dari berbagai jenis organisme air, sebagai sumber air minum bagi masyarakat
budi daya maupun perikanan tangkap), sebagai sumber air bagi PLTA Sigura-
gura, dan yang tidak kalah pentingnya adalah sebagai obyek wisata andalan di
(Ginting, 2011).
Danau Toba termasuk perairan lentik (lentic water), atau disebut juga
perhubungan laut, dan juga merupakan sumber air minum bagi masyarakat di
penurunan kualitas air akibat dari berbagai limbah yang dibuang ke dalarn danau
pertanian, lirnbah dari budidaya perikanan di dalam keramba serta limbah rninyak
yang berasal dari aktivitas transportasi air. Selain itu terjadi perusakan kawasan
hutan berupa penebangan hutan untuk berbagai keperluan di sekitar danau yang
bentuk asal pada keadaan yang lebih buruk. Pergeseran bentuk tatanan dan
kondisi asal pada kondisi yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masukan dari
mempunyai sifat racun (toksik) yang berbahaya bagi organisme hidup. Toksisitas
atau daya racun dari polutan itulah yang kemudian menjadi pemicu terjadinya
terjadinya penurunan kualitas air yang signifikan pada badan air seperti sungai,
danau dan waduk. Walaupun saat ini telah diberlakukan berbagai macam
PP No. 82 tahun 2001 dan Permen LH No. 13 Tahun 2010, namun lemahnya
dapat dibedakan menjadi limbah organik yang berasal dari luar danau dan berasal
dari kegiatan di badan air danau. Limbah yang berasal dari luar danau berupa
limbah industri, domestik, dan pertanian, sedangkan yang berasal dari kegiatan di
badan perairan danau adalah sisa pellet dari kegiatan budidaya ikan dalam KJA.
Kegiatan dalam bidang pertanian, secara langsung maupun tidak langsung dapat
karena residu dari penggunaan pupuk dan pestisida akan mengalir ke badan air
Pembuangan Limbah cair dari MCK yang berada di danau toba yang
paling banyak adalah limbah sabun ataupun detergen dan sampah yang besar
ataupun yang kecil yang sering di buang ke danau oleh masyarakat. Detergen
merupakan salah satu produk industri yang sangat berguna bagi masyarakat, dapat
jika detergen tidak dikelola dengan baik dan benar akan mempengaruhi kualitas
Samosir beserta pemukiman yang ada serta segala aktifitas domestik, pertanian,
peternakan dan lainnya, maka secara kumulatif seluruh aktifitas itu akan
aktivitas yang terjadi di sekitar dan dalam badan air wilayah danau termasuk
wilayah perairan danau, maka tentu kualitas badan air danau akan mengalami
perubahan dengan beban introduksi segala material dan energi yang diterima oleh
rumah tangga di sekitar perairan Danau Toba menyebabkan nilai ammonia, nitrat
Pada dasarnya bahwa dengan adanya variasi suhu yang cukup besar dapat
memberikan dampak atau pengaruh yang cukup besar pula terhadap berbagai
aktifitas metabolisme dari organisme yang mendiami suatu perairan. Variasi suhu
suhu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu antara lain tingkat intensitas cahaya
yang tiba di permukaan perairan, keadaan cuaca, awan dan proses pengadukan
ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu dalam satu hari, sirkulasi udara,
penutupan awan dan aliran serta kedalaman dari badan air. Perubahan suhu
berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan biologi badan air. Kecepatan
Total Suspended Solid (TSS) suatu contoh air adalah jumlah bobot bahan
yang tersuspensi dalam suatu volume air tertentu, dengan satuan mg/liter. Padatan
ekosistem perairan berkisar 50-1000 mg/l. Tingginya nilai TSS juga dapat
pH Air
Organisme air hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral
dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai dengan basah lemah. Nilai pH
yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya 7 sampai 8,5. Kondisi
ekosistem air, terutama dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar
sebanyak 20% volum, air hanya mampu menyerap oksigen sebanyak 20% volum
Ada dua metode yang digunakan untuk menentukan oksigen terlarut yaitu
metode winkler atau metode titrasi atau disebut juga metode iodometri dan
metode elektrometris (DO meter). Metode winkler berdasarkan sifat oksidasi oleh
oksigen yang terlarut dan metode elektrometis berdasarkan jumlah oksigen yang
atas reaksi oksidasi zat organis dengan oksigen di dalam air dan proses tersebut
berlangsung karena adanya bakteri aerob sebagai hasil oksidasi akan terbentuk
pencemar di dalam air. Nilai BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang
sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan
organisme untuk menguraikan bahan organik atau dapat dikatakan semakin besar
kandungan bahan organik di suatu perairan tersebut. Oleh karena itu, tingginya
kadar BOD dapat mengurangi jumlah oksigen terlarut dalam air menurun. Apabila
oksigen terlarut sudah habis maka bakteri aerobik dapat mati sehingga akan
timbul aktivitas bakteri anaerob yang dapat menyebabkan bau yang tidak enak
kimia yang dinyatakan dalam mg O2/l. Dengan mengukur nilai COD maka akan
diperoleh nilai yang menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk proses
oksidasi terhadap total senyawa organik baik yang mudah diuraikan secara
biologis maupun terhadap yang sukar atau tidak bisa diuraikan sacara biologis
(Barus, 2004).
