Anda di halaman 1dari 108

Skripsi

Hari/Tanggal : Kamis, 13 April 2023


Pukul : 13.00 WITA – Selesai
Tempat : Ruang Seminar Lantai II
Tim Penguji:
1. Yasnani, S.Si., M.Kes
2. Jumakil, S.KM., M.P.H
3. La Ode Ahmad Saktiansyah, S.KM.,
M.P.H
Pembimbing:
1. Hariati Lestari, S.KM., M.Kes
2. Siti Rabbani Karimuna, S.KM.,
M.P.H

EFEKTIVITAS METODE FILTRASI DALAM MENURUNKAN


KESADAHAN DAN PERUBAHAN PENINGKATAN DERAJAT
pH AIR BERSIH DI DESA MEKAR JAYA KECAMATAN
MORAMO UTARA KABUPATEN KONAWE
SELATAN TAHUN 2023

SKRIPSI

Oleh:
MILA AMALIA
J1A1 19 047

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
HALAMAN PENGAJUA

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, Alhamdulillahirabbilaalamin, puji syukur tak

henti-hentinya penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, hidayah, karunia-Nya, limpahan rezeki,

pertolongan, kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat

melaksanakan dan menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Shalawat

serta salam senantiasa tercurah kepada baginda Rasulullah Muhammad

SAW sebagai pendidik terbaik sepanjang peradaban manusia.

Penelitian ini berjudul “Efektivitas Metode Filtrasi Dalam

Menurunkan Kesadahan Dan Perubahan Peningkatan Derajat pH Air

Bersih Di Desa Mekar Jaya Kecamatan Moramo Utara Kabupaten

Konawe Selatan Tahun 2023” yang disusun untuk memenuhi salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo, Kendari.

Penulis menyadari sepenuhnya dalam menyelesaikan hasil

penelitian ini, senantiasa mendapat bantuan, bimbingan, pengarahan,

petunjuk dan doa dari berbagai pihak sehingga hasil penelitian ini dapat

terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya, penghargaan dan penghormatan setinggi-tingginya

kepada Hariati Lestari, S.KM., M.Kes selaku Pembimbing I dan Siti

Rabbani Karimuna, S.KM., M.P.H selaku Pembimbing II. Dosen penguji

iii
Yasnani, S.Si., M.Kes, Jumakil, S.KM., M.P.H dan La Ode Ahmad

Saktiansyah, S.KM., M.P.H yang telah banyak memberikan bimbingan

dan arahan kepada penulis hingga selesainya penelitian ini.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga, cinta, kasih dan sayang

yang terdalam dari lubuk hati kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda

yang tersayang Rustan dan Ibunda yang tercinta Arfiah, A.Md yang telah

melahirkan, menyayangi, membimbing, membina, membesarkan penulis

sampai saat ini, yang selalu memberikan restu, dukungan moril dan

spiritual, yang selalu memanjatkan doa kepada Sang Pencipta agar

perjalanan studi putra-putrinya berjalan dengan lancar dan sukses.

Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada semua pihak yang

secara langsung maupun tidak langsung memberikan bantuan kepada

penulis, terutama kepada:

1. Rektor Universitas Halu Oleo, Kendari.

2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo,

Kendari.

3. Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Halu Oleo, Kendari.

4. Seluruh dosen pengajar lingkup Fakultas Kesehatan Masyarakat

yang telah memberikan banyak pengetahuan di dalam dan di luar

proses perkuliahan.

5. Seluruh staf administrasi dalam lingkup Fakultas Kesehatan

Masyarakat yang telah melayani penulis selama menempuh

iv
pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu

Oleo, Kendari.

6. Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah Pemerintah Provinsi

Sulawesi Tenggara, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi

Tenggara, Puskesmas Lalowaru, Camat Moramo Utara, Kepala

Desa Mekar Jaya serta seluruh staf-stafnya yang telah

memberikan izin penelitian dan memberikan informasi serta

bantuan selama proses penelitian.

7. Terkhusus kepada kakak-kakak kandung saya yaitu Ahmad

Firzan, Ahmad Rizaldi dan Nurul Nabila Fatimah yang telah

mendukung dan mendoakan selama proses perkuliahan saya.

8. Seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberikan doa,

bantuan moril dan materi, semangat dan motivasi dalam

pencapaian studi penulis.

9. Terkhusus kepada ciwi-ciwi seperjuangan selama perkuliahan

Syam Sinar Syamsuddin, Wilda Rahmawati Umar, Tina Erlian,

Winda Ardani Hanafi dan Nur Faizza yang telah membantu,

mendukung dan memberi energi yang baik selama perkuliahan

ini.

10. Terkhusus kepada teman-teman Kelas Kesling Angakatan 2019

yang telah bersama-sama menempuh bangku perkuliahan dengan

semangat, kompak, saling membantu, dan penuh keceriaan.

v
11. Seluruh teman-teman mahasiswa angkatan 2019 mulai dari

peminatan Kesling, Epidemiologi, AKK, Promkes, Gizi, dan K3

yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu.

12. Keluarga Besar PBL Kelurahan Petoaha, KKN MBKM Desa

Boro-Boro R, Envihsa FKM UHO.

13. Terkhusus kepada ka Iqra dan Ka Ian Kesling 2018 dan teman

PKMI Fikra yang telah membantu dan mendukung saya dalam

penelitian ini.

14. Terkhusus kepada teman-teman Queen MIPA 1 SMAN 6 Kendari

yang selalu memberi dukungan, membantu, kompak, dan

memberi doa yang baik

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun

sangat penulis harapkan. Harapan penulis, semoga penelitian ini

bermanfaat bagi pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,

Bangsa, Negara dan Agama, khususnya dalam peningkatan derajat

kesehatan masyarakat Indonesia. Aamiin Yaa Rabbal Aalamin.

Kendari, April 2023

Penulis

vi
EFEKTIVITAS METODE FILTRASI DALAM MENURUNKAN
KESADAHAN DAN PERUBAHAN PENINGKATAN DERAJAT
pH AIR BERSIH DI DESA MEKAR JAYA KECAMATAN
MORAMO UTARA KABUPATEN KONAWE
SELATAN TAHUN 2023

Oleh:
Mila Amalia
J1A119047

ABSTRAK

Organisasi kesehatan dunia World Health Organization (WHO) bahwa pada


tahun 2022 terdapat lebih dari 2 miliar masyarakat dunia kekurangan akses
untuk mendapatkan air bersih. Terdapat 368 juta orang mengambil air dari
sumur dan mata air yang tidak terlindungi. Penggunaan air dengan
kesadahan tinggi dan pH tidak sesuai standar dapat mengakibatkan
kerusakan pada peralatan rumah tangga dan juga akan mengakibatkan
gangguan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
efektivitas metode filtrasi dalam menurunkan tingkat kesadahan air
setelah dilakukan pengolahan dan untuk mengetahui perubahan dalam
meningkatkan derajat pH air setelah dilakukan pengolahan melalui
metode filtrasi. Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimental
dengan desain penelitian quasi experiment. Sampel penelitian ini yaitu
mata air dan 3 air sumur gali yang tidak memiliki lantai sumur dan
penutup sumur. Pengambilan data dengan melakukan pengukuran
kesadahan air menggunakan Teskit dan pH air menggunakan pH meter.
Data dianalisis dengan melihat persentase penurunan kesadahan air dan
perubahan dalam peningkatan derajat keasaman (pH). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa presentase penurunan tingkat kesadahan yang
paling besar yaitu sumur gali 1 sebesar 80%, dan presentase penurunan
tingkat kesadahan yang paling kecil yaitu sumur gali 2 sebesar 50%.
Terdapat perubahan peningkatan derajat pH yang paling tinggi yaitu
sumur gali 1 dan sumur gali 2 sebesar 0,4 mg/l, dan yang paling rendah
yaitu sumur gali 3 sebesar 0,2 mg/l. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
metode filtrasi ini cukup efektif dalam menurunkan tingkat kesadahan air
dan terdapat perubahan peningkatan derajat pH air.

Kata Kunci: Filtrasi, Kesadahan, pH, Mata Air, Sumur Gali

vii
EFFECTIVENESS OF FILTRATION METHOD IN REDUCING
HARDNESS AND CHANGE OF PH DEGREE INCREASING OF
CLEAN WATER IN MEKAR JAYA VILLAGE, NORTH
MORAMO SUBDISTRICT KONAWE SELATAN
DISTRICT YEAR 2023

Oleh:
Mila Amalia
J1A119047
ABSTRACT
The World Health Organization (WHO) stated that by 2022 there will be
more than 2 billion people in the world lacking access to clean water.
There are 368 million people taking water from unprotected wells and
springs. The use of water with high hardness and pH that is not according
to standards can cause damage to household equipment and will also
cause health problems. This study aims to determine the effectiveness of
the filtration method in reducing the hardness level of water after
processing and to determine changes in increasing the degree of pH of
water after processing through the filtration method. This study uses
experimental research with a quasi-experimental research design. The
samples of this study were springs and 3 dug wells which did not have
well floors and well covers. Retrieval of data by measuring the hardness
of the water using a test kit and the pH of the water using a pH meter.
The data were analyzed by looking at the percentage decrease in water
hardness and changes in the degree of acidity (pH). The results showed
that the percentage decrease in the hardness level was dug well 1 by
80%, and the percentage decrease in hardness level was dug well 2 for
50%. There was a change in increasing the degree of pH, the highest was
dug well 1 and dug well 2 of 0.4 mg/l, and the lowest was dug well 3 of
0.2 mg/l. The conclusion of this study is that this filtration method is quite
effective in reducing the hardness level of water and there is a change in
increasing the degree of pH of the water.

Keywords: Filtration, Hardness, pH, Springs, Dug Wells

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN ISTILAH ................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 7
1.5 Ruang Lingkup ........................................................................................ 7
1.6 Organisasi/Sistematika ............................................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 8
2.1 Tinjauan Umum Tentang Air ................................................................... 9
2.2 Tinjauan Umum Tentang Sumur ........................................................... 22
2.3 Tinjauan Umum Tentang Mata Air ....................................................... 24
2.4 Tinjauan Umum Tentang Filtrasi ........................................................... 27
2.5 Tinjauan Umum Tentang Dampak Kesadahan ...................................... 31
2.6 Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya .................................................. 35
2.7 Kerangka Teori dan Kerangka Konsep Penelitian ................................. 39
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 41
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................................ 41
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 44
3.3 Poulasi dan Sampel ................................................................................ 44
3.4 Variabel Penelitian ................................................................................. 44
3.5 Alat dan Instrumen Penelitian................................................................ 45

ix
3.6 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ............................................ 49
3.7 Jenis Data Penelitian .............................................................................. 50
3.8 Pengolahan, Analisa dan Penyajian Data ............................................... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................... 52
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................... 52
4.2 Hasil Penelitian ...................................................................................... 53
4.3 Pembahasan ........................................................................................... 57
4.4 Keterbatasan Penelitian.......................................................................... 66
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 67
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 67
5.2 Saran ...................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 68
LAMPIRAN ......................................................................................................... 76

x
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Gambar Halaman
1 Kerangka Teori ................................................................................... 38
2 Kerangka Konsep ............................................................................... 40
3 Air Berkapur Sebelum Pengolahan .................................................... 55
4 Hasil Filtrasi Air Berkapur Setelah Pengolahan ................................. 55

xi
DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Lampiran Halaman


1 Informed Consent ......................................................................... 77
2 Lembar Pengujian ........................................................................ 79
3 Lembar Observasi ........................................................................ 81
4 Surat Izin Pengambilan Data Sekunder ........................................ 82
5 Surat Izin Penelitian FKM UHO .................................................. 83
6 Surat Izin Penelitian Litbang ........................................................ 84
7 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di Desa Mekar
Jaya ............................................................................................... 85
8 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di Kecamatan
Moramo Utara .............................................................................. 86
9 Dokumentasi Penelitian................................................................ 87

xii
DAFTAR TABEL

No. Judul Tabel Halaman


1 Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk Media Air 19
Untuk Keperluan Higiene Sanitasi Parameter Fisi ....................
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk Media Air
2 19
Untuk Keperluan Higiene Sanitasi Parameter Kimia …………

3 Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk Media Air


Untuk Keperluan Higiene Sanitasi Parameter Biologi………... 20
4 Sumber Air Bersih Di Desa Mekar Jaya Kecamatan Moramo
Utara Kabupaten Konawe Selatan ............................................. 54
5 Hasil Pemeriksaan Kesadahan Air Bersih Sebelum dan
Sesudah Melakukan Pengolahan ............................................... 55
6 Standar Ukuran Efektivitas Sesuai Acuan Litbang Depdagri ... 56
7 Hasil Pemeriksaan Derajat pH Air Bersih Sebelum dan
Sesudah Melakukan Pengolahan ............................................... 56

xiii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN ISTILAH

Arti Lambang dan Istilah Keterangan


Ca Kalsium
Cd Kadmium
Cl Klorida
cm Sentimeter
CO2 Karbon Dioksida
Cr Krom
H2SO4 Asam Sulfat
HU Hidran Umum
Kemenkes RI Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
m2 Meter Persegi
m3 Meter Kubik
m Meter
Mg Magnesium
Mg/L Miligram Per Liter
Mn Mangan
Na Natrium
NO2- Nitrit
NO3- Nitrat
NTU Nephelometric Turbidity Units
Pb Timbal
Permenkes Peraturan Menteri Kesehatan
Ph Potential Hydrogen
RI Republik Indonesia
Riskesdas Riset Kesehatan Dasar
SO2 Sulfur Dioksida
SO4 Sulfat
SR Sambungan Rumah
WHO World Health Organization
WSP World Bank Water Sanitation
Program
Zn Seng

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Air bersih merupakan hal yang sangat berhubungan pada proses

keseharian dan kehidupan seluruh makhluk hidup yang ada di bumi.

Namun sebagian besar masyarakat di pedesaan cukup kesulitan untuk

mendapatkan air dengan kondisi fisik air yang baik (Suriawanto et al,

2022). Air bersih diartikan sebagai air yang layak untuk dijadikan air

baku bagi air minum. Dengan kelayakan ini terkandung pula pengertian

layak untuk mandi, cuci dan sebagai air yang layak untuk diminum yang

masih perlu dimasak atau direbus hingga mendidih (Martila, 2020).

Dalam pemenuhan kebutuhan air, manusia dapat menentukan jenis dan

jumlah air bersih yang berguna bagi kehidupan sehari-hari karena jika

tidak terpenuhi baik secara kualitas maupun kuantitas maka dapat

menimbulkan dampak bagi kesehatan maupun sosial ekonomi (Ilmi,

2019).

Salah satu parameter kimia dalam persyaratan kualitas air adalah

kesadahan air. Kesadahan air dengan adanya kandungan kapur yang

berlebih yang terdapat dalam air yang disebabkan oleh lapisan tanah kapur

yang dilaluinya. Jenis sumber air yang banyak mengandung sadah adalah

air tanah. Jika diunakan untuk mencuci busa yang dihasilkan relatif lebih

sedikit, air terasa kurang segar, airnya terasa agak licin terutama pada

waktu digunakan secara bersamaan dengan sabun saat mandi, dan jika

1
dimasak menimbulkan kerak berwarna putih pada dinding panci (Sartika,

2019).

