SKRIPSI
Oleh :
TRI RIZKY OKTARIANSYAH
08051381621070
SKRIPSI
Oleh :
TRI RIZKY OKTARIANSYAH
08051381621070
xiii
setelah itu sampel air dianalisis di Laboratorium, sehingga akan didapat nilai
Nitrat dan Fosfat. Sedangkan nilai yang didapat pada saat pengukuran langsung
dilapangan adalah nilai suhu dan pH air dengan menggunakan Hanna Instrument
HI9124, nilai salinitas air dengan menggunakan handrefraktometer, nilai
kecerahan menggunakan secchi disk dan nilai kecepatan arus menggunakan
Floatting drage.
Setelah data didapat dilakukan skoring kesesuaian lahan berdasarkan
variabel kualitas air. Parameter yang dominan memiliki faktor pembobot paling
besar. Terdapat 3 tingkat kesesuaian lahan, yaitu: 3 = sesuai (S1), 2 = sesuai
bersyarat (S2), 1 = tidak sesuai (S3). Nilai yang digunakan untuk proses
interpolasi merupakan nilai dari hasil pembobotan total dari setiap parameter
kualitas perairan kemudian akan dilakukan interpolasi dengan memasukkan titik
koordinat pengambilan sampel yang telah ada, kemudian sebaran masing-masing
parameter akan diketahui sehingga menghasilkan peta salinitas air, peta pH air,
peta suhu perairan, peta kecepatan arus perairan, peta kedalaman perairan, peta
kecerahan perairan, peta substrat dasar perairan, peta hama rumput laut, peta nitrat
air, peta fosfat air dan peta keterlindungan lokasi. Peta interpolasi tiap parameter
kemudian di overlay sehingga menghasilkan peta kesesuaian budidaya rumput
laut.
Hasil penelitian diperoleh potensi lahan yang dapat digunakan untuk
budidaya rumput laut (Eucheuma spinosum) di Perairan Ketapang, terdiri atas
lahan kelas S1 (sesuai) dan S2 (sesuai bersyarat) seluas 3711,96 Ha dan 492,42
Ha. Peta kesesuaian untuk beberapa metode rumput laut baik metode longline,
lepas dasar dan rakit apung seluas 955,82 Ha, 1583,55 Ha dan 1338,11 Ha.
ix
LEMBAR PERSEMBAHAN
x
doanya. Terima kasih Orang Spesial yang telah menjadi semangatku dan selalu
memarahiku atas rasa malasku serta mengingatkanku dalam hal yang baik dan
untuk menyelesaikan tugas akhir karya skripsi ini. Terima kasih juga telah
membantuku banyak hal selama dalam menyelesaikan perkuliahanku...
● Teruntuk Bapak/Ibu Dosen Ilmu Kelautan, Ibu Dr. Riris Aryawaty selaku
Sekretaris Jurusan terima kasih bu atas ilmu yang ibu berikan dan kebaikan yang
ibu ajarkan kepada saya. Bapak Beta Susanto Barus, M.Si selaku dosen
Pembimbing Akademik saya sebelum bapak melanjutkan jenjang pendidikannya
terima kasih selalu membimbing dan telah menyempatkan waktu dalam
memberikan arahan dan solusi terkait mata kuliah yang akan diambil pada
semester selanjutnya. Ibu Dr. Fauziyah, S.Pi selaku Pembimbing Akademik saya
selama pak Beta melanjutkan pendidikannya terima kasih telah memberikan
arahan, motivasi baik itu motivasi untuk menyelesaikan karya skripsi ini maupun
motivasi untuk bisa maju dan sukses setelah lulus kuliah, kata-kata Ibu yang
selalu ku ingat ‘jangan malu atau minder dihadapan orang yang lebih baik dalam
hal apapun diatas saya dan timbulkan rasa percaya diri dalam diri saya’. Bapak
Heron Surbakti, M.Si, Bapak Andi Agussalim, M.Si, Bapak Gusti Diansyah,
M.Sc, Bapak Hartoni, M.Si, Ibu Fitri Agustriani, M.Si, Ibu Isnaini, M.Si, Ibu
Anna Ida Sunaryo, M.Si, Ibu Dr. Wike Ayu Eka Putri, Bapak Dr. H. Melki,
M.Si, Bapak Dr. Rozirwan, terima kasih bapak/ibu dosen yang telah banyak
memberikan banyak ilmu, nasehat dan masukkannya serta yang tak pernah lelah
untuk memberikan yang terbaik kepada saya, semoga Allah SWT selalu
membalas kebaikan bapak/ibu dosen amiiin..
● Teruntuk Bapak/ibu Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji, Bapak Dr.
Muhammad Hendri, M.Si selaku Pembimbing I, saya ucapkan banyak terima
kasih kepada bapak yang telah memberikan ilmu baru bagi saya dan menasehati
serta mendengar masalah keluh kesah yang saya hadapi selama ini baik dalam hal
perkuliahan maupun hal yang lain, terima kasih pak telah membimbing saya dari
Kerja Praktek sampai Tugas Akhir ini selesai. Bapak Rezi Apri, M.Si, selaku
Pembimbing II, saya ucapkan terima kasih kepada bapak telah membimbing saya
sampai Tugas Akhir ini selesai dan juga memberikan saran motivasi kepada saya.
Bapak T Zia Ulqodry, Ph.D selaku Ketua Jurusan dan sebagai Dosen Penguji I
xi
saya, terima kasih atas bantuannya pak telah memberikan ilmu dan masukkan
selama ini serta terus-menerus menasehati diriku agar bisa menyelesaikan karya
skripsi ini. Ibu Ellis Nurjuliasti Ningsih, M.Si selaku Dosen Penguji II saya,
terima kasih Ibu atas ilmunya selama ini dan terima kasih pula telah menjadi
penguji pada tugas akhir saya, memberikan saran masukkannya. Sekali lagi terima
kasih banyak Kepada Bapak/Ibu Dosen Pembimbing dan Penguji, semoga Allah
SWT membalaskan kebaikan Bapak/Ibu.
● Teruntuk Babe Terkece (Kombes Marsai/Babeeku) terima kasih, terima
kasih, terima kasih beee telah membantu menasehati diriku agar tidak mengikuti
rasa malasku terus menerus, terima kasih be atas doa, saran dan masukkan dalam
hal kebaikan yang babeee berikan kepada diriku ini dan terima kasih bee telah
memberikan kemudahan bantuan kepada diriku dalam hal apapun baik akademik
maupun non akademik. semoga babe selalu terus sehat dan jangan bosan untuk
membimbing, menasehati dan memberikan saran yang terbaik bagi mahasiswa
ilmu kelautan dan semoga semua kebaikan babe dibalas oleh Allah SWT.
● Teruntuk Pak Min (Minhooo) terima kasih atas segala bantuan dan
supportnya pak min, semoga pak min sehat selalu dan semua kebaikan pak min
dibalas oleh Allah SWT.
● Teruntuk Ibu Novi, terima kasih Ibu telah memberikan arahan dan
bimbingan kepada saya selama melakukan analisis di laboratorium.
● Teruntuk Kak Edi, terima kasih kak telah membantu saat di jurusan, dan
saya sudah anggap seperti kakak angkat sendiri yang selalu memberi saran agar
menyelesaikan Tugas Akhir ini, semoga sehat selalu kak.
● Teruntuk Bapak Dr. Ofri Johan, M.Si dan Staff BRBIH Depok serta
Rekan Kerja Praktek, terima kasih saya ucapkan kepada Bapak Ofri Johan yang
telah membimbing dan memberikan ilmu kepada saya saat melangsungkan kerja
praktek saya di Depok dan terima kasih juga kepada staff-staff di BRBIH serta
rekan-rekan Kerja Praktek yang berasal dari bergabagai Universitas. Terima kasih
atas waktu, ilmu dan wawasan yang telah diberikan serta canda tawa.
