KIMIA LINGKUNGAN
KELOMPOK 3 :
I
LEMBAR PENGESAHAN
Disahkan tanggal :
Menyetejui
Pembimbing
II
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang maha Esa karena dengan rahmat dan karunia,
dan hidayah-Nya kelompok dapat menyelesaikan laporan yang berjudul
“KANDUNGAN PADATAN TERSUSPENSI DAN PADATAN TERLARUT
PADA AIR DI BAGIAN HILIR SUNGAI AYUNG, BALI” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini untuk memenuhi tugas Ibu Reni
Juliana Hasibuan, S.Si. M.Si yang diharapkan dapat menunjang nilai kelompok di
dalam mata kuliah Kimia Lingkungan. Selain itu, dengan hadirnya laporan ini dapat
memberikan informasi yang dapat menjadi pengetahuan baru bagi pembacanya.
Pada kesempatan ini kelompok juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Reni Juliana Hasibuan, S.Si. M.Si selaku dosen pembimbing serta kepada seluruh
pihak yang terlibat di dalam penulisan laporan ini.
.
Kelompok menyadari laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan laporan
praktikum ini. Demikian kiranya semoga laporan yang telah dibuat ini dapat
memberikan manfaat bagi pengembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
III
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1 Deskripsi Mata Praktek..............................................................................................1
1.2 Latar Belakang Penelitian..........................................................................................1
1.3 Rumusan Masalah......................................................................................................1
1.4 Tujuan Praktikum.......................................................................................................2
1.5 Indikator.....................................................................................................................2
1.6 Rencana Pelaksanaan.................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................3
2.1 Pengertian Parameter Air...........................................................................................3
2.2 Pengertian Padatan.....................................................................................................3
2.3 Salinitas dan TSS.......................................................................................................4
2.4 Total Suspended Solid (TSS).....................................................................................4
2.4.1 Peranan Padatan Tersuspensi (TSS)........................................................................5
2.5 Total Disolved Solid (TDS)........................................................................................6
2.5.1 Peranan Padatan Tersuspensi (TDS).......................................................................7
2.6 Perbedaan Total Suspended Solid (TSS) dengan Total Disolved Solid (TDS)..........7
2.7 Hubungan Antara Padatan Terlarut dan Padatan Tersuspensi...................................8
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................................9
3.1 Jenis Penelitian...........................................................................................................9
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian......................................................................................9
3.3 Alat dan Bahan...........................................................................................................9
3.4 Prosedur Kerja............................................................................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................11
4.1 Padatan Terlarut (TDS) .............................................................................................11
4.2 Padatan Tersuspensi...................................................................................................12
4.3 Parameter Kualitas Air...............................................................................................13
BAB V PENUTUP.................................................................................................................15
5.1 Kesimpulan.................................................................................................................15
5.2 Saran...........................................................................................................................15
IV
DOKUMENTASI..................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................17
V
BAB I
PENDAHULUAN
Air merupakan pelarut yang baik, sehingga air di alam tidak pernah murni,
akan tetapi selalu mengandung berbagai jenis zat terlarut maupun zat tidak terlarut
serta mengandung mikroorganisme. Kandungan berbagai zat maupun mikroorganisme
yang terdapat di dalam air melebihi ambang batas yang diperbolehkan, kualitas air
akan terganggu. Sehingga tidak bisa digunakan untuk berbagai keperluan baik untuk
minum, mandi, mrncuci, atau keperluannya lainnya. (Undang-Undang No. 23 tahun
1997)
Jika kita tinjau dari segi kualitas, air bersih yang digunakan harus memenuhi
syarat secara fisik, kimia, dan mikrobiologi. Menurut Sutrisno dan Suciastuti (2002)
persyaratan secara fisik meliputi air harus jernih, tidak berwarna, tidak berasa/tawar,
VI
tidak berbau, temperatur normal, dan tidak mengandung zat padatan (dinyatakan
dengan TS, TSS, dan TDS). Persyaratan secara kimia meliputi derajat keasaman,
kandungan oksigen, bahan organik (dinyatakan dengan BOD, COD, dan TOC)
mineral atau logam, nutrien/hara, kesadahan, dan sebagainya (Kusnaedi, 2002).