Penyebab air sadah adalah adanya logam-logam atau kation-

kation yang bervalensi dua, seperti Fe, Sr, Mn, Ca, dan Mg. Akan tetapi,

penyebab utama dari kesadahan adalah kalsium (Ca) dan magnesium

(Mg) (Sartika, 2019). Standar kesadahan air berdasarkan Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 Tentang

Standar Parameter Kimia dalam Standar Baku Mutu Kesehatan

Lingkungan untuk Media Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi yaitu

maksimum 500 mg/l (Permenkes, 2017).

Organisasi kesehatan dunia World Health Organization (WHO)

bahwa terdapat lebih dari 2 miliar masyarakat dunia kekurangan akses

untuk mendapatkan air bersih. Masyarakat yang tinggal di negara-negara

yang kekurangan air, yang diperkirakan akan semakin parah di beberapa

wilayah sebagai akibat dari perubahan iklim dan pertumbuhan penduduk.

Terdapat 368 juta orang mengambil air dari sumur dan mata air yang tidak

terlindungi (WHO, 2022).

Badan Pusat Statistik Pada Tahun 2022 menunjukkan bahwa

Presentase Rumah Tangga menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Sumber

Air Minum Layak terdapat 95,58 % memiliki sumber air minum layak di

perkotaan. Sedangkan 84,93 % memiliki sumber air minum layak di

perdesaan. Kemudian, 91,08 % sumber air minum layak di perkotaan dan

perdesaan di Indonesia (BPS, 2022).

2
3

Data Dinas Kesehatan Provinsi Pada Tahun 2022 menunjukkan

bahwa sarana air minum di Provinsi Sulawesi Tenggara berjumlah 383

sarana air minum dan yang memenuhi syarat berjumlah 258 sarana air

minum. Sarana air minum di Kabupaten Konawe Selatan berjumlah 121

sarana air minum dan yang memenuhi syarat berjumlah 46 sarana air

minum. Sarana air minum di Kecamatan Moramo Utara berjumlah 5

sarana air minum dan yang memenuhi syarat berjumlah 2 sarana air

minum (Dinkes Provinsi, 2022).

Desa Mekar Jaya adalah salah satu desa yang terdapat di

Kecamatan Moramo Utara, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi

Sulawesi Tenggara yang merupakan daerah industri atau tambang batu.

Wilayah Desa Mekar Jaya termasuk daerah yang berdebu sebab terdapat

beberapa tambang batu dan jalan transportasinya sering dilewati mobil

truk pengangkut batu. Penduduk Desa Mekar Jaya tercatat 268 KK dan

884 jiwa yang tersebar di empat dusun. Semakin tinggi penduduk maka

semakin tinggi kebutuhan sarana air untuk kehidupan sehari-hari. Sumber

air bersih masyarakat di Desa Mekar Jaya umumnya berasal dari ledeng

(mata air) dan sumur gali. (Profil Desa Mekar Jaya, 2022)

Data Puskesmas Lalowaru Pada Tahun 2022, sumur gali di Desa

Mekar Jaya berjumlah 27 sumur. Kualitas sumber air bila ditinjau dari

segi fisiknya mayoritas telah memenuhi syarat, namun ada beberapa

sumber air yang belum memenuhi syarat (Puskesmas Lalowaru, 2022).

Berdasarkan observasi awal terdapat 3 sumur gali tidak memenuhi syarat,


4

yaitu tidak memiliki lantai sekeliling sumur dan tidak memiliki penutup

sumur.

Sumur gali dan mata air berisiko lebih besar terkena penyakit

kulit. Apabila sumur gali yang tidak ditutup dapat tercemar secara fisik

seperti tercemar oleh daun, ranting dan kotoran lain (Sugiester et al,

2021). Berdasarkan hasil wawancara pemilik dari 3 sumur yang tidak

memenuhi syarat tersebut menunjukkan bahwa ada keluhan yang

dirasakan. Keluhan yang dirasakan masyarakat ialah gatal pada tangan

dan lengan, serta muncul ruam kemerahan akibat sering menggunakan air

sumur tersebut.

Data penyakit diare di wilayah kerja Puskesmas Lalowaru masih

termasuk dalam 10 penyakit terbesar di wilayah tersebut. Data dari

Puskesmas Lalowaru menunjukkan bahwa di Desa Mekar Jaya

Kecamatan Moramo Utara pada tahun 2020 total kasus penyakit diare

sebanyak 16 kasus. Pada tahun 2021 total kasus penyakit diare sebanyak

10 kasus, dan pada tahun 2022 total kasus penyakit diare sebanyak 11

kasus (Puskesmas Lalowaru, 2022).

Adanya permasalahan terkait air bersih yang terjadi di Desa

Mekar Jaya, yaitu air tanahnya mengandung kapur. Air tanah

mengandung parameter-parameter kimia, seperti Kalsium dan

Magnesium, akan tetapi apabila melebihi ambang batas yang dibutuhkan,

akan berdampak pada kesehatan tubuh. Apabila air tanah tidak

terlindungi maka dapat tercemar secara fisik seperti tercemar oleh daun,
5

ranting dan kotoran lain. Penyakit yang dapat ditimbulkan akibat

waterborne desease, yaitu diare, batu ginjal, penyumbatan pembuluh

darah jantung, dan lain-lain. Sedangkan keluhan yang dirasakan, yaitu

ruam kemerahan dan merasakan gatal. Air berkapur juga akan berdampak

pada kegiatan sehari-hari, seperti air yang dipergunakan untuk mencuci

busa yang dihasilkan relatif lebih sedikit, air terasa kurang segar, airnya

terasa agak licin terutama pada waktu digunakan secara bersamaan

dengan sabun saat mandi dan juga jika dipanaskan/dididihkan akan

meninggalkan lapisan kerak berwarna putih di dasar wadah (Dewi et al,

2018).

Mengurangi dampak yang diakibatkan air berkapur yang

memiliki nilai kesadahan yang tinggi, sebelum dikonsumsi perlu diolah

terlebih dahulu agar kesadahan air dapat diturunkan. Penurunan air

tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode filtrasi yang dapat

melakukan penyaringan air. Metode filtrasi juga dapat meningkatkan

nilai derajat pH. Penyaringan melalui media berpori terjadi dengan cara

menghambat partikel-partikel ke dalam ruang pori sehingga terjadi

pengumpulan dan tumpukan partikel tersebut pada permukaan butiran

media yang akan membuat air menjadi tidak keruh dan menjadi lebih

bersih (Anggela, 2021).

Sebelum dikonsumsi air tersebut perlu diolah terlebih dahulu agar

dapat menurunkan kadar kesadahan dan mendapatkan perubahan derajat

pH yang dilakukan menggunakan metode filtrasi dengan media


6

sederhana. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul Efektivitas Metode Filtrasi Dalam Menurunkan Kesadahan

Dan Perubahan Peningkatan Derajat pH Air Bersih Di Desa Mekar Jaya

Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2023

untuk mengetahui efektivitas metode filtrasi dalam penurunan tingkat

kesadahan air dan untuk mengetahui perubahan peningkatan derajat pH

air melalui proses metode filtrasi menggunakan media kain katun,

penyaring aquarium dan pipa.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Bagaimana Efektivitas Metode Filtrasi Dalam Menurunkan

Kesadahan Dan Perubahan Peningkatan Derajat pH Air Bersih Di Desa

Mekar Jaya Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan

Tahun 2023?”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum

Untuk Mengetahui Efektivitas Metode Filtrasi Dalam

Menurunkan Kesadahan Dan Perubahan Peningkatan Derajat pH Air

Bersih Di Desa Mekar Jaya Kecamatan Moramo Utara Kabupaten

Konawe Selatan Tahun 2023.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui efektivitas metode filtrasi dalam penurunan

tingkat kesadahan air setelah dilakukan pengolahan.


7

2. Untuk mengetahui perubahan peningkatan derajat pH air setelah

dilakukan pengolahan melalui metode filtrasi.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan di bidang kesehatan dan dapat dijadikan sumber informasi atau

sebagai bahan kajian pustaka bagi peneliti selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Bagi masyarakat diharapkan dapat menjadi informasi tentang

efektivitas metode filtrasi dalam menurunkan kesadahan air bersih dan

perubahan peningkatan derajat pH di Desa Mekar Jaya Kecamatan

Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan tahun 2023.

1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan

untuk menambah dan memperluas wawasan tentang efektivitas metode

filtrasi dalam menurunkan tingkat kesadahan dan perubahan peningkatan

derajat pH air bersih di Desa Mekar Jaya Kecamatan Moramo Utara

Kabupaten Konawe Selatan tahun 2023.

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Moramo

Utara, Kabupaten Konawe Selatan. Jenis penelitian ini merupakan

penelitian eksperimental dengan desain penelitian quasi experiment.

Penelitian pada subjek dilakukan sebelum dan sesudah diberikan

perlakukan agar dapat dilihat perubahannya. Sampel dalam penelitian ini


8

yaitu air bersih dari sumur gali dan mata air yang berada di Desa Mekar

Jaya. Penelitian ini untuk mengetahui efektivitas metode filtrasi dalam

menurunkan kesadahan dan perubahan peningkatan derajat pH air bersih

di Desa Mekar Jaya Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe

Selatan tahun 2023.

1.6 Organisasi/Sistematika

Proposal penelitian ini berjudul Efektivitas Metode Filtrasi

Dalam Menurunkan Kesadahan Dan Perubahan Peningkatan pH Air

Bersih Di Desa Mekar Jaya Kecamatan Moramo Utara Kabupaten

Konawe Selatan Tahun 2023 yang di bimbimng oleh Hariati Lestari,

S.KM., M.Kes (Pemimbing 1) dan Siti Rabbani Karimuna, S.KM.,

M.P.H (Pembimbing II)


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Air


2.1.1 Pengertian Air

Air merupakan zat yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan.

Tubuh manusia memiliki volume air rata-rata 65% dari total berat

badannya, setiap orang volume tersebut sangat bervariasi, bahkan setiap

bagian pada tubuh seseorang. Organ tubuh manusia yang mengandung

banyak air, antara lain otak 74,5%, tulang 22%, ginjal 82,7%, otot 75,6%,

dan darah 83%. Dari keseluruhan kegiatan manusia dalam kehidupan

menggunakan air untuk minum, memasak, mandi, mencuci dan

membersihkan lingkungan rumah. Bahkan industri, pertanian, pemadam

kebakaran serta tempat rekreasi dan transportasi juga membutuhkan air

(Khairunnisa, 2021).

Kehidupan makhluk hidup di bumi sangat ketergantungan pada

air karena itu merupakan senyawa yang sangat penting. Setiap tubuh

manusia yang kehilangan air 15% dari berat badan, maka dapat

menyebabkan dehidrasi dan berujung pada kematian. Oleh sebab itu,

untuk keseimbangan tubuh orang dewasa perlu minum minimal sebanyak

1,5-2liter air dalam sehari. Air yang dapat digunakan untuk kebutuhan

manusia secara langsung adalah air tawar atau air bersih. Air yang dapat

digunakan oleh manusia untuk keperluan sehari-hari adalah air yang

telah memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah

dimasak (Khairunnisa, 2021).

9
10

A. Air Bersih

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 32

Tahun 2017, air bersih merupakan air yang digunakan untuk

keperluan sehari-hari dengan kualitas air yang memenuhi syarat

kesehatan serta dapat diminum apabila telah dimasak

(Permenkes, 2017). Untuk pengawasan dan syarat-syarat kualitas

air yang disebut sebagai air bersih adalah air yang memenuhi

syarat kesehatan. Organisai kesehatan dunia World Health

Organization telah menetapkan standar air bersih yang layak

digunakan dan sehat, seperti tidak berwarna, tidak berbau dan

tidak berasa. Dengan kelayakan ini terkandung pula pengertian

layak untuk mandi, cuci dan kakus.

Sebagai air yang layak untuk diminum, tidak diartikan

bahwa air bersih itu dapat diminum langsung, artinya masih perlu

dimasak atau direbus hingga mendidih. Secara terperinci

Kementrian Kesehatan mempunyai definsi tentang air bersih. Air

bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan

akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai

batasannya, air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi

sistem penyediaan air minum. Adapun persyaratan yang

dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi

kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila

dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping (Salim, 2019).


11

B. Air Minum

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan

atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan

dan dapat langsung diminum. Air minum yang layak konsumsi

tidak memiliki kandungan bakteri Ecoli yaitu 0 koloni dan tidak

tercemar bakteri Coliform juga harus 0 koloni, air tidak berbau.

Alasan kesehatan dan teknis yang mendasari penentuan standar

kualitas air minum adalah efek-efek dari setiap parameter jika

melebihi dosis yang telah ditetapkan. Pengertian dari standar

kualitas air minum adalah batas operasional dari kriteria kualitas

air dengan memasukkan pertimbangan non teknis, misalnya

kondisi sosial ekonomi, target atau tingkat kualitas produksi,

tingkat kesehatan yang ada dan teknologi yang tersedia

(Restiyani, 2021).

2.1.2 Sumber Air

Sumber air merupakan salah satu komponen utama yang ada pada

suatu sistem penyediaan air bersih, karena tanpa sumber air maka suatu

sistem penyediaan air bersih tidak akan berfungsi. Dalam memilih

sumber air baku air bersih maka harus diperhatikan persyaratan utama

yang meliputi kualitas, kuantitas, kontinuitas dan biaya yang muarah dari

proses pengambilan sampai proses pengolahan. Beberapa sumber air


12

baku yang dapat di gunakan untuk menyediakan air bersih di

kelompokkan seagai berikut (Salim, 2019):

A. Mata Air

Mata air adalah air tanah dalam yang muncul ke

permukaan, yang berasal dari proses peresapan air hujan ke dalam

tanah. Apabila curah hujan tidak tetap sepanjang tahun maka

kapasitas dari mata air juga akan berfluktuasi. Dalam segi

kualitas, mata air sangat baik bila dipakai sebagai air baku, karena

berasal dari dalam tanah yang muncul ke permukaan tanah akibat

tekanan, pada umumnya mata air cukup jernih dan tidak

mengandung zat padat tersuspensi atau tumbuh-tumbuhan mati,

karena mata air melalui proses penyaringan alami dimana lapisan

tanah atau batuan menjadi media penyaring.

