Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA LINGKUNGAN

“ KANDUNGAN PADATAN TERSUSPENSI DAN PADATAN TERLARUT


PADA AIR DI BAGIAN HILIR SUNGAI AYUNG, BALI ”

DOSEN PENNGAMPU : RENI JULIANA HASIBUAN, S.SI. M.SI

KELOMPOK 3 :

PUTRA RAMADHAN P00933121018


RANI Y. TAMPUBOLON P00933121019
REDOFOD BAHTERA SEJATI SITEPU P00933121020
RIDIA ANGGELIANA BR SITEPU P00933121021
RISMAULI BR PINAYUNGAN P00933121022
RUTH ELISABETH SAMOSIR P00933121023
RUTH ENJELINA ROSMAULI RITONGA P00933121024
RUTH OKTAVIAR SILALAHI P00933121025
SALLY SAYIDINA BR SITORUS P00933121026

PROGRAM STUDI DIPLOMA-III SANITASI


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
2022

I
LEMBAR PENGESAHAN

MATA KULIAH : Kimia Lingkungan

JUDUL PRAKTIKUM : “ Kandungan Padatan Tersuspensi dan Padatan terlarut pada


Air di Bagian Hilir Sungai Ayung, Bali ”

Disahkan tanggal :

Menyetejui
Pembimbing

Dilaksanakan pada : Rabu, 20 April 2022


Oleh Kelompok : 3 (Tiga)

Ibu Reni Juliana Hasibuan, S.Si. M.Si


NIP…………………………………..

II
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang maha Esa karena dengan rahmat dan karunia,
dan hidayah-Nya kelompok dapat menyelesaikan laporan yang berjudul
“KANDUNGAN PADATAN TERSUSPENSI DAN PADATAN TERLARUT
PADA AIR DI BAGIAN HILIR SUNGAI AYUNG, BALI” ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan laporan ini untuk memenuhi tugas Ibu Reni
Juliana Hasibuan, S.Si. M.Si yang diharapkan dapat menunjang nilai kelompok di
dalam mata kuliah Kimia Lingkungan. Selain itu, dengan hadirnya laporan ini dapat
memberikan informasi yang dapat menjadi pengetahuan baru bagi pembacanya.

Pada kesempatan ini kelompok juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Reni Juliana Hasibuan, S.Si. M.Si selaku dosen pembimbing serta kepada seluruh
pihak yang terlibat di dalam penulisan laporan ini.
.
Kelompok menyadari laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan laporan
praktikum ini. Demikian kiranya semoga laporan yang telah dibuat ini dapat
memberikan manfaat bagi pengembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

III
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1 Deskripsi Mata Praktek..............................................................................................1
1.2 Latar Belakang Penelitian..........................................................................................1
1.3 Rumusan Masalah......................................................................................................1
1.4 Tujuan Praktikum.......................................................................................................2
1.5 Indikator.....................................................................................................................2
1.6 Rencana Pelaksanaan.................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................3
2.1 Pengertian Parameter Air...........................................................................................3
2.2 Pengertian Padatan.....................................................................................................3
2.3 Salinitas dan TSS.......................................................................................................4
2.4 Total Suspended Solid (TSS).....................................................................................4
2.4.1 Peranan Padatan Tersuspensi (TSS)........................................................................5
2.5 Total Disolved Solid (TDS)........................................................................................6
2.5.1 Peranan Padatan Tersuspensi (TDS).......................................................................7
2.6 Perbedaan Total Suspended Solid (TSS) dengan Total Disolved Solid (TDS)..........7
2.7 Hubungan Antara Padatan Terlarut dan Padatan Tersuspensi...................................8
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................................9
3.1 Jenis Penelitian...........................................................................................................9
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian......................................................................................9
3.3 Alat dan Bahan...........................................................................................................9
3.4 Prosedur Kerja............................................................................................................10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................11
4.1 Padatan Terlarut (TDS) .............................................................................................11
4.2 Padatan Tersuspensi...................................................................................................12
4.3 Parameter Kualitas Air...............................................................................................13
BAB V PENUTUP.................................................................................................................15
5.1 Kesimpulan.................................................................................................................15
5.2 Saran...........................................................................................................................15

IV
DOKUMENTASI..................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................17

V
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 DESKRIPSI MATA PRAKTEK


Kimia lingkungan adalah studi ilmiah terhadap fenomena-fenomena kimia dan
biokimia yang terjadi di alam. Bidang ilmu ini dapat di definisikan sebagai studi
terhadap sumber, reaksi, transpor, efek, dan nasib zat kimia di lingkungan udara,
tanah, dan air; serta efek aktivitas manusia terhadapnya. Kimia lingkungan adalah
ilmu antar disiplin yang memasukkan ilmu kimia atmosfer, akuatik, dan tanah, dan
juga sangat bergantung dengan kimia analitik, ilmu lingkungan, dan bidang-bidang
ilmu lainnya.