Adapun penilaian kualitas perairan secara biologi dapat menggunakan
mikroorganisme sebagai indikator (Sutjianto, 2003).
Menurut hasil penelitian Bapedalda Provinsi Bali Tahun 2004, Sungai Ayung
telah mengalami pencemaran terutama pada bagian hilir. Hal ini didukung dengan
penyataan Pradana et al. (2019) bahwa timbulnya pencemaran perairan terkait erat
dengan masuknya limbah industri, rumah tangga dan pertanian ke dalam perairan.
Pergantian cuaca beserta tata guna lahan juga berpengaruh terhadap kualitas air dan
beban pencemar pada perairan. Salah satu akibat dari tingginya input bahan pencemar
ke perairan adalah meningkatnya kandungan padatan tersuspensi dan padatan terlarut.
Dalam praktikum kali ini, masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara mengetahui padatan tersuspensi (TSS) dan padatan terlarut
(TDS) yang terdapat pada Sungai Ayung, Bali pada pagi hari dan sore hari ?
1
2. Berapa jumlah padatan tersuspensi (TSS) dan padatan terlarut (TDS) yang
terdapat pada Sungai Ayung, Bali pada pagi hari dan sore hari ?
1.5 INDIKATOR
1. Mengetahui padatan tersuspensi (TSS) dan padatan terlarut (TDS) yang terdapat
pada Sungai Ayung, Bali pada pagi hari dan sore hari.
2. Mengetahui jumlah padatan tersuspensi (TSS) dan padatan terlarut (TDS) yang
terdapat pada Sungai Ayung, Bali pada pagi hari dan sore hari.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Parameter kimia air adalah kualitas air yang baik yang harus memiliki pH
yang netral, tidak terlalu asam ataupun basa. Parameter kimia terdiri dari :
1. Tingkat keasaman (pH). Kualitas air yang baik harus memiliki pH yang netral,
tidak terlalu asam ataupun basa. Parameter ini menilai pengaruh tingkat
kesuburan perairan dan kehidupan makhluk hidup.
2. Oksigen terlarut (DO). Berasal dari dua sumber, atmosfer dan hasil fotosintesis
oleh fitoplankton dan tanaman laut. Semakin tinggi oksigen terlarut, semakin baik
pula kualitas air.
3. Biological Oxygen Demand (BOD) merupakan jumlah oksigen terlarut yang
diperlukan oleh mikroorganisme untuk mengurai bahan organik dalam air.
4. Chemical Oxygen Demand (COD) adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi secara kimia bahan organik di dalam air
5. Salinitas. Merupakan total konsentrasi dari semua ion terlarut di dalam air.
6. Alkalinitas. Merupakan kapasitas air dalam menetralkan tambahan dari asam
tanpa menurunkan tingkat pH.
Padatan adalah keadaan benda, diciri-cirikan dengan volume dan bentuk yang
tetap. Dalam benda pada, atom/molekul yang berdekatan, atau “keras” tetapi tidak
mencegah benda padat berubah bentuk atau terkkompresi. Dalam fase padat, atom
memiliki order ruang; karena semua benda memiliki energi kinetik, atom dalam benda
padat yang paling keras bergerak sedikit, tetapi gerakan ini tak terlihat. Fisikawan
menyebut bidang yang mempelajari padat, fisika keadaan padat. Ini termasuk
semikonduktor dan superkonduktivitas. Fisika keadaan padat termasuk Fisika benda
kondens. Ilmu material mempelajari properti padat seperti kekuatan dan pergantian
fase benda. Dia bertumpukan dengan fisika keadaan padat. Kimia keadaan solid
3
bertumpukan dengan kedua bidang di atas, tetapi lebih menekankan sintesis material
baru (Rainer, Geoff -Canham, 2010).
2.3 SALINITAS DAN TSS
Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu dari
padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau
lebih besar dariukuran partikel koloid. Padatan tersuspensi total atau Total Suspended
Solid (TSS) juga adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter >1µm) yang tertahan
pada saringan milli-pore dengan daiameter pori 0.45µm .Zat padat tersuspensi atau
Total Suspended Solid (TSS) adalah semua zat padat (pasir, lumpur, dan tanah liat)
atau partikel-partikel yang tersuspensi dalam air dan dapat berupa komponen hidup
(biotik) seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi, ataupun komponen mati
(abiotik) seperti detritus dan partikel-partikel anorganik.