Nitrat
Nitrat merupakan produk akhir dari proses penguraian protein dan
amonium/amoniak atau nitrit. Nitrat adalah zat nutrisi yang dibutuhkan oleh
siklus nitrogen. aktivitas mikroba ditanah atau air menguraikan sampah yang
dioksidasi menjadi nitrit dan nitrat. Oleh karena nitrit dapat dengan mudah
dioksidasi menjadi nitrat, nitrat adalah senyawa yang paling sering ditemukan
didalam air bawah tanah maupun air yang terdapat dipermukaan (Manampiring,
2009).
Nitrat merupakan zat nutrisi yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk dapat
tumbuh dan berkembang, sementara nitrit merupakan senyawa toksik yang dapat
buangan yang dapat berasal dari industri, bahan peledak, piritehnik dan
pemupukan. Secara alamiah kadar nitrat biasanya rendah namun kadar nitrat dapat
menjadi tinggi sekali dalam air tanah di daerah yang diberi pupuk nitrat/nitrogen
(Efendi, 2003).
Fosfat
Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan.
merupakan penyususn biosfer karena unsur ini tidak terdapat di atmosfer. Pada
kerak bumi, keberadaan fosfor relatif sedikit dan mudah mengendap.Fosfor juga
merupakan unsur yang esensial. Bagi tumbuhan dan alga akuatik serta sangat
yang berlebihan akan menurunkan kualitas suatu perairan. Selain unsur nitrogen,
itu, biomas ganggang yang telah mati akan menyebabkan penurunan kualitas iar.
dalam air, fosfor dalam bentuk padat maupun terlarut. Fosfor dalam bentuk padat
berupa scuspensi garam-garam yang tidak larut atau teradsorpsi pada bahan padat.
polifosfat (Manik,2009).
Parameter Biologi
Total Coliform
(berbahaya) yang masuk dari berbagai sumber seperti permukiman, pertanian dan
badan air adalah bakteri yang tergolong Escherichia coli , yang merupakan satu
diantara beberapa bakteri yang tergolong koliform dan hidup normal di dalam
berdasarkan analisis kehadiran jasad indikator, yaitu bakteri golongan Coli Fecal
yang selalu ditemukan di dalam tinja manusia atau hewan berdarah panas, baik
yang sehat maupun yang sakit. Selain itu, prosedur pengujian kualitas air
memberikan hasil positif yang salah dan bersifat sangat sensitif, yang artinya
kualitas air sudah dapat ditentukan meskipun colifecal tersebut terdapat dalam
jumlah yang sangat kecil, misalnya hanya ditemukan 1 sel per milliliter sampel air
(Nugroho, 2006).
adalah Fecal Coliform dan total Coliform. Bakteri Coliform dapat digunakan
sebagai indikator adanya pencemaran feses atau kotoran manusia dan hewan di
dalam perairan. Golongan bakteri ini umumnya terdapat di dalam feses manusia
dan hewan. Oleh sebab itu keberadaannya di dalam air tidak dikehendaki, baik
infeksi yang berbahaya. Beberapa jenis penyakit dapat ditularkan oleh bakteri
coliform melalui Baku mutu air kelas satu mensyaratkan keberadaan Fecal
coliform tidak boleh melebihi 100 sel/100ml, sedang untuk air kelas dua tidak
boleh lebih dari 1000 sel/100ml, dan untuk air kelas tiga tidak boleh melebihi
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, dimana baku mutu
air adalah ukuran batas atau kadar mahluk hidup zat, energi atau komponen yang
ada atau harus ada dan atau unsur pencemaran yang ditenggang keberadaanya di
dalam air. Kriteria mutu air dan penetapan kelas sebagai berikut:
1. Kelas Satu : Bahan baku air minum dan peruntukan lain dengan syarat
kualitasair sama.
yangsama.
yangsama.