● Teruntuk Tim PBB/Persekutuan Bulu Burung (Miko, Fransiskus,
Darma dan Yusuf), terima kasih telah membersamai dan membantu saya selama
menjalankan masa kuliah ini, saling membantu satu sama lain adalah motto dari
xii
grup ini semoga kalian dimudahkan dalam tahapan masa studi selanjutnya kawan
– kawan. Untukmu Miko Bermando selaku wakil ketua Pontus yang bermartabat
mulia membantu sesama tanpa kenal lelah dan balasan yang memliki slogan
“Kalo pacak wong laen ngapo harus aku”. Seorang anggota Basarnas yang
kandidat akan membantu teman atau masyarakat saat kesusahan. Yok jangan
menyerah walau sudah lagi sibuk harus bisa menyelesaikan masa studinya. Salam
Fans berat Resident Evil. Teruntuk Fransiskus selaku dewan pengamat PBB
sangat yang selalu menjadi raja gombal saat ketemu cewek Pontus terima kasih
telah sering membantuku dalam hal apapun, PP Palembang-Layo bareng terus,
jangan gentar untuk menyelesaikan masa studimu yang udah diambang batas, Yok
semangat dewan PBB. Teruntuk Darma, terima kasih telah menjadi bagian dari
PBB dan sudah membantuku saat kesusahan, teruslah melaju untuk
menyelesaikan masa studi ini. Teruntuk Yusuf, terima kasih sudah membantuku
dalam hal apapun saat aku sedang kesusahan, berentilah malas jangan santai-
santai lagi. Ayok semangat buat kalian tim PBB pasti bisa “bantulah wong kalau
biso dibantu”.
● Teruntuk Keluarga Pontus, terima kasih untuk kalian semua telah
membersamaiku dari maba hingga sampai sekarang, banyak cerita yang telah kita
lalui bersama suka duka telah kita alami bersama. Kisah yang akan menjadi
kenangan yang akan tidak mudah dilupakan. Terima kasih kepada ketua angkatan
Softwan Tabrani yang telah menjadi pemimpin dari angkatan ini dan terima
kasih juga telah menjadi tandem dalam penelitian ku ini sehingga bisa
menyelesaikan karya skripsi ini.
● Terima kasih juga rekan-rekan di Ilmu Kelautan yang tidak bisa disebutkan
satu persatu yang telah terlibat dan membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. semoga kita semua bisa membanggakan keluarga kelautan ini.
MOTTO
“Tidak Ada Sifat Manusia yang Bodoh, Kecuali Sifat Malas (Agusman
Susandri, S.Pd)”
xiii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT. atas semua rahmat
dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“Studi Kelayakan Lahan Budidaya Rumput Laut (Eucheuma spinosum)
Menggunakan Metode Scoring di Daerah Perairan Ketapang, Lampung Selatan,
Lampung”.
Tujuan yang dipilih dalam penelitian ini untuk mengetahui karakteristik
dan menganalisis potensi lahan budidaya rumput laut secara berkelanjutan serta
memberi informasi metode penanam yang tepat untuk budidaya di daerah tersebut
sehingga dinyatakan sesuai atau tidak untuk dijadikan lahan budidaya rumput laut.
Rumusan masalah dari penelitian di daerah ini adalah kurangnya informasi
mengenai karakteristik daerah yang berpotensi secara berkelanjutan untuk
digunakan sebagai lahan budidaya rumput laut di Perairan Kecamatan Ketapang
sehingga dapat meningkatkan penghasilan ekonomi masyarakat.
Ucapan terima kasih kepada kedua pembimbing saya, yaitu Bapak Dr.
Muhammad Hendri, M.Si selaku Dosen Pembimbing I dan Rezi Apri, S.Si, M.Si
selaku Dosen pembimbing II di Universitas Sriwijaya, selain itu saya ucapkan
terimakasih kepada kedua Dosen pembahas saya yaitu Bapak T.Zia Ulqodry, ST.,
M.Si., Ph.D dan Ibu Ellis Nurjuliasti Ningsih, S.Kel, M.Si yang sudah membantu
segala sesuatu saya selama penelitian, baik ilmu dan waktunya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari skripsi ini, baik
dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
mahasiswa kelautan pada khususnya dan bagi masyarakat luas umumnya.
Penulis
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
COVER ..........................................................................................................
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...................................iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.....................................v
ABSTRAK..................................................................................................vi
ABSTRACT.............................................................................................. vii
RINGKASAN.......................................................................................... viii
LEMBAR PERSEMBAHAN.................................................................... x
KATA PENGANTAR ............................................................................ xiv
DAFTAR ISI............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................xvii
DAFTAR TABEL................................................................................. xviii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xix
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah...................................................................... 2
1.2 Tujuan........................................................................................... 5
1.3 Manfaat........................................................................................ 5
xv
2.3 Sistem Informasi Geografis.........................................................16
2.3.1 Kesesuaian Lahan Budidaya............................................ 16
III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat...................................................................... 18
3.2 Alat dan Bahan ...........................................................................18
3.3 Prosedur Penelitian..................................................................... 19
3.3.1 Titik Sampling ................................................................. 20
3.3.2 Pengambilan Sampel Dan Parameter Perairan................. 22
a. Kecerahan....................................................................... 22
b. Substrat Dasar Perairan.................................................. 22
c. Kecepatan Dan Arah Arus..............................................22
d. Derajat Keasaman (pH) Dan Suhu................................. 23
e. Pengamatan Biologi Perairan......................................... 23
f. Salinitas...........................................................................23
g. Nitrat Dan Posfat............................................................ 23
3.4 Analisis Data Untuk Kesesuaian Budidaya Rumput Laut.......... 24
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan................................................................................. 57
5,2 Saran........................................................................................... 57
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 4
2. Morfologi rumput laut Eucheuma spinosum.................................. 7
3. Metode Rakit Apung.......................................................................8
4. Metode Rawai Panjang................................................................... 8
5. Metode Lepas Dasar....................................................................... 9
6. Prosedur Penelitian....................................................................... 20
7. Peta Lokasi Penelitian ..................................................................21
8. Foto Kondisi Perairan Kecamatan Ketapang Desa Ketapang ..... 28
9. Peta Kesesuaian Salinitas Untuk Budiaya Rumput Laut ............. 32
10. Peta kesesuaian pH untuk budidaya rumput laut ....................... 33
11. Peta kesesuaian suhu untuk budidaya rumput laut..................... 35
12. Peta kesesuaian arus untuk budidaya rumput laut...................... 37
13. Peta kesesuaian kedalaman untuk budidaya rumput laut ...........38
14. Peta kesesuaian kecerahan untuk budidaya rumput laut.............40
15. Peta kesesuaian substrat untuk budidaya rumput laut................ 42
16. Peta kesesuaian hama untuk budidaya rumput laut.................... 44
17. Peta kesesuaian nitrat untuk budidaya rumput laut.................... 45
18. Peta kesesuaian posfat untuk budidaya rumput laut................... 47
19. Peta kesesuaian keterlindungan lokasi untuk budidaya rumput
laut.............................................................................................. 49
20. Peta Kelayakan Lokasi Budidaya Rumput Laut Eucheuma
spinosum di Perairan Kecamatan Ketapang................................53
21. Peta rekomendasi metode penanaman untuk budidaya rumput
laut.............................................................................................. 56
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Alat dan Bahan Yang Digunakan untuk Penelitian di Lapangan... 18
2. Alat dan Bahan Yang Digunakan untuk Penelitian di
Laboratorium.................................................................................. 19
3. Titik Stasiun Penelitian ..................................................................21
4. Matrik Kesesuaian Lahan Lokasi Budidaya Rumput Laut
(Eucheuma spinosum.) ...................................................................24
5. Metode penanaman rumput laut dilihat pada kedalaman yang
berbeda ...........................................................................................25
6. Hasil Total Skor Kesesuaian Perairan Budidaya Rumput Laut .....26
7. Hasil Pengukuran Parameter untuk Lokasi Budidaya Rumput
Laut Di Perairan Ketapang Lampung Selatan ............................... 30
8. Rekomendasi Metode Budidaya Rumput Laut Di Perairan
Ketapang.........................................................................................54
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Analisis Kualitas Air...................................................................... 65
2. Data Suhu, Salinitas, pH dan Arus ................................................ 69
3. Data Kedalaman, Kecerahan, Substrat Dasar dan Hama Rumput
Laut.....................................................................................................70
4. Data Hasil Analisis Nitrat ..............................................................71
5. Data Hasil Analisis Posfat ............................................................. 72
6. Hasil Kurva Kalibrasi Nitrat dan Fosfat ........................................ 73
7. Data Keterlindungan Lokasi dan Hasil Rekomendasi Metode Budidaya
Rumput Laut ...................................................................................... 74
8. Data Lapangan................................................................................75
9. Data Hasil Scoring..........................................................................76
10. Dokumentasi Lapangan................................................................ 77
11. Dokumentasi Laboratorium..........................................................78
xix
I PENDAHULUAN
Eucheuma spinosum
Skoring Overlay
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Menganalisis parameter kualitas perairan untuk menentukan tingkat
kelayakan lokasi budidaya rumput laut (Eucheuma spinosum) di Daerah
Perairan Ketapang, Lampung Selatan, Lampung.