4
TSS dapat dibedakan menurut ukuranya sebagai partikel tersuspensi koloid
(partikel koloid) dam partikel tersuspensi biasa (partikel tersuspensi) (Alaerts dan
Santika, 1987). Jenis partikel koloid tersebut adalah penyebab kekeruhan dalam air
(efek tyndall) yang disebabkan oleh penyimpangan sinar nyata yang menembus
suspensi tersebut. Partikel-partikel koloid tidak terlihat secara visual, sedangkan
larutannya (tanpa partikel koloid) yang terdiri dari ion-ion dan molekul-molekul tidak
pernah keruh. Larutan menjadi keruh bila terjadi pengendapan (presipitasi) yang
merupakan keadaan kejenuhan dari suatu senyawa kimia.Partikel-partikel tersuspensi
biasa, mempunyai ukuran lebih besar dari partikel koloid dan dapat menghalangi sinar
yang akan menembus suspensi,sehingga suspensi tidak dapat dikatakan keruh, karena
sebenarnya air di antara partikel-partikel tersuspensi tidak keruh dan sinar tidak
menyimpang (Alaerts dan Santika, 1987).
5
Mempengaruhi kelarutan Hg, Pb, dan Cd.
Mempengaruhi perairan estuari terhadap kapasitas adsorbs.
Total padatan terlarut Total Disolved Solid (TDS) adalah jumlah total ion
bermuatan mobile, termasuk mineral, garam atau logam dilarutkan dalam volume
tertentu air, dinyatakan dalam satuan mg per satuan volume air (mg/L), juga disebut
sebagai bagian per juta (ppm). Umumnya berdasarkan definisi diatas seharusnya zat
yang terlarut dalam air (larutan) harus dapatmelewati saringan yang berdiameter 2
micrometer (2×10-6 meter). TDS secara langsung berkaitan dengan kemurnian air dan
kualitas sistem pemurnian air dan mempengaruhi segala sesuatu yang mengonsumsi,
tinggal di, atau menggunakan air, baik organik atau anorganik, baik untuk lebih baik
atau buruk. Sebagian besar senyawa anorganik berada dalam bentuk padatan dan
padatan dapat diklasifikasikan kembali menjadi padatan kristalin dan padatan amorf.
Susunan atom atau ion dalam struktur padatan dapat direpresentasikan dalam susunan
yang berbeda dari bidang datar. Bentuk atom yang biasanya dapat digunakan untuk
mendeskripsikan padatan logam adalah atom netral. Hal ini karena setiap kation pada
atom netral masih lengkap dikelilingi oleh elektronnya (Ferraris, 2004).
Secara umum, total konsentrasi padatan terlarut adalah jumlah antara ion
kation ( bermuatan positif ) dan anion ( bermuatan negatif ) dalam air. Parts per
Million ( ppm ) adalah rasio berat – ke berat dari setiap ion ke air TDS Meter
didasarkan pada konduktivitas listrik ( EC ) dari air. H20 murni memiliki hampir nol
konduktivitas. Konduktivitas biasanya sekitar 100 kali total kation atau anion
dinyatakan sebagai setara. TDS dihitung dengan mengkonversi EC dengan faktor 0,5
sampai 1,0 kali EC, tergantung pada tingkatnya. Biasanya, semakin tinggi tingkat EC,
semakin tinggi faktor konversi untuk menentukan TDS. Meskipun TDS Meter
didasarkan pada konduktivitas, akan tetapi TDS dan konduktivitas bukanlah hal yang
sama.
