SKRIPSI
Oleh
Leoni Dian Pratiwi
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
By
Way Pegadungan merupakan anak sungai Way Seputih, memiliki panjang 35,31
km dan lebar sungai 50 sampai dengan 70 meter. Way Pegadungan sangat
potensial untuk budidaya perikanan namun belum dimanfatkan secara optimal.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - Mei 2018 dengan menggunakan
metode deskriptif kuantatif yang ditujukan untuk mengkaji tingkat kesesuaian
perairan dengan mengetahui nilai parameter fisika dan kimia untuk budidaya ikan
betutu. Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Analisis
kesesuaian perairan dilakukan dengan metode matching dan skoring. Kisaran data
yang diperoleh adalah kedalaman: 6-7 m, kecerahan: 37,5-55 cm, suhu: 28-29ºC,
pH: 7-8,21, oksigen terlarut: 4,02-6,73 mg/l, arus: 0,14-0,16 m/s, nitrat: 0,16-0,21
mg/l, fosfat: 0,01-0,025 mg/l, amonia: 0,01-0,065 mg/l, bahan organik: 6,7-10,76
mg/l. Stasiun pengambilan sampel sebanyak 4 stasiun dengan menggunakan
global positioning system (GPS). Pada titik pertama, kedua dan keempat
mendapatkan nilai sangat sesuai (S1) dan pada titik ketiga mendaptkan nilai
cukup sesuai (S2).
Oleh
Oleh
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERIKANAN
Pada
Jurusan Perikanan dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis telah melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Trimulyo
Mataram, Kecamatan Seputih Mataram, Kabupaten Lampung Tengah selama 40
hari, yaitu dari bulan Januari - Februari 2017. Selama menikmati masa
perkuliahan penulis mengikuti Praktik Umum (PU) di Balai Besar Perikanan
Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat dengan judul “Teknik
Pembenihan Ikan
Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar
(BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat” pada bulan Juli - Agutus 2017.
Terakhir pada tahun 2018, penulis melakukan penelitian yang berjudul “Evaluasi
Kesesuain Perairan Untuk Budidaya Ikan Betutu (Oxyleotris marommorata)
(Blekeer, 1852) di Desa Rantau Jaya Makmur Way Pegadungan Kecamatan Putra
Rumbia Kabupaten Lampung Tengah” yang terletak di Kecamatan Putra Rumbia,
Kabupaten Lampung Tengah.
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmannirrahim
Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
SERTA
“Kau perlu jatuh berkali-kali untuk tahu siapa yang senantiasa memelukmu,
seraya membuatmu mengerti bahwa hidup akan selalu baik-baik saja”
(Febriansyah Ramadhan)
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membaca maupun bagi
penulis. Aamiin.
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................ i
DAFTAR TABEL .................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Tujuan Penelitian .......................................................................... 2
C. Manfaat Penelitian ........................................................................ 3
D. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 3
Halaman
1. Alat dan Bahan............................................................................. 22
2. Stasiun Penelitian ........................................................................ 23
3. Batas-batas nilai kesesuaian perairan .......................................... 28
4. Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Air ........................... ....... 33
5. Pembobotan dan Skoring Lokasi 1 .............................................. 50
6. Pembobotan dan Skoring Lokasi 2 .............................................. 50
7. Pembobotan dan Skroing Lokasi 3 .............................................. 51
8. Pembobotan dan Skoring Lokasi 4 .............................................. 51
DAFTAR GAMBAR
Halaman
9. Bagan kerangka pikir dari penelitian .....................................................3
10. Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata). .................................................... 5
11. Peta Lokasi Penelitian .......................................................................... 23
12. Sungai Way Pegadungan ...................................................................... 31
13. Nilai Kedalaman Sungai Way Pegadungan ......................................... 33
14. Nilai Kecerahan Sungai Way Pegadungan .......................................... 35
15. Nilai Suhu Sungai Way Pegadungan ................................................... 36
16. Nilai Derajat Keasaman Sungai Way Pegadungan .............................. 38
17. Nilai Oksigen Terlarut Sungai Way Pegadungan ................................ 40
18. Nilai Arus Sungai Way Pegadungan .................................................... 42
19. Nilai Nitrat Sungai Way Pegadungan .................................................. 43
20. Nilai Fosfat Sungai Way Pegadungan ................................................. 44
21. Nilai Amonia Sungai Way Pegadungan ............................................... 46
22. Nilai Bahan Organik Sungai Way Pegadungan ................................... 48
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
23. Keadaan Way Pegadungan........................................................... 62
24. Peta Kabupaten Lampung Tengah ............................................... 65
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kabupaten Lampung Tengah memiliki potensi yang cukup besar bagi sektor per-
seperti sungai, rawa, waduk, saluran irigasi. Salah satu jenis komoditas yang
Ikan betutu merupakan salah satu jenis ikan air tawar spesies asli Indonesia
(indigenous species) yang banyak digemari masyarakat, memiliki nilai jual yang
tinggi dan dipercaya memiliki berbagai manfaat bagi manusia. Ikan betutu cukup
digemari oleh masyarakat karena dagingnya yang lembut, berwarna putih dan
tidak banyak duri(Sumawidjaja et al., 1993). Daging Ikan betutu yang rata-rata
Way Pegadungan merupakan anak sungai Way Seputih. Daerah aliran sungai
(DAS) Way Pegadungan memiliki luas 32,039 Ha atau 6,45% dari luas total
keseluruhan DAS Way Seputih. DAS Way Pegadungan memiliki panjang sungai
utama 35,31 km dan lebar sungai 50 m (BPDAS Way Seputih-Sekampung,
perikanan belum termanfaatkan dengan baik oleh masyarakat sekitar, selama ini
pertanian masyarakat.