2. Memetakan lokasi kesesuaian budidaya rumput laut metode longline, rakit
apung dan lepas dasar di Daerah Perairan Ketapang, Lampung Selatan,
Lampung melalui Sistem Informasi Geografis.
1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kondisi
perairan untuk kesesuaian budidaya rumput laut dan dapat memberikan informasi
berbagai metode budidaya rumput laut di perairan Lampung Selatan, Lampung
untuk digunakan sebagai masukan bagi para pembudidaya dalam menentukan
peruntukan suatu wilayah pesisir yang sesuai dengan potensi dan daya dukungnya.
Hasil peta dapat digunakan oleh masyarakat sebagai acuan layak atau tidaknya
daerah perairan Lampung Selatan untuk dijadikan lokasi budidaya rumput laut
dengan berbagai metode budidaya yang ada seperti metode rakit apung, metode
longline dan metode lepas dasar serta memberikan informasi dalam pengelolaan
tata ruang wilayah pesisir.
II TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Filum : Rhodophyta
Class : Rhodophyceae
Ordo : Gigarnitales
Famili : Solieriaceae
Genus : Eucheuma
Spesies : E. spinosum
Morfologi dari rumput laut Eucheuma spinosum memiliki ciri khusus thallus
berbentuk silindris dengan permukaan licin, lunak, warna coklat tua, merah ungu
atau hijau kuning, terdapat duri yang tumbuh berderet melingkari thallus dengan
interval yang bervariasi sehingga membentuk ruas-ruas thallus diantara lingkaran
duri. Percabangan berlawanan atau berselang-seling dan teratur pada deretan duri
antar ruas dan merupakan kepanjangan dari duri tersebut. Cabang dan duri ada
juga yang tumbuh pada ruas thallus tetapi agak pendek. Ujung percabangan
meruncing dan setiap percabangan mudah melekat pada substrat (Aslan, 1998).
b. Salinitas
Salinitas adalah jumlah (gram) zat-zat yang larut dalam satu kilogram air laut
dimana dianggap semua karbonat-karbonat telah diubah menjadi oksida, bromida,
dan ionida diganti oleh klorida dan juga semua bahan-bahan organik telah
dioksidasi secara sempurna. Faktor salinitas pada rumput laut dapat menyebabkan
rendahnya pertumbuhan dan cepatnya proses penuaan (aging process). Kisaran
salinitas untuk pertumbuhan rumput laut yaitu pada nilai optimum 33 ppt
(Nugroho dan Kusnendar, 2015).
Nilai salinitas 30-35 ‰ dapat meningkatkan jumlah sel, pertumbuhan, dan
rendemen karaginan rumput laut (Arisandi, 2011). Eucheuma spinosum
merupakan rumput laut yang bersifat stenohaline. Rentan terhadap fluktuasi
salinitas yang tinggi. Menurut Ditjenkanbud (2005) kisaran salinitas yang baik
untuk rumput laut Eucheuma spinosum adalah 28 – 35 ppt.
11
c. Nitrat
Nitrat merupakan salah satu bentuk nitrogen anorganik di perairan dan salah
satu nutrien utama bagi tumbuhan dan alga. Nitrat juga sebagai nitrogen bagi
tumbuhan yang selajutnya dikonversi sebagai protein. Kesuburan perairan untuk
kegiatan budidaya harus pada kisaran optimal. Jika nitrat terlalu tinggi akan
berdampak pada pertumbuhan rumput laut karena memunculkan alga-alga sebagai
kompetitor dalam mendapatkan nutrisi (Jailani et al., 2015).
Nitrat diperairan laut digambarkan sebagai makronutrient dan sebagai
pengontrol produktivitas primer. Menurut Susilowati et al., (2012) pada
penelitiannya hasil pengukutran nitrat dilokasi penelitian 0,05 mg/l bahwa kadar
nitrat-nitrogen pada perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1 mg/l, akan
tetapi jika kadar nitrat lebih besar 0,2 mg/l akan mengakibatkan eutrofikasi
(pengayaan) yang selanjutnya menstimulir pertumbuhan algae dan tumbuhan air
secara pesat.
d. Fospat
Fospat merupakan bentuk senyawa anorganik yaitu fosfor yang dapat
langsung dimanfaatkan oleh tumbuhan akuatik (Effendi, 2003). Fosfat merupakan
salah satu unsur hara yang penting bagi metabolisme sel tanaman. Kandungan
phospat mempengaruhi tingkat kesuburan perairan. Menurut Sulistiyo (1996)
dalam Susilowati et al., (2012) kandungan fosfat yang cocok untuk budidaya
rumput laut berkisar 0.02-1 mg/l. Hasil penelitian menunjukkan kandungan fosfat.
0,05-0,07 mg/l, hal ini berarti lokasi tersebut cocok untuk budidaya rumput laut.
Suhu perairan dapat mempengaruhi laju fotosintesis. Nilai suhu perairan yang
optimal untuk laju fotosintesis berbeda-beda pada setiap jenis. Suhu yang tinggi
dapat menyebabkan protein mengalami denaturasi, serta dapat merusak enzim dan
membran sel yang bersifat labil terhadap suhu yang tinggi. Suhu air dipengaruhi
oleh radiasi cahaya matahari, suhu udara, cuaca dan lokasi. Jika cerah, air laut
menguap sehingga air laut menjadi lebih dingin begitupun sebaliknya jika
mendung tidak akan ada penguapan sehingga suhu air jauh laut lebih hangat
(Ulnang et al. 2018).
b. Kecerahan
Kecerahan salah satu faktor penting dalam laju pertumbuhan rumput laut,
sehingga suatu perairan harus memiliki kecerahan yang jernih. Menurut Ghufran
dan Kordi (2011) menyatakan kecerahan tinggi untuk budidaya rumput laut yaitu
memiliki jarak pandang berkisar 2-5 m. Rumput laut tergolong tanaman tingkat
rendah dengan batang yang disebut thallus dan memerlukan sinar matahari untuk
proses fotosintesis. Rumput laut jenis E spinosum hanya mungkin dapat hidup
pada lapisan fotik, yaitu pada kedalaman sejauh sinar matahari masih mampu
mencapainya.
Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara
visual dengan menggunakan secchi disk. Nilai kecerahan sangat dipengaruhi oleh
keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, dan padatan tersuspensi, serta
ketelitian seseorang yang melakukan pengukuran. Pengukuran kecerahan
sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah (Effendi, 2003).
c. Kecepatan Arus
Arus merupakan faktor yang utama dalam pemilihan lokasi, karena biasanya
arus akan mempengaruhi sedimentasi dalam perairan yang pada akhirnya akan
mempengaruhi penetrasi cahaya. Arus berfungsi untuk mensuplai zat hara dan
juga membantu memudahkan rumput laut menyerap zat hara, membersihkan
kotoran yang ada dan melangsungkan pertukaran CO2 dan O2 sehingga
kebutuhan oksigen tidak menjadi masalah. Kecepatan arus yang baik untuk
pertumbuhan rumput laut adalah 20-40 cm/s (Putra et al., 2014).
13
Kecepatan arus yang baik untuk pertumbuhan rumput laut berkisar antara
0,2–0,4 m/s. Arus sangat berpengaruh bagi rumput laut dalam pengambilan
nutrient dan membawa sumber makanan (Anggadiredja et al, 2006). Faktor
ekologi yang penting untuk memungkinkan terjadinya aerasi, suplai unsur hara
secara tetap, terhindar dari bahan-bahan tersuspensi dari air serta menyebabkan
fluktuasi salinitas dan suhu yang kecil (Nugroho dan Kusnendar, 2015).
d. Substrat
Substrat merupakan partikel–partikel yang berasal dari proses degradasi
terhadap suatu bagian batuan, yang kemudian mengalami erosi, pergerakan air,
dan angin dan terendapkan dalam jangka waktu yg lama. Dasar perairan agak
keras yang dibentuk oleh pasir dan pecahan karang serta bebas dari sedimen dan
lumpur. Kondisi substrat dasar tersebut menunjukkan adanya pergerakan air yang
baik sehingga cocok untuk budidaya rumput laut jenis eucheuma sp
(Anggadiredja et al., 2006 dalam Nugroho dan Kusnendar, 2015).
Daerah perairan berkarang sangat terbuka bagi pengaruh ombak, sehingga
tidak tepat untuk dipilih sebagai lokasi budidaya rumput laut. Tidak hanya
tanaman yang terpengaruh, konstruksi bangunan budidaya akan banyak ditemukan
kesulitan dalam segi teknis. Substrat pasir halus umumnya terlindung dari segala
bentuk gerakan air. Lingkungan yang memiliki substrat baik menguntungkan dari
segi teknis, akan tetapi sedikit menghambat pertumbuhan tanaman yang
diakibatkan tertutup debu atau kecerahan.Tipe dasar perairan yang ideal adalah
daerah karang dengan pasir kasar bercampur potongan-potongan karang. Faktor
teknis yaitu konstruksi bangunan budidaya dan tanaman akan saling
menguntungkan (Aslan, 1998).
merupakan masalah yang sering dihadapi oleh pembudidaya rumput laut. Menurut
Largo et al., (1995) perubahan lingkungan yaitu arus, suhu dan kecerahan di
lokasi budidaya memicu terjadinya penyakit ice-ice. Penyakit ini adalah terjadinya
perubahan lingkungan yang tidak sesuai untuk pertumbuhan sehingga
menyebabkan menurunnya daya tahan rumput laut tersebut.
Masalah yang ditemukan dalam pengembangan budidaya rumput laut di
Indonesia adalah banyaknya gangguan hama dan penyakit rumput laut terutama
ice-ice, serta keterbatasan informasi teknik pengendaliannya (Nurdjana, 2007).
Menurut Largo et al., (1995) bahwa ice-ice merupakan penyakit yang banyak
menyerang rumput laut. Penyakit ini ditandai dengan timbulnya bintik/bercak-
bercak merah pada sebagian thallus yang lama kelamaan menjadi kuning pucat
dan akhirnya berangsur-angsur menjadi putih. Thallus menjadi rapuh dan mudah
putus.
2.2.4. Kedalaman
Budidaya rumput laut dalam metode penanamannya sangat dipengaruhi oleh
kedalaman. Kedalaman perairan menjadi faktor penentuan lainnya, karena
berhubungan penerimaan sinar matahari untuk fotosintesis. Pemilihan kedalaman
yang sesuai akan memudahkan dalam penyerapan makanan dan terhindar dari
kerusakan akibat sinar matahari langsung (Nugroho dan Kusnendar, 2015).
Penanaman rumput laut yang terlalu dalam dibawah laut akan menghambat
proses pemeliharaannya sedangkan apabila terlalu dangkal akan menyebabkan
rumput laut terkena intensitas sinar matahari yang tinggi. Kedalaman perairan
yang baik untuk budidaya rumput laut Eucheuma spp adalah 0,3–0,6 meter pada
waktu surut terendah untuk metode lepas dasar, 2–15 meter untuk metode rakit
apung, dan 5–20 meter untuk metode rawai (long-line) (DKP, 2006).
Daerah Perairan
Ketapang, Lampung
Data SHP
Administrasi
Kimia Fisika Biologi -Keterlindungan
-Nitrat -Kecerahan -Hama Lampung Selatan
Lokasi
-Fospat -Suhu Rumput Laut
-Kedalaman
-Salinitas -Substrat
-pH -Arus Base Map Peta
Overlay
f. Salinitas
Salinitas suatu perairan diukur menggunakan alat handrefraktometer dengan
cara sampel air yang diambil dari perairan diteteskan pada kaca refraktometer,
kemudian diarahkan ke sumber cahaya untuk melihat hasil pengukuran. Sebelum
melakukan pengukuran menggunakan alat, refraktometer terlebih dahulu dibilas
dengan menggunakan aquades yang diteteskan pada kaca refraktometer dan sudah
terkalibrasi kemudian hasilnya diamati dan dicatat.
Menurut Kautsari dan Ahdiansyah (2015) secara umum terdapat lima tahapan
yang dilakukan dalam analisis kesesuaian lahan, yaitu: 1). Penetapan persyaratan
(parameter dan kriteria), pembobotan dan skoring. Parameter yang menentukan
diberikan bobot terbesar sedangkan kriteria yang sesuai diberikan skor tertinggi;
2). Penghitungan nilai dengan skor (S) dijumlah secara keseluruhan sehingga
didapat total nilai bobot-skor maksimal dikurangi total nilai bobot-skor minimal,
kemudian dibagi tiga kategori skor; 3). Pembagian kelas lahan dan nilainya.
Kelas kesesuaian lahan untuk penelitian ini dibedakan pada tiga tingkatan
kelas yaitu 1) sesuai; 2) sesuai bersyarat dan 3) tidak sesuai. Adapun formula
dalam penentuan nilai adalah sebagai berikut :
Keterangan :
Y = Nilai akhir
ai = Faktor pembobotan
Xn = Nilai tingkat kesesuaian lahan
Interval kelas kesesuaian lahan dapat diperoleh menggunakan metode Equal
Interval (Prahasta, 2002) untuk membagi jangkauan nilai-nilai atribut ke dalam
sub sub jangkauan dengan ukuran yang sama. Perhitungannya adalah sebagai
berikut:
Keterangan :
I = Interval kelas kesesuaian lahan
∑K = Jumlah kelas kesesuaian lahan
N maks = Nilai maksimum
N min = Nilai minimum
Tabel 6. Hasil Total Skor Kesesuaian Perairan Budidaya Rumput Laut.