METODE PENELITIAN
yaitu stasiun aktivitas wisata, stasiun aktivitas masyarakat ( MCK, Pertanian, dan
pelabuhan)stasiun daereah inlet atau daerah masuk air ke danau toba dan daerah
dengan aktivitas Keramba Jaring Apung. Sampel air diidentifikasi di Balai Teknik
pH meter, GPS, botol sampel air, bola duga,cool box, alat tulis, kertas label, dan
kamera digital.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel air perairan
Desa Sipinggan yaitu dari daerah aktivitas masyarakat( MCK, Pertanian, dan
pelabuhan), daerah aktivitas wisata, daerah masuknya air ke Danau Toba dan
daerah KJA.
Prosedur Penelitian
Purpossive Random Sampling yaitu dengan cara memilih empat stasiun penelitian
melalui cara in situ yaitu pengukuran secara langsung data di lokasi penelitian dan
Deskripsi Area
seperti MCK, pelabuhan, dan pertanian (gambar 3). Wilayah ini berada pada
memancing, renang, duduk santai.Berada pada jarak 1,5 kilometer dari stasiun I.
Stasiun II terletak pada koordinat 2º26´ 7´´ LU dan 98º53´76´´ BT. Foto lokasi
Stasiun III : Stasiun ini merupakan stasiun inlet atau daerah masuknya air sungai
ke danau toba. Berada pada jarak 2 kilometer dari stasiun II. Stasiun III terletak
pada koordinat 2º25´7´´ LU dan 98º53´54´´ BT. Foto lokasi stasiun III dapat
Stasiun IV : Stasiun ini merupakan stasiun dengan aktivitas keramba jaring apung
(KJA). Berada pada jarak 2 kilometer dari stasiun III. Stasiun IV terletak pada
Gambar 6.
ulangan untuk setiap parameter yang diukur pada setiap stasiun. Pengambilan
sampel dimulai dari stasiun IV, dilanjutkan dengan stasiun III, stasiun II, dan
terakhir stasiun I. Sampel air yang diambil adalah sampel air permukaan.
Parameter fisika, kimia dan biologi yang diamati dapat dilihat pad1a Tabel 1.
Kemudian dibaca skala pada termometer tersebut. Pengukuran suhu air dilakukan
2. TSS
TSS diukur dengan mengambil sampel air danau sebanyak 1 liter kedalam
3. Kecepatan Arus
diletakkan pada satu titik dan diamati waktunya selama 60 detik untuk mencapai
sampel air hingga nilai pada display (layar pada pH meter) konstan. Pengukuran
es. Sampel air dibawa ke Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian
4. COD
Pengukuran Amonia diukur dengan mengambil sampel air danau sebanyak
menggunakan es. Sampel air dibawa ke Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan
Refluks.
5. Nitrat
Pengukuran Nitrat diukur dengan mengambil sampel air danau sebanyak 1
liter kedalam botol sampel. Sampel air dibawa ke Balai Riset dan
spektrofotometri.
6. Fosfat
Pengukuran Fosfor diukur dengan mengambil sampel air danau sebanyak
menggunakan es. Sampel air dibawa ke Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan
spektrofotometri.
menggunakan botol sampel yang steril sehingga tidak terjadi kontaminasi. Sampel
air diawetkan dengan pendinginan dengan menggunakan es. Sampel air dibawa ke
Analisis Data
Parameter Kualitas Air
Nilai parameter fisika dan kimia perairan yang diperoleh dibandingkan
dengan kriteria mutu air dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yang dapat
terukur dengan baku mutu air (PP. Nomor 82 Tahun 2001). Baku mutu air yang
digunakan adalah baku mutu air kelas I, karena perairan Desa Sipinggan masih
mutu air yang umum digunakan. Dengan metode Storet ini dapat diketahui
Secara prinsip, metode Storet adalah membandingkan antara data kualitas air
dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan
status mutu air. Cara untuk menentukan status mutu air adalah dengan
4. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran
> baku mutu) maka diberi skor yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Penentuan Sistem Nilai Indeks Storet untuk Menentukan Status Mutu Air
Jumlah Parameter
Nilai
Parameter Fisika Kimia Biologi
Maksimum -1 -2 -3
< 10 Minimum -1 -2 -3
Rata – rata -2 -6 -9
Maksimum -2 -4 -6
≥ 10 Minimum -2 -4 -6
5. Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutunya
untukmengetahui status mutu air dan melihat kondisi pencemaran perairan. Indeks
ini membandingkan hasil nilai analisis kualitas air terhadap acuan untuk
memperoleh nilai pada rentang 0 yang menunjukkan kualitas yang buruk sampai
100 yang menunjukkan kualitas yang sangat baik (Hurley et al. 2012).
sesuai dengan baku mutu (F1), dan banyaknya hasil uji yang tidak sesuai dengan
baku mutu (F2) serta besaran/selisih hasil pengujian pada suatu parameter
memenuhi baku mutu, setidaknya untuk satu kali periode waktu relarif
mutu.