Kimia lingkungan mengacu pada kejadian, gerakan, dan transformasi bahan


kimia di lingkungan. Kimia lingkungan berkaitan dengan jenis bahan kimia yang
terjadi secara alami seperti logam, unsur-unsur lain, bahan kimia organik, dan
biokimia yang merupakan produk metabolisme biologis. Kimia lingkungan dimulai
dengan memahami cara kerja lingkungan yang tidak terkontaminasi. Ini
mengidentifikasi bahan kimia yang hadir secara alami. Realitas inilah menjadikannya
studi untuk mempelajari konsentrasi dan efek bahan kimia tersebut. Kemudian, secara
akurat mempelajari efek manusia terhadap lingkungan melalui pelepasan bahan kimia.

1.2 LATAR BELAKANG PRAKTIKUM

Air merupakan pelarut yang baik, sehingga air di alam tidak pernah murni,
akan tetapi selalu mengandung berbagai jenis zat terlarut maupun zat tidak terlarut
serta mengandung mikroorganisme. Kandungan berbagai zat maupun mikroorganisme
yang terdapat di dalam air melebihi ambang batas yang diperbolehkan, kualitas air
akan terganggu. Sehingga tidak bisa digunakan untuk berbagai keperluan baik untuk
minum, mandi, mrncuci, atau keperluannya lainnya. (Undang-Undang No. 23 tahun
1997)

Jika kita tinjau dari segi kualitas, air bersih yang digunakan harus memenuhi
syarat secara fisik, kimia, dan mikrobiologi. Menurut Sutrisno dan Suciastuti (2002)
persyaratan secara fisik meliputi air harus jernih, tidak berwarna, tidak berasa/tawar,

VI
tidak berbau, temperatur normal, dan tidak mengandung zat padatan (dinyatakan
dengan TS, TSS, dan TDS). Persyaratan secara kimia meliputi derajat keasaman,
kandungan oksigen, bahan organik (dinyatakan dengan BOD, COD, dan TOC)
mineral atau logam, nutrien/hara, kesadahan, dan sebagainya (Kusnaedi, 2002).
Adapun penilaian kualitas perairan secara biologi dapat menggunakan
mikroorganisme sebagai indikator (Sutjianto, 2003).

Menurut hasil penelitian Bapedalda Provinsi Bali Tahun 2004, Sungai Ayung
telah mengalami pencemaran terutama pada bagian hilir. Hal ini didukung dengan
penyataan Pradana et al. (2019) bahwa timbulnya pencemaran perairan terkait erat
dengan masuknya limbah industri, rumah tangga dan pertanian ke dalam perairan.
Pergantian cuaca beserta tata guna lahan juga berpengaruh terhadap kualitas air dan
beban pencemar pada perairan. Salah satu akibat dari tingginya input bahan pencemar
ke perairan adalah meningkatnya kandungan padatan tersuspensi dan padatan terlarut.

Kandungan material padatan di perairan dapat diukur berdasarkan padatan


terlarut total atau Total Disosolve Solid (TDS) dan padatan tersuspensi total atau
Total Suspended Solid (TSS). TDS mengandung berbagai zat terlarut (baik itu zat
organik, anorganik, sisa material lainnya) dengan diameter < 10-3 µm yang terdapat
pada sebuah larutan yang terlarut dalam air (Mukhasor, 2007). Rinawati et al. (2016)
menyatakan bahwa padatan tersuspensi merupakan salah satu penyebab turunnya
kualitas air pada suatu perairan, sehingga berpengaruh terhadap transformasi kualitas
air menurut kaidah fisika, kimia dan biologi. Perubahan menurut kaidah fisika
ditandai dengan bertambahnya zat padat berupa bahan organik maupun anorganik
pada perairan, sehingga dapat meninggikan tingkat kekeruhan air. Tingginya tingkat
kekeruhan air dapat menurunkan proses penetrasi cahaya matahari ke badan air. Hal
tersebut dapat mengganggu aktifitas biota perairan dan dapat merpengaruhi proses
fotosintesis fitoplankton dan tumbuhan air lainnya serta dapat menurunkan
ketersediaan oksigen terlarut suatu perairan.

1.3 RUMUSAN MASALAH

Dalam praktikum kali ini, masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara mengetahui padatan tersuspensi (TSS) dan padatan terlarut
(TDS) yang terdapat pada Sungai Ayung, Bali pada pagi hari dan sore hari ?