ikanan di Way Pegadungan dapat dilakukan kegiatan budidaya Ikan betutu yang
dipelihara keramba jaring apung. Salah satunya, Ikan betutu mempunyai potensi
daerah memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian ini untuk mengevaluasi kesesuaian perairan untuk budidaya Ikan betutu
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah evaluasi kesesuaian perairan dengan mengetahui
nilai parameter fisika dan kimia untuk budidaya Ikan betutu (Oxyeleotris
2
C. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai perairan Way
Pegadungan untuk dikembangkan dan dikelola dengan baik sebagai tempat untuk
D. Kerangka Pemikiran
Ikan betutu merupakan salah satu ikan perairan air tawar yang berpotensi tinggi
untuk dibudidayakan. Ikan ini disukai masyarakat sebagai ikan konsumsi karena
dagingnya yang gurih dan memiliki protein baik dan merupakan salah satu
yang ada pada perairan tersebut. Secara umum kerangka pikir penelitian dapat
Bagan Kerangka pikir dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Pemanfaatan perairan di kawasan DAS Way Pegadungan Kecamatan Putra
Rumbia Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung
3
Pengolahan data
Kesimpulan
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
Phylum : Chordata
Classis : Osteichthyes
Ordo : Percomorphodei
Familia : Eleotridae
Genus : Oxyeleotris
5
Ikan betutu termasuk salah satu jenis ikan asli Indonesia yang hidup di perairan
umum. Jenis ikan ini mulai dikembangkan melalui budidaya karena selain mem-
punyai citarasa yang tinggi juga untuk pemenuhan sumber protein hewani dan
merupakan salah satu komoditas ekspor yang mempunyai nilai ekonomis tinggi
(Widiyati et al., 1993) Sebagai salah satu komoditas yang selalu dicari, Ikan
Jawa Tengah dan Jawa Barat banyak yang melakukan usaha pembesaran Ikan
Betutu.
Ikan betutu (Oxyeleotris sp) merupakan salah satu jenis ikan air tawar dari familia
Eleotrididae berukuran sedang dan dapat dibedakan dari anggota familia Gobiidae
oleh sirip perutnya yang terpisah (tidak berbentuk mangkok) dan adanya enam jari
tulang penguat tutup insang. Terdapat tiga species Ikan betutu yang telah di-
al., 1993).
Ikan tersebut kebanyakan hidup di muara sungai, rawa, atau danau. Bentuk tubuh
Ikan betutu menyerupai ikan lele, khususnya kepalanya yang pipih dorsoventral.
Akan tetapi, Ikan betutu tidak memiliki sungut dan patil. Selain itu, tubuhnya
tertutup oleh sisik. Bagian dorsal tubuh mulai dari kepala sampai dengan ekor
dihiasi oleh ornamen-ornamen spesifik berwarna gelap dan terang. Oleh karena
itu, di Kalimantan Ikan betutu dikenal sebagai ikan hantu. Di luar negeri Ikan
betutu disebut the sleeper fish karena ikan ini senang tidur atau berdiam diri
(Larson, 2000).
6
Ciri morfologis Ikan betutu mempunyai bentuk tubuh yang memanjang, berwarna
mata besar dan mulut lebar, sirip punggung terdiri dari atas dua bagian terpisah.
Sirip punggung pertama lebih rendah daripada sirip punggung kedua. Warna sirip
1999).
Ikan betutu memiliki ciri-ciri yaitu tubuhnya memanjang bagian depan silindris
dan bagian belakang pipih. Tubuh Ikan betutu berwana kecoklatan sampai gelap
dengan bercak hitam menyebar. Mempunyai dua sirip punggung yang terpisah,
sepasang sirip dada yang bentuknya membulat serta sebuah sirip ekor dengan
ujung membulat. Tubuh ikan jantan umumnya lebih gelap dari tubuh ikan betina
(Lubis, 2002).
Ikan betutu memiliki bentuk tubuh memanjang, bagian depan silindris dan bagian
belakang pipih, kepala rendah, mata besar yang dapat bergerak dan mulut lebar.
Ikan betutu memiliki sisik kecil-kecil, halus dan lembut, sehingga tampak hampir
tidak bersisik, warna badan kecokelatan sampai gelap dengan bercak-bercak hitam
(seperti batik) yang menyebar ke seluruh tubuh, bagian ventral berwarna putih.
Tubuh ikan betutu betina umumnya lebih gelap dari pada Ikan betutu jantan.Ikan
air (insekta), sedangkan juvenilnya memakan kutu air (Daphnia, Cladocera, dan
Copepoda), jentik-jentik serangga dan Rotifera. Pada stadia larva, Ikan betutu
7
juga memakan plankton nabati (ganggang) dan plankton hewani berukuran renik.