Jumlah Hasil uji yang tidak sesuai dengan baku mutu air
F2= x100
Total jumlah hasil uji kualitas air
pencemaran meningkat:
pencemaran meningkat
Keterangan :
F2 = banyaknya hasil nilai uji pada parameter yang melebihi baku mutu
Hasil
Parameter kualitas air yang diukur pada saat pengamatan meliputi suhu,
TSS, kecepatan arus, pH, DO, BOD, COD, nitrat, fosfat dan total coliform. Dari
setiap stasiun, yaitu stasiun I yang merupakan pelabuhan dan sekaligus aktivitas
MCK, stasiun II merupakan daerah wisata, stasiun III merupakan inletDanau Toba
yang dihasilkan dibandingkan dengan baku mutu air kelas I karena perairan desa
Sipinggan masih dimanfaatkan sebagai bahan baku air minum. Hasil pengukuran
Fisika
Suhu Deviasi 3 °C 25,70 25,60 25,50 26,10
TSS 50 mg/l 53,30 41,60 75,30 53,30
Kecepatan
- m/detik 0,11 0,11 0,18 0,13
arus
Kimia
DO 6 mg/l 6,87 6.41 6,04 6,44
pH 6-9 - 7,40 7,50 7,10 7,40
BOD 2 mg/l 2,93 2,96 5,56 6,40
COD 10 mg/l 7,83 7,66 7,73 8,87
Nitrat 10 mg/l 0,56 0,50 0, 83 0,73
Fosfat 0,2 mg/l 0,12 0,10 0,39 0,31
Mikrobiologi
Total MPN/
1000 9900 4933 16000 13733
Coliform 100ml
Parameter Fisika
1. Suhu
Hasil pengukuran suhu air selama penelitian menunjukkan bahwa suhu air pada
antara 25 ˚C – 27 ˚C. Rata rata suhu air tertinggi terapat pada stasiun IV yaitu 26,1
˚C dan rata-rata suhu air terendah terdapat pada stasiun III yaitu 25,5 ˚C. Grafik
26.2
26.1
26
25.9
Suhu (˚C)
25.8
25.7
25.6
25.5
25.4
25.3
25.2
I II III IV
Stasiun
mg/l. Rata-rata TSS air terendah terdapat pada stasiun II 41,6 mg/l dan rata-rata
TSS tertinggi terdapat pada stasiun III 75,3 mg/l. Grafik nilai TSS pada setiap
80
70
60
50
TSS
40
30
20
10
0
I II III IV
Stasiun
3. Kecepatan Arus
stasiun penelitian tidak menunjukan variasi yang tinggi dan hasil yang didapatkan
rendah yaitu berkisar antara 0,11 – 0,18 m/s. Grafik nilai Kecepatan arus pada
0.2
0.18
Kecepatan Arus
0.16
0.14
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
I II III IV
Stasiun
Parameter Kimia
1. pH Air
namun tidak menunjukkan hasil yang berbeda jauh. Nilai rata-rata pH tertinggi
terdapat pada stasiun II sebesar 7,5 dan nilai rata-rata pH terendah terdapat pada
stasiun III sebesar 7,1. Grafik nilai rata-rata pH pada setiap stasiun dapat dilihat
7.6
7.5
7.4
7.3
pH
7.2
7.1
7
6.9 \
I II III IV
Stasiun
rata yang tidak jauh berbeda, berkisar antara 6 – 7 mg/l. Rata-rata nilai DO
tertinggi terdapat pada stasiun I sebesar 6,87 mg/l dan rata-rata nilai DO terendah
terdapat pada stasiun III sebesar 6,04 mg/l. Grafik DO pada setiap pengambilan
7
6.8
6.6
6.4
DO
6.2
6
5.8
5.6
I II III IV
Stasiun
berkisar antara 2,93 – 6,4 mg/l. Rata-rata nilai BOD tertinggi terdapat pada
stasiun IV sebesar 6,4 mg/l dan rata-rata nilai BOD terendah terdapat pada stasiun
II sebesar 2,93mg/l. Grafik BOD pada setiap pengambilan dapat dilihat pada
Gambar 12.