1
2. Berapa jumlah padatan tersuspensi (TSS) dan padatan terlarut (TDS) yang
terdapat pada Sungai Ayung, Bali pada pagi hari dan sore hari ?

1.4 TUJUAN PRAKTIKUM

Praktikum ini bertujuan sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui padatan tersuspensi (TSS) dan padatan terlarut (TDS) yang
terdapat pada Sungai Ayung, Bali pada pagi hari dan sore hari.
2. Untuk mengetahui jumlah padatan tersuspensi (TSS) dan padatan terlarut (TDS)
yang terdapat pada Sungai Ayung, Bali pada pagi hari dan sore hari.

1.5 INDIKATOR

1. Mengetahui padatan tersuspensi (TSS) dan padatan terlarut (TDS) yang terdapat
pada Sungai Ayung, Bali pada pagi hari dan sore hari.
2. Mengetahui jumlah padatan tersuspensi (TSS) dan padatan terlarut (TDS) yang
terdapat pada Sungai Ayung, Bali pada pagi hari dan sore hari.

1.6 RENCANA PELAKSANAAN

 Tanggal : 20 April 2022


 Waktu : Pukul 08 - Selesai
 Lokasi : Laboraorium Jurusan Kesehatan Lingkungan, Kabanjahe,
Potekkes Kemenkes Medan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN PARAMETER KIMIA AIR

Parameter kimia air adalah kualitas air yang baik yang harus memiliki pH
yang netral, tidak terlalu asam ataupun basa. Parameter kimia terdiri dari :
1. Tingkat keasaman (pH). Kualitas air yang baik harus memiliki pH yang netral,
tidak terlalu asam ataupun basa. Parameter ini menilai pengaruh tingkat
kesuburan perairan dan kehidupan makhluk hidup.
2. Oksigen terlarut (DO). Berasal dari dua sumber, atmosfer dan hasil fotosintesis
oleh fitoplankton dan tanaman laut. Semakin tinggi oksigen terlarut, semakin baik
pula kualitas air.
3. Biological Oxygen Demand (BOD) merupakan jumlah oksigen terlarut yang
diperlukan oleh mikroorganisme untuk mengurai bahan organik dalam air.
4. Chemical Oxygen Demand (COD) adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi secara kimia bahan organik di dalam air
5. Salinitas. Merupakan total konsentrasi dari semua ion terlarut di dalam air.
6. Alkalinitas. Merupakan kapasitas air dalam menetralkan tambahan dari asam
tanpa menurunkan tingkat pH.

2.2 PENGERTIAN PADATAN

Padatan adalah keadaan benda, diciri-cirikan dengan volume dan bentuk yang
tetap. Dalam benda pada, atom/molekul yang berdekatan, atau “keras” tetapi tidak
mencegah benda padat berubah bentuk atau terkkompresi. Dalam fase padat, atom
memiliki order ruang; karena semua benda memiliki energi kinetik, atom dalam benda
padat yang paling keras bergerak sedikit, tetapi gerakan ini tak terlihat. Fisikawan
menyebut bidang yang mempelajari padat, fisika keadaan padat. Ini termasuk
semikonduktor dan superkonduktivitas. Fisika keadaan padat termasuk Fisika benda
kondens. Ilmu material mempelajari properti padat seperti kekuatan dan pergantian
fase benda. Dia bertumpukan dengan fisika keadaan padat. Kimia keadaan solid

3
bertumpukan dengan kedua bidang di atas, tetapi lebih menekankan sintesis material
baru (Rainer, Geoff -Canham, 2010).
2.3 SALINITAS DAN TSS

Adalah parameter untuk menentukan jumlah garam terlarut, dan tingkat


salinitas juga bisa ditunjukkan melalui nilai TDS. Tubuh kita terdiri dari 80%
air,maka air memiliki peranan yang sangat penting untuk menjaga kesehatan. Banyak
diantara kita hanya mengetahui bahwa air yang layak konsumsi adalah air yang bebas
bakteri dan virus, pada hal kualitas air yang layak konsumsi adalah lebih dari itu.
Salah satu faktor yang sangat penting dan menentukan bahwa air yang layak
konsumsi adalah kandungan TDS (Total Dissolved Solid) atau total zat padat terlarut.
Menurut DEPKES RI melalui Permenkes No:492/Menkes/Per/IV/2010 standar TDS
maksimum yang diperbolehkan 500 mg/l.