B. Air Permukaan

Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada

permukaan tanah contoh contoh yang bisa disebutkan antara lain:

air didalam sistem sungai, air didalam sistem irigasi, air di dalam

sistem drainase, air waduk, danau, kolam retensi. Air permukaan

(surface water) terdisteribusi ke dalam beberapa tempat yaitu:

danau, sungai, tambak, embung dan waduk. volume keseluruhan

tidak lebih dari 0,01% dari air di bumi. Air permukaan secara

alami cendrung mengandung padatan tanah tersupensi, bakteri,

dan bahan organik hasil pembusukan tanaman dan hewan. Oleh


13

Karena itu, air yang diambil secara langsung dari sungai atau

danau pada umumnya belum cukup baik untuk keperluan

konsumsi manusia secara langsung. Sehingga perlu

penegelolahan leih lanjut guna untuk memenuhi standar mutu air

air bersih dan air minum. Tidak seperi air tanah yang biasanya

hanya memerlukan sedikit perlakuan, air permukaan sering

memerlukan pengolahan secara lebih ekstensif, terutama air

tersebut tercemar berat oleh berbagai aktivitas manusia, seperti

industri, pertanian, pemukiman, pertambangan, perdagangan dan

rekreasi.

C. Air Hujan

Air hujan bisa di sebut sebagai air angkasa beberapa sifat

kualitas dari air hujan sebagai adalah Pada saat uap air

terkondensi menjadi hujan, maka air hujan merupakan air murni

(H2O), untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya

jangan saat air hujan baru mulai turun, karena masih mengandung

banyak kotoran. Air hujan juga mempunyai sifat agresif terutama

terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga

akan mempercepat terjadinya korosi atau karatan. Oleh karena itu

air hujan yang jatuh ke bumi mengandung mineral relatif rendah

yang bersifat lunak sehingga akan boros terhadap pemakaian

sabun,
14

Gas-gas yang ada di atmosfir umumnya larut dalam butir-

butir air hujan terkontaminasi dengan gas seperti CO2, menjadi

agresif. Air hujan yang Beraksi dengan gas SO2 dari daerah

vulkanik atau daerah industri akan menghasilkan senyawa asam

(H2SO4), sehingga dikenal dengan “acid rain” yang bersifat

asam atau agresif. Kontaminan lainnya adalah partikel padat

seperi debu, asap, partikel cair, mikroorganisme seperti virus,

bakteri. Dari segi kuantitas air hujan tergantung pada tinggi

rendahnya curah hujan, sehinga air hujan tidak bisa mencukupi

persediaan air bersih Karena jumlahnya fluktuatif. Begitu pula

jika dilihat dari segi kuantinuitasnya air hujan tidak dapat

digunakan secara terus menerus Karena tergantung pada musim.

D. Air Tanah

Air tanah adalah air yang terdapat pada lapisan tanah atau

bebatuan dibawah permukaan tanah. Air tanah merupakan salah

satu sumber daya air selain air sungai dan air hujan. Air tanah

memasok sebagian besar kebutuhan air domestik umat manusia,

terutama di negara-negara maju seperti amerika serikat, sebagian

besar penduduknya mengambil air besih dari air tanah, air tanah

terbagi atas air tanah dangkal dan air tanah dalam.

Air tanah dangkal terjadi karena adanya daya proses

peresapan air dari permukaan tanah. Air tanah dangkal ini berada

pada kedalaman 15,0 m2 sebagai sumur air minum, air dangkal


15

ini ditinjau dari segi kualitas agak baik, segi kuantitas kurang

cukup dan tergantung pada musim. Sedangkan Air tanah dalam

terdapat setelah lapis rapat air tanah dangkal. Pengambilan air

tanah dalam tidak semudah air tanah dangkal katena harus

mengguakan bor dan memasukan pipa kedalamnya sehingga

dalam suatu kedalaman biasanya antara 100- 300m2.

2.1.3 Kebutuhan Air Bersih

Kebutuhan air yaitu banyaknya air yang diperlukan untuk

memnuhi kebutuhan air dalam kegiatan sehari-hari seperti mandi,

mencuci, memasak, menyiram, dan kegiatan lainnya. Kebutuhan air

bersih adalah jumlah air bersih minimal yang perlu disediakan agar

manusia dapat hidup secara layak yaitu dapat memperoleh air yang

dperlukan untuk melakukan aktivitas dasar sehari-hari (Martila, 2020).

Kebutuhan air bersih dibagi dalam dua klasifikasi pemakaian air,

yaitu untuk keperluan domestic (rumah tangga) dan non-domestic. Dalam

melayani jumlah cakupan pelayanan penduduk akan air bersih sesuai

target, maka direncanakan kapasitas sistem penyediaan air bersih yang

dibagi dalam dua klasifikasi pemakaian air, yaitu untuk keperluan

domestic (rumah tangga) dan non-domestic (Surti dan Yunus, 2021):

A. Kebutuhan Air Bersih Untuk Domestic (Rumah Tangga)

Kebutuhan domestic dimaksudkan adalah untuk

memenuhi kebutuhan air bersih bagi keperluan rumah tangga


16

yang dilakukan melalui Sambungan Rumah (SR) dan kebutuhan

umum yang disediakan melalui fasilitas Hidran Umum (HU).

B. Kebutuhan Air Bersih Untuk Non-domestic (Rumah Tangga)

Standar kebutuhan air non-domestic adalah kebutuhan air

bersih di luar keperluan rumah tangga termasuk industri,

komersial, dan sarana penunjang yang mencakup kebutuhan

masjid, perkantoran, rumah ibadah, fasilitas kesehatan, dan

fasilitas lainnya.

2.1.4 Karakteristik Air

A. Karakteristik Fisika

Kekeruhan atau turbiditas pada air dapat disebabkan

karena adanya materi suspense seperti tanah liat/lempung,

endapan lumpur, partikel organik yang koloid, plankton dan

organisme mikroskopis lainnya. Pengukuran kekeruhan

menggunakan turbidimeter yang berprinsip pada spektroskopi

absorpsi. Selain itu, kekeruhan juga dapat diukur dengan

turbidimeter atau nephelometer yang prinsip kerjanya

berdasarkan hamburan sinar dengan peletakan detektor pada

sudut 90º dari sumber sinar dan diukur adalah hamburan cahaya

oleh campurannya. Satuan pengukuran tingkat kekeruhan yaitu

Nephelometric Turbidity Units (NTU). Berdasarkan Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990, batas maksimum

tingkat kekeruhan air bersih yang memenuhi syarat adalah 5


17

NTU. Air yang tingkat kekeruhan melebihi dari bak mutu bagi

kesehatan yaitu timbulnya berbagai jenis penyakit seperti diare,

cacingan, dan penyakit kulit.

B. Karakteristik Kimia

1. Kesadaahan

Kesadahan adalah salah satu parameter kimia tentang

kualitas air bersih dengan tingkat kesadahan air pada dasarnya

ditentukan oleh jumlah kalsium (Ca) dan magnesium (Mg).

Tingginya kandungan mineral kalsium dan magnesium dalam air

yang jika direbus akan meninggalkan endapan atau karat pada

peralatan logam atau sukar untuk dipakai ketika mencuci (Sartika,

2019).

Standar kesadahan air berdasarkan Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 Tentang

Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan

Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam

Renang, Solus Per Aqua, Dan Pemandian Umum yaitu

maksimum 500 mg/l. Air dengan kadar kesadahan yang tinggi

atau yang melebihi nilai ambang batas apabila di konsumsi tanpa

dilakukan pengolahan terlebih dahulu akan mengakibatkan

berbagai masalah kesehatan (Permenkes, 2017). Dampak yang

ditimbulkan akibat air sadah bagi kesehatan antara lain adalah

dapat menyebabkan diare, disentri, kolera, cardiovascular


18

Desease (penyumbatan pembuluh darah jantung) dan urolithiasis

(batu ginjal) (Husaini et al, 2020).

2. pH

Derajat keasaman (pH) digunakan untuk menyatakan

tingkat keasaman atau kebasaan oleh suatu larutan. Ia

didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+)

yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur

secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada

perhitungan teoretis, tinggi rendahnya pH air dapat

mempengaruhi rasa air (Husaini et al, 2020).

Standar pH air berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku

Mutu Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air

Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per

Aqua, Dan Pemandian Umum yaitu maksimum 6,5-8,5 mg/l. Air

dengan derajat pH yang tidak sesuai standar baku mutu apabila di

konsumsi tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu akan

menjadi racun (Permenkes, 2017).

2.1.5 Persyaratan Dalam Penyediaan Air Bersih

Ada beberapa persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam

sistem penyediaan air bersih Persyaratan tersebut meliputi hal-hal

sebagai berikut:
19

A. Persyaratan Kualitatif

Persyaratan kualitatif menggambarkan mutu atau kualitas

dari air baku air bersih. Peryaratan ini meliputi persyaratan fisik,

kimia dan biologis. Syarat-syarat tersebut dapat dilihat

berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan

Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan

Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, Dan

Pemandian Umum seperti di sajikan pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Untuk


Media Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi Pada
Parameter Fisik

Standar Baku Mutu


No Parameter Fisik Unit
(Kadar Maksimum)

1 Temperatur °C Suhu Udara ± 3

2 Warna TCU 50

3 Kekeruhan NTU 25
Zat padat terlarut
4 (Total Dissolved mg/l 1000
Solid)
5 Rasa tidak berasa

6 Bau tidak berbau


Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 32
tahun 2017
20

Tabel 2.2 Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Untuk


Media Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi Pada
Parameter Kimia

No Standar Baku Mutu


Parameter Kimia Unit
(Kadar Maksimum)
1 pH mg/l 6,5 – 8,5
2 Flourida mg/l 1,5
3 Kalsium (Ca) mg/l 0 – 75
4 Magnesium mg/l 0 – 30
5 Kesadahan
mg/l 500
(CaCO3)
6 Sianida mg/l 0,1
7 Besi mg/l 1
8 Deterjen mg/l 0,05
9 Pestisida total mg/l 0,1
10 Krom VI mg/l 0,05
11 Kadmium (Cd) mg/l 0,005
12 Timbal (Pb) mg/l 0 - 0,01
13 Selenium mg/l 0,01
14 Seng mg/l 15
15 Sulfat (SO4) mg/l 400
16 Nitrat, sebagai N mg/l 10
17 Nitrit, sebagai N mg/l 0,001
18 Air raksa mg/l -
19 Arsen mg/l 0,05
20 Timbal mg/l 0,05
21 Benzena mg/l 0,01
22 Zat organic
mg/l 10
(KMNO4)
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
32 tahun 2017.
21

Tabel 2.2 Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Untuk


Media Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi Pada
Parameter Biologi
Standar Baku Mutu
No Parameter Biologi Unit
(Kadar Maksimum)

1 Total coliform CFU/100ml 50


2 E. Coli CFU/100ml 0
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 32
tahun 2017.

B. Persyaratan Kuantitatif

Persyaratan kuantitatif dalam penyediaan air bersih adalah

ditinjau dari banyaknya air baku yang tersedia. Artinya, air baku

tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai

dengan jumlah penduduk yang akan dilayani. Selain itu jumlah air

yang dibutuhkan sangat tergantung pada tingkat kemajuan

teknologi dan sosial ekonomi masyarakat setempat. Sebagai

contoh, negara-negara yang telah maju memerlukan air bersih

yang lebih banyak dibandingkan dengan masyarakat di negara-

negara sedang berkembang (Salim, 2019).

C. Persyaratan Kontinuitas

Persyaratan kontinuitas untuk penyediaan air bersih

sangat erat hubungannya dengan kuantitas air yang tersedia yaitu

air baku yang ada di alam. Arti kontinuitas disini adalah bahwa air

baku untuk air bersih tersebut dapat diambil terus menerus dengan

fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau

maupun musim hujan (Salim, 2019).


22

2.2 Tinjauan Umum Tentang Sumur

Cara mendapatkan air bersih yang mudah untuk diterapkan di

masyarakat adalah dengan mengunakan sumur. Sumur merupakan

sumber utama persediaan air bersih bagi penduduk yang tinggal di daerah

pedesaan maupun perkotaan di Indonesia.

2.2.1 Sumur Dangkal (shallow well)/Sumur Gali

Sumur dangkal ini memiliki sumber air yang berasal dari resapan

air hujan di atas permukaan bumi terutama di daerah dataran rendah

(Nugroho, 2021). Umumnya sumur gali memiliki kedalaman 7 – 10meter

dari permukaan tanah, sehingga air sumur mudah terkontaminasi oleh

rembesan air permukaan. Rembesan air tidak hanya berasal dari air hujan

yang turun ke permukaan, akan tetapi juga berasal dari tempat

pembuangan tinja manusia maupun hewan serta dari limbah sumur itu

sendiri. Keadaan konstruksi dan cara pengambilan air sumur dapat

menjadi faktor pencemaran itu sendiri. Misal sumur konstruksi yang

sudah lama dan berlumut, atau sumur yang tidak bertutup (Murbaetin,

2018).

Air sumur dangkal belum bisa dikatakan sehat sebab kontaminasi

kotoran dari permukaan tanah masih terjadi. Maka, air sumur gali harus

direbus dahulu sebelum diminum. Sementara air yang berasal dari

lapisan air kedua yang berada dalam tanah, dengan kedalaman lebih dari

15 meter, sebagian kualitas airnya sudah cukup dikatakan sehat untuk


23

dijadikan air minum yang langsung diminum tanpa proses pengolahan

(Nugroho, 2021).

Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika pembuatan sumur dangkal

antara lain (Nugroho, 2021):

1. Lokasi sumur gali harus jauh dari sumber pencemar yaitu berkisar

antara 10 – 15meter dari septictank, tempat pembuangan sampah,

dan sumur resapan.

2. Sumur harus diberikan dinding kedap air minimal 3meter dari

permukaan tanah agar pencemaran dari air permukaan dapat

dihindari. Bibir sumur diberikan tembok pengaman setinggi 1

meter.

3. Lantai di sekeliling sumur diharuskan lantai kedap air minimal

1meter dari bibir sumur. Tidak retak, mudah dibersihkan dan

tidak tergenang air serta terdapat saluran pembuangan air untuk

mencegah terjadinya pengotoran dari luar.

4. Untuk pengambilan air, sebaiknya menggunakan pompa isap

untuk mencegah pencemaran dari luar tetapi apabila

menggunakan timba air diletakkan sedemikian rupa agar terjaga

kebersihannya. Saluran pembuangan air harus menuju sumur

resapan dan dibuat kedap air agar tidak mencemari sumur.

5. Penutup sumur dibuat secara permanen lebih baik, bila proses

pengambilan air menggunakan mesin pompa dan menggunakan

tutup buka pasang apabila air sumur diambil menggunaka timba.


24

Hal ini dilakukan untuk mencegah kotoran masuk kedalam

sumur. Penentuan persyaratan dari sumur gali didasarkan pada hal-hal

sebagai berikut (Nugroho, 2021):

1. Kemampuan hidup bakteri pathogen selama 3 hari dan perjalanan

air dalam tanah kurang dari 3 meter/hari.

2. Kemampuan bakteri pathogen menembus tanah secara vertikal

sedalam 3 meter.

3. Kemampuan bakteri pathogen menembus tanah secara horizontal

sejauh 1 meter.

4. Kemungkinan terjadinya kontaminasi ketika sumur digunakan

maupun tidak digunakan.

2.2.2 Sumur Dalam (deepweel)

Sumur dalam memiliki sumber air yang berasal dari proses

purifikasi alami air hujan oleh lapisan kulit bumi menjadi air tanah.