Dari aspek reproduksi diketahui bahwa Ikan betutu dapat memijah sepanjang
tahun. Ikan betutu mempunyai nilai fekunditas berkisar antara 5.000 sampai
Budidaya Ikan betutu untuk menghasilkan konsumsi sudah dimulai sejak tahun
dan Kalimantan. Saat ini budidaya telah berkembang di berbagai daerah. Kegiatan
budidaya Ikan betutu tidak lagi hanya pada usaha pembesaran untuk menghasil-
kan ikan konsumsi, tetapi juga usaha untuk memproduksi benih. Karena itu, Ikan
betutu merupakan komoditas perikanan budidaya yang pantas dipilih untuk di-
kembangkan. Ukuran bobot awal benih betutu yang hendak ditebar disesuaikan
dengan mata jaring. Benih Ikan betutu dengan ukuran 50-100 g/ekor dapat ditebar
dengan kepadatan atau 50-100 ekor/m³. Setelah dipelihara selama 6 bulan, benih
yang ditebar berukuran 100 g/ekor akan dipanen dengan bobot rata-rata 600
Salah satu daerah yang telah melakukan budidaya Ikan betutu dalam keramba
Bengkal terdapat dua desa yaitu Desa Benua Baru dan Desa Muara Bengkal Hulu
yang masyarakatnya melakukan usaha budidaya Ikan betutu dalam karamba sejak
tahun 1997. Mereka tergabung dalam kelompok tani Gelumbang Usaha Bersama
(Desa Benua Baru) dan Sawar Belimbing (Desa Muara Bengkal Hulu). Lokasi
8
hasil budidaya di Kecamatan Muara Bengkal, biasanya dipasarkan ke restoran
yang terdapat di kotakota besar bahkan tidak jarang Ikan betutu tersebut dijual ke
Menurut Azwar et al.,(2003) suhu air yang cocok bagi pertumbuhan benih Ikan
betutu adalah 24ºC sampai dengan 28ºC, sedangkan bagi indukan Ikan betutu
dapat hidup pada suhu 30ºC. Jika suhu air terlalu rendah dapat memicu timbulnya
Ikan betutu dapat hidup dengan baik pada temperatur air berkisar antara 19ºC
sampai dengan 29ºC bahkan Ikan betutu dapat beradaptasi dengan baik sampai
suhu 30ºC. Namun pada benih Ikan betutu suhu air yang baik berkisar antara 24ºC
sampai dengan 29ºC dimana benih ikan akan hidup sebanyak 70% (Boyd, 1990).
Menurut penelitian yang telah dilakukan Natadia (2015) menyatakan Ikan betutu
adalah salah satu ikan air tawar yang hidup pada perairan relatif panas >24ºC.
Suhu pada waduk, danau ataupun sungai yang cenderung stabil antara 27ºC
sampai dengan 32ºC pada musim panas. Suhu menurun hingga di bawah 28ºC
pada musim hujan, peralihan musim dari musim hujan ke panas atau musim panas
ke musim hujan, suhu tidak stabil, suhu tidak stabil dan berfluktuasi (naik turun)
9
Penelitian yang telah dilakukan oleh Imam et al., (2009) menyatakan bahwa
produktivitas paling tinggi diperoleh pada ikan dengan perlakuan suhu air 29ºC
sampai dengan 32ºC yaitu sebesar 0,99 sampai dengan 1,09 g/hari dimana dari
hasil analisis statistik nilai keduanya berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan
suhu 26ºC (0,55 g/hari) dan suhu 24ºC – 28ºC (0,18 g/ hari). Hal tersebut terjadi
karena sintasan dan laju pertumbuhan harian Ikan betutu yang paling baik
diperoleh pada perlakuan suhu air 29ºC sampai dengan 32ºC. Perlakuan suhu
32ºC mempunyai produktivitas yang lebih tinggi dibanding perlakuan suhu 29ºC
meski sintasan ikan pada suhu 32ºC lebih rendah dibanding suhu 29ºC. Ini
merupakan indikasi bahwa bobot individu ikan pada perlakuan suhu 32ºC lebih
besar sehingga meskipun jumlahnya lebih sedikit tetapi bobot biomassanya lebih
tinggi.
Menurut penelitian Astuty et al., (2000), kisaran kecerahan air untuk Ikan betutu
Rahmawati (2002), hasil kedalaman dan oksigen terlarut dapat mendukung upaya
pengendalian populasi yang dilihat dari aspek habibat yang disukai Ikan betutu,
sehingga perlu dilakukan upaya pengendalian habitat baik secara fisik maupun
Kecerahan air merupakan suatu ukuran untuk mengetahui daya penetrasi cahaya
dalam air yang disebabkan oleh suspensi bahan organik dan anorganik (lumpur,
10
partikel karbonat, plankton dan organisme lainnya), yang menyebabkan cahaya
matahari yang masuk kedalam dipancarkan atau diserap, sehingga daya penetrasi
yang nyata dengan kecerahan, karena adanya perbedaan konsentrasi, ukuran dan
sifat refraksi dari bahan tersuspensi dalam perairan (Karta et al, 1987).