2.4 TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS)

Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu dari
padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau
lebih besar dariukuran partikel koloid. Padatan tersuspensi total atau Total Suspended
Solid (TSS) juga adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter >1µm) yang tertahan
pada saringan milli-pore dengan daiameter pori 0.45µm .Zat padat tersuspensi atau
Total Suspended Solid (TSS) adalah semua zat padat (pasir, lumpur, dan tanah liat)
atau partikel-partikel yang tersuspensi dalam air dan dapat berupa komponen hidup
(biotik) seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi, ataupun komponen mati
(abiotik) seperti detritus dan partikel-partikel anorganik.

Zat padat tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia


yang heterogen, dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan paling awal dan
dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan. Penetrasi
cahaya matahari ke permukaan dan bagian yang lebih dalam tidak berlangsung efektif
akibat terhalang oleh zat tersuspensi, sehingga fotosintesis tidak berlangsung
sempurna. Sebaran zat padat tersuspensi di laut antara lain dipengaruhi oleh makanan
yang berasal dari darat, melalui aliran sungai, ataupun dari udara dan perpindahan
karena resuspensi endapan akibat pengikisan ( Shriver & Atkins, 2010).

4
TSS dapat dibedakan menurut ukuranya sebagai partikel tersuspensi koloid
(partikel koloid) dam partikel tersuspensi biasa (partikel tersuspensi) (Alaerts dan
Santika, 1987). Jenis partikel koloid tersebut adalah penyebab kekeruhan dalam air
(efek tyndall) yang disebabkan oleh penyimpangan sinar nyata yang menembus
suspensi tersebut. Partikel-partikel koloid tidak terlihat secara visual, sedangkan
larutannya (tanpa partikel koloid) yang terdiri dari ion-ion dan molekul-molekul tidak
pernah keruh. Larutan menjadi keruh bila terjadi pengendapan (presipitasi) yang
merupakan keadaan kejenuhan dari suatu senyawa kimia.Partikel-partikel tersuspensi
biasa, mempunyai ukuran lebih besar dari partikel koloid dan dapat menghalangi sinar
yang akan menembus suspensi,sehingga suspensi tidak dapat dikatakan keruh, karena
sebenarnya air di antara partikel-partikel tersuspensi tidak keruh dan sinar tidak
menyimpang (Alaerts dan Santika, 1987).

Kekeruhan erat sekali hubungannya dengan kadar zat tersuspensi karena


kekeruhan pada air memang disebabkan adanya zat-zat tersuspensi yang ada dalam air
tersebut. Zat tersuspensi yang ada dalam air terdiri dari berbagai macam zat, misalnya
pasir halus, liat dan lumpur alami yang merupakan bahan-bahan anorganik atau dapat
pula berupa bahan-bahan organik yang melayang-layang dalam air. Bahan-bahan
organik yang merupakan zat tersuspensi terdiri dari berbagai jenis senyawa seperti
selulosa, lemak, protein yang melayang-layang dalam air atau dapat juga berupa
mikroorganisme seperti bakteri, algae, dan sebagainya. Bahan-bahan organik ini
selain berasal dari sumber-sumber alamiah juga berasal dari buangan kegiatan
manusia seperti kegiatan industri, pertanian, pertambangan atau kegiatan rumah
tangga. Kekeruhan memang disebabkan karena adanya zat tersuspensi dalam air,
namun karena zat-zat tersuspensi yang ada dalam air terdiri dari berbagai macam zat
yang bentuk dan berat jenisnya berbeda-beda maka kekeruhan tidak selalu sebanding
dengan kadar zat tersuspensi

2.4.1 PERANAN PADATAN TERSUSPENSI (TSS)

Peranan padatan tersuspensi adalah :


 Untuk memperoleh perkiraan suspended solids, menghitung selisih antara total
padatan terlarut dan padatan total.
 Untuk mengandsorpsi logam berat yang terlarut dalam air.
 Mempengaruhi salinitas dalam perairan.