Sumber airnya tidak terkontaminasi dan memenuhi persyaratan sanitasi

(Nugroho, 2021).

2.3 Tinjauan Umum Tentang Mata Air


2.3.1 Mata Air

Mata air merupakan air tanah yang keluar dengan sendirinya ke

permukaan tanah. Mata air yang berasal dari dalam tanah hampir tidak

terpengaruhi oleh musim dan kualitasnya sama dengan air tanah dalam.

Berdasarkan cara keluarnya mata air, dapat dibedakan menjadi mata air

rembesan yaitu mata air yang keluar dari lereng-lereng dan mata air

umbul yaitu mata air yang keluar dari suatu daratan (Salim, 2019).
25

Kualitas air dan mata air akan sangat tergantung dari lapisan

mineral tanah yang dilaluinya. Hal ini menunjukkan karakter-karakter

khusus dari mata air tersebut. Kebanyakan air yang bersumber dari mata

air kualitasnya baik sehingga umumnya digunakan sebagai sumber air

minum oleh masyarakat sekitarnya. Sebagai sumber air minum

masyarakat, maka harus memenuhi beberapa aspek yang meliputi

kuantitas, kualitas dan kontinuitas. Berdasarkan sumber munculnya mata

air ada dua macam yaitu gravity springs yaitu mata air yang muncul

karena gaya gravitasi dan artisien srings yaitu mata air muncul ke

permukaan tanah karena artesis/tekanan (WHO, 2004).

2.3.2 Perlindungan Mata Air

Salah satu air tanah yang mempunyai debit air yang cukup baik

dalam jumlah dan kualitas adalah mata air. Sesuai dengan kondisi mata

air yang muncul di permukaan tanah, maka akan mudah mengalami

kontaminasi yang berasal dari luar. Munculnya mata air dari tanah sangat

bervariasi. Untuk itu dalam membuat perlindungan mata air perlu

disesuaikan dengan munculnya mata air tersebut (Salim, 2018).

Perlindungan mata air adalah suatu bangunan penangkap mata air

yang menampung/menangkap air dari mata air. Walaupun mata air

biasanya berasal dari air tanah yang terlindungi, ada kemungkinan terjadi

kontaminasi pada tempat penangkapan juga kontaminasi langsung

terhadap mata air yang disebabkan oleh manusia dan binatang, harus

dicegah melalui bangunan perlindungan. Agar sarana perlindungan mata


26

air memenuhi syarat kesehatan, maka sarana harus terlindungi dari

bahaya pencemaran, yaitu dengan cara menjaga kebersihan lingkungan

lokasi dan bangunan sarana perlindungan mata air tersebut (Ningsih,

2018).

Air PMA (Perlindungan Mata Air) merupakan air permukaan

yang proses pengaliran dan rembesan sangat dipengaruhi kondisi proses

alam. Maka sifat dan karakteristik air PMA sebagai berikut (Purnami,

2022):

a. Kuantitas tergantung pada musim.

b. Kualitas dipengaruhi tingkat pencemaran dan pengotoran.

c. Pengotoran air PMA biasanya bersifat fisik dan bakteriologis.

d. Derajat pH air PMA relatif rendah.

Sebagian besar mengandung zat organik. Dalam penyediaan

sarana air bersih harus dibuat memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga

faktor pencemaran bisa dikurangi dan kualitas air yang diperoleh akan

lebih baik. Oleh karena itu sarana perlindungan mata air yang baik harus

memenuhi syarat lokasi dan kontruksi. Syarat lokasi dan kontruksi

Perlindungan Mata Air yang dimaksud menurut Waluyo dalam Rohim

2006 adalah sebagai berikut:

a. Syarat Lokasi

1. Untuk menghindari pengotoran yang harus diperhatikan

adalah jarak mata air dengan sumber pengotoran atau

pencemaran lainnya.
27

2. umber air harus pada mata air dan diperkirakan mencukupi

kebutuhan.

3. Sumber air terdapat pada lokasi air tanah yang terlindungi

dan tidak mudah longsor yang disebabkan oleh proses alam.

b. Syarat kontruksi

1. Tutup bak perlindungan dan dinding bak rapat air, pada

bagian atas atau belakang bak perlindungan dibuatkan

saluran dan selokan air yang arahnya keluar bak, agar tidak

mencemari air yang masuk ke bak penangkap.

2. Pada bak perlindungan dilengkapi pipa peluap (overflow)

yang dipasang dengan saringan kawat kasa.

3. Tutup bak (manhole) terbuat dari bahan yang kuat dan rapat

air, ukuran garis tengah minimum 60 cm (sebaiknya

bundar) pada atas bak penampungannya.

4. antai bak penampungan harus rapat air dan mudah

dibersihkan serta mengarah pada pipa penguras.

5. Dilengkapi saluran pembuangan air limbah yang rapat air

dan kemiringan minimal 2%.

2.4 Tinjauan Umum Tentang Filtrasi


2.4.1 Filtrasi

Metode filtrasi adalah salah teknologi tepat guna yang sederhana,

efektif, efisien dan murah. Filtrasi juga merupakan suatu proses awal

untuk pemisahan antara padatan dan koloid dengan cairan. Pada proses

filtrasi terjadi dengan melalui suatu medium filter yang memiliki pori-
28

pori dengan ukuran tertentu. Proses pemisahan dengan filtrasi dapat

dilakukan karena memiliki perbedaan tekanan antara tekanan di dalam

dan tekanan dari luar. Perbedaan tekanan ini akan mendorong padatan

pencemar melewati lapisan medium filter, sehingga padatannya akan

tertahan pada medium filter (Khairunnisa, 2021).

Media filter biasanya terdiri dari pasir atau kombinasi dari pasir,

kerikil, batu, kertas atau kain, ijuk dan arang aktif. Setiap media filter

yang digunakan memiliki fungsi yang sama, yaitu sebagai penyaringan

padatan pencemar yang terdapat pada air tanah. Media filter yang tepat

bahkan mampu menghilangkan zat-zat kimia maupun organik yang ada

di dalam air, seperti kekeruhan, berwarna, berminyak, berkarat dan

berlumpur. Oleh karena itu, untuk mendapatkan air yang jernih dengan

hasil yang maksimal pada pengolahan air bersih perlu didukung oleh

media filter air yang tepat. Hal ini dilakukan karena media filter yang

akan menentukan kualitas air yang ingin diperoleh. Selain itu juga perlu

diperhatikan jenis media filter arang aktif yang digunakan, karena jika

permasalahan air berbeda maka jenis arang aktif yang digunakan juga

berbeda (Khairunnisa, 2021).

Pengolahan air sumur gali dengan filtrasi dapat dilakukan dengan

beberapa cara, seperti filter cepat (rapid filter) dan filter lambat (slow

filter).
29

A. Filtrasi Cepat (rapid filter)

Filtrasi cepat adalah filter dengan kecepatan filtrasi cepat

dengan kemampuan menyaring sekitar 5-10 m3 /m2 /jam. Filter

pasir ini mempunyai ukuran pasir dengan diameter 0,5-1,0 mm

dan butir pasir yang sama sehingga kemampuan filter semakin

permeabel (Pramesti, 2020).

B. Filtrasi Lambat (slow filter)

Filter pasir lambat adalah filter yang mempunyai

kecepatan filtrasi lambat, yaitu sekitar 0,1-0,2 m3 /m2 /jam.

Filtrasi lambat ini menggunakan media filter dengan ukuran

partikel 0,2-04 mm (Pramesti, 2020).

Filtrasi diperlukan untuk menyempurnakan penurunan

kadar kontaminan seperti bakteri, warna, rasa, bau, dan

kekeruhan sehingga diperoleh air yang bersih memenuhi standar

kualitas air bersih. Air yang keluar dari penyaringan biasanya

sudah jernih dan proses tersebut merupakan proses akhir dari

seluruh proses pengolahan dan penjernihan air. Air yang jernih

dapat dipakai sebagai air minum, harus diproses lebih lanjut

dengan netralisasi dan desinfeksi, agar seluruh kuman-kuman

penyakit yang terkandung didalamnya dapat dimusnahkan dan

tidak dapat tumbuh Kembali (Anggela, 2021).


30

2.4.2 Manfaat Filtrasi

Air keruh yang digunakan bias berasal darimana saja, misalnya

sungai, rawa, telaga, sawah, dan air kotor lainnya. Filtrasi dapat

menghilangkan bau yang tidak sedap pada air yang keruh, bisa mengubah

warna air yang keruh menjadi lebih bening, dapat menghilangkan

pencemar yang ada dalam air atau mengurangi kadarnya supaya air dapat

di minum. Cara ini dapat dipakai untuk desa yang masih jauh dari daerah

perkotaan dan tempat terpencil (Ibeng, 2019).

2.4.3 Proses Filtrasi

Prinsip kerja filter pasir yaitu cairan yang akan disaring mengalir

dari atas ke bawah menembus lapisan pasir karena gaya filtrasi. Partikel

padat yang akan dipisahkan tertahan dalam pasir. Media filter ini dapat

dibersihkan dengan cara menyemprotnya dengan air dan udara

bertekanan secara periodik. Filter pasir digunakan untuk filtrasi jernih

(clarifying filtration) terutama untuk penanganan awal air minum atau

untuk pembuatan air keperluan pabrik (Anggela, 2021).

2.4.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Filtrasi

A. Debit Filtrasi

Debit yang terlalu besar akan menyebabkan tidak

berfungsinya filter secara efisien. Sehingga proses filtrasi tidak

dapat terjadi dengan sempurna, akibat adanya aliran air yang

terlalu cepat dalam melewati rongga diantara butiran media pasir.

Hal ini menyebabkan berkurangnya waktu kontak antara


31

permukaan butiran media penyaring dengan air yang akan

disaring. Kecepatan aliran yang terlalu tinggi saat melewati

rongga antar butiran menyebabkan pertikel-partikel yang terlalut

halus yang tersaring akan lolos (Anggela, 2021).

B. Ketebalan Media Filter

Ketebalan media filter merupakan lapisan ketebalan suatu

media filter/media berpori dalam proses filtrasi. Ketebalan media

berpengaruh terhadap waktu kontak air dengan media filter.

Apabila suatu media filter semakin tebal maka waktu kontak

antara air dengan media filter akan semakin lama. Hal ini

menyebabkan kualitas hasil filtrasi yang didapat semakin baik

(Anggela, 2021).

C. Lamanya Pemakaian Media Untuk Penyaringan

Media filter yang terus menerus digunakan akan terjadi

penurunan hasil kualitas penyaringannya, karena filter yang

digunakan telah mengalami penyumbatan atau jenuh, oleh karena

itu media filter perlu dilakukan pencucian terlebih dahulu agar

dapat digunakan kembali dalam proses filtrasi (Anggela 2021).

2.5 Tinjauan Umum Tentang Dampak Kesadahan Air

Air yang banyak mengandung mineral kalsium dan magnesium

dikenal sebagai air sadah. Air sadah yang telah melebihi batas maksimum

(500 mg/l) dapat menyebabkan beberapa masalah sebagai berikut (Huda,

2020):
32

2.5.1 Dampak Air Sadah Terhadap Kesehatan Masyarakat

Dampak yang ditimbulkan air sadah bagi kesehatan antara lain:

1. Endapan dari air sadah ini menjadi penyebab utama penyakit

kencing batu atau yang dalam dunia kedokteran disebut batu

ginjal. Hal ini sering terjadi di pedesaan yang sumber airnya

merupakan air dalam tanah yang ternyata air sadah. Selain itu,

juga menyebabkan cardiovasculer deseasae (penyumbatan

pembuluh darah jantung)

2. Dapat menyebabkan kulit kering

3. Mengubah keseimbangan pH kulit

4. Mengikis skin barrier sehingga kulit lebih rentan terhadap

masalah jerawat dan iritasi lainnya

5. Memperparah kondisi kulit eksim

6. Karena kondisi kulit kepala kering sehingga rambut mudah patah

yang menyebabkan kerontokan

7. Rambut mengeriting karena kurangnya kelembapan alami di kulit

kepala yang tergerus air sadah

8. Merusak folikel rambut yang bisa berujung pada ketombe

semakin menumpuk.

2.5.2 Dampak Air Sadah Terhadap Kegiatan Sehari-hari

Dampak yang ditimbulkan air sadah bagi kegiatan sehari-hari

antara lain:
33

1. Mengendapkan anion sabun sehingga mengurangi efektivitas

mencucui. Ia menyebabkan boros konsumsi sabun. Ketika air

sadah bertemu dengan sabun yang terjadi adalah ion yang

dikandung air sadah merusak efek surfaktan dari sabun. Ketika

bertemu, mereka akan membentuk endapan padat (soap scum).

Kesadahan Air dapat menurunkan efisiensi dari deterjen dan

sabun

2. Kesadahan air dapat menyebabkan noda pada bahan pecah belah

dan bahan flat.

3. Kesadahan air dapat menyebabkan bahan linen berubah pucat.

4. Mineral kesadahan air dapat menyumbat semburan pembilas dan

saluran air.

5. Residu kesadahan air dapat melapisi elemen pemanas dan

menurunkan efisiensi panas.

6. Kesadahan air dapat menciptakan biuh logam pada kamar mandi

shower dan bathtubs.

2.5.3 Dampak Air Sadah Terhadap Industri

Dampak yang ditimbulkan air sadah bagi industri antara lain:

1. Dalam industri, kesadahan air yang digunakan diawasi dengan

ketat untuk mencegah kerugian. Pada industri yang menggunakan

ketel uap, air yang digunakan harus terbebas dari kesadahan. Hal

ini dikarenakan kalsium dan magnesium karbonat cenderung

mengendap pada permukaan pipa dan permukaan penukar panas.


34

Presipitasi (pembentukan padatan tak larut) ini terutama

disebabkan oleh dekomposisi termal ion bikarbonat, tetapi bisa

juga terjadi sampai batas tertentu walaupun tanpa adanya ion

tersebut. Penumpukan endapan ini dapat mengakibatkan

terhambatnya aliran air di dalam pipa. Dalam ketel uap, endapan

mengganggu aliran panas ke dalam air, mengurangi efisiensi

pemanasan dan memungkinkan komponen logam ketel uap

terlalu panas. Dalam sistem bertekanan, panas berlebih ini dapat

menyebabkan kegagalan ketel uap. Kerusakan yang disebabkan

oleh endapan kalsium karbonat bervariasi tergantung pada bentuk

kristal, misalnya, kalsit atau aragonit.

2. Pada industri tekstil, kertas, atau platik kesadahan dapat

menimbulkan endapan pada produk akibat pemanasan sehingga

endapan ini akan mengakibatkan timbulnya bercak. Bercak dapat

mengurangi nilai produk

3. Kesadahan akan menimbulkan endapan pada suhu tinggi dalam

peralatan HE (Heat Exchanger). Endapan yang timbul pada HE

akan berpotensi menghambat aliran fluida dan transfer panas.