TDS biasanya disebabkan oleh bahan anorganik yang berupa ion-ion yang
biasanya ditemukan di perairan. Adapun ion-ion yang terdapat di perairan ditunjukkan
dalam tabel dibawah ini :
6
Major Ion (Ion Utama) Secondary Ion (Ion Sekunder)
(1,0 - 1.000 mg/liter) (0,01 - 10,0 mg/liter)
Sodium (Na) Besi (Fe)
Kalsium (Ca) Stronium (Sr)
Magnesium (Mg) Kalium (K)
Bikarbonat (HCO3) Nitrat (NO3)
Sulfur (So4) Karbonat (CO3)
Klorida (Cl) Boron (Br)
Fluorida (F)
Silika (SiO2)
Perbedaan antara padatan tersuspensi total (TSS) dan padatan terlarut total
(TDS) adalah berdasarkan prosedur penyaringan. Padatan selalu diukur sebagai berat
kering dan prosedur pengeringan harus diperhatikan untuk menghindari kesalahan
yang disebabkan oleh kelembaban yang tertahan atau kehilangan bahan akibat
penguapan atau oksidasi.
7
TDS merupakan padatan yang terlarut dalam larutan baik berupa zat organik
maupun anorganik. Sedangkan TSS merupakan padatan yang terdapat pada larutan
namun tidak terlarut, dapat menyebabkan larutan menjadi keruh, dan tidak dapat
langsung mengendap pada dasar larutan. TSS terdiri dari partikel - partikel yang berat
dan ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan sedimen. Zat pada tersuspensi adalah
endapan dari padatan total yang tertahan pada saringan dengan ukuran pertikel
maksimal 2 mikrometer. Menurut alat ukur indonesia yang termasuk dalam zat padat
tersuspensi adalah tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, lumpur, jamur, dan
bakteri.
8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di bagian hilir Sungai Ayung (Bali), dari bulan
Desember 2019 sampai Januari 2020. Sampel air diambil di bagian hilir Sungai
Ayung. Lalu disimpan di dalam botol sampel yang berukuran 1,5 liter. Pengambilan
sampel dilakukan pada pagi hari (06.00 WITA) dan sore hari (18.00 WITA). Adapun
periode waktu pengambilan sampel air dilakukan sebanyak 4 kali, yaitu pada: 14
Desember 2019, 28 Desember 2019, 11 Januari 2020, dan 25 Januari 2020.
Alat :
1. Loyang
2. Cawan Marmer
3. Cawan Aluminium
4. Kertas Saring
5. Gelas Ukur
6. Tisue
7. Beaker Glass
8. Corong
9. Erlenmeyer
10. Desikator
9
11. Timbangan Analitik
12. Oven
Bahan :
1. Sampel air yang diambil di bagian hilir Sungai Ayung, Bali
2. Aquades
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan padatan tersuspensi yang ada di Sungai Ayung memiliki nilai yang
bervariasi. Pada pagi hari, rata-rata nilai kandungan padatan sebesar 128,2mg/L.
sedangkan pada sore hari,rata-rata nilai tersupensi sebesar 181,8g/L (gambar 1). Di
pagi hari dan sore hari di Sungai Ayung memiliki nilai yang selisih anataranya 50,7-
60,1 mg/L(gambar 2). Hal ini menunjukkan bahwa kandungan padatan tersuspensi
pada pagi hari lebih rendah dibandingkan pada sore hari. Menurut Lufiana (2016),
beberapa material yang tergolong dalam partikel tersuspensi adalah partikel terendap,
melayang serta partikel tersuspensi yang bersifat koloid. Kandungan yang terdapat
pada padatan tersuspensi antara lain bahan organik dan bahan anorganik. Bahan
anorganik yang berwujud liat dan pasir, sementara bahan organik berwujud sisa-sisa
tumbuhan, kotoran hewan, kotoran manusia, lumpur, limbah industri serta padatan
biologis lain semacam sel alga, bakteri dan sejenisnya.
Gambar 1. Selisih kandungan padatan tersuspensi antara pagi dan sore hari
11
Gambar 2. Fluktuasi padatan tersuspensi selama bulan Desember 2019-Januari 2020
Gambar 3 Selisih kandungan padatan terlarut antara pagi dan sore hari
12
Sungai Ayung selama bulan Desember 2019 sampai Januari 2020 ditampilkan pada
Gambar 4.
kualitas air dari Sungai Ayung didukung oleh beberapa parameter yaitu
meliputi konsentrasi oksigen terlarut (DO), suhu air dan konsentrasi derajat keasaman
air (pH). Di perairan hilir,konsentrasi sungai Ayung oksigen yg terlarut (DO) berkisar
antara 4,1 mg/L – 4,9 mg/L. adapula suhu air yg terdapat 27,3 °C - 30,7 °C. Nilai
derajat keasaman (pH) di perairan Sungai Ayung berkisar antara 6,4 – 6,7.