5
 Mempengaruhi kelarutan Hg, Pb, dan Cd.
 Mempengaruhi perairan estuari terhadap kapasitas adsorbs.

2.5 TOTAL DISOLVED SOLID (TDS)

Total padatan terlarut Total Disolved Solid (TDS) adalah jumlah total ion
bermuatan mobile, termasuk mineral, garam atau logam dilarutkan dalam volume
tertentu air, dinyatakan dalam satuan mg per satuan volume air (mg/L), juga disebut
sebagai bagian per juta (ppm). Umumnya berdasarkan definisi diatas seharusnya zat
yang terlarut dalam air (larutan) harus dapatmelewati saringan yang berdiameter 2
micrometer (2×10-6 meter). TDS secara langsung berkaitan dengan kemurnian air dan
kualitas sistem pemurnian air dan mempengaruhi segala sesuatu yang mengonsumsi,
tinggal di, atau menggunakan air, baik organik atau anorganik, baik untuk lebih baik
atau buruk. Sebagian besar senyawa anorganik berada dalam bentuk padatan dan
padatan dapat diklasifikasikan kembali menjadi padatan kristalin dan padatan amorf.
Susunan atom atau ion dalam struktur padatan dapat direpresentasikan dalam susunan
yang berbeda dari bidang datar. Bentuk atom yang biasanya dapat digunakan untuk
mendeskripsikan padatan logam adalah atom netral. Hal ini karena setiap kation pada
atom netral masih lengkap dikelilingi oleh elektronnya (Ferraris, 2004).

Secara umum, total konsentrasi padatan terlarut adalah jumlah antara ion
kation ( bermuatan positif ) dan anion ( bermuatan negatif ) dalam air. Parts per
Million ( ppm ) adalah rasio berat – ke berat dari setiap ion ke air TDS Meter
didasarkan pada konduktivitas listrik ( EC ) dari air. H20 murni memiliki hampir nol
konduktivitas. Konduktivitas biasanya sekitar 100 kali total kation atau anion
dinyatakan sebagai setara. TDS dihitung dengan mengkonversi EC dengan faktor 0,5
sampai 1,0 kali EC, tergantung pada tingkatnya. Biasanya, semakin tinggi tingkat EC,
semakin tinggi faktor konversi untuk menentukan TDS. Meskipun TDS Meter
didasarkan pada konduktivitas, akan tetapi TDS dan konduktivitas bukanlah hal yang
sama.

TDS biasanya disebabkan oleh bahan anorganik yang berupa ion-ion yang
biasanya ditemukan di perairan. Adapun ion-ion yang terdapat di perairan ditunjukkan
dalam tabel dibawah ini :

6
Major Ion (Ion Utama) Secondary Ion (Ion Sekunder)
(1,0 - 1.000 mg/liter) (0,01 - 10,0 mg/liter)
Sodium (Na) Besi (Fe)
Kalsium (Ca) Stronium (Sr)
Magnesium (Mg) Kalium (K)
Bikarbonat (HCO3) Nitrat (NO3)
Sulfur (So4) Karbonat (CO3)
Klorida (Cl) Boron (Br)
Fluorida (F)
Silika (SiO2)

2.5.1 PERANAN PADATAN TERLARUT (TDS)

Peranan padatan terlarut (TDS) yaitu :


 Untuk memperkirakan kualitas air minum, karena merupakan jumlah ion dalam
air.
 Sebagai pengawas tes lingkungan.
 Khusus padatan terlarut yang tinggi maka :
 Dapat mengurangi kejernihan air.
 Memberikan kontribusi penurunan fotosintesis.
 Menggabungkan dengan senyawa beracun dan logam berat.
 Menyebabkan peningkatan suhu air.

2.6 PERBEDAAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DENGAN


TOTAL DISOLVED SOLID (TDS)

Perbedaan antara padatan tersuspensi total (TSS) dan padatan terlarut total
(TDS) adalah berdasarkan prosedur penyaringan. Padatan selalu diukur sebagai berat
kering dan prosedur pengeringan harus diperhatikan untuk menghindari kesalahan
yang disebabkan oleh kelembaban yang tertahan atau kehilangan bahan akibat
penguapan atau oksidasi.

7
TDS merupakan padatan yang terlarut dalam larutan baik berupa zat organik
maupun anorganik. Sedangkan TSS merupakan padatan yang terdapat pada larutan
namun tidak terlarut, dapat menyebabkan larutan menjadi keruh, dan tidak dapat
langsung mengendap pada dasar larutan. TSS terdiri dari partikel - partikel yang berat
dan ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan sedimen.  Zat pada tersuspensi adalah
endapan dari padatan total yang tertahan pada saringan dengan ukuran pertikel
maksimal 2 mikrometer. Menurut alat ukur indonesia yang termasuk dalam zat padat
tersuspensi  adalah  tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, lumpur, jamur, dan
bakteri.

Zat padat tersuspensi adalah tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang


bersifat heterogen dan dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik disuatu
perairan, serta berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal.

Menurut bentuknya, TSS dapat dibedakan menjadi partikel tersuspensi biasa


dan partikel koloid.  Partikel koloid merupakan partikel yang dapat menimbulkan
kekeruhan pada suatu larutan yang disebabkan oleh penyimpangan sinar yang
menembus suspensi tersebut. Larutan yang terdiri dari molekul - molekul dan ion–ion
tanpa mengandung partikel koloid, maka larutan tersebut tidak akan keruh.