7
6
5
4
BOD
3
2
1
0
I II III IV
Stasiun
Hasil dari pengukuran nilai rata-rata COD setiap stasiun bekisaran 7,66 –
8,87 mg/l. Rata-rata COD air tertinggi pada stasiun IV sebesar 8,87 dan rata-rata
nilai COD terendah terdapat pada stasiun II sebesar 7,66 mg/l. Grafik BOD pada
9
8.8
8.6
8.4
8.2
COD
8
7.8
7.6
7.4
7.2
7
I II III IV
Stasiun
5. Nitrat
0,50-0,83 mg/l. Rata-rata Nitrat air tertinggi pada stasiun III sebesar 0,83 mg/ldan
rata-rata nilai Nitrat terendah terdapat pada stasiun II sebesar 0,50 mg/l. Grafik
0.9
0.8
0.7
Nitrat 0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
I II III IV
Stasiun
6. Fosfat
Nilai fosfat yang terdapat pada perairan Desa Sipinggan berkisar antara
0,10 – 0,39 mg/l. Nilai rata-rata fosfat tertinggi terdapat pada stasiun III yaitu 0,39
mg/l dan rata-rata fosfat terendah terdapat pada stasiun II yaitu 0,10 mg/l. Grafik
0.45
0.4
0.35
0.3
Fosfat
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
I II III IV
Stasiun
Parameter Mikrobiologi
1. Total Coliform
Nilai rata-rata total coliform berkisar antara 4933 – 16000 MPN/100 ml.
Nilai tertinggi terdapat pada stasiun III yaitu 16000 MPN/100 ml. Nilai terendah
terdapat pada stasiun II yaitu 4933 MPN/100 ml. Grafik total coliform pada setiap
18000
16000
14000
Tota l Coliform
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
I II III IV
Stasiun
Metode Storet
perairan Danau Toba Desa Sipinggan dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil dari tabel
tersebut dapat menunjukan bahwa untuk status mutu air pada stasiun I tercemar
sedang, stasiun II tercemar sedang, sedangkan status mutu air pada stasiun III
Metode CCME
di perairan Danau Toba Desa Sipinggan dapat dilihat pada tabel 6. Hasil tabel
tersebut menunjukan pada baku mutu kelas I pada stasiun I, II dan III
Lampiran.
Pembahasan
Suhu
stasiun yaitu, stasiun I 25,7 oC, stasiun II 25,6 oC, stasiun III 25,5 oC, stasiun IV
26,1 oC. Dari hasil tersebut diketahui bahwa nilai rata-rata suhu air tertinggi
terdapat pada stasiun IV dengan nilai26,1 oCdan terendah pada stasiun III dengan
nilai 25,5oC. Kondisi nilai rata-rata suhu air pada semua stasiun masih berada
dalam kisaran yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku air minum. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Effendi (2003) yang menyatakan bahwa kisaran suhu
optimum untuk pemanfaatan air dan pertumbuhan organisme pada perairan adalah
berkisar 20 oC – 30 oC.
kisaran baku mutu perairan kelas I yang tercantum pada PP No. 82 Tahun 2001
Tentang pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk bahan
baku air minum, MCK dan kegiatan perikanan yaitu masih berada pada kisaran
20-30oC.
Perairan Desa Sipinggan tidak jauh berbeda antara stasiun satu dengan stasiun
lainnya. Nilai TSS yang tertinggi berada di stasiun III dan nilai TSS yang terendah
berada di stasiun II. Berdasarkan PP no.82 tahun 2001, TSS yang terkandung di
perairan tersebut semua stasiun tidak cocok dengan baku mutu kelas I yang
digunakan sebagai bahan baku air minum karena nilainya melebihi baku mutu
yaitu 50 mg/l. Perairan tersebut cocok digunakan sebagai tempat untuk budidaya
ikan , karena nilainya tidak melibihi baku mutu yaitu 400 mg/l.
Nilai TSS tertinggi dan nilainya berbeda dengan stasiun lain terdapat pada
stasiun III dengan nilai 75,3 yang merupakan daerah aliran sungai atau daerah
masuknya air sungai ke Danau Toba. Tingginya nilai TSS pada stasiun ini
diakibatkan karena masuknya jenis zat padat seperti pasir, lumpur, dan tanah liat
melalui aliran sungai. Bahan-bahan organik dan anorganik hasil aktivitas dari
pertanian maupun peternakan dialirkan ke perairan Danau Toba. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Tarigan dan Edward (2003) yang menyatakan bahwa Sebaran
zat padat tersuspensi dpengaruhi oleh masukan yang berasal dari darat melalui
aliran sungai. Zat padat tersuspensi adalah semua zat padat (pasir, lumpur dan
tanah liat) atau partikel-partikel yang tersuspensi dalam air dan dapat berupa
Kecepatan Arus
rendah dan cenderung stabil karena memang perairan danau adalah perairan
tenang (lentik). Kecepatan arus pada pengambilan sampel ke-II memiliki hasil
yang lebih tinggi namun masih dalam kategori arus lambat. Hal ini sesuai dengan
kecepatan arus terdiri dari 4 kategori yaitu kategori arus lambat dengan kecepatan
pada kisaran 0-0,25 m/s, kategori arus sedang dengan kecepatan 0,25-0,50 m/s,
kategori arus cepat dengan kecepatan pada kisaran 0,50-1 m/s dan kategori arus
pH
pada kisaran 7,2 – 7,65, secara umum nilai pH yang didapatkan masih dalam
kisaran yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku air minum. Hal ini sesuai
antara 7,7 - 7,9. Secara umum nilai pH yang didapatkan masih dalam kisaran
Sipinggan masih menunjukkan kualitas perairan yang baik. Hal tersebut sesuai
mengindikasikan kualitas air baik adalah pada kisaran 6-8 mg/L. Bila mengacu
pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, maka perairan Danau Toba
Kisaran nilai DO yang didapatkan masih sesuai dengan baku mutu air
kelas I, dan menunjukkan nila yang tidak berbeda jauh. Pada stasiun III memiliki
rendah, sehingga aktivitas fotosintesis pada stasiun ini rendah. Hal ini sesuai
dalam perairan juga terhambat sehingga kadar klorofil berkurang seiring dengan
IV memiliki nilai yang tinggi dan stasiun II memiliki nilai BOD yang rendah.