Total Skor*1 Tingkat Kesesuaian*2 Keterangan*3
Tidak mempunyai pembatas yang serius untuk
penerapan perlakuan yang diberikan atau hanya
47-60 Sesuai (S1) mempunyai pembatas yang tidak berarti terhadap
penggunaannya dan tidak akan menaikkan
masukkan/tingkatperlakuanyangdiberikan
Mempunyai pembatas yang serius untuk
mempertahankan tingkat perlakuan yang harus
33-46 Sesuai Bersyarat (S2) diterapkan atau pembatas akan lebih
meningkatkan masukan/tingkatan perlakuan yang
diperlukan
27
Tabel 7. Hasil Pengukuran Parameter untuk Lokasi Budidaya Rumput Laut Di Perairan Ketapang Lampung Selatan
Salinitas Arus Kedalaman Kecerahan Hama Nitrat Posfat Keterlindungan
Stasiun X Y pH Suhu°C Substrat
(ppt) (m/s) (m) (m) RL (mg/l) (mg/l) lokasi
1 105.82352778 -5.63796389 31 7.99 29.17 0.08 3 1.8 Lumpur Sedikit 0.807 0.416 Terlindung
2 105.83514722 -5.65934722 32.5 8.05 29.00 0.17 6 3.2 Lumpur Sedikit 0.656 0.134 Cukup
Terlindung
3 105.85514167 -5.67131667 35 8.03 29.00 0.17 29 16.5 Pasir Sedikit 0.469 0.148 Terbuka
4 105.83441389 -5.68000833 33.5 8.07 28.90 0.18 7 4.7 Pecahan Sedikit 0.442 0.153 Terlindung
Karang
5 105.82678889 -5.68943611 33.5 8.03 28.80 0.24 5 3.2 Lumpur Sedikit 0.629 0.158 Terlindung
6 105.80878611 -5.69125833 30 7.94 28.67 0.15 2.15 1.2 Lumpur Sedikit 0.487 0.196 Terlindung
7 105.80595556 -5.72647778 30.5 7.99 29.00 0.08 4.37 2.6 Lumpur Sedikit 0.834 0.124 Terlindung
8 105.80277778 -5.74340833 30 7.99 28.97 0.13 2.36 1.3 Pasir Sedikit 0.656 0.191 Terlindung
Berlumpur
9 105.81103889 -5.75912500 30 8.06 29.20 0.16 4.89 2.7 Pasir Sedikit 0.727 0.115 Terlindung
Berlumpur
10 105.80913889 -5.79378056 32 8.00 29.03 0.15 33 17.1 Pasir Sedikit 0.451 0.167 Cukup
Berlumpur Terlindung
11 105.79486944 -5.81847778 32 8.07 29.33 0.50 15 8.0 Lumpur Sedikit 0.478 0.785 Cukup
Terlindung
12 105.78510833 -5.82970278 33 8.03 29.00 0.53 18 9.6 Lumpur Sedikit 0.558 0.550 Terlindung
13 105.77659722 -5.84333056 32.5 8.06 28.90 0.08 30 15.5 Pecahan Sedikit 0.576 0.584 Terlindung
Karang
Sumber: Hasil Penelitian, 2020
31
4.1.1 Salinitas
Faktor yang berperan dalam budidaya rumput laut salah satunya yaitu
salinitas. Pertumbuhan rumput laut menjadi terganggu disebabkan karena kisaran
nilai salinitas yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Sebaran salinitas di lokasi
penelitian masih dalam batas wajar dan sesuai untuk budidaya rumput laut jenis
E spinosum. Menurut Asni (2015) apabila salinitas rendah, jauh dari batas
toleransi maka pertumbuhan rumput laut akan gampang patah dan lunak akhirnya
membusuk serta tidak tumbuh dengan normal dan akan mati. Sedangkan pada
salinitas yang sangat tinggi akan menyebabkan thallus rumput laut menjadi pucat
kekuning-kuningan yang menjadi rumput laut tidak tumbuh dengan baik.
Hasil pengukuran nilai salinitas di Perairan Ketapang, Lampung Selatan
yang memiliki kisaran nilai 30-34 ppt dengan salinitas rata-rata 32 ppt (Lihat
Tabel 7). Hasil pengukuran sebaran nilai salinitas di Perairan Ketapang, Lampung
Selatan menunjukkan nilai (kategori) sesuai (S1) dengan luas area perairan
4204,38 ha (Lihat Gambar 9). Salinitas Perairan Ketapang masih optimal untuk
dijadikan lokasi budidaya rumput laut E spinosum.
Hal ini sesuai dengan pendapat Gufana et al. (2017) yang menyatakan
rumput laut akan tumbuh dengan baik pada kisaran salinitas 28-34 ppt. Sementara
Kurniawan et al. (2018) menyebutkan E spinosum memiliki kisaran toleransi
terhadap salinitas berkisar antara 32-34 ppt dengan rata-rata 33 ppt. Pendapat lain
menyebutkan nilai salinitas yang dibutuhkan bervariasi, tergantung jenis rumput
laut yang dibudidayakan. Secara umum kadar garam yang dibutuhkan sekitar 12-
35% (Hendri, 2018). Pernyataan tersebut juga di sesuaikan menurut (Hendri et. al
2018) rumput laut memiliki kisaran salinitas yang bervariasi. Gracilaria sp
merupakan jenis rumput laut yang memiliki kisaran yang luas (euryhaline).
Salinitas sangat mempengaruhi proses metabolisme dan pertumbuhan.
Data hasil pengukuran salinitas menunjukan bahwa sebagian lokasi
Perairan Ketapang, Lampung Selatan dapat dijadikan budidaya rumput laut jenis
E spinosum. Pembudidaya rumput laut di Perairan Ketapang pun
membudidayakan rumput laut jenis E spinosum dengan umumnya menggunakan
metode Longline. Jenis rumput laut ini menjadi favorit di lingkungan
pembudidaya setempat dikarenakan harga bibit yang relative murah, tahan dari
32
4.1.2 pH
pH merupakan salah satu faktor lingkungan kimia air yang menunjukkan
tingkat kesuburan perairan tersebut. Sehingga turut menentukan baik buruknya
pertumbuhan rumput laut. Hal tersebut didukung pendapat Doty (1988) dalam
33
Yusuf (2004) yang menyatakan bahwa fluktuasi pH dalam air biasannya berkaitan
erat dengan aktifitas fitoplankton dan tanaman air lainnya dalam menggunakan
CO2 dalam air selama berlangsungnya proses fotosintesis. Sebaliknya rendahnya
pH dalam perairan kemungkinan kandungan bahan organik yang terlarut cukup
besar sehingga proses pembusukan dan penguraian bahan organik oleh
dekomposer menghasilkan CO2.
Hasil pengukuran pH di lokasi penelitian berkisar 7,94-8,07 dengan nilai
rata-rata pH 8,02. Menurut Yusuf (2004) rumput laut tumbuh pada kisaran pH
6,5-8,5 dan nilai pH yang ideal bagi pertumbuhan rumput laut berkisar 6-9, pada
perairan yang relatif tenang dengan substrat pasir berlumpur, lumpur, dan karang
batu. Sementara Indriani dan Sumiarsih (2005) dalam Hendri et al. (2018)
menyebutkan nilai pH optimum pertumbuhan rumput laut adalah 7,5 - 8,0.