2.7 HUBUNGAN ANTARA PADATAN TERLARUT DAN


TERSUSPENSI

Flokelasi (penggumpalan) adalah semua partikel-partikel yang masuk ke


perairan berupa sampah-sampahnbaik organik maupun anorganik. Setelah
penggumpulan masuk ke perairan kemudian terlarut di badan-badan air dan
bersimbiosis dengan salinitas yang ada di perairan tersebut kemudian bersimbiosis
lagi dengan ion (+) dan ion (-) ataupun sebaliknya sehingga menjadi padatan
tersuspensi berupa endapan delata yaitu endapan-endapan yang muncul di muara
sungai.

8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 JENIS PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif


dimana suatu metode yang digunakan dalam mendeskripsikan atau menganalisis
suatu hasil penelitian secara sistematis berdasarkan data dan fakta yang telah
dikumpulkan.

3.2 WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di bagian hilir Sungai Ayung (Bali), dari bulan
Desember 2019 sampai Januari 2020. Sampel air diambil di bagian hilir Sungai
Ayung. Lalu disimpan di dalam botol sampel yang berukuran 1,5 liter. Pengambilan
sampel dilakukan pada pagi hari (06.00 WITA) dan sore hari (18.00 WITA). Adapun
periode waktu pengambilan sampel air dilakukan sebanyak 4 kali, yaitu pada: 14
Desember 2019, 28 Desember 2019, 11 Januari 2020, dan 25 Januari 2020.

3.3 ALAT DAN BAHAN

Alat :
1. Loyang
2. Cawan Marmer
3. Cawan Aluminium
4. Kertas Saring
5. Gelas Ukur
6. Tisue
7. Beaker Glass
8. Corong
9. Erlenmeyer
10. Desikator

9
11. Timbangan Analitik
12. Oven
Bahan :
1. Sampel air yang diambil di bagian hilir Sungai Ayung, Bali
2. Aquades

3.4 PROSEDUR KERJA

1. Menyalakan Oven sampai 105⁰C.


2. Membentuk kertas Saring seperti Corong.
3. Memasukkan kertas saring dan cawan ke dalam oven 105⁰C selama 1 jam,
guna mengurangi kadar air yang melekat pada alat.
4. Mengeluarkan cawan beserta kertas saring dari oven, kemudian dimasukkan
ke dalam desikator selama 15 menit.
5. Mengeluarkan cawan dan kertas saring dari desikator dan menimbangnya
menggunakan Timbangan analitik.
6. Mencatat hasil pengukuran dan melakukan 3 kali pengulangan pembacaan.
7. Melakukan penyaringan dengan meletakkan kertas saring pada corong, dan
tuangkan sampel sebanyak 3 kali pengulangan pengukuran.
8. Menuangkan 5 ml aquades pada kertas saring.
9. Memindahkan kertas saring ke cawan kembali setelah proses penyaringan
sempurna.
10. Memindahakan air hasil penyaringan ke dalam cawan marmer.
11. Melakukan pengovenan kertas saring selama 1 jam dan larutas air hasil
penyaringan sampai kering sempurna pada suhu 105⁰C.
12. Mengeluarkan kertas saring dan cawan yang telah kering sempurna,
kemudian memasukkan ke dalam desikator selama 15 menit.
13. Melakukan penimbangan kertas saring dan cawan dengan timbangan analitik
setelah dikeluarkan dari desikator.
14. Mencatat hasil pengukuran serta menghitung hasilnya menggunakan rumus.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 PADATAN TERSUSPENSI (TSS)

Kandungan padatan tersuspensi yang ada di Sungai Ayung memiliki nilai yang
bervariasi. Pada pagi hari, rata-rata nilai kandungan padatan sebesar 128,2mg/L.
sedangkan pada sore hari,rata-rata nilai tersupensi sebesar 181,8g/L (gambar 1). Di
pagi hari dan sore hari di Sungai Ayung memiliki nilai yang selisih anataranya 50,7-
60,1 mg/L(gambar 2). Hal ini menunjukkan bahwa kandungan padatan tersuspensi
pada pagi hari lebih rendah dibandingkan pada sore hari. Menurut Lufiana (2016),
beberapa material yang tergolong dalam partikel tersuspensi adalah partikel terendap,
melayang serta partikel tersuspensi yang bersifat koloid. Kandungan yang terdapat
pada padatan tersuspensi antara lain bahan organik dan bahan anorganik. Bahan
anorganik yang berwujud liat dan pasir, sementara bahan organik berwujud sisa-sisa
tumbuhan, kotoran hewan, kotoran manusia, lumpur, limbah industri serta padatan
biologis lain semacam sel alga, bakteri dan sejenisnya.