Dengan adanya hambatan aliran fluida dan transfer panas, maka

beresiko terjadinya bocor/jebol dan spotting/local heating yang

dapat mengakibatkan kerusakan alat. Endapan juga berpotensi

menimbulkan korosi jenis under deposit corrosion yang dapat

merusak alat seperti kebocoran, dsb.


35

4. Kesadahan akan menimbulkan masalah yang sama dengan

masalah yang ada di HE, tetapi lebih berbahaya karena boiler

bekerja pada suhu dan tekanan yang tinggi. Jika terjadi

spotting/local heating, logam dapat meleleh. Jika kekuatan logam

melemah maka boiler dapat meledak. Resiko korosi juga lebih

besar daripada HE karena tingginya suhu dan tekanan operasi

pada boiler.

2.6 Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya

2.6.1 Ahmad Mashadi et al, 2018

Judul penelitian yaitu Peningkatan Kualitas Ph, Fe Dan

Kekeruhan Dari Air Sumur Gali Dengan Metode Filtrasi. Sampel awal

kualitas air sumur terutama pH, Fe dan kekeruhan belum memenuhi

syarat air bersih. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel air

sumur untuk mengetahui parameter fisik, kimia dengan metode filtrasi

yaitu menggunakan media saringan pasir, batu apung, karbon aktif dan

kerikil. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kualitas parameter air

tersebut di atas pH agar memenuhi standar kesehatan. Hasil penelitian

yang dilakukan dengan k3 tiga metode filtrasi dapat menaikkan kualitas

air untuk pH, sekaligus menurunkan Fe, menurunkan kekeruhan.

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa metode filtrasi dengan media

saringan tertentu dapat meningkatkan kualitas air untuk parameter

tertentu agar memenuhi syarat Kesehatan.

2.6.2 Syahensa Arip Mastian et al, 2022


36

Judul penelitian yaitu Pengaruh Waktu Kontak Proses Adsorpsi

dan Filtrasi Terhadap Perubahan Konsentrasi Besi, Warna, dan pH Pada

Air Sumur. Penelitian ini bertujuan mengetahui waktu kontak maksimum

pada tiap variasi waktu terhadap parameter pH, besi serta warna, dan

mengetahui efektivitas penggunaan media zeolit, karbon aktif dan pasir

silika dalam menurunkan nilai parameter besi dan warna pada tiap variasi

waktu. Pengujian dilakukan bertahap dengan susunan media zeolit-

karbon aktif-pasir silika tetapi secara terpisah, dengan mendiamkan

media selama kontak 10,15, dan 30 menit. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa waktu kontak terbaik yaitu mendiamkan media selama 30 menit,

dengan kenaikan pH dari 5,2 menjadi 8,05, penurunan konsentrasi besi

dari 3,17 mg/L menjadi 0,33 mg/L sebesar (89,46%), dan penurunan

warna dari 235 Pt-Co menjadi 36,1 Pt-Co sebesar (84,64%). Reduksi besi

pada karbon aktif efektivitasnya sebesar 72,04%, diikuti zeolit dengan

efektivitas 39,93%, sedangkan efektivitas media pasir silika hanya

10,31%. Sementara untuk reduksi warna, efektivitas penggunaan karbon

aktif, zeolit, dan media pasir silika masing-masing sebesar 62,73%,

54,04% dan 10,31%.

2.6.3 Ratna Sari Dewi et al, 2018

Judul penelitian yaitu Pengaruh Lama Kontak Arang Kayu

Terhadap Penurunan Kadar Kesadahan Air Sumur Gali di Paal Merah II

kota Jambi. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh lama kontak arang terhadap tingkat kesadahan air. Jenis


37

penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Experiment)

dengan rancangan Time series design. Variabel bebas dalam penelitian

ini adalah lama kontak arang 10 menit, 20 menit dan 30 menit, variabel

terikat adalah Penurunan kadar kesadahan air, dan variabel terkendali

adalah sumber air, diameter dan ketebalan arang. Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa ada pengaruh tingkat kesadahan air. Persentase

penurunan pada waktu kontak 10 menit (25,23%), 20 menit (36,44%) dan

30 menit (56,38%). Hal ini menunjukkan bahwa penurunan kesadahan

yang paling efektif dari wakttu kontak 10 menit, 20 menit dan 30 menit

adalah 30 menit.

2.6.4 Ahmad Husaini et al, 2020

Judul penelitian yaitu Efektivitas Metode Filtrasi dan Adsorpsi

dalam Menurunkan Kesadahan Air Sumur di Kecamatan Kota Baru Kota

Jambi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode

filtrasi dan adsorpsi terhadap derajat pH air dan tingkat kesadahan air.

Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperiment dengan

rancangan time series design. Sampel penelitian ini yaitu air sumur.

Pengambilan data dengan melakukan pengukuran pH menggunakan pH

meter dan kesadahan air dengan metode titrimetri. Data di analisis

dengan cara melihat perubahan derajat keasaman (pH) dan persentase

perubahan kesadahan air. Hasil penelitian menunjukkan pH air sebelum

pengolahan yaitu 4 dan meningkat pada lama kontak.

2.7 Kerangka Teori dan Kerangka Konsep Penelitian


38

2.7.1 Kerangka Teori

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan

Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang,

Solus Per Aqua, Dan Pemandian Umum. Air bersih adalah air yang

digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi

syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Jika semua

memenuhi persyaratan yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 tentang syarat kualitas air

pada parameter kimia dalam standar baku mutu kesehatan lingkungan

untuk media air untuk keperluan higiene sanitasi maka air dapat

dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat (Permenkes RI, 2017).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang syarat kualitas air minum.

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses

pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung

diminum. Dalam menjaga kualitas air minum agar layak dikonsumsi

masyarakat harus memenuhi syarat-syarat yang telah diatur dalam

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Nomor

492/MENKES/PER/IV/2010 tentang syarat kualitas air minum maka air

minum tersebut siap untuk disebarluaskan dan dikonsumsi oleh

masyarakat (Permenkes RI, 2010).


39

Air Bersih

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indoneia Nomor Definisi Air Minum


32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan (PERMENKES RI Nomor
Lingkungan untuk Media Air untuk Keperluan Higiene 492/MENKES/PER/IV/2010)
Sanitasi

Persyaratan Persyaratan Persyaratan


Berdasarkan Peraturan Mentri
Kualitatif Kuantitatif Kontinuitas
Kesehatan Republik Indonesia
Nomor
Air baku 492/MENKES/PER/IV/2010
Persyaratan
dapat diambil tentang Persyaratan Kualitas Air
kuantitatif
Syarat-syarat terus menerus Minum, air minum adalah air
dalam
Fisik dengan yang melalui proses pengolahan
penyediaan
Syarat-syarat fluktuasi debit atau tanpa proses pengolahan
air bersih
Kimia yang relatif yang memenuhi syarat kesehatan
adalah
Syarat-syarat tetap, baik dan dapat langsung diminum.
ditinjau dari
Biologi saat musim
banyaknya air
kemarau
baku yang
maupun
tersedia.
musim hujan.

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Permenkes RI Nomor 32 Tahun 2017 dan Permenkes RI


Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010
40

2.7.2 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep pada penelitian ini adalah penggunaan metode

filtrasi sebagai alat yang akan melakukan penyaringa pada air sumur dan

mata air untuk menentukan efektivitas dalam penurunan kesadahan air

dan perubahan peningkatan derajat pH air, maka kerangka konsep

penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Metode Filtrasi

Air Bersih dari Mata Air dan Sumur Gali

Efektivitas Penurunan Kesadahan Air


dan Perubahan Peningkatan Derajat pH
Air

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Keterangan:

: Independent (bebas)

: Dependent (terikat)
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini ialah dengan

melihat masalah yang terjadi berdasarkan data, pedoman wawancara dan

melakukan pengecekan sehingga informasi yang dikumpulkan itu benar.

Penelitian ini menggunakan penelitian experimental dengan

desain penelitian quasi experiment. Penelitian pada subjek dilakukan

sebelum dan sesudah diberikan perlakukan agar dapat dilihat

perubahannya. untuk mengetahui Efektivitas Metode Filtrasi Dalam

Menurunkan Kesadahan Dan Perubahan Peningkatan Derajat pH Air

Bersih di Desa Mekar Jaya Kecamatan Moramo Utara Kabupaten

Konawe Selatan Tahun 2023.

Rancangan dalam penelitian Quasi Experimen menggunakan

pretes postest design yaitu sebagai berikut:

Q1 X Q2

Keterangan:

Q1 = Hasil pengukuran sampel pretest

Q2 = Hasil pengukuran sampel posttest

X = Perlakuan

41
42

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mekar Jaya, Kecamatan

Moramo Utara, Kabupaten Konawe Selatan Pada Tanggal 4 April Tahun

2023.

3.3 Poulasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah mata air dan seluruh sumur

gali yaitu berjumlah 27 sumur gali yang berada di Desa Mekar Jaya,

Kecamatan Moramo Utara, Konawe Selatan.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah mata air dan 3 sumur gali

tidak memenuhi syarat yang tidak memiliki lantai sekeliling sumur dan

tidak memiliki penutup sumur di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Moramo

Utara, Konawe Selatan.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah metode

filtrasi dan variable terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah

sumur gali, mata air, efektivitas penurunan tingkat kesadahan, dan

perubahan peningkatan derajat pH air bersih.

3.5 Alat dan Instrumen Penelitian

3.5.1 Alat dan Bahan Penelitian

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:


43

1. Ember

2. Pipa air pvc rucika 2” 1 buah 1m

3. Pipa air pvc rucika ¾” 1 buah 50cm

4. Keran air atau stop drat ¾ 1 buah

5. Pipa elbow atau pipa L ¾ 2 buah

6. Pipa reducing socket atau pipa T 2” IN ¾ 1 buah

7. Pipa union socket atau water morr ¾ 1 buah

8. Pipa valve socket 1 buah

9. Pipa vlok ring 1 buah

10. Penutup pipa clean out 1 buah

11. Pipa over sok dari 2” ke ¾ 1 buah

12. Gergaji atau parang

13. Gunting

14. Jarum

15. Lem pipa

16. Kain katun 1m

17. Benang

18. pH meter

19. Tes kit

20. Penyaring akuarium

21. Sampel air

22. Gelas ukur 1000 ml

3.5.2 Prosedur Kerja


44

1. Persiapan Bahan

a. Mempersiapkan semua bahan yang dibutuhkan dalam penelitian.

b. Memotong pipa air pvc berukuran 2” dengan panjang 1meter

menjadi dua bagian masing-masing 50cm. Memotong pipa

berukuran 50cm menjadi tiga bagian. Kemudian membelah

masing-masing pipa tersebut dengan satu sisi menggunakan

gergaji atau parang.

c. Memotong kain katun menjadi beberapa bagian dengan ukuran

sesuai besar pipa yang telah dibagi menjadi tiga.

d. Membungkus pipa tersebut yang telah dibelah dengan kain katun,

kemudian menjahit kain tersebut dengan benang dan jarum

dibagian bawah dan samping pipa. Biarkan satu lubang pipa

terbuka atau tidak dijahit.

e. Setelah media filter selesai dirakit, masukkan media tersebut ke

dalam pipa berukuran 2” dengan panjang 50cm.

2. Persiapan Alat

a. Mempersiapkan semua alat yang dibutuhkan dalam penelitian.

b. Menyiapkan pipa air pvc berukuran 2” dengan panjang 50cm.

c. Melubangi wadah (ember) dibagian bawah untuk memasang vlok

ring atau sambungan pipa agar pipa dapat merekat dengan wadah

(ember). Kemudian memberikan lem pipa disekeliling perekat

pipa agar lebih merekat dan tidak bocor.


45

d. Merakit alat filtrasi dengan menyambungkan pipa-pipa dengan

sambungan pipa. Menyambungkan valve socket pada ring pipa

atau perekat pipa, menyambungkan pipa pvc berukuran 0,5”

dengan panjang 15cm pada volve socket, menyambungkan keran

air pada pipa pvc berukuran 0,5”, menyambungkan pipa pvc

berukuran 0,5” dengan panjang 15cm pada keran air,

menyambungkan pipa elbow menghadap ke bawah pada pipa pvc

berukuran 0,5”, menyambungkan pipa pvc berukuran 0,5”

dengan panjang 15cm pada pipa elbow, menyambungkan pipa

elbow menghadap ke atas pada pipa pvc berukuran 0,5”,

menyambungkan lagi pipa pvc berukuran 0,5” dengan panjang

15cm pada pipa elbow, menyambungkan pipa reducing socket

pada pipa pvc berukuran 0,5”.

e. Kemudian memasukkan media filter yang sudah dibagi menjadi

tiga dan dirakit pada pipa pvc berukuran 2” dengan panjang 50cm

dan menutup pipa bagian atas dengan penutup pipa clean out.

f. Kemudian menyambungkan pipa pvc yang diiisi media filter pada

pipa reducing socket.

g. Menyambungkan reducer socket sock pipa aw pvc berukuran 3”

× 1” pada pipa air pvc berukuran 2”.


46

3. Cara Kerja

Adapun cara kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian

eksperimen ini.

b. Merakit media filter untuk alat penyaringan air.

c. Mengambil sampel di lokasi.

d. Mengukur kesadahan air dan derajat pH air dengan air sampel

sebanyak 1000 ml menggunkan alat ukur tes kit dan pH meter

sebelum melakukan penyaringan pada air yang akan diteliti.

e. Melakukan eksperimen pada alat penyaringa air dengan cara

memasukkan sampel air satu-persatu dari mata air dan sumur gali

ke dalam wadah (ember) alat penyaringan, kemudian membuka

keran air agar air dapat mengalir ke media filter melalui pipa-pipa

untuk disaring. Selanjutnya menadah air tersebut ke dalam wadah

(ember) setelah melewati media filter tersebut.

f. Mengukur kembali kesadahan air dan derajat pH air dengan

sampel air sebanyak 1000 ml menggunakan alat ukur setelah

melakukan penyaringan air.

g. Menghitung presentase penurunan tingkat kesadahan dan

peningkatan derajat pH air dari eksperimen tersebut.

3.5.3 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah peralatan yang digunakan

untuk pengambilan sampel air, alat filtrasi, tes kit, pH meter, gelas ukur,
47

lembar pengujian serta lembar persetujuan dari pemilik sumur gali dan

air dari mata air yang dijadikan sampel penelitian.

3.6 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Untuk memperoleh batasan yang jelas mengenai penelitian ini,

maka peneliti mengemukakan definisi operasional dan kriteria objektif

penelitian ini yaitu sebagai berikut:

3.6.1 Tingkat Kesadahan

Defiisi Oprasional

Yang dimaksud dengan tingkat kesadahan dalam penelitian ini

adalah pemeriksaan kesadahan salah satu parameter kimia dalam standar

baku mutu kesehatan lingkungan pada media air untuk keperluan higiene

sanitasi yang digunakan untuk mengukur tingkat kadar kesadahan air dengan

nilai 500 mg/l yang biasa digunakan untuk menggambarkan kualitas air

yang diadaptasi berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 32 tahun 2017.