Berdasarkan PP no.82 tahun 2001, parameter BOD untuk baku mutu kelas I
berada pada nilai 2 mg/L, hal ini menandakan bahwa nilai rata-rata BOD pada
semua stasiun tidak memenuhi baku mutu kualitas perairan, yang peruntukannya
Selain itu stasiun IV terletak berdekatan dengan stasiun III yang merupakan
daerah masuknya air ke Danau Toba. Bahan organik ini juga diduga berasal dari
stasiun I merupakan daerah wisata yang daerah wisata tersebut masih tahap
pengembangan, sehingga aktivitas wisata di stasiun I ini belum terlihat ramai yang
menyebabkan kandungan bahan organik lebih sedikit dari stasiun lainnya. Hal ini
mempunyai karakteristik antara lain apabila BOD dan COD tinggi disebabkan
memiliki perbedaan yang signifikan, nilainya berkisar antara 7,66 – 8,87 mg/l.
Berdasarkan PP no.82 tahun 2001, parameter COD untuk baku mutu kelas I
berada pada nilai 10mg/L, hal ini menandakan bahwa semua stasiun pengamatan
memiliki nilai rata-rata COD yang memenuhi baku mutu kualitas perairan. Untuk
parameter COD pada semua stasiun layak dimanfaatkan sebagai sumber bahan
Tingginya nilai COD pada stasiun IV yang merupakan lokasi KJA dan
Pada stasiun I juga memiliki nilai COD yang tinggi karena stasiun ini merupakan
salah satu daerah pelabuhan penyeberangan dan aktivitas manusia seperti MCK
yang menghasilkan tumpahan minyak dan limbah aktivitas MCK dari masyarakat.
Sedangkan nilai terendah COD terdapat pada stasiun II yang merupakan daerah
wisata yang masih dalam tahap pengembangan sehingga masih sedikit aktivitas
masyarakat di daerah tersebut. Hal ini sesuai dengan Soraya et al (2014) yang
menyatakan nilai COD yang cenderung tinggi menunjukan bahwa bahan organik
yang ada di perairan lebih banyak berada dalam bentuk yang sukar terdegradasi
secara biologis.
Nitrat
Nilai nitrat perairan Desa Sipinggan masih dibawah nilai baku mutu kelas
I. Berdasarkan nilai nitrat yang diperoleh pada setiap stasiun, stasiun III memiliki
nilai yang paling tinggi dari stasiun yang lain. Tingginya nilai nitrat pada stasiun
III karena stasiun ini banyak terdapat aktivatas masyarakat seperti pertanian dan
peternakan yang menghasilkan limbah ke perairan Danau Toba. Hal ini sesuai
nitrat merupakan hasil oksidasi terakhir dari amonium dan amoniak yang berasal
domestik yang mengandung amoniak jelas akan menyebabkan jumlah nitrat akan
Berdasarkan PP No.82 Tahun 2001, parameter Nitrat untuk baku mutu kelas I
berada pada nilai 10mg/L, hal ini menandakan bahwa semua stasiun pengamatan
memiliki nilai rata-rata nitrat yang memenuhi baku mutu kualitas perairan. Untuk
parameter Nitrat pada semua stasiun layak dimanfaatkan sebagai sumber bahan
Fosfat
dan II memiliki nilai yang hampir sama. Nilai stasiun III dan IV memiliki nilai
berbeda jauh dengan stasiun I dan II. Berdasarkan PP no.82 tahun 2001,
parameter Fosfat untuk baku mutu kelas I memiliki nilai 0,2 mg/L, hal ini
menandakan bahwa nilai rata-rata Fosfat pada kelas I sesuai dengan baku mutu.