Semakin dalam perairan maka semakin kecil cahaya yang masuk ke dalam. Payne
menjelaskan bahwa kondisi perairan yang memiliki arus tenang cocok untuk
c) Arus
Arus adalah pergerakan air yang mampu memberikan perubahan lingkungan dan
dapat dialami oleh ikan. Pergerakan air akan mengakibatkan distribusi dari faktor
lebih merata, bahkan penyerbaran makanan pun juga merata. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Agung (2016) menyatakan terdapat perubahan tingkah laku dari
ikan betutu yang diberi arus. Pemeliharaan yang dilakukan selama 56 hari me-
arus 0,12 m/s mengalami peningkatan yang paling besar, kemudian secara
berturut-turut perlakuan dengan arus 0,09 m/s, 0,06 m/s, dan tanpa arus. Hal ini
besarnya kecepatan arus air yang diberikan. Arus yang diberikan akan
merangsang ikan untuk bergerak dan menyebabkan semakin cepat tumbuh. Hal
11
tersebut diperkuat dengan peryataan Tajerin et al. (2000), ikan yang aktif bergerak
akan mengalami perkembangan otot yang lebih cepat dibandingkan dengan ikan
yang lebih banyak diam sehingga pergerakan aktif akan memacu perkembangan
2. Parameter Kimia
a) Derajat Keasaman (pH)
Ikan betutu juga banyak dijumpai di perairan-perairan air tawar yang memiliki
derajat keasaman (pH) air yang agak rendah (5,5 sampai dengan 6,5). Meskipun
Ikan betutu dapat hidup di air dengan pH netral yaitu 7 sampai 7,5 (Cheah et al.,
1994), hal ini sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Loo et al., (2015)
menyatakan bahwa Ikan betutu dapat hidup dengan baik pada derajat keasaman
Penelitian yang telah dilakukan Asep et al., (2017) menyatakan hasil pengukuran
derajat keasaman (pH) air pada kolam pemeliharaan Ikan betutu diukur pada siang
hari berkisar antara 6,5 – 7,3, hal ini sama dengan pertanyaan Kordi (2013) bahwa
Ikan betutu dapat bertahan hidup pada perairan asam atau pH rendah. Pada pH 5,5
– 6,5, Ikan betutu masih bisa hidup dan tumbuh, meskipun ikan betutu bisa
Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ardi et al., (2016) bahwa
oksigen terlarut (DO) yang baik untuk budidaya Ikan betutu berkisar antara 0,366
mg/l sampai dengan 0,47 mg/L dengan kadar salinitas 1 ppt sampai dengan 5 ppt.
12
Asep et al., (2017) telah melakukan penelitian dengan hasil pengukuran oksigen
terlarurt (DO) dalam kolam pemeliharaan Ikan betutu di karamba jaring apung
berkisar antara 2,9 sampai dengan 3,5 mg/L, hal tersebut ditunjang oleh per-
nyataan Kordi (2013), bahwa Ikan betutu merupakan ikan yang tahan hidup di-
perairan yang kualitasnya buruk, Ikan betutu masih bisa bertahan hidup dalam
perairan dengan kandungan oksigen terlarut yang rendah yaitu 2 mg/L dan betutu
tumbuh dengan baik dalam perairan dengan kandungan oksigen terlarut > 3 mg/L.
Penelitian yang dilakukan oleh Lubis (2002) hasil pengukuran oksigen terlarut
(DO) 1,66-5,17 mg/L. Oksigen merupakan salah satu unsur yang paling penting,
petunjuk kualitas perairan (Begenal, 1978). Oksigen yang terlarut dalam air pada
umumnya berasal dari difusi oksigen secara langsung dari udara ke dalam air
melalui air hujan dan melalui fotosintesa dalam air. Konsentrasi oksigen terlarut
dapat berkurang karena dipergunakan hewan air untuk respirasi, dipakai dalam
c) Amonia
senyawa organik seperti sisa-sisa pakan dan kotoran ikan oleh bakteri menjadi
nitrogen dalam bentuk amonium terlarut (Hidayah, 1993). Amonia total dapat
(Boyd, 1982). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Imam et al., (2009)
13
yang dapat membahayakan ikan yaitu berkisar antara 0,1–0,3 mg/L.Ikan betutu
adalah ikan yang berbeda dengan ikan-ikan lainnya, dikarenakan ikan ini sangat
tahan terhadap kadar amoniak H2S, dan kadar karbondioksida yang cukup tinggi.
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Asep et al., (2017) bahwa amonia
(1993) menyatakan bahwa kisaran amonia bebas (NHᴣ) pada ikan air tawar
kurang dari 2 mg/L masih memenuhi kisaran yang layak untuk pemeliharaan ikan.
Kisaran ammonia pada kisaran tersebut Ikan betutu masih dapat hidup optimum,
sesuai dengan pernyataan Kordi (2013) bahwa ikan betutu masih dapat hidup
Konsentrasi amonia bebas (NHᴣ)di perairan bergantung pada pH dan suhu per-
amonia bebas (NHᴣ) terhadap amonia total semakin meningkat. Amonia bebas
(NHᴣ) tidak dapat terionisasi (amoniak), sedangkan amonium (NH4) dapat ter-
ionisasi, pada pH 7 atau kurang, sebagian besar amonia akan mengalami ionisasi.
Sebaliknya, pada pH lebih besar dari 7, amonia tak terionisasi yang bersifat toksik
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak. Amonia bebas yang tak terionisasi ber-
akuatik akan meningkat jika terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, pH dan
14
d) Nitrat (NOᴣ)
Nitrat (NOᴣ) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan
nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat sangat mudah larut
dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi
nitrat baik untuk budidaya ikan betutu adalah berkisar 0,02 mg/l sampai dengan
1,15 mg/l. Namun berdasarkan penelitian Ardi et al., (2015) menyatakan bahwa
ikan betutu hidup dalam perairan yang mengandung nitrat 0,44 mg/l sampai
kisaran nitrat dalam perairan yang baik ikan betutu dapat hidup adalah 0,66 mg/l
sampai dengan 1,74 mg/l. Nitrat (NO3‾) adalah nutrien yang pada kadar ber-
lebihan, dapat menyebabkan penurunan kualitas air suatu badan air yang akhirnya
(Arthana, 2006).
e) Fosfat
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Ardi et al., (2005) menyatakan ikan
betutu dapat hidup di perairan yang mengandung fosfat 0,2 mg/l. Jika konsentrasi
fosfat yang sudah cukup tinggi melebihi ambang batas standar baku budidaya.