Kriteria Objektif

Memenuhi Syarat : Apabila Standar Baku Mutu (kadar

maksimum) tingkat kesadahan airnya 500

mg/l.

Tidak Memenuhi Syarat : Apabila melebihi Standar Baku Mutu (kadar

maksimum) tingkat kesadahan airnya 500

mg/l.
48

3.6.2 Tingkat pH

Defiisi Oprasional

Yang dimaksud dengan tingkat pH dalam penelitian ini adalah

pemeriksaan pH salah salah satu parameter kimia dalam standar baku

mutu kesehatan lingkungan untuk media air untuk keperluan higiene

sanitasi yang digunakan untuk mengukur tingkat derajat pH air yang

bersifat asam atau basa dengan nilai 6,5-8,5 mg/l yang diadaptasi

berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 32

tahun 2017.

Kriteria Objektif

Memenuhi Syarat : Apabila Standar Baku Mutu tingkat pH

airnya 6,5-8,5 mg/l.

Tidak Memenuhi Syarat : Apabila Melebihi atau Tidak Mencapai

Standar Baku Mutu tingkat pH airnya

6,5-8,5 mg/l.

3.6.3 Efektivitas Penurunan Tingkat Kesadahan

Definisi Oprasional

Yang dimaksud dengan efektivitas penurunan tingkat kesadahan

dalam penelitian ini adalah mengukur keberhasilan tingkat penurunan

kesadahan untuk menentukan keefektifan suatu sarana yang dapat diukur

dengan menggunakan standar acuan Litbang Depdagri 1991.


49

Kriteria Objektif

Sangat Tidak Efektif : Apabila penurunan tingkat kesadahan (%)

dengan rasio efektivitas 0 – 40.

Tidak Efektif : Apabila penurunan tingkat kesadahan (%)

dengan rasio efektivitas 40 – 59,99.

Cukup Efektif : Apabila penurunan tingkat kesadahan (%)

dengan rasio efektivitas 60 – 79,99.

Sangat Efektif : Apabila penurunan tingkat kesadahan (%)

dengan rasio efektivitas di atas 80.

3.6.4 Perubahan Peningkatan Derajat pH

Definisi Oprasional

Yang dimaksud dengan perubahan peningkatan derajat pH dalam

penelitian ini adalah mengukur keberhasilan dalam perubahan untuk

menentukan peningkatan derajat pH.

Kriteria Objektif

Meningkat : Apabila nilai derajat pH meningkat ≥ 0,1.

Tidak Meningkat : Apabila nilai derajat pH menurun ≤ 0,1.

3.7 Jenis Data Penelitian

3.7.1 Data Primer

Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dengan

melakukan uji pada air yang akan diteliti dari mata air dan sumur gali

dengan melakukan pemeriksaan terhadap parameter.


50

3.7.2 Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Dinas

Kesehatan Provinsi, Puskesmas Lalowaru mengenai jumlah sarana air

minum dan air bersih dan sumber lain yang relavan.

3.8 Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data

3.8.1 Pengolahan Data

Teknik pengolahan data pada penelitian ini adalah menggunakan

lembar pengujian untuk mengetahui ukuran kualitas air pada air yang

akan diteliti yang berumber dari mata air dan sumur gali yang berada di

Desa Mekar Jaya, Kecamatan Moramo Utara, Kabupaten Konawe

Selatan dengan membandingkan hasil uji nilai baku mutu kualitas air

sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32

Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan

Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam

Renang, Solus Per Aqua, Dan Pemandian Umum lalu menghitung

presentase tingkat penurunan kesadahan dan peningkatan derajat pH

3.8.2 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menghitung presentase

penurunan tingkat kesadahan dan perubahan peningkatan derajat pH

pada air dengan mengukur tingkat kesadahan menggunakan teskit dan

mengukur derajat pH air menggunakan pH meter sebelum dan sesudah

pengolahan kemudian menentukan tingkat capaian efektivitas sesuai

acuan Litbang Depdagri 1990 dan melihat perubahan peningkatan derajat


51

pH air. Besarnya efektivitas dinyatakan dalam bentuk persentase (%),

menggunakan rumus sebagai berikut (Muharrami, 2021):


𝐴0−𝐴𝑛
Efektivitas (%) = × 100%
𝐴0

dengan A0 adalah subjek sebelum dilakukan pengolahan dan An

adalah subjek setelah dilakukan pengolahan.

3.8.3 Penyajian Data

Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel hasil uji

yang disertai penjelasan dan menentukan tingkat capaian efektivitas

melalui presentase penurunan tingkat kesadahan air. Kemudian

menetukan peningkatan derajat pH air melalui perubahan nilai yang

terjadi.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Keadaan Geografi dan Demografi


Secara geografis, batas-batas wilayah Desa Mekar Jaya sebagai

berikut (Profil Desa Mekar Jaya, 2022):

1. Sebelah Utara berbatasan dengan: Desa Sanggula

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan: Desa Lamokula

3. Sebelah Barat berbatasan dengan: Desa Lombuea

4. Sebelah Timur berbatasan dengan: Desa Batu/Hutan Negara

Orbitas/ Jarak antar Ibukota Jarak dari ibu kota kecamatan ± 33

km.

Berdasarkan Data Administrasi Pemerintahan Desa, jumlah

penduduk Desa Mekar Jaya, Kecamatan Moramo Utara, Kabupaten

Konawe Selatan tercatat 268 KK dan 884 jiwa yang tersebar di empat

dusun, dan jumlah jiwa berjenis kelamin laki – laki tercatat 445 jiwa,

sedangkan berjenis kelamin perempuan tercatat 440 jiwa (Profil Desa

Mekar Jaya, 2022).

52
53

Gambar 4.1 Peta Wilayah Desa Mekar Jaya


Sumber: Profil Desa mekar jaya
4.1.2 Akses Terhadap Air Minum Yang Berkualitas

Air merupakan salah satu media lingkungan yang harus

ditetapkan Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan

Kesehatan. Ditinjau dari sudut kesehatan masyarakat, kebutuhan Air

untuk keperluan higiene sanitasi harus memenuhi syarat kualitas agar

kesehatan masyarakat terjamin. Air dalam keadaan terlindung dari

sumber pencemaran, binatang pembawa penyakit, dan tempat

perkembangbiakan vektor. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan

bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan

masyarakat (Triono, et all, 2018).

Akses masyarakat terhadap sanitasi dan air minum yang layak

merupakan bagian dari upaya promotif-preventif yang harus di utamakan


54

di Desa Mekar Jaya. Upaya promotif-preventif yang efektif akan

menekan kejadian penyakit, menurunkan jumlah orang yang sakit dan

orang yang berobat serta berdampak pada efisiensi biaya kesehatan yang

menjadi beban pemerintah dan masyarakat. Sumber air bersih

masyarakat di Desa Mekar Jaya umumnya berasal dari ledeng (mata air)

dan sumur gali. Namun, tidak semua masyarakat memiliki sumur gali

sendiri. Adapun kualitas sumurnya bila ditinjau dari segi fisiknya

mayoritas telah memenuhi syarat untuk keperluan sehari - hari. Namun,

masih ada beberapa sumur gali yang tidak memnuhi syarat, seperti tidak

memiliki lantai sumur gali dan tidak memiliki penutup sumur. Sumur gali

ini juga mengandung air yang berkapur sehingga kesadahan airnya di

dalam air tanah itu tinggi. Untuk keperluan air minum, masyarakat

biasanya memasak air yang berasal dari ledeng (mata air) dan

menggunakan air gallon (Profil Desa Mekar Jaya, 2022).

4.2 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mekar Jaya Kecamatan

Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan. Penelitian ini menggunakan

metode filtrasi dengan alat penyaringan air menggunakan media

sederhana yaitu kain katun, penyaringan akuarium, dan pipa yang

mampu memisahkan partikel-partikel pada air. Pengumpulan data pada

penelitian ini dilaksanakan dengan menentukan sumber air yang

dijadikan sampel dan melakukan pengukuran dengan alat untuk

mengetahui perubahan sampel sebelum dan setelah melalui proses


55

pengolahan. Hasil penelitian terdiri dari sumber air bersih sebagai

sampel, pengukuran tingkat kesadahan air, dan pengukuran derajat pH

air.

Gambar 4.2 Air Berkapur Sebelum Melakukan Pengolahan

Gambar 4.3 Hasil Filtrasi Air Berkapur Sesudah Pengolahan

4.2.1 Sumber Air Bersih

Sumber air bersih adalah sumber air yang digunakan untuk keperluan

sehari-hari oleh masyarakat. Sumber air bersih sebagai sampel penelitian di

Desa Mekar Jaya diantaranya ialah:

Tabel 4.1 Sumber Air Bersih Di Desa Mekar Jaya, Kecamatan


Moramo Utara, Kabupaten Konawe Selatan
No. Sumber Air Bersih Jumlah
1. Mata Air 1
Sumur Gali (Tidak memenuhi syarat):
2. Tidak memiliki lantai sumur dan 3
penutup sumur
56

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa terdapat 4 sampel

penelitian yang digunakan. Mata air yang dijadikan sampel berjumlah 1

dan sumur gali yang tidak memenuhi syarat berjumlah 3 sumur gali.

Wilayah sumur gali berada disekitar bebatuan yang berkapur sehingga

air tanahnya mengandung kapur. Selain itu, kondisi fisik sumur gali tidak

memiliki lantai sumur dan tidak memiliki penutup sumur.

4.2.2 Tingkat Kesadahan Air

Hasil pengukuran tingkat kesadahan air bersih sebelum dan

sesudah dilakukan pengolahan filtrasi sebagai berikut:

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Kesadahan Air Bersih Sebelum


Dan Sesudah Melakukan Pengolahan
Kadar Kesadahan Standar
Sumber
Penurunan Baku Mutu
No. Air Sebelum Sesudah
% (Kadar
Bersih Pengolahan Pengolahan
Maksimum)
Mata
1. 250 mg/l 100 mg/l 60%
Air
2. Sumur
500 mg/l 100 mg/l 80%
Gali 1 500 mg/l
3. Sumur
1000 mg/l 500 mg/l 50%
Gali 2
4. Sumur
1000 mg/l 250 mg/l 75%
Gali 3

Dari tabel 4.2 diketahui bahwa standar baku mutu kadar

kesadahan yang memenuhi syarat apabila maksimal 500 mg/l. Dari hasil

penelitian kadar kesadahan air yang paling tinggi adalah sumur gali.

Setelah melalui pengolahan filtrasi terdapat penurunan kesadahan air

pada sampel. Adapun presentase penurunan tingkat kesadahan yang


57

paling besar yaitu sumur gali 1 sebesar 80%, dan presentase penurunan

tingkat kesadahan yang paling kecil yaitu sumur gali 2 sebesar 50%.

4.2.3 Derajat pH Air

Hasil pemeriksaan derajat pH air bersih sebelum dan sesudah

dilakukan pengolahan filtrasi sebagai berikut:

Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Derajat pH Air Bersih Sebelum


Dan Sesudah Melakukan Pengolahan
Sumber Derajat pH Standar
Peningkatan
No. Air Sebelum Sesudah Baku
(≥ 0,1 mg/l)
Bersih Pengolahan Pengolahan Mutu
1. Mata Air 6,5 mg/l 6,8 mg/l 0,3

2. Sumur
6,1 mg/l 6,5 mg/l 0,4
Gali 1 6,5 - 8,5
3. Sumur mg/l
5,6 mg/l 6 mg/ 0,4
Gali 2
4. Sumur
5,1 mg/l 5,3 mg/l 0,2
Gali 3

Dari tabel 4.4 diketahui bahwa standar baku mutu untuk

parameter pH yaitu 6,5-8,5. Dari hasil penelitian derajat pH air yang

paling rendah adalah sumur gali. Setelah melalui pengolahan filtrasi

terdapat perubahan peningkatan pH air pada sampel. Adapun perubahan

peningkatan derajat pH yang paling tinggi yaitu sumur gali 1 dan 2

sebesar 0,4 mg/l, dan yang paling rendah yaitu sumur gali 3 sebesar 0,2

mg/l.
58

4.3 Pembahasan

4.3.1 Filtrasi

Filtrasi merupakan metode pemisahan fisik, yang dipakai dalam

memisahkan antara cairan (larutan) serta padatan. Cairan yang telah

diproses filtrasi/penyaringan itu disebut dengan filtrat, sedangkan untuk

padatan yang tertumpuk di penyaring itu disebut dengan residu (Ma’ruf

et al, 2021). Filtrasi atau penyaringan adalah suatu proses untuk

menghilangkan zat padat tersuspensif diukur dengan kekeruhan dari air

melalui media berpori. Penyaringan melalui media berpori terjadi dengan

cara menghambat partikel-partikel ke dalam ruang pori sehingga terjadi

pengumpulan dan tumpukan partikel tersebut pada permukaan butiran

media. Dengan tumpukan partikel yang melekat pada butiran media ini

akan membuat air tidak keruh dan menjadi lebih bersih (Mashadi et al,

2018).

Penyaringan adalah langkah awal dalam proses pengolahan air

fisik yang bertujuan menghilangkan partikel dari air. Pada proses

filtrasi ini terjadi proses pemisahan padatan dari suatu larutan untuk

menghilangkan partikel yang sangat halus, dimana larutan dilewatkan

melalui suatu media berpori atau material berpori. Setiap media filter

yang digunakan memiliki fungsi yang sama, yaitu sebagai penyaringan

padatan pencemar yang terdapat pada air tanah. Media filter bahkan

mampu menurunkan dan mengubah zat-zat yang ada di dalam air, seperti
59

kesadahan dan pH (Husaini, 2020).

Filtrasi diperlukan untuk membantu penurunan kadar kontaminan

seperti kesadahan dan kekeruhan sehingga diperoleh air yang bersih

memenuhi standar baku mutu kualitas air bersih. Air yang keluar dari

penyaringan biasanya sudah jernih dan proses tersebut merupakan proses

akhir dari seluruh proses pengolahan dan penjernihan air. Air yang jernih

dapat dikonsumsi apabila melalui proses terlebih dahulu, seperti air

dimasak hingga mendidih (Ma’ruf et al, 2021).

Penelitian sebelumnya oleh Husaini dkk pada Tahun 2020 yang

menunjukan bahwa proses filtrasi dalam penelitiannya cukup efektif

untuk menurunkan kesadahan air dikarenakan pemilihan media filtarsi

yang tepat dan dengan ukuran media yang tebal sehingga mempunyai

daya saring dan daya serap yang tinggi. Selain mampu menurunkan

kesadahan, metode filtrasi yang dilakukan pada penelitiannya mampu

mengubah nilai pH pada air. Setelah melakukan penyaringan pada air

dapat meningkatkan nilai derajat pH air melalui metode filtrasi (Husaini,

2020).