Pada stasiun I dan II layak dimanfaatkan sebagai bahan baku air minum. Untuk
stasiun III dan IV tidak dapat dimanfaatkan sebagi bahan baku air minum
Nilai rata-rata fosfat paling tinggi terdapat pada stasiun III yaitu 0,39 mg/l.
Hal ini diakibatkan karena stasiun III merupakan muara sungai. Yang membawa
masyarakat seperti detergen, sampah, sisa makanan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Sumantri dan Cordova (2011) yang menyatakan bahwa total Phosphat
anorganik maupun organik Total phosphat yang ada di lokasi berasal dari
pemakaiandetergen oleh warga, pemakaian pupuk tanaman dan ada secara alami
Total Coliform
Berdasarkan PP no.82 tahun 2001, parameter Total coliform untuk baku mutu
kelas I memiliki nilai 1000 mg/L, hal ini menandakan bahwa nilai rata-rata total
coliform pada semua stasiun tidak sesuai dengan baku mutu air. Sehingga
Stasiun I, II, III, dan IV melewati ambang batas baku mutu. Dimana Stasiun III
daerah desa sipinggan, nilai total coliform yang tinggi menunjukkan Danau
menjadi tempat buangan limbah domestik (tinja manusia/ hewan berdarah panas)
memiliki nilai total coliform yang sangat timggi karena pada daerah ini selama
penelitian ditemukan hewan berdarah panas seperti kerbau masuk ke perairan. Hal
merupakan mikroba yang paling sering ditemukan di badan air yang telah
menghitung kepadatan coliform yang terbawa oleh tinja manusia dan hewan
Metode Storet
Kualitas air yang ditentukan dari nilai parameter fisika, kimia dan
memperoleh total skor yang menunjukan status mutu air. Skor parameter kualitas
air untuk baku mutu kelas I setiap stasiun diperoleh secara berurut -28, -16, -41,
dan -31. Stasiun I dan II tercemar sedang sedangkan stasiun III dan IV tercemar
berat. Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 dapat dikatakan perairan tersebut tidak
kelas I, Pada Semua stasiun, yaitustasiun I dan II tercemar sedang dan stasiun III
dan IV termasuk kategori tercemar berat. Hal ini diakibatkan oleh nilai parameter
mikrobiologi yaitu total coliform yang sangat tinggi. Tingginya nilai total
coliform sangat berpengaruh terhadap status baku mutu air. Hal ini sesuai dengan
Saraswati (2014) yang menyatakan bahwa adanya parameter bakteri yakni Fecal
coliform dan Total coliform yang menjadi penyebab signifikan buruknya status
mutu air.
Metode CCME
Kualitas air yang ditentukan dari nilai parameter fisika, kimia dan
memperoleh total skor yang menunjukan status mutu air. Skor parameter kualitas
air untuk baku mutu kelas I setiap stasiun diperoleh secara berurut 75,611 (Cukup
Baik), 73,549 (Cukup Baik), 42,572 (Sangat Buruk) 63,434 (Cukup Baik).
Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001,dari status mutu air tersebut stasiun I, II, dan
III masih layak dimanfaatkan sebagai bahan baku mutu air minum.
membandingkan berapa nilai yang didapatkan dengan nilai baku mutu airnya. Hal
ini sesuai dengan Lumb et al. (2006) yang menyatakan CCME merupakan metode
paling sensitif merespon dinamika mutu air, dengan sedikit atau banyak
parameter, dengan dan tanpa parameter bakteri. Perhitungan Indeks CCME lebih
melebihi baku mutu dan banyaknya hasil uji yang melebihi baku mutu.
coliform. Berbeda dengan metode Storet yang sangat dipengaruhi oleh parameter
total coliform sehingga mutu airnya menjadi tercemar sedang bahkan tercemar
berat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Romdania et al. (2018) yang menyatakan
bahwa indeks CCME merupakan metode paling tepat dalam menganalisis mutu
sensitivitas lebih tinggi dibanding metode lain, serta penggunaan jumlah dan jenis