Meskipun fosfat tidak toksik bagi ikan, tapi dapat menyebabkan pertumbuhan
15
fosfatyang telah melebihi ambang batas standar baku diduga berasal dari sisa
dalam perairan sungai adalah 0,2 mg/l sampai dengan 5 mg/l. Bila kadar fosfat
dalam air rendah, seperti pada air alam (< 0,01 mg P/L),pertumbuhan dan gang-
gang akan terhalang. Keadaan ini disebut oligotrop. Sebaliknya bila kadar fosfat
dalam air tinggi, pertumbuhan tanaman dan ganggang tidak terbatas lagi (keadaan
eutrop), sehingga dapat mengurangi jumlah oksigen terlarut air. Hal ini tentu
f) Bahan Organik
Bahan organik terlarut total atau Total Organik Matter (TOM) menggambarkan
kandungan bahan organik total suatu perairan yang terdiri dari bahan organik
bersifat kompleks dan dinamis nberasal dari sisa tanaman dan hewan yang ter-
mengalami perubahan bentuk karena dipengaruhi oleh faktor fisika, kimia dan
biologi. Dekomposisi bahan organik di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
susunan residu, suhu, pH, dan ketersediaan zat hara dan oksigen (Rakhman,
1999).
atau terbuang di dasar perairan oleh ikan sekitar 20–50%. Limbah dari pakan
16
dan faeces ikan akan terakumulasi dan menurunkan kualitas perairan. Peningkatan
jumlah beban cemaran yang akan dibuang ke perairan. Hal tersebut juga di-
pengaruhi oleh jarak antar KJA, jumlah padat tebar ikan, dan manajemen pem-
berian pakan(Lukman dan Hidayat, 2002). Jumlah padat tebar ikan yang tinggi
dengan manajemen pakan yang buruk mengakibatkan perairan menjadi keruh dan
tercemar. Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang di-
kaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Kisaran bahan organik
yang cocok untuk budidaya ikan betutu adalah 1,26 sampai dengan 8,72 mg/l (Ina,
2014).
Menurut Ritung et al., (2002) bahwa evaluasi perairan adalah suatu proses pe-
nilaian sumber daya perairan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu
pendekatan yang sudah teruji. Hasil evaluasi akan memberikan informasi dan/atau
dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan
lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan
Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan
usaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan
17
terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang produktivitasnya kurang
Menurut Wardoyo (2002) menyatakan evaluasi lahan adalah suatu proses pe-
nilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pen-
dekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan
informasi atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan. Dasar pe-
1. Metode kualitatif/deskriptif
di lapangan yang telah disepakati. Metode ini bersifat subyektif dan pada be-
2. Metode matching
Metode ini didasarkan pada pencocokan yang terjadi antara kriteria kesesuaian
lahan terhadap data kualitas lahan. Evaluasi kemampuan lahan dengan cara
18
Kualitas lahan pada setiap satuan pemetaan lahan;
Metode ini adalah nilai lahan menurut kegunaan, manfaat atau fungsi yang dapat
dijalankanya. Maka harkat lahan berkaitan dengan mutu lahan. Harkat lahan
merupakan nilai kualitatif dan karena itu tidak terukur secara langsung, akan
tetapi ditetapkan secara ditaksir atau ditafsir oleh karena harkat lahan selalu
berkenaan dengan penggunaan tertentu maka suatu lahan yang berharkat baik
untuk, misal nya pertanian tidak dengan sendirinya berharkat baik pula untuk
kesesuaian dapat di buat secara mutlak atau nisbi. Dapat pula dibuat berdasarkan
19
mengubah ciri-ciri lahan secara sangat murad ( very significant ) dan cukup tetap
dan hasil pengubahnnya dapat bertahan selama lebih dari 10. Metode peng-
struktur kategori ganda, dari kategori tertinggi sampai dengan yang terendah
20
III. METODE PENELITIAN
Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah peninjauan lokasi pada bulan
Maret sampai dengan Mei 2018 pengambilan data primer dan data sekunder yang
21
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang akan digunakan pada penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
C. Metode Penelitian
yang meliputi parameter fisika dan kimia di perairan sungai Way Pegadungan
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan se-
kunder. Data primer meliputi suhu, pH, arus, kecerahan, kedalaman, DO, bahan
organik, phospat, nitrat dan amoniak. Sedangkan pengumpulan data sekunder me-
liputi peta rupa bumi dan data citra. Penentuan titik pengamatan dirancang dengan
pada 4 stasiun dengan pengulangan sebanyak 3 kali yang mewakili semua kondisi
22
perairan lokasi penelitian. Koordinat pengambilan sampel dicatat dengan bantuan
1. Kualitas Air
a) Parameter Fisika
Beberapa parameter fisika yang diukur adalah sebagai berikut :
1. Suhu
kedalam perairan yang akan diamati sampai bagian dari thermometer tidak berada
2. Kecerahan
disk, dengan carasecchi disk dikaitkan dengan pemberat agar secchi disk dapat
tenggelam untuk melihat tingkat gelap atau terang perairan dalam secchi disk,
23
3. Kedalaman
disk, secchi disk digunakan sebagai pemberat dengan tali pengukuran yang sudah
perairan yang akan diamati. Setelah itu dilihat kedalaman yang didapatkan pada
4. Arus
tersebut lurus dengan menggunakan stop watch. Pada pengukuran arus dilakukan
Semua parameter fisika tersebut diukur secara langsung (in situ) pada tiap titik
b) Parameter Kimia
Beberapa parameter kimia yang diukur adalah sebagai berikut :
kedalam air yang akan diamati, lalu nilai pH akan muncul pada alat. Kemudian
catat hasilnya.