Gambar 1. Selisih kandungan padatan tersuspensi antara pagi dan sore hari

Fluktuasi jumlah kandungan padatan tersuspensi di Sungai Ayung tidak


terpaut jauh di setiap periodenya. Hal ini disebabkan pada bulan Desember 2019 dan
Januari 2020 merupakan waktu dalam musim yang sama, yaitu musim penghujan.
Dengan demikian maka kondisi klimatologis pada bulan Desember 2019 dan Januari
2020 relatif sama.

11
Gambar 2. Fluktuasi padatan tersuspensi selama bulan Desember 2019-Januari 2020

4.2 PADATAN TERLARUT (TDS)

Kandungan padatan terlarut di Sungai Ayung memiliki nilai yang bervariasi.


Di pagi hari Kandungan yang terlarut memiliki nilai rata-rata sebesar 583,7 mg/L.
Sedangkan nilai rata-rata kandungan padatan terlarut pada sore hari sebesar 689,2
mg/L (Gambar 3). Hal ini menunjukkan bahwa kandungan padatan terlarut pada sore
hari lebih tinggi dibandingkan pada pagi hari.

Gambar 3 Selisih kandungan padatan terlarut antara pagi dan sore hari

Perbedaan nilai kandungannya yang ada di perairan sungai Ayung tidak


terpaut jauh. Di setiap pengukurannya tidak terjadi pelonjakan nilai kandungan
padatan terlarut. Pada Periode pertama (Desember 2019) pada pagi hari memiliki
selisih nilai kandungan padatan terlarut sebesar 13,7 mg/L. Lalu di sore hari, memiliki
selisih besar yaitu 7,0 mg/L. Periode kedua (Januari 2020) pada pagi hari memiliki
selisih jumlah kandungan padatan terlarut sebesar 20,3 mg/L. Sedangkan pada sore
hari memiliki selisih sebesar 1,0 mg/L. Fluktuasi kandungan padatan terlarut di

12
Sungai Ayung selama bulan Desember 2019 sampai Januari 2020 ditampilkan pada
Gambar 4.

Gambar 4. Fluktuasi padatan terlarut selama bulan Desember2019-Januari 2020

Tingginya nilai padatan yang tersuspensi diduga karena terkait dengan


kandungan ion-ion mineral terlarut yang ada di dalam air sungai. Fluktuasi kandungan
pada padatan yg terlarut didalam air dapat dipengaruhi oleh faktor alami dari
pelapukan batuan,ataupun dari aktifitas antropogenik dari kegiatan industri dan
pertanian (Rinawati et al., 2016; Warman, 2015). Berdasarkan pada hasil penelitian
diketahui bahwa tidak terjadinya perubahan yang besar pada kandungan padatan
terlarut tsb di bulan Desember 2019 sampai Januari 2020. ini dikarenakan pada bulan
Desember 2019 dan Januari 2020 merupakan waktu dalam musim yang sama, yaitu
musim hujan. Dengan demikian, kondisi klimatologis pada bulan Desember 2019 dan
Januari 2020 ialah relatif sama.

4.3 PARAMETER KUALITAS AIR

kualitas air dari Sungai Ayung didukung oleh beberapa parameter yaitu
meliputi konsentrasi oksigen terlarut (DO), suhu air dan konsentrasi derajat keasaman
air (pH). Di perairan hilir,konsentrasi sungai Ayung oksigen yg terlarut (DO) berkisar
antara 4,1 mg/L – 4,9 mg/L. adapula suhu air yg terdapat 27,3 °C - 30,7 °C. Nilai
derajat keasaman (pH) di perairan Sungai Ayung berkisar antara 6,4 – 6,7.
Berdasarkan hasil tersebut, kualitas air Sungai Ayung tergolong dalam mutu air kelas
III berdasarkan PP RI Nomor 82 Tahun 2001 mengenai Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.