Pendapat lain menyebutkan kondisi air yang sangat asam atau sangat basa akan
membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan
gangguan metabolisme dan pernafasan (Papalia dan Arfah, 2013). Gambaran
sebaran pH di lokasi penelitian dapat dilihat selengkapnya pada Gambar 10.
4.1.3 Suhu
Suhu sangat berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan termasuk
terhadap sifat fisiologi organisme perairan. Menurut Anggadiredja et al, (2006)
suhu sangat penting dalam proses kehidupan dan penyebaran organisme.
Perubahan suhu dapat mempengaruhi proses metabolisme organisme perairan.
Suhu perairan diperlukan rumput laut dalam melakukan proses fotosintesi untuk
pertumbuhan thallus. Noor (2015) menyatakan Perairan Ketapang cukup baik
untuk budidaya rumput laut, karena suhu di perairan dalam kisaran normal dan
stabil berkisar 28-30°C. Sementara Hendri (2018) menyebutkan suhu air yang
optimal untuk pertumbuhan rumput laut berkisar 20°C-29°C dengan fluktuasi
harian tidak melebihi 3-5°C.
Daya serap unsur hara sangat penting bagi laju pertumbuhan rumput laut.
Sehingga nilai suhu yang optimal dapat mempercepat daya serap hara yang akan
mempercepat laju pertumbuhan rumput laut. Hal ini sesuai dengan pendapat
Hendri et al. (2018) suhu yang optimal dapat meningkatkan daya serap hara,
sehingga dapat mempercepat laju pertumbuhan rumput laut. Rumput laut
memiliki kisaran suhu yang berbeda. Fluktuasi suhu yang tinggi dapat
35
4.1.5 Kedalaman
Nilai kedalaman di Perairan Ketapang, Lampung Selatan berkisar antara
2,15-33 meter dengan nilai rata-rata optimal 12,3 meter. Pada stasiun enam (6)
memiliki nilai kedalaman paling rendah yaitu 2,15 meter. Sedangkan pada stasiun
tiga (3), stasiun sepuluh (10) dan stasiun tiga belas (13) memiliki kedalaman yang
lebih dari 20 meter sehingga tidak sesuai untuk dijadikan lokasi budidaya rumput
laut dengan metode apapun. Hal ini sesuai dengan pendapat Affandi dan Musadat
(2018) kedalaman perairan antara 2-20 meter dimaksudkan agar rumput laut
terhindar dari penumpukan partikel dasar perairan jika substrat dasarnya lumpur
pada saat arus terlalu kencang terjadi. Kedalaman seperti ini juga terkait untuk
kemudahan saat pemasangan jangkar pada metode tali rawa (Longline).
Perairan yang terlalu dalam akan menyulitkan proses pemasangan metode
rakit atau media tanam dan juga akan kesulitan saat pemanenan. Selain itu,
perairan yang terlalu dalam juga akan menghambat laju pertumbuhan rumput laut
karena mendapatkan cahaya matahari lebih sedikit. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hendri, (2018) secara alami rumput laut hidup pada kedalaman 5 hingga
15 meter di bawah permukaan laut. Secara umum rumput laut hanya dapat
tumbuh normal beberapa meter di bawah permukaan laut. Hal ini berhubungan
dengan kebutuhan rumput laut akan cahaya matahari untuk proses fotosintesisnya.
39
4.1.6 Kecerahan
Tingkat kecerahan suatu perairan sangat mempengaruhi proses fotosintesis
rumput laut sehingga dapat menentukan baik buruknya pertumbuhan rumput laut
tersebut. Menurut Ariyati et al. (2007) tingkat kecerahan suatu perairan juga
berhubungan dengan tingkat kekeruhan perairan meliputi banyaknya material
tersuspensi maupun terlarut di dalam perairan, baik berupa partikel lumpur
maupun bahan organik. Adanya material yang terlarut dalam air dapat
menghambat penetrasi cahaya ke dalam perairan sehingga proses fotosintesis
rumput laut menjadi terganggu.
Pernyataan tersebut sama seperti kondisi di Perairan Ketapang, dimana
terdapat substrat berlumpur dan juga terdapat aliran sungai (DAS) pada lokasi
penelitian menyebabkan perairan tersebut menjadi keruh. Hal ini didukung
pendapat Hendri et al. (2018) Di lokasi perairan yang memiliki dasar perairan
substrat berlumpur, saat pasang naik dan surut dasar perairan akan bercampur
akibatnya kolom air akan lebih berlumpur.
Hasil pengukuran kecerahan di sebagian lokasi penelitian menunjukkan
kisaran nilai 1,2-17,1 meter dengan rata-rata kecerahan optimal sebesar 6,7 meter.
Menurut Anggadiredja et al., (2006) kondisi air yang jernih dengan tingkat
transparansi dengan menggunakan alat sechidisk mencapai 2-5 meter atau
kecerahan perairan yang ideal lebih dari 1 meter (Akbar, 2014). Kecerahan pada
stasiun 6 dan stasiun 8 memiliki nilai kecerahan rendah yaitu dibawah 2 meter
dikarenakan memiliki kedalaman yang dangkal dan kecerahan tertinggi pada
stasiun 10 dengan nilai 17,1 meter (Lihat Gambar 14).
40
berada di perairan dangkal yang memiliki substrat pecahan karang, pasir maupun
pasir berlumpur.
rumput laut berkisar 0,01-0,07 mg/l. Pendapat lain menyatakan rumput laut dapat
tumbuh pada kisaran nitrat 0,9-3,5 mg/l (Atmadja et al. 1996 dalam Hendri 2018).
Sebaran nitrat yang merata dengan kategori sesuai bersyarat memiliki luas
area 4204,38 Ha. Kandungan nitrat tertinggi pada stasiun 1 dan 7 dengan nilai
lebih dari 0,8 mg/l. Kandungan nitrat yang tinggi pada lokasi penelitian
dikarenakan terdapatnya aliran anak sungai dan juga aliran Muara Sungai
Sekampung di sebelah utara Kecamatan Seragi hingga sebelah selatan yaitu Desa
Bawang Kecamatan Punduh Pidada Kabupaten Pesawaran membawa nitrat dari
daratan terutama pada musim hujan (Gambar 17).
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Tambaru (1998) dalam Asni (2015)
bahwa besar kecilnya konsentrasi nitrat dalam perairan sangat bergantung pada
masukkan yang berasal dari luar perarian seperti dari sungai, resapan tanah,
pencucian maupun erosi serta limbah rumah tangga yang berasal dari pesisir
daratan.
Hasil penelitian Edwin (2017) nilai nitrat yang didapat dari penelitian di
sebagian Perairan Pulau Tegal yaitu berkisar 0,19-0,48 mg/l. Sebaran nitrat dalam
kategori sesuai (S1) dengan luasan 141,4 ha. Hasil pengukuran pada lokasi tidak
begitu berjauhan dari Perairan Ketapang. Hasil pengukuran dari lokasi penelitian
ini memiliki nilai berdekatan. Kondisi ini dimungkinkan karena kedua lokasi
perairan tersebut berdekatan.
rumput laut dapat tumbuh optimum dengan kandungan nitrat berkisar 0.9-3.5 mg/l
(Sulistijo, 1996 dalam Hendri, 2018)
Hasil pengukuran di lokasi penelitian terdapat kadar posfat yang tinggi
dengan nilai rata-rata 0,640 mg/l. Tingginya kadar posfat di lokasi Perairan
Ketapang dikarenakan gelombang laut, arus dan pasang surut yang menyebabkan
pengadukan massa air dan mengangkat kandungan fosfat yang terdapat di dasar
perairan (substrat) naik ke permukaan. Kadar posfat yang tinggi di lokasi
penelitian juga patut diduga dekat dengan daratan dan aliran sungai yang akan
membawa banyak unsur hara seperti posfat. Menurut Asni (2015) bahwa
konsentrasi fosfat yang tinggi disebabkan pada daerah pesisir aliran sungai
sehingga terjadi penguraian bahan organik didaratan yang terangkut aliran sungai
ke laut. Dikawasan pesisir pantai bahan organik lebih banyak dari pada di laut.