24
2. Oksigen Terlarut (DO)
dimasukkan kedalam air yang akan diamati, lalu nilai DO akan muncul pada alat.
3. Amonia (NHᴣ)
spectrofotometer(SNI 19-6964.3-2003).
4. Nitrat (NOᴣ)
Kesehatan Lingkungan. Cara kerja yang digunakan untuk mengukur nitrat dapat
5. Fosfat (PO4)
25
Karang Jurusan Kesehatan Lingkungan. Cara kerja yang digunakan untuk
6. Bahan Organik
Kesehatan Lingkungan. Cara kerja yang digunakan untuk mengukur nitrat dapat
budidaya perikanan khususnya untuk ikan betutu. Hasil dari scoring dan pem-
tingkat kelayakan dari suatu bidang untuk penggunaan tertentu. Menurut Trisakti
(2003) tingkat dari kesesuaian perairan dibagi menjadi empat kelas, yaitu:
diberikan.
26
ini akan meningkatkan masukan atau tingkat perlakuan yang
diperlukan.
diperlukan.
acuan dalam pemberian bobot. Karena itu, peubah yang dianggap penting dan
dominan menjadi dasar yang kurang dominan. Untuk melihat keberadaan peubah
di atas, maka hubungan antar beberapa peubah dominan yang mungkin terjadi
budidaya Ikan betutu dapat disusun dengan matrik kesesuaian perairan. Metode
dengan struktur kategori ganda, dari kategori tertinggi sampai dengan yang
27
yang memliki peran besar akan mendapatkan nilai besar dari parameter yang
disusun dengan sistem penilaian atau skoring untuk mengetahui tingkat kelayakan
Setiawan
5 (Sesuai) (2010);
3-6 mg/l Kordi
Oksigen 3 (Cukup
2-2,9 mg/l dan 6-8 mg/l (2013);
3 15
Terlarut Sesuai) Lubis
<2- >8 mg/l (2002);
1 (Tidak Sesuai) Begenal
(1978)
5 (Sesuai)
Derajat 6,5-8,5 Loo et al,.
3 (Cukup
Keasaman 6,0-6,4 dan 8,6-9 2 10 (2015);
Sesuai) Kordi
(pH) <5,9 - >9,1 (2013)
1 (Tidak Sesuai)
Azwar
(2003);
5 (Sesuai)
26oC-28oC Boyd
Suhu 3 (Cukup 2 10 (1990);
24-25 oC dan 29oC
Kordi
Sesuai)
<23 dan 30 oC (2013)
1 (Tidak Sesuai)
5 (Sesuai)
0-0,4 mg/l Purnamasa
3 (Cukup
Amonia 0,5-0,7 mg/l 2 10 ri(2009);
Sesuai) Kordi,
>0,7 mg/l (2013)
1 (Tidak Sesuai)
28
SKOR
BATAS NILAI BOBOT
Variabel Variabel MAXIMAL Sumber
(A) (B)
(AxB)
0,2 – 0,5mg/l 5 (Sesuai)
Ardi
0-0,19 mg/l dan 0,6-1 3 (Cukup
Fosfat (2005); PP
2 10
mg/l Sesuai) RI No 82
th 2001
<0 mg/l - >1 mg/l 1 (Tidak Sesuai)
5 (Sesuai) Rahmawati
40-50 cm (2002);
3 (Cukup
Kecerahan 1 5 Astuty
30-39 cm dan 51-60 cm
Sesuai) (2000)
>60 cm Karta
1 (Tidak Sesuai)
(1987)
Loo et al.,
0,5-1 mg/l 5 (Sesuai) (2015);
Ardi
0,2-0,4 mg/l dan 1-1,8 3 (Cukup
Nitrat 1 5 (2005);
mg/l Sesuai) Inlan et al
(2007);
<0,2 mg/l – >1,8 mg/l 1 (Tidak Sesuai)
Athana
(2006)
Lukman
6,6 mg/l – 8,7 mg/l 5 (Sesuai)
dan
Bahan 4,6-6,5 dan 8,8-9,0 3 (Cukup Hidayat
1 5 (2002); Ina
Organik mg/l Sesuai)
(2014);
<4,5 dan >9,1 mg/l 1 (Tidak Sesuai) Rakhman
(1999)
TOTAL SKOR
100
MAKSIMAL
Keterangan:
1. Angka penilaian berdasarkan petunjuk DKP (2002), yaitu:
5 = baik
3 = sedang
1 = kurang
2. Bobot berdasarkan petunjuk Kangkan (2006), yaitu pertimbangan pengaruh variabel dominan.
3. Skor adalah ∑
Skor total dari hasil perkalian nilai parameter dengan bobotnya tersebut
29
Berdasarkan rumus dan perhitungan diatas diperoleh nilai (skor) kesesuaian
F. Analisis Data
Untuk mengetahui kesesuaianperairan untuk kegiatan budidaya Ikan betutu
perairan yang meliputi parameter fisika dan kimia menggunakan metode des-
kriptif kualitatif selanjutnyadianalisis hasil sampel air yang telah diuji serta
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan se-
dengan sistem kesesuaian perairan yang digunakan. Hasil pengamatan yang telah
didapatkan akan ditampilkan dalam bentuk tabel dan diagram batang dengan
30
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Way Pegadungan tergolong pada kesesuaian perairan kelas sangat sesuai (S1)
untuk budidaya ikan betutu pada lokasi pengambilan sampel pada titik pertama,
kedua dan keempat sedangkan pada lokasi pengambilan sampel pada titik ketiga
mendapatkan nilai kesesuaian perairan kelas cukup sesuai (S2) sehingga perairan
tersebut memerlukan penanganan lebih lanjut untuk kadar nitrat dan amonia
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui daya dukung dan daya
tampung perairan Way Pegadungan untuk komoditas budidaya selain ikan betutu.