13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Total Suspended Solid (TSS) adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan


air, tidak terlarut dan tidak dapat langsung mengendap, terdiri dari partikel-partikel
yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen. Misalnya minyak, endapan,
tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme dan bahan kimia
yang tidak larut. Sedangkan Total Disolved Solid (TDS) merupakan ukuran zat
terlarut (baik itu zat organik maupun anorganik, misalnya: garam, dll.) yang terdapat
pada sebuah larutan. TDS meter menggambarkan jumlah zat terlarut dalam part per
million (ppm) atau sama dengan milligram per liter (mg/L).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan padatan tersuspensi (TSS)


dan padatan terlarut (TDS) pada sore hari lebih tinggi dibandingkan pada pagi hari.
Sedangkan analisa secara temporal pada kedua parameter tersebut tidak menunjukkan
perbedaan yang berarti. Secara umum kondisi kualitas air di bagian hilir Sungai
Ayung termasuk ke dalam baku mutu air kelas III menurut PP RI Nomor 82 Tahun
2001 mengenai Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

5.2 SARAN

Saran kelompok untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan peneltian


kualitatif untuk mengetahui kandungan mineral dalam air Sungai Ayung, Bali. Agar
bisa diketahui ion dan padatan apa saja yang bisa mempengaruhi total padatan terlarut
(TDS) dan total padatan tersuspensi (TSS).

14
DOKUMENTASI

15
16
DAFTAR PUSTAKA

Bapedalda Propinsi Bali. (2004). Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi
Bali. Denpasar, Indonesia: Bapedalda Propinsi Bali.
BWSBP. (2012). Kajian Debit Tukad Ayung. Denpasar, Indonesia: Balai Wilayah
Sungai Bali-Penida.
Lufiana, T. (2016). Analisis Beban Pencemar Dan Indeks Kualitas Air Sungai
Silandak dan Sungai Siangker Semarang. Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan,
5(3), 127-134.
Manune, S. Y., Nono, K. M., & Damanik, D. E. R. (2019). Analisis Kualitas Air pada
Sumber Mata Air di Desa Tolnaku Kecamatan Fatule’u Kabupaten Kupang Nusa
Tenggara Timur. Jurnal of biotropikal Sains, 16(1), 40-53.
Millaty, D., Muslim., & Prihatiningsih, W. R. (2015). Studi Sebaran Material
Padatan Tersuspensi di Perairan Sebelah Barat Teluk Jakarta. Jurnal Oseanografi,
4(4), 771-776.
Pemerintah Republik Indonesia. (2001). Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001
Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta,
Indonesia: Pemerintah Republik Indonesia.
Pradana, H. A., Wahyuningsih, S., Novita, E., Humayro, A., & Purnomo, B. H.
(2019). Identifikasi Kualitas Air dan Beban Pencemaran Sungai Bedadung di Intake
Instalasi Pengelolaan Air PDAM Kabupaten Jember. Jurnal Kesehatan Lingkungan
Indonesia, 18(2), 135-143.
Rinawati., Hidayat, D., Suprianto, R., & Dewi, P. S. (2016). Penentuan Kandungan
Zat Padat (Total Dissolved Solid dan Total Suspended Solid) di Perairan Teluk
Lampung. Jurnal Kimia Lingkungan, 1(1), 36-45.
Setiari, N. M., Mahendra, M. S., & Suyasa,I. W. B. (2012). Identifikasi Sumber
Pencemar dan Analisis Kualitas Air Tukad Sungi di Kabupaten Tabanan dengan
Metode Indeks Pencemaran. Jurnal Ecotrophic, 7(1), 40-46.
SNI 6989.3:2019. (2019). Air dan Air Limbah - Bagian 3: Cara uji padatan
tersuspensi total (total suspended solid / TSS) secara gravimetri. Jakarta, Indonesia:
Badan Standardisasi Nasional.

17
SNI 06-6989 14-2004. (2004). Air dan Air Limbah- Bagian 14: Cara uji oksigen
terlarut secara yodometri (modifikasi azida). Jakarta, Indonesia: Badan
Standarisasi Nasional.
Syawal, M. S., Wardiatno, Y., & Hariyadi, S. (2016). Pengaruh Aktivitas
Antropogenik terhadap Kualitas Air, Sedimen dan Moluska di Danau Maninjau,
Sumatera Barat. Jurnal Biologi Tropis, 16(1), 1-14.
Supriyantini, E., Soenardjo, N., &Nurtania, S. A. (2017). Konsentrasi Bahan
Organik pada Perairan Mangrove di Pusat Informasi Mangrove (PIM)
Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan. Jurnal Oseanografi Marina,
6(1), 1-8.
Warman, I. (2015). Uji Kualitas Air Muara Sungai Lais untuk Perikanan di
Bengkulu Utara. Jurnal Agronomi Perairan, 13(2), 24-33.
Widayanti, G., Widodo, D. S., & Haris, A. (2012). Elektrodekolorisasi Perairan
Tercemar Limbah Cair Industri Batik dan Tekstil di Daerah Batang dan
Pekalongan. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi, 15(2), 62- 69.

18

Anda mungkin juga menyukai