Kesimpulan
memiliki nilai melebihi baku mutu air dengan nilia sebagai berikut, nilai
parameter fisika pada perairan Desa Sipinggan yaitu suhu berkisar antara
berkisar antara 0,11-0,18 m/detik. Nilai parameter kimia pada perairan Desa
mg/l, BOD berkisar antara 2,93-6,40 mg/l, COD berkisar antara 7,66-8,86
mg/l, nitrat berkisar antara 0,5-0,83 mg/l dan fosfat berkisar antara 0,10-0,39
mg/l. Nilai parameter mikrobiologi yaitu total coliform berkisar antara 4933-
16000 MPN/100ml.
2 Status kualitas air di Desa Sipinggan berdasarkan indeks storet untuk baku
mutu air kelas I , stasiun I dan II tercemar sedang dan stasiun III dan IV
tercemar berat. Sehingga tidak dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku air
minum. Berdasarkan indeks CCME untuk baku mutu kelas I, stasiun I, II, dan
IV memiliki status kualitas air cukup baik, sedangkan stasiun III dikategorikan
sangat buruk. Sehingga kualitas air pada Stasiun I, II, dan IV masih dapat
Saran
bagaimanakah status kualitas air yang dimanfaatkan sebagai bahan baku air
DAFTAR PUSTAKA
Andy, B.T., Khordi H., dan Ghufran M. 2010. Pengelolaan Kualitas Air dalam
Budidaya Perairan. Rineka Cipta. Jakarta.
Agustiningsih, D., S. B. Sasongko dan Sudarno. 2011. Analisis Kualitas Air dan
Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai Belukar Kabupaten Kendal.
Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan. 9 (1).
Ayu, W.F. 2009. Keterkaitan Makrozoobenthos Dengan Kualitas Air dan Substrat
di Situ Rawa Besar, Depok. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Barus, T.A. 2004. Pengantar Limnologi, Studi Tentang Ekosistem Sungai dan
Danau. Jurusan Biologi Fakultas MIPA USU. Medan.
Cordova MR, Riani E. 2011. Konsentrasi logam berat (Hg, Cd, Pb) pada air dan
sedimen di muara Sungai Angke, Jakarta. Jurnal Hidrosfir Indonesia. 6(2):
107–112.
Ginting, O. 2011. Jurnal Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring
Apung dengen Pengayaan Nutrien (Nitrat Dan Fosfat) Dan Klorofil-A Di
Perairan Danau Toba.Tesis. USU.
(CCME WQI) for use an effective tool to character drinking source water
quality. Water Research. doi:10.1016/j.watres.2012.03.061: 1-9.
Izzati M. 2012. Perubahan kandungan ammonia, nitrit, dan nitrat dalam air
tambak pada model budidaya udang windu dengan rumput laut Sargassum
plagyophyllum dan ekstraknya. Jurnal Bioma. 13(2):80-84.
Kordi, M.G.H dan Tancung, A.B. 2005. Pengelolaan Kualitas Air dalam
Perikanan Budidaya. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Hlm: 208.
Nasution, Z., B.S.J. Damanik dan K. Berliani. 2010. Ekologi Ekosistem Kawasan
Danau Toba. USU Press, Medan
Palar, H. 2008. Pencemaran dan Toksikologi dan Logam Berat. Rineka Cipta
Jakarta. Jakarta.
Riani, E. 2012. Perubahan Iklim dan Kehidupan Biota Akuatik. IPB Pres. Bogor.
Tarigan, M., Dan Edward. 2003. Kandungan Total zat Padat Tersusupensi (TSS)
di perairan Rawa Sulawesi Tenggara, Jurnal makara Sains. 7(3): 109-119.
Tatangindatu, F., K. Ockstan dan R. Rompas. 2013. Studi Parameter Fisika Kimia
Air pada Areal Budidaya Ikan di Danau Tondano Desa Paleloan
Kabupaten Minahasa. Jurnal Budidaya Perairan. 1 (2): 8-19.
LAMPIRAN
Data Hasil Pengukuran Nilai Parameter Fisika, Kimia dan Biologi Perairan (Sampling 1)
Data Hasil Pengukuran Nilai Parameter Fisika, Kimia dan Biologi Perairan (Sampling 2)
Fisika
Suhu Deviasi 0 0 0 0
°C 26,6 25,1
3 25,7
TSS mg/l 50 62 48 53,3 -1 0 -2 -3
Kimia
DO mg/l 6 7.16 6,67 6,87 0 0 0 0
pH - 6-9 7,9 7,1 7,4 0 0 0 0
BOD mg/l 2 3,5 2,2 2,93 -2 -2 -6 -10
COD mg/l 10 9,4 6,1 7,83 0 0 0 0
Nitrat mg/l 10 0,6 0,5 0,56 0 0 0 0
Fosfat mg/l 0,2 0,16 0,07 0,12 0 0 0 0
Mikrobiologi
Total MPN/ 1000 16000 4500 9900 -3 -3 -9 -15
Coliform 100ml
Total Skor -28
METODE CCME
Stasiun 1 (Aktivitas MCK)
Peruntukan Kelas I PP No. 82 Tahun 2001
Stasiun 4 (KJA)
Peruntukan Kelas I PP No. 82 Tahun 2001