Berdasarkan hasil tersebut, kualitas air Sungai Ayung tergolong dalam mutu air kelas
III berdasarkan PP RI Nomor 82 Tahun 2001 mengenai Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
14
DOKUMENTASI
15
16
DAFTAR PUSTAKA
Bapedalda Propinsi Bali. (2004). Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi
Bali. Denpasar, Indonesia: Bapedalda Propinsi Bali.
BWSBP. (2012). Kajian Debit Tukad Ayung. Denpasar, Indonesia: Balai Wilayah
Sungai Bali-Penida.
Lufiana, T. (2016). Analisis Beban Pencemar Dan Indeks Kualitas Air Sungai
Silandak dan Sungai Siangker Semarang. Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan,
5(3), 127-134.
Manune, S. Y., Nono, K. M., & Damanik, D. E. R. (2019). Analisis Kualitas Air pada
Sumber Mata Air di Desa Tolnaku Kecamatan Fatule’u Kabupaten Kupang Nusa
Tenggara Timur. Jurnal of biotropikal Sains, 16(1), 40-53.
Millaty, D., Muslim., & Prihatiningsih, W. R. (2015). Studi Sebaran Material
Padatan Tersuspensi di Perairan Sebelah Barat Teluk Jakarta. Jurnal Oseanografi,
4(4), 771-776.
Pemerintah Republik Indonesia. (2001). Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001
Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta,
Indonesia: Pemerintah Republik Indonesia.
Pradana, H. A., Wahyuningsih, S., Novita, E., Humayro, A., & Purnomo, B. H.
(2019). Identifikasi Kualitas Air dan Beban Pencemaran Sungai Bedadung di Intake
Instalasi Pengelolaan Air PDAM Kabupaten Jember. Jurnal Kesehatan Lingkungan
Indonesia, 18(2), 135-143.
Rinawati., Hidayat, D., Suprianto, R., & Dewi, P. S. (2016). Penentuan Kandungan
Zat Padat (Total Dissolved Solid dan Total Suspended Solid) di Perairan Teluk
Lampung. Jurnal Kimia Lingkungan, 1(1), 36-45.
Setiari, N. M., Mahendra, M. S., & Suyasa,I. W. B. (2012). Identifikasi Sumber
Pencemar dan Analisis Kualitas Air Tukad Sungi di Kabupaten Tabanan dengan
Metode Indeks Pencemaran. Jurnal Ecotrophic, 7(1), 40-46.
SNI 6989.3:2019. (2019). Air dan Air Limbah - Bagian 3: Cara uji padatan
tersuspensi total (total suspended solid / TSS) secara gravimetri. Jakarta, Indonesia:
Badan Standardisasi Nasional.
17
SNI 06-6989 14-2004. (2004). Air dan Air Limbah- Bagian 14: Cara uji oksigen
terlarut secara yodometri (modifikasi azida). Jakarta, Indonesia: Badan
Standarisasi Nasional.
Syawal, M. S., Wardiatno, Y., & Hariyadi, S. (2016). Pengaruh Aktivitas
Antropogenik terhadap Kualitas Air, Sedimen dan Moluska di Danau Maninjau,
Sumatera Barat. Jurnal Biologi Tropis, 16(1), 1-14.
Supriyantini, E., Soenardjo, N., &Nurtania, S. A. (2017). Konsentrasi Bahan
Organik pada Perairan Mangrove di Pusat Informasi Mangrove (PIM)
Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan. Jurnal Oseanografi Marina,
6(1), 1-8.
Warman, I. (2015). Uji Kualitas Air Muara Sungai Lais untuk Perikanan di
Bengkulu Utara. Jurnal Agronomi Perairan, 13(2), 24-33.
Widayanti, G., Widodo, D. S., & Haris, A. (2012). Elektrodekolorisasi Perairan
Tercemar Limbah Cair Industri Batik dan Tekstil di Daerah Batang dan
Pekalongan. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi, 15(2), 62- 69.
18