55
DAFTAR PUSTAKA
56
Barus, T.A. 2004. Pengantar limnologi, studi tentang ekosistem sungai dan
danau. Jurusan Biologi Fakultas MIPA. Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Bleeker. 1852. Laju Konsumsi dan Pertumbuhan Ikan Betutu (Oxyeleotris
marmorata Bleeker, 1852) yang Diberi Pakan Ikan Guppy (Poecilia
reticulata Peters, 1859). Limnotek 20 (1): 111-116.
Boyd, C, E. 1990. Water Quality in Pond Culture. Auburn University
Agricultural. Alabama, 482 ppt.
Budianto, R. 2007. Analisis Finansial Usaha Pembesaran Ikan Betutu dalam
Karamba di Desa Muara Bengkal Hulu Kecamatan Muara Bengkal
Kabupaten Kutai Timur. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
(FPIK). Universitas Mulawarman. Samarinda.
Cheah, S. H., S. Senoo, S.Y. Lam and K.J. Ang. 1994. Aquaculture of a high
value freshwater in Malaysia : The Marble Goby (Oxyeleotris
marmoratus, Bleeker). Naga : The ICLARM Quartely 17:22-25.
Cornelia, M. 2005. Prosedur dan Spesifikasi Teknis Analisis Kesesuaian
Budidaya Rumput Laut. Pusat survey sumberdaya alam laut Bakosurtunal.
Departemen Kelautan dan Perikanan. 2002. Modul Sosialisasi dan Orientasi
Penataan Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-pulau kecil. Ditjen Pesisir dan
Pulau-pulau kecil. Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil. Jakarta.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Jakarta.
Elmi, A.A, C. Madramootoo, M. Egeh and C. Hamel, 2004. Water and Fertilizer
Nitrogen Management to Minimize Nitrate Pollution From a Cropped
Soin in South Western Quebee. Canada. Journal of Water, Air, and
Soil Pollution 151: 117-134
Evalawati., M. Meiyana dan T.W. Aditya. 2001. Pembesaran ikan di keramba
apung. Departemen Kelautan dan Perikanan., Direktorat Jendral Perikanan
Budidaya. Balai budidaya laut Bandar Lampung.
FAO. 1976. A Frame work for Land Evaluation Soil Resources Management and
Conservation Service Land and Water Development Division. FAO Soil
Bulletin No. 32. FAO-UNO, Rome.
Fitria, E. 2008. Analisis kualitas air dan hubungannya dengan keanekaragaman
vegetasi akuatik di perairan Perapat Danau Toba. Tesis. Sumnatrea utara.
Medan.
Fortes, M. D., 1990. Seagrass Resources of East Asia: Research Status,
Environmental Issues and Management Perspective dalam Proceed. of the
first ASEAMS Symp. on SEAMS and Environ. Protect. (ASEAM/UNEP
edt.), UNEP Regional Seas Reports and Studies, No. 116: 135 – 143.
Ghufron, M. 2010. Pemeliharaan Ikan Kerapu di Keramba Jaring Apung.
Akademia. Jakarta.
i
Ghufron, M. 2013. Panduan Lengkap Bisnis Budidaya Ikan Betutu. Penerbit Lily
Publisher. Yogyakarta.
Gunawan, S., Diana., S. Astuty dan Iskandar. 1999. Studi Biologi Ikan Betutu
(Oxyeleotris marmoratus, Bleeker) di Perairan Waduk Cirata. Tesisi
Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran. 20 halaman.
Hadmoko. 2012. Evalusi Sumber Daya Lahan Prosedur dan Teknik Evaluasi
lahan-Aplikasi Teknik Skoring dan Matching. Tesis. Universitas Gadjah
Mada. Ygemeogyakarta.
Harsono. 2008. Hubungan sistem aliran air pada jaringan tata air dalam
produktivitas lahan daerah rawa pasang surut. Jurnal sumber daya air 4
(2) /: 125-138.
Hidayah, Z. 1993. Pengaruh Pemberian Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan
dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata blkr)
yang dipelihara di kolam. Skripsi Program Studi Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 60 halaman.
Imam Taufik, Zainal Imran Azwar dan Sutrisno. 2009. Ikan Betutu (Oxyeleotris
marmoratus, Bleeker) dengan sistem resikulasi.Jurnal Riset Akuakultur
Volume 4 no 3. Bogor.
Ina Walia Fathnonah. 2014. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup benih Ikan
Betutu (Oxyeleotris marmorata blkr) dalam wadah transparan, hitam dan
putih. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Skripsi.
Inland Fisheries and M.Sc, Aquaculture Tech. 2007. The nutrition and Feeding of
a native thai spesies, the marble goby (Oxyeleotris marmorata) involving
on-farm and experimental studies. Khonkaen University. Thailand.
Junis A., 2016. Pengantar Ilmu Perikanan dan Kelautan (Budidaya Perairan).
Lambung Mangkurat University Press. Banjarmasin.
Kangkan, A.L. 2006. Studi Penentuan Lokasi untuk Pengembangan Budidaya
Laut Berdasarkan Parameter Fisika, Kimia dan Biologi di Teluk Kupang,
Nusa Tenggara Timur. Tesis Megister. Universitas Diponegoro.