Hal ini sesuai dengan pendapat Noor (2015) perairan Ketapang memiliki
lokasi yang strategis dikarenakan cukup terlindung dari gelombang besar
disebabkan adanya pulau-pulau kecil yang melindungi lokasi budidaya seperti
Pulau Seram, Pulau Mundu dan Pulau Rimaubalak dari hempasan gelombang
yang datang langsung dari Selat Sunda. Pendapat lain menyebutkan terdapat
pulau-pulau kecil di Perairan Ketapang seperti Pulau Kupiah, Pulau Mundu, Pulau
Rimaubalak, Pulau Rimaulunik, Pulau Seram, Pulau Seramningi, Pulau Suling,
Pulau Tumpul dan Pulau Tumpul Lunik (Krulinasari, 2013).
Sebaran dan distribusi keterlindungan lokasi yang ditemukan di lokasi
penelitian di sajikan pada gambar 19 memiliki kategori yang berbeda-beda yaitu
kategori tidak sesuai (S3) dengan luasan area sebesar 53,47 Ha yang terdapat pada
stasiun 3 karena lokasi tersebut berada ke arah laut lepas sehingga tidak terlindung
dari hempasan gelombang dan arus kencang yang datang langsung dari Selat
Sunda. Kategori sesuai bersyarat (S2) memiliki luas area 1038,23 Ha, karena
lokasi tersebut kurang terlindungi oleh pulau sehingga arus dan gelombang relatif
lebih besar. Kategori sesuai (S1) memiliki luas area sebesar 3112,68 Ha, karena
lokasi tersebut terlindung oleh pulau-pulau kecil dan terdapat karang penghalang
sehingga arus dan gelombang tidak terlalu besar.
Hasil penelitian Edwin (2017) di Perairan Pulau Tegal keterlindungan
lokasi untuk budidaya rumput laut disebagian lokasi memperlihatkan bahwa
perairan sebelah barat yang berhadapan pantai Ringgung memiliki kategori sesuai
(S1) dengan luasan area 88,8 ha dan sebelah utara Pulau Tegal berhadapan dengan
teluk lampung yang sedikit terbuka dengan luas area 52,1 ha. Dengan demikian
perairan sebelah barat Pulau Tegal masih dapat digunakan untuk budidaya rumput.
Lokasi penelitian tersebut sangat terlindung dari daratan Sumatera dan Pulau
Tegal itu sendiri. Sementara penelitian di Perairan Ketapang dengan lokasi semi
terbuka yang luas sebagian lokasi terlindung oleh pulau-pulau kecil dan juga
terdapat sebagian karang penghalang di lokasi tersebut.
51
Gambar 20. Peta kelayakan lokasi budidaya rumput laut E spinosum di Perairan Kecamatan Ketapang
54
Gambar 21. Peta rekomendasi metode penanaman untuk budidaya rumput laut
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di perairan Kecamatan
Ketapang, Lampung Selatan, Lampung didapat beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Berdasarkan hasil parameter lingkungan fisika, kimia dan biologi memiliki
tingkat tingkat kesesuaian lokasi yang termasuk dalam kategori “Sesuai
(S1)” dan “Sesuai Bersyarat (S2)” dari total luasan area sebesar 4204,38
Ha. Untuk dapat meningkatkan potensi produksi lahan yang telah eksisting
masyarakat dapat menggunakan pendekatan teknologi budidaya.
2. Berdasarkan aplikasi sistem informasi geografis (SIG) lokasi budidaya
rumput laut E spinosum dengan berbagai metode penanaman rumput laut
dengan metode yang paling umum digunakan masyarakat yaitu metode
longline dengan kategori Sesuai (S1) seluas 1338,11 ha terletak pada
kedalaman 5-20 meter. Lokasi budidaya dengan metode lepas dasar
terdapat di pesisir daratan dengan kategori Sesuai Bersyarat (S2) memiliki
luas area 955,82 Ha terteletak pada kedalaman 0,3-3 meter dengan
sebagian lahan terdapat tambak dan juga substrat berlumpur. Untuk
metode rakit apung dengan kategori Sesuai (S1) luas area 1583,55 Ha pada
perairan dengan kedalaman 2-15 meter.
5.2. Saran
1. Penelitian ini sebaiknya dilakukan analisis data musim yang berbeda
seperti musim hujan dan kemarau untuk mewakili data yang lebih akurat,
serta perlu adanya penelitian lain yang dilakukan mengkaji aspek
kesesuaian dari bidang lain seperti aspek sosial ekonomi.
2. Penelitian kesesuaian perairan untuk lokasi budidaya rumput laut
E spinosum dengan berbagai metode penanaman di perairan Kecamatan
Ketapang, Lampung Selatan, perlu di lakukan perbandingan antara ketiga
metode penanaman budidaya rumput laut dengan mengukur keseluruhan
parameter wilayah perairan Ketapang untuk kesempurnaan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
[APHA] American Public Health Association. 2005. Standart Method for the
Examination of Water and Wastewater. 21st ed. Washington D.C: APHA.
2005.
Arisandi. 2011. Pengaruh salinitas yang berbeda terhadap morfologi, ukuran dan
jumlah sel, pertumbuhan serta rendemen karaginan Kappaphycus
alvarezii. Jurnal Ilmu Kelautan. Vol 16(3):143-150. 2011.
Basiroh S, Ali M, Putri B. 2016. Pengaruh periode panen yang berbeda terhadap
kualitas keragenan rumput laut Kappaphycus alvarezii: kajian rendemen
dan organoleptik keraginan. Jurnal Maspari. Vol 8(2):127-135. 2016
Burdames Y, Ngangi ELA. 2014. Kondisi lingkungan perairan budi daya rumput
laut di Desa Arakan, Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal Budidaya
Perairan. Vol 2 (3) : 69-75. 2014.
59
Dinas Kelautan dan Perikanan. 2011. Teknik Budidaya Rumput Laut Gracillaria
sp. dan Euchema sp. Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi
Sulawesi Tengah. Palu. 31 hlm. 2011
Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. 2005. Profil Rumput Laut Indonesia. DKP
RI, Ditjenkanbud. Jakarta. Hal 11. 2005.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisisus. hal 155. 2003
Ghufran M, Kordi H. 2011. Kiat Sukses Budidaya Rumput Laut di Laut dan
Tambak. Yogyakarta: Andi. 2011
Hambali M, Jaya YV, Irawan H. 2012. Aplikasi SIG untuk kesesuaian kawasan
budidaya rumput laut Eucheuma cottonii dengan metode lepas dasar di
Pulau Mantang, Kecamatan Mantang, Kabupaten Bintan. from
https://www.researchgate.net/publication/322055914. Januari 2018.