Perawatan filter air sederhana diperlukan agar kotoran sisa

penyaringan dari filter tidak menyumbat pipa saluran air dan proses

penyaringan air dapat berjalan lancer (Hartayu, et al 2019). Setelah

digunakan dalam kurun waktu tertentu, filter akan mengalami

penyumbatan akibat tertahannya partikel. Tersumbatnya media filter


60

ditandai oleh penurunan kualitas air. Jika kondisi tersebut tercapai maka

filter harus dicuci. Perawatan minimal dilakukan dua minggu sekali agar

kinerja filter dapat maksimal. Cara perawatan filter air sederhana yang

dapat dilakukan yaitu melepaskan pipa filter pada sambungan pipa

lainnya, lalu mengeluarkan media filter yakni penyaringan aquarium dan

pipa yang dibungkus dengan kain katun, melepaskan kain katun pada

pipa yang dibungkus, kemudian bersihkan kain katun yang berfungsi

sebagai penyaring (Jubaidi et al, 2021).

4.3.2 Kesadahan

Air merupakan suatu kebutuhan bagi makhluk hidup,

pemanfaatan air baku dari berbagai sumber pun dilakukan demi dapat

memenuhi kebutuhan domestik seperti mata air dan air tanah.

Masyarakat di Desa Mekar Jaya masih memanfaatkan air tanah dengan

membuat sumur galian untuk pengambilan air tanah, walaupun kualitas

air tersebut buruk akan tetapi masih dipakai untuk kebutuhan sehari-hari.

Oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan air sumur agar dapat

memenuhi standar baku air bersih dengan menggunakan metode filtrasi.

Filtrasi merupakan teknik pengolahan air bersih yang bisa digunakan

untuk skala rumah tangga, sebab tidak memerlukan bahan kimia, murah,

dan efisien. Media yang digunakan pun merupakan bahan yang umum

dan mudah didapatkan (Mastian et al, 2022).

Kesadahan adalah salah satu parameter kimia tentang kualitas air

bersih dengan tingkat kesadahan air pada dasarnya ditentukan oleh


61

jumlah kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) (Sartika et al, 2019). Standar

kesadahan total adalah 500ppm, jika melebihi akan dapat menimbulkan

beberapa risiko seperti penyakit pencernaan, terutama masalah kekebalan

tubuh, karena kontaminan seperti virus atau bakteri bisa menempel pada

padatan tursuspensi (Nugraha et al, 2023).

Standar kesadahan air berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu

Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan

Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, Dan Pemandian

Umum yaitu maksimum 500 mg/l. Air dengan kadar kesadahan yang

tinggi atau yang melebihi nilai ambang batas apabila di konsumsi tanpa

dilakukan pengolahan terlebih dahulu akan mengakibatkan berbagai

masalah. Kesadahan air berkaitan dengan kemampuan air membentuk

busa. Semakin besar kesadahan air semakin sulit bagi sabun untuk

membentuk busa (Mashadi et al, 2018). Ketika isinya melebihi 500 mg/l,

kesadahan tinggi mulai mempengaruhi peralatan rumah tangga dimana

air jika dimasak dapat menimbulkan kerak pada dinding panci,

kesadahan air dapat membuat sabun pembersih menjadi tidak efektif

yang mengakibatkan busa relatif sedikit, airnya agak licin jika memakai

sabun saat mandi. Kesadahan jangka panjang di atas 500 mg/l akan

mempengaruhi orang dengan defisiensi ginjal dan menyebabkan

mereka terkena penyakit ginjal (Dewi et al, 2018).


62

Hasil penelitian yang telah dilakukan pada mata air dan air sumur

gali di Desa Mekar Jaya Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe

Selatan menunjukkan bahwa tingkat kesadahan yang paling tinggi

terdapat pada sumur gali. Setelah melalui proses pengolahan terjadi

perubahan tingkat kesadahan air pada masing-masing sampel yang

berbeda-beda. Pada sumur gali pertama sebelum pengolahan nilai

tingkat kesadahan sebesar 500 mg/l dan setelah pengolahan sebesar 100

mg/l dengan presentase penurunannya sebesar 80%. Pada sumur kedua

sebelum pengolahan niali tingkat kesadahan sebesar 1000 mg/l dan

setelah pengolahan sebesar 500 mg/l dengan presentase penurunannya

sebesar 50%. Pada sumur gali ketiga sebelum pengolahan nilai tingkat

kesadahan sebesar 1000 mg/l dan setelah pengolahan sebesar 250 mg/l

dengan presentase penurunannya sebesar 75%. Pada mata air sebelum

pengolahan nilai tingkat kesadahan sebesar 250 mg/l dan setelah

pengolahan sebesar 100 mg/l dengan presentase penurunannya sebesar

60%.

Air tanah seperti air sumur gali biasanya memiliki kesadahan

yang lebih tinggi dibandingkan dengan kesadahan pada air permukaan.

Faktor yang menyebabkan tingginya tingkat kesadahan karena wiilayah

sumur gali ini air tanahnya berkapur. Pada prinsipnya, air yang berkapur

disebabkan karena tingginya kandungan logam tertentu di dalamnya,

biasanya berupa logam Natrium, Kalium dan Magnesium dan air yang

mengandung logam-logam seperti ini disebut dengan air sadah.


63

Wilayah sumur gali berada disekitar bebatuan yang berkapur sehingga

air tanahnya mengandung kapur. Dengan cara ini, air yang mengalir

melalui daerah kapur akan memiliki kesadahan yang tinggi (Husaini et

al 2020). Penurunan tingkat kesadahan disebabkan karena air berkapur

disaring melalui media berpori terjadi dengan cara menghambat partikel-

partikel ke dalam ruang pori sehingga terjadi pengumpulan dan

tumpukan partikel tersebut pada permukaan butiran media. Dengan

tumpukan partikel yang melekat pada butiran media ini akan membuat

air tidak keruh dan menjadi lebih bersih (Mashadi et al, 2018).

Hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa metode

filtras dapat menurunkan tingkat kesadahan air. Penyaringan air ini

dapat menurunkan tingkat kesadahan setelah melalui pengolahan

dengan presentase penurunannya 50% - 80%. Standar ukuran efektivitas

sesuai acuan Litbang Depdagri dengan rasio efektivitas 60% – 80%

menunjukkan bahwa metode filtrasi dalam penelitian ini cukup efektif

untuk menurunkan tingkat kesadahan air.

4.3.3 pH

Salah satu parameter kualitas air adalah pH atau tingkat

keasaman. pH merupakan salah satu parameter yang sangat penting yang

digunakan untuk menganalisa kualitas air. Air yang digunakan untuk

keperluan konsumsi manusia sebaiknya memiliki pH netral, karena nilai

pH berhubungan dengan efektifitas klorinasi (Husaini et al, 2020).

Derajat pH digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau


64

kebasaan oleh suatu larutan. Standar pH air berdasarkan Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 Tentang

Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan

Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua,

Dan Pemandian Umum yaitu maksimum 6,5-8,5 mg/l (Permenkes,

2017).

Air yang baik adalah air yang bersifat netral, pH = 7. Air dengan

pH kurang dari 7 bersifat asam, sedangkan air dengan pH di atas 7

bersifat basa. Kandungan bahan kimia air yang baik memiliki kandungan

bahan kimia dalam jumlah yang sesuai standar yang ditetapkan. Apabila

jumlah bahan kimia yang terkandung tidak sesuai standar yang

ditetapkan, maka dapat menimbulkan gangguan pada tubuh. Hal ini

terjadi karena bahan kimia yang tidak sesuai standar dapat terurai

menjadi racun berbahaya (Khoiriah et al, 2023).

Air dengan derajat pH yang belum memenuhi standar baku mutu

apabila di konsumsi tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu akan

mengakibatkan berbagai masalah kesehatan. Jika air yang dikonsumsi

tidak seimbang atau netral, dan darah memiliki kadar keasaman yang

tinggi, maka dapat menyebabkan hilangnya mineral dari tulang, organ,

sel dan jaringan. Bahkan juga berdampak dalam penyerapan vitamin

serta akumulasi limbah dan racun dalam tubuh. Nilai pH rendah yang

belum memenuhi standar yang telah ditetapkan perlu dilakukan


65

pengolahan. Setelah dilakukan pengolahan dengan menggunakan metode

filtrasi dapat meningkatkan nilai pH air (Mastian et al, 2022).

Hasil penelitian yang telah dilakukan pada mata air dan air sumur

gali menunjukkan bahwa derajat pH air yang paling rendah terdapat pada

sumur gali. Setalah melalui proses pengolahan terjadi perubahan kadar

pH air pada masing-masing sampel. Pada mata air sebelum pengolahan

nilai derajat pH air sebesar 6,5 mg/l dan setelah pengolahan sebesar 6,8

mg/l. Pada sumur gali pertama sebelum pengolahan nilai derajat pH air

sebesar 6,1 mg/l dan setelah melalui proses sebesar 6,5 mg/l. Pada sumur

gali kedua sebelum melalui pengolahan nilai derajat pH air sebesar 5,6

mg/l dan setelah melalui pengolahan sebesar 6 mg/l. Pada sumur gali

ketiga sebelum melalui pengolahan nilai derajat pH air sebesar 5,1 mg/l

dan setelah melalui pengolahan sebesar 5,3 mg/l.

Potensi Hidrogen (pH) air dalam tanah umumnya rendah

dipengaruhi adanya asam humus dalam tanah, dengan melewatkan air

tanah pada media filter, maka pH air akan meningkat. Larutan asam

biasanya mempunyai banyak ion hidrogen bebas dan larutan alkali

mempunyai lebih sedikit ion hidrogen bebas. Tiap-tiap zat yang

mempunyai pH rendah disebut asam. Peningkatan konsentrasi pH

disebabkan oleh air yang mengalir pada proses filtrasi melalui media

filtrasi mengalami tumbukan antar molekul yang berakibat munculnya

gelembung udara (air melepaskan ion O) sehingga akan terjadi reaksi ion

yang dapat menyebabkan air kelebihan ion H+ (Sitasari et al, 2021).


66

Hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa metode

filtrasi dapat meningkatkan derajat pH air. Terjadinya peningkatan

apabila nilai derajat pH meningkat sebesar ≥ 0,1 mg/l. Penyaringan air

ini dapat meningkatkan derajat pH air setelah melalui pengolahan

dengan peningkatannya 0,2 mg/l – 0,4 mg/l.

4.4 Keterbatasan Penelitian

1. Alat tes kit yang digunakan tidak merata secara

keseluruhan warna tingkat uji teskitnya.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah

dilakukan mengenai Efektivitas Metode Filtrasi Dalam Menurunkan

Kesadahan Dan Perubahan Peningkatan Derajat pH Air Bersih Di Desa

Mekar Jaya Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe Utara

Tahun 2023, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Efektivitas metode filtrasi dalam penurunan tingkat kesadahan

air setelah dilakukan pengolahan cukup efektif dalam

menurunkan tingkat kesadahan air.

2. Terdapat perubahan peningkatan derajat pH air setelah

dilakukan pengolahan melalui metode filtrasi.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diambil pada penelitian ini adalah:

1. Diharapakan warga Desa Mekar Jaya dapat mencoba

mengaplikasikan penelitian peneliti karena dapat menyaring air

dalam mengatasi permasalahan air berkapur.

2. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat

menambahkan variasi media atau variabel lain mengenai

keefektifan metode filtrasi pada air.

67
DAFTAR PUSTAKA

Anggela, T. (2021). Perbandingan Efektivitas Eco Filter Air Cangkang


Kerang Lokan (Geloina Erosa) Dengan Saringan Pasir
Lambat (Spl) Untuk Mengurangi Kekeruhan Pada Sumur
Gali di Kelurahan Padang Serai Kota Bengkulu. (Karya
Tulis Ilmiah, Politeknik Kesehatan Kemenkes
Bengkulu,2021) Diakses dari http://repository.poltekkesbe
ngkulu.ac.id/1175/1/KTI%20Thesa%20Anggela dikonvers
i.pdf

Apriani, I dkk. (2022). Pengaruh Waktu Kontak Proses Adsorpsi dan


Filtrasi Terhadap Perubahan Konsentrasi Besi, Warna, dan
pH Pada Air Sumur: Jurnal Rekayasa Lingkungan Tropis,
3(1), 75-82.

Ariel Azmir, A., Made Ary Esta Dewi Wirastuti, N., Setiawan, W., &
Oka Saputra, K. (2022). Filter Air Kapur untuk Mengurangi
Penyakit Batu Ginjal. Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 1(9).

Asia, L., Harfal, Z., Wijaya, D. R., Fitri, A., Pujiati, I., & Suryawati, E.
(2021). Water Filtration from Ketapang Charcoal as A
Media for Controlling Water Destruction in First Middle
School 6 Dumai City. PUCUK REBUNG: Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(2), 89–93.
https://pucukrebung.ejournal.unri.ac.id/
Badan Pusat Statistik. (2022). Badan Pusat Statistik.

Batanghari Jambi, U., Dwi Nugraha, R., Nabila, J., Sheila Husna, F.,
khairani, D., Afifa, Y., & Yusuf Lubis, R. (2023). JIUBJ
Jurnal Ilmiah Pemanfaatan Filtrasi Air Sumur untuk
Mengurangi Kekeruhan Menggunakan Penyaringan Air
Sederhana di Kelurahan Pahang. Jurnal Ilmiah Universitas

68
69

Batanghari Jambi, 23, 586–589.


https://doi.org/10.33087/jiubj.v23i1.2806
Dewi, R. S., Kusuma, M. I., & Kurniawati, E. (2018). Pengaruh Lama
Kontak Arang Kayu Terhadap Penurunan Kadar Kesadahan
Air Sumur Gali di Paal Merah Ii Kota Jambi. Riset
Informasi Kesehatan, 7(1), 46.
https://doi.org/10.30644/rik.v7i1.125

Dinda sekar pramesti, S. (2020). Analisis Uji Kekeruhan Air Minum


Dalam Kemasan Yang Beredar Di Kabupaten Banyuwangi.
Preventif: jurnal kesehatan masyarakat volume 11 nomor 2
(2020),75-85.

Dinas Kesehatan Prov. Sultra. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi


Tenggara Tahun 2022.Kendari: Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tenggara;2022.

Fauziah, A., Notoadmodjo, S., & 2, Masyitah, S., (2018) Detrminan


Kejadian Difteri Rumah Sakit Umum (Rsu) Kabupaten
Tangerang Determinants of The Occurrence of Diphtheria
in The Tangerang Districtgeneral Hospital, jurnal formil
(forum ilmiah) kesmas respati, volume 3, nomor 2, oktober
2018.

Hartono DM, Gusniani I, Kristanto GA, Subekti RJ. Evaluasi Unit


Pengolahan Air Minum Instalasi Pdam Rawa Lumbu 4,
Bekasi. Jurnal Purifikasi. 2018;11(2);119-28.

Heriyani, O., & &dan Mugisidi,). (n.d.). Pengaruh Karbon Aktif dan
Zeolit pada pH Hasil Filtrasi Air Banjir. In Seminar
Nasional Teknoka_Ft Uhamka.
Husaini, A., Yenni, M., Wuni, C., Tinggi, S., Kesehatan, I., & Jambi, H.
I. (2020). Efektivitas Metode Filtrasi dan Adsorpsi dalam
Menurunkan Kesadahan Air Sumur di Kecamatan Kota
70

Baru Kota Jambi (Vol. 5, Issue 2).


http://formilkesmas.respati.ac.id

Ibeng, parta. (2019). Pengertian perpindahan kalor: konduksi, konveksi,


dan radiasi.