Semarang.
Kartamihardja E.S, A.S Nastiti, Krismono, K. Purnomo dan A. Hardjamulia.
1987. Penelitian Limno-Biologis Waduk Saguling Pada Tahap Pra-
Industri.Bulletin Panel. Perikanan Darat. Vol. 6 No. 3 : 1-27 Halaman.
Kordi, M.G.H. 2013. Panduan Lengkap Bisnis dan Budidaya Ikan Betutu
(Oxyeleotris marmoratus, Bleeker). Lily Publisher Yogyakarta. 226
halaman.
Kottelat, M. A.S., Whitten, S.N., Kartikasari dan S. Wirjoatmodjo. 1993.
Freshwater Fisher of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Edition
Ltd, Singapore.
ii
Larson, H.K. 2000. Gobbidae (Gobies and Sleepers), P. 636-640. In J.E. Randall
and K.K.P Lim (eds) A Checklist of the fishers of the South China Sea
Raffles Bull. 2001. 181 : 569-667.
Lesmana. 2004. Kualitas air untuk ikan hias air tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.
Loo Poh Leong, Ving Ching Chong, Shaliza Ibrahim. 2015. Manipulating Culture
Conditions and Feed Quality to Increase the Survival of Larval Marble
Goby (Oxyeleotris marmoratus, Bleeker). University of Malaya. Kuala
Lumpur. Malaysia.
Lubis, S. 2002. Studi Ekologi Ikan Betutu (Oxyeleotris marmoratus, Bleeker) di
Sungai Seruang Kabupaten Deli Serdang. Tesis Program Pasca Sarjana
USU. Medan. Skripsi tesis.
Lukman dan Hidayat. 2002. Pembebanan dan Distribusi Organik di Waduk
Cirata. Jurnal Teknologi Lingkungan. P3TL-BPPT. Vol. 3 (2): 129 –
135.
Natadia, S.S. 2015. Pengaruh Pemberian Pakan Alami terhadap Pertumbuhan
Ikan Betutu (Oxyeleotris marmoratus, Bleeker). Skripsi Program
Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjajaran.
Bandung.
Nyuwan, S.B. 2000. Ikan Betutu (Oxyeleotris marmoratus, Bleeker) masih
menangkap dari alam. Trubus. Juli 2000.
Payne, A.L. 1986. The Ecology of Tropical Lake and Rivers. John Wiley and
Sonds. New York.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82. 2001. Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air Presiden Republik Indonesia.
Purnamasari, E. 2009. Prospek Usaha Budidaya Ikan Betutu (Oxyeleotris
marmorata Blkr) dalam Keramba di Kecamatan Muara Bengkal. EPP
Vol.6(2):34-40.
Rakhman, Arif. 1999. Studi Penyebaran Bahan Organik Pada Berbagai
Ekosistem Di Perairan Pantai Pulau Bonebatang. Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Rahmawati, S. 2002. Pengendalian Sumberdaya Ikan di Perairan Waduk Secara
Optimal. Skripsi. USU, Medan.
Ramadhani D. 2000. Kelangsungan Hidup Ikan Betutu Oxyeleotris marmorata
(BLKR.). yang Dipelihara di Kabupaten Serang Bogor. Skripsi Program
studi Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor.
Ritung, S., A. Hidayat., dan Suratman. 2002. Penyusun Perwilayahan Komoditas
dan Ketersediaan Lahan. Laporan Penelitian dan Pengembangan Tanah
dan Agroklimat, Bogor. Indonesia.
iii
Rudiyanti, Siti. 2009. Kualitas air sungai Banger Pekalongan Berdasarkan
Indikator Biologis. Jurnal Saintek Perikanan, 4 (2):46-52.
Ryadi Slamet. 1984. Pencemaran Air. Karya Anda. Surabaya.
Sastrawijaya. 2009. Pencemaran Lingkungan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Setiawan, 2010. Pengaruh Kedalaman Perairan Terhadap Kualitas Perairan. PT.
Kanisius. Yogyakarta.
Sitorus, S.R.P. 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Penerbit Tarsito. Bandung.
186 p.
Sumawidjaja, K. I., Effendi dan A.O. Sudrajat. 1993. Pakan bagi larva Ikan
Betutu (Oxyeleotris marmoratus, Bleeker) dua minggu di awal hidupnya.
Lembaga Penelitian. IPB Bogor. 29 halaman.
Tajerin, Rebegnator, dan Muharram B. 2000. Pengaruh kecepatan arus air dalam
kolam terhadap tekstur daging ikan mas.Jurnal Penelitian Perikanan
Indonesia 2: 65-73.
Trisakti, B. 2003. Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Budidaya Perikanan
Pantai. Teknologi Penginderaan Jauh dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir
Dan Lautan. Bab 4. LAPAN. Jakarta.
Wardoyo, S.T.H. 2002. Water Analysis Manual Tropical Aquatic Biology
Program. Biotrop. P. 81. Bogor.
Widiyati, A., L. Dharma dan H. Djajasewaka. 1993. Pemberian Ikan Betutu
dalam kolam Prosiding Simposium Perikanan Indonesia I. Jakarta. 25-27
Agustus 1993. 399-404.
Winanto. 2004. Memproduksi benih tiram mutiara. Penebar Swadya. Jakarta.
Yuliana. 2012.Keterkaitan Antara Kelimpahan Zooplankton dengan Fitoplankton
dan Parameter Fisika-Kimia di Perairan Jalilolo Halmahera Barat.
Maspari Journal. 6(1): 25 - 31.
iv