Hendri M. 2018. Untung Berlipat dari Budidaya Rumput Laut Tanaman Multi
Manfaat. Yogyakarta : Lily Publisher. 2018
Jailani AQ, Herawati EY, Semedi B. 2015. Studi kelayakan lahan budidaya
rumput laut (Eucheuma cottonii) di Kecamatan Bluto Sumenep Madura
Jawa Timur. Jurnal Manusia dan Lingkungan. Vol 22(2) : 211-216. 2015
Kautsari N dan Ahdiansyah Y. 2015. Daya dukung dan kesesuaian lahan perairan
Labuhan Terata, Sumbawa untuk pengembangan budidaya rumput laut.
Jurnal Ilmu Kelautan. Vol 20(4) : 233-238.
Manafi MRA, Fahrudin DG, Bengen dan Boer M. 2009. The Application of
Carrying Capacity Concept for Sustainable Development in Small Island
(Case Study Kaledupa Islands, Distict Wakatobi. Jurnal Ilmu-ilmu
Perairan dan Perikanan Indonesia, Jilid 16. Vol 16(1) : 63-71.
Mudeng JD, Kolopita MEF, Rahman A. 2015. Kondisi Lingkungan Perairan Pada
Lahan Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii di Desa Jayakarsa
Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Budidaya Perairan. Vol 3: 1-15.
Messyasz, B., Pikosz, M., Schroeder, G., Łęska, B & Fabrowska, J. 2015.
Identification and Ecology of Macroalgae Species Existing in Poland.
Marine Algae Extracts. 15 40. doi:10.1002/9783527679577.ch2.
Neksidin UK, Pangerang, Emiyarti. 2013. Studi kualitas air untuk budidaya
rumput laut (Kappaphycus alvarezii) di perairan Teluk Kolono, kabupaten
Konawe Selatan. Jurnal Mina Laut Indonesia. 3(12):147-155.
Nurdjana ML. 2007. Revitalisasi budidaya dan ekspor rumput laut. Makalah
disampaikan pada Workshop rumput laut dan budidaya kepiting lunak.
Makasar, 15 Mei 2007, 54 pp.
Putra BD, Aryawati R, Isnaini. 2014. Laju pertumbuhan rumput laut Gracilaria sp.
dengan metode penanaman yang berbeda di perairan Kalianda, Lampung
Selatan. Jurnal Maspari. Vol 3(2) : 36-41.
Serdiati, N. dan I.M. Widiastuti. 2010. Pertumbuhan dan produksi rumput laut
Eucheuma cottonii pada kedalaman penanaman yang berbeda. Media
Litbang Sulteng. 3(1): 21–26.
Standar Nasional Indonesia (SNI). 2005. Inorganic Non Metalic Constituents, in:
Standart Methods for the Examination of Water and Wastewater, A.D
Eaton, L.S. Clesceri, E.W. Rice, A.E. Grennberg (Eds.) 21st ed., American
Public Health Association; APHA, AWWA, WPCF, Washington. 4-1-4-
192
63
Sujatmiko, Wisman. 2003. Teknik budidaya rumput laut dengan metode tali
tunggal. From http://www.iptek.net.id/ttg artkp/artikel 118.htm Retrieved
1 Februari 2016.
Tega YR, Meiyasa F, Henggu KU, Tarigan N dan Ndahawali S. 2020. Identifikasi
makroalga di Perairan Moudolung Kabupaten Sumba Timur. Jurnal
Pendidikan dan Biologi. Vol 12(2) : 202-210. Juli 2020.
Ulnang JA, Maria RTL dan Momo AN. 2018. Pengaruh bobot bibit terhadap
pertumbuhan dan produktivitas Eucheuma spinosum di Pantai air Cina,
Desa Tablolong, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang. Jurnal
Biotropikal Sains. Vol 15(3) : 88-96. November 2018.
A=ƐxbxC
Keterangan:
A = nilai absorbansi
Ɛ = nilai a dari persamaan regresi
b = tebal kuvet (= 1)
C = konsentrasi nitrat pada air sampel.
67
- Buat kurva kalibrasi dari data diatas atau tentukan persamaan garis
lurusnya.
✓ Prosedur Kerja:
1. Memipet 50 mL sampel dan memasukkan kedalam masing-masing
erlenmeyer
2. Menambahkan 1 tetes indikator fenolftalin. Jika terbentuk warna merah
muda, menambahkan tetes demi tetes H2SO4 5N sampai warna hilang
3. Menambahkan 8 mL larutan campuran dan menghomogenkan
4. Memasukkan kedalam kuvet pada alat spektrofotometer, membaca dan
mencatat serapannya pada panjang gelombang 880 nm dalam kisaran
waktu antara 10 - 30 menit.
5. Membuat kurva kalibrasi dari hasil pengukuran absorbansi larutan standar
dibuat dengan sumbu x adalah konsentrasi posfat (ppm) dan sumbu y
adalah nilai absorbansinya. Didapatkan persamaan regresi y = ax + b dari
kurva kalibrasi.
6. Menghitung dengan rumus yang mengacu pada SNI 06-6989.31 (2005):
Keterangan:
C = kadar yang didapat dari hasil pengukuran (mg/L)
fp = faktor pengenceran
69
Lampiran 3. Data Kedalaman, Kecerahan, Substrat Dasar dan Hama Rumput Laut
Lampiran 7. Data Keterlindungan Lokasi dan Hasil Rekomendasi Metode Budidaya Rumput Laut
Stasiun Keterlindungan Stasiun Kedalaman Metode Lepas Dasar Metode Rakit Apung atau
lokasi Longline
1 Terlindung 1 3 Sesuai Sesuai
2 Cukup Terlindung 2 6 Sesuai Bersyarat Sesuai
3 Terbuka 3 29 Tidak Sesuai Tidak Sesuai
4 Terlindung 4 7 Sesuai Bersyarat Sesuai
5 Terlindung 5 5 Sesuai Bersyarat Sesuai
6 Terlindung 6 2.15 Sesuai Sesuai
7 Terlindung 7 4.37 Sesuai Bersyarat Sesuai
8 Terlindung 8 2.36 Sesuai Sesuai
9 Terlindung 9 4.89 Sesuai Bersyarat Sesuai
10 Cukup Terlindung 10 33 Tidak Sesuai Tidak Sesuai
11 Cukup Terlindung 11 15 Tidak Sesuai Sesuai
12 Terlindung 12 18 Tidak Sesuai Sesuai
13 Terlindung 13 30 Tidak Sesuai Tidak Sesuai
75
Stasiun Salinitas pH Suhu Arus Kedalaman Kecerahan Substrat Hama Nitrat Fosfat Keterlindungan Total Tingkat
RL Lokasi Skor Kesesuaian
1 6 3 3 2 6 4 2 3 4 4 9 46 Sesuai
Bersyarat
2 6 3 3 4 6 6 2 3 4 6 6 49 Sesuai
3 6 3 3 4 2 6 6 3 4 6 3 46 Sesuai
Bersyarat
4 6 3 3 4 6 6 6 3 4 6 9 56 Sesuai
5 6 3 3 6 6 6 2 3 4 6 9 54 Sesuai
6 6 3 3 4 6 4 2 3 4 6 9 50 Sesuai
7 6 3 3 2 6 4 2 3 4 6 9 48 Sesuai
8 6 3 3 4 6 4 4 3 4 6 9 52 Sesuai
9 6 3 3 4 6 4 4 3 4 6 9 52 Sesuai
10 6 3 3 4 2 6 4 3 4 6 6 47 Sesuai
11 6 3 3 2 4 6 2 3 4 4 6 43 Sesuai
Bersyarat
12 6 3 3 2 4 6 2 3 4 4 9 46 Sesuai
Bersyarat
13 6 3 3 2 2 6 6 3 4 4 9 48 Sesuai
77