Ilyas, I., Tan, V., & Kaleka, M. (2021). Penjernihan Air Metode Filtrasi
untuk Meningkatkan Kesehatan Masyarakat RT Pu’uzeze
Kelurahan Rukun Lima Nusa Tenggara Timur. Warta
Pengabdian, 15(1), 46. https://doi.org/10.19184/wrtp.v15i
1.19849
Khoiriah, M., Stighfarrinata, R., & Bojonegoro, U. (n.d.). Penurunan
Kadar Ph Dengan Metode Filtrasi Menggunakan Media
Pasir Dan Tanah Liat Pada Water Treatment Plant Pusat
Pengembangan Sumber Daya Manusia (Ppsdm Migas)
Cepu Decreasing Ph Content by Filtration Method Using
Sand and Clay Media in Water Treatment Plant Ppsdm
Migas Cepu. Jurnal Teknologi Dan Manajemen Sistem
Industri (JTMSI), 2(1), 2023.
Konawe Selatan, K. (n.d.). Badan Pusat Statistik.
Lantapon, H., Pinontoan, O. R., Akili, R. H., Kesehatan, F., Universitas,
M., Ratulangi, S., & Abstrak, M. (2019). Analisis Kualitas
Air Sumur Berdasarkan Parameter Fisik Dan Derajat
Keasaman (Ph) Di Desa Moyongkota Kabupaten Bolaang
Mongondow Timur. In Jurnal KESMAS (Vol. 8, Issue 7)
Mahmudi, M., & Musa, M. (2020). Hubungan Ph Dengan Parameter
Kualitas Air Pada Tambak Intensif Udang Vannamei
(Litopenaeus vannamei). http://jfmr.ub.ac.id
Ma’ruf, M., Subagyo, R., Isworo, H., Ghofur, A., Candra, M. I., &
Rusdieanoor, M. (2021). <title/>. Elemen: Jurnal Teknik
Mesin, 8(1), 08. https://doi.org/10.34128/je.v8i1.161
71

Martila, Z. (2020). Analisis Kebutuhan Dan Ketersediaan Air Bersih Di


Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara. (Gelar
Sarjana S1, Universitas Muhammadiyah Mataram,2020)
Diakses dari https://repository.ummat.ac.id/1234/1/01%20
COVER%20-%20BAB%20III.pdf

Mashadi, A., Surendro, B., Rakhmawati, A., & Amin, M. (2018).


Peningkatan Kualitas Ph, Fe Dan Kekeruhan Dari Air
Sumur Gali Dengan Metode Filtrasi. Jurnal Riset Rekayasa
Sipil, 1(2). https://id.wikipedia.org/wiki/PH

Mastian, S., Apriani, I., & Kadaria, U. (2022). Pengaruh Waktu Kontak
Proses Adsorpsi dan Filtrasi Terhadap Perubahan
Konsentrasi Besi, Warna, dan pH Pada Air Sumur. Jurnal
Rekayasa Lingkungan Tropis, 3(1), 75–82.

Moeloeng L. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi


Kualitatif.Bandung: PT Rosdakarya.

Muh, T., & Hidayat, M. S. (2021). Identification of Escherichia Coli


Bacteria and Hygiene Sanitation of Refillable Drinking
Water Depot in Working Area of Puuwatu Health Center
Kendari City in 2021. JKL-UHO, 2(3).

Mulyatiningsing E. (2011). Riset Terapan Bidang Pendidikan Dan


Teknik (Cetakan 1). Yogyakarta: UNY Press.

Natara, H. R. (2018). Perencanaan Distribusi Air Bersih Kecamatan


Loura Kabupaten Sumba Barat Daya – Ntt. (Gelar Sarjana
S1, Institut Teknologi Nasional,2018) Diakses dari http://e
prints.itn.ac.id/2406/1/Untitled%2854%29.pdf

Naudita Krisna Setioningrum, R., Sulistyorini, L., Istining Rahayu, W.,


Masyarakat, K., Kesehatan Masyarakat, F., Airlangga, U.,
Mulyorejo, K. C., Mulyorejo Kota Surabaya, K., Timur, J.,
72

Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian


Penyakit, B., Sidoluhur No, J., & Surabaya, K. (n.d.).
Description Of Quality of Clean Water in Domestic Area
pn East Java In 2019.

Nugroho, S. A. (2021). Pemetaan Kandungan Besi (Fe) Air Sumur Gali


Berbasis Sistem Informasi Geografis (Sig) Daerah Aliran
Sungai (Das) Gendol Di Dusun Kalimanggis-Morangan
Desa Sindumartani. (Gelar Sarjana S1, Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan,2021) Diakses dari http
://eprints.poltekkesjogja.ac.id/5709/

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017


Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan
Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene
Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, Dan Pemandian
Umum.

Ponidi dkk. (2021). Upaya Peningkatan Kualitas Bahan Baku Air Minum
di Perbukitan Kapur Desa Dahor Tuban: Jurnal Abdikarya,
04(1), 30-35.

Prasetyo RI, Mashadi A, Amin A. Pengaruh Filtrasi Dengan Metode Up


Flow Terhadap Kekeruhna, Besi (Fe), Dan Derajat
Keasaman (pH). World Of Civil and Enviromental
Engineering [Internet]. 2018;1 (1)(1):9(13). Available fro
m: http://jom.untidar.ac.od/index.php/sipil/article/view/24
5

Puskesmas Lalowaru. (2022). Profil Kesehatan Kecamatan Moramo


Utara. Puskesmas Lalowaru Kecamatan Moramo Utara

Raimi, M., Funmilayo, A. A., Major, I., Odipe, O. E., Muhammadu, I.


H., & Chinwendu, O. (2019). The Sources of Water Supply,
Sanitation Facilities and Hygiene Practices in an Island
73

Community: Amassoma, Bayelsa State, Nigeria. SSRN


Electronic Journal. https://doi.org/10.2139/ssrn.3338408

Ratulangi, S., & Abstrak, M. (2019). Analisis Kualitas Air Sumur


Berdasarkan Parameter Fisik Dan Derajat Keasaman (Ph)
Di Desa Moyongkota Kabupaten Bolaang Mongondow
Timur. In Jurnal KESMAS (Vol. 8, Issue 7).

Restiyani, A. A. (2021). Analisis Kandungan Bakteri Coliform Dan


Escherichia Coli Pada Air Minum Dalam Kemasan Dan
Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Sukarame Bandar
Lampung. (Gelar Sarjana S1, Universitas Islam
Negeri,2021) Diakses dari http://repository.radenintan.ac.i
d/16790/1/SKRIPSI%201-2.pdf

Sagita, N. (2020). Pengaruh Penggunaan Media Filtrasi Terhadap


Kualitas Air Sumur Gali di Desa Asam Peutek Kecamatan
Langsa Lama. Jurnal Hadron, 2.
Salim, M. A. (2019). Analisis Kebutuhan Dan Ketersediaan Air Bersih
(Studi Kasus Kecamatan Bekasi Utara). (Gelar Sarjana S1,
Universitas Islam Negeri,2019) Diakses dari
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789
/46503/1/MUHAMAD%20AGUS%20SALIM-FITK.pdf

Samudera Kendari, P., Pelabuhan Perikanan Samudera Kota Kendari


Peminatan Kesehatan Lingkungan Oleh, K., & Amalia, M.
(n.d.). Gambaran Sanitasi Lingkungan Kantor Pelabuhan.

Santoso, G., Wisnubroto, P., Hani, S., Sains, I., Akprind Yogyakarta Jl
Kalisahak No, T., & Balapan Kode Pos, K. (2020).
Pengolahan Air Bersih Guna Menurunkan Kadar Kapur
(Kesadahan) Menggunakan Tenaga Surya (Solar Cell)
Untuk Mengurangi Resiko Terkena Batu Ginjal Pada
74

Masyarakat Desa Sumberwungu. In Gaung Informatika


(Vol. 13, Issue 1).

Sartika, M. (2019). Variasi Ketebalan Batu Zeolit Dalam Menurunkan


Kadar Kesadahan Air: Politeknik Kesehatan Kemenkes
Surabaya, 2(1), 72-80.

Sitasari, A. N., & Khoironi, A. (2021). Evaluasi Efektivitas Metode dan


Media Filtrasi pada Pengolahan Air Limbah Tahu. Jurnal
Ilmu Lingkungan, 19(3), 565–575.
https://doi.org/10.14710/jil.19.3.565-575
Suhartawan, B., Alfons, A. B., Rumawak, S. A., & Balabuana, G. B.
(2023). Abdimas Dinamis: Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat Pemenuhan Kebutuhan Masyarakat Terhadap
Air Bersih Dikampung Hobong Distrik Sentani Kabupaten
Jayapura. 4(1). https://disbudpar.jayapurakab.go.id/keinda
han-danau-sentani/
Sulianto, A. A., Aji, A. D. S., & Alkahi, M. F. (2020). Rancang Bangun
Unit Filtrasi Air Tanah untuk Menurunkan Kekeruhan dan
Kadar Mangan dengan Aliran Upflow. Jurnal Sumberdaya
Alam Dan Lingkungan, 7(2), 72–80.
https://doi.org/10.21776/ub.jsal.2020.007.02.4
Surti., Yunus. (2021). Analisis Kebutuhan Dan Ketersediaan Air Bersih
Di Daerah Duri Kab.Enrekang. (Gelar Sarjana S1,
Muhammadiyah Makassar,2021) Diakses dari
https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/22366Full_Text
.pdf

Saswita, N., & Setiani Fakultas Kesehatan Masyarakat, O. (2018).


Penggunaan Kapur Tohor (Cao) Dalam Penurunan Kadar
Logam Fe Dan Mn Pada Limbah Cair Pewarnaan Ulang
Jeans Kabupaten Magelang Tahun 2017 (Vol.6). http://ejo
urnal3.undip.ac.id/index.php/jkm
75

Wicaksono, B., Iduwin, T., Mayasari, D., Putri, P. S., & Yuhanah, T.
(2019). Edukasi Alat Penjernih Air Sederhana Sebagai
Upaya Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih. TERANG, 2(1),
43–52. https://doi.org/10.33322/terang.v2i1.536
World Health Organization. access to clean water. Who.int.2022
LAMPIRAN

76
77

Lampiran 1 Informed Consent

PENELITIAN

EFEKTIVITAS METODE FILTRASI DALAM MENURUNKAN


KESADAHAN AIR BERSIH DI DESA MEKAR JAYA
KECAMATAN MORAMO UTARA KABUPATEN
KONAWE SELATAN TAHUN 2023

PERMOHONAN SEBAGAI PARTISIPASI PENELITIAN

Kepada Yth:

Responden Penelitian
Di Tempat

Dengan Hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Mila Amalia
NIM : J1A119047
Status : Mahasiswa Progran Sarjana (S1) Jurusan Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Halu Oleo

Bermaksud mengadakan penelitian tentang “Efektivitas Metode


Filtrasi Dalam Menurunkan Kesadahan Air Bersih di Desa Mekar Jaya
Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2023”.
Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi Saudara/i
sebagai responden. Untuk itu, mengharap kesediaan Saudara/i secara
sukarela untuk menjadi partisipasi dalam penelitian saya. Atas bantuan
dan kesediaan Saudara/i menjadi responden, saya ucapkan terima kasih.

Kendari, Februari 2023

Peneliti
78

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN


PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Pekerjaan :

Alamat :

Menyatakan bahwa saya telah memberikan persetujuan

pengambilan sampel air sumur gali untuk menyelesaikan penelitian

yang berjudul “Efektivitas Metode Filtrasi Dalam Menurunkan

Kesadahan Air Bersih di Desa Mekar Jaya Kecamatan Moramo Utara

Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2023” yang dilakukan oleh Mila

Amalia mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu

Oleo.

Kendari, Februari 2023

(……………………..….)
79
80
81
82
83

Lampiran 2 Lembar Pengujian

LEMBAR UJI KESADAHAN DAN PH AIR BERSIH


Pemeriksaan Uji Tingkat Kesadahan

Kadar Kesadahan Standar


Penurunan
No. Sampel Sebelum Setelah Baku
%
Pengolahan Pengolahan Mutu

1. Mata Air
2. Sumur Gali:
- Tidak ada
lantai
sekeliling
sumur
- Tidak ada
pentup
sumur
- Bibir sumur
gali
3. Sumur Gali:
- Tidak ada
lantai
sekeliling 500
sumur mg/l
- Tidak ada
pentup
sumur
- Bibir sumur
gali
4. Sumur Gali:
- Tidak ada
lantai
sekeliling
sumur
- Tidak ada
pentup
sumur
- Bibir sumur
gali
84

Pemeriksaan Uji Tingkat pH

Derajat Ph Standar
Peningkatan
No. Sampel Baku
Sebelum Setelah ≥ 0,1
Pengolahan Pengolahan Mutu

1. Mata Air
2. Sumur Gali:
- Tidak ada
lantai
sekeliling
sumur
- Tidak ada
pentup
sumur
- Bibir sumur
gali
3. Sumur Gali:
- Tidak ada
lantai
sekeliling 6,5-8,5
sumur
- Tidak ada
pentup
sumur
- Bibir sumur
gali
4. Sumur Gali:
- Tidak ada
lantai
sekeliling
sumur
- Tidak ada
pentup
sumur
- Bibir sumur
gali

(Sumber: Modifikasi Ahmad Husaini et al, 2020)


81

Lampiran 3 Lembar Observasi

Lembar Observasi Sumur Gali Yang Ada di Desa Mekar Jaya Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan

Kode Sumur :
Lokasi Sumur :
Waktu Observasi :

Hasil observasi
No. Fisik sumur Tidak Bahan kedap air Sesuai standar Keterangan
Ada Standar ukuran
ada Ya Tidak Ya Tidak
1. Jarak sumur dengan sumber
pencemar
a. Septic tank Jarak ≥10 m
b. Tempat pembuangan Jarak ≥10 m
sampah
c. Saluran limbah rumah Jarak ≥10 m
tangga
2. Lantai sumur gali Lebar ≥1,5 m
3. Dinding (cincin) sumur gali
4. Bibir sumur gali Tinggi ≥ 50 cm
5. Saluran pembuangan air
sumur
6. Kepemilikan penutup sumur
(Sumber: Modifikasi Agus Dermawan, 2011)
Keterangan :
: Tidak diamati
82

Lampiran 4 Surat Izin Pengambilan Data Sekunder


83

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian FKM UHO


84

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian Litbang


85

Lampiran 7 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di Desa


Mekar Jaya
86

Lampiran 8 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di Kecamatan


Moramo Utara
87

Lampiran 9 Dokumentasi Penelitian

Mata Air

Sumur Gali 1
88

Sumur Gali 2

Sumur Gali 3
89

Partisipan
90

Sumur Gali

Anda mungkin juga menyukai