Anda di halaman 1dari 84

PERAN NELAYAN RUMPUT LAUT TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL

MASYARAKAT DI PA’BUNDUKANG KELURAHAN SIDENRE


KECAMATAN BINAMU KABUPATEN JENEPONTO

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Program Studi Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

UIN Alauddin Makassar

Oleh:

MUH RESKI
30400120059

PRODI SOSIOLOGI AGAMA


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2024

i
KATA PENGANTAR

‫ِبْس ِم ِهّٰللا الَّرْح ٰم ِن الَّر ِح ْيِم‬


Penulis senantiasa bersyukur atas kehendak Sang Maha Agung yang selalu

memberikan rahmat dan kasih sayang sehingga apa yang direncanakan dan

diusahakan berupa menjalankan tugas akhir melakukan penelitian ilmiah dalam

bentuk skripsi, akhirnya tanpa disadari hasil penelitian ini sudah berada pada hasil

dan kesimpulannya. Semua bentuk pernyataan dan permasalahan akhirnya

terjawab melalui upaya penelitian, bersama dorongan kedua pembimbing yang

setia mengawal penulisan skripsi dengan baik.

Shalawat terbingkai salam selalu tercurah atas junjungan Nabi Muhammad

saw. Sebagai Nabi yang terakhir diutus oleh Allah swt. Ke muka bumi untuk

mengajarkan Agama Islam. Semoga rahmat dan kasih sayang Tuhan menyertai

keluarga, sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman.

Selanjutnya dari lubuk hati yang paling dalam, peneliti meyampaikan

permohonan maaf dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua
orang tua peneliti yang telah menyerahkan segalanya untuk peneliti, yaitu ibunda

Sanneng dan ayahanda Mustari yang peneliti sangat cintai dan hormati, Penuh

cinta dan kesabaran serta kasih sayang dalam merawat, membesarkan, mendidik,

serta doa yang tidak henti-hentinya dipanjatkan dalan setiap sujudnya. Kepada

saudara kandung, kakak dan adik peneliti yang telah memberikan semangat dan

jerih payahnya dalam membantu perkuliahan peneliti.

Proses penulisan skripsi ini membutuhkan beberapa waktu, hambatan dan

rintangan tidak menjadi penghalang bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi,

apalagi Allah senantiasa memberikan jalan yang terbaik. Serta orang-orang yang

telah memberikan begitu banyak sumbangsih baik secara materi maupun non

ii
iii

materi kepada peneliti. Pada kesempatan ini, dengan penuh kerendahan hati,

penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. Drs Hamdan Juhannis, M.A.,Ph.D. Selaku Rektor di kampus

peradaban Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar beserta Wakil

Rektor 1 Prof. Dr. H. Kamaluddin Abunawas, M. Ag., Wakil Rektor II Dr.

H. Andi Aderus, Lc., M.A., Wakil Rektor III Prof. Dr. Halifah Mustamin

M.Pd., Wakil Rektor IV Prof. Muhammad Amri, Lc., M.Ag., yang telah

memberikan banyak edukasi dan regulasi guna membangun kampus

peradaban yang maju dan berkkualitas.

2. Prof. Dr. Muhaemin, M.Th. I., M.Ed. Selaku Dekan beserta Wakil Dekan I

Dr. Wahyuni S.Sos., M.SI., Wakil Dekan II Dr. HJ. Darmawati H, M.HI,

dan Wakil Dekan III Syahrir Karim, M.SI., Ph. D. Pada Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat yang telah menyediakan fasilitas belajar sehingga

peneliti dapat mengikuti proses perkuliahan dengan baik.

3. Dr. Asrul Muslim S.Ag., M. Pd. Selaku Ketua Jurusan Sosiologi Agama

yang banyak memberikan arahaan untuk senantiasa selalu semangat dalam

melaksanakan perkuliahan.

4. Ratnah Rahman S.Sos.,M.Si. Selaku Seketaris Jurusan Sosiologi Agama

yang juga banyak memberikan saran dan arahan dalam penyususnan

proposal dan skripsi.

5. Dr. Hj. Suryani S.Ag., M. Pd. Selaku Pembimbing 1 dan Dr. Santri Sahar

M.Si Selaku pembimbing II yang dengan segala keikhlasanya serta

kesediaannya dalam memberikan arahan, motivasi, bimbingan dan ilmu

kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik,

penulis ucapkan banyak terima kasih.


iv

6. Dra. Akila Mahmud, M.Pd. selaku Penguji I dan Dr. Dewi Anggaraini,

S.Sos., M.Si selaku Penguji II yang tiada hentinya memberikan saran serta

masukan kepada penulis.

7. Seluruh dosen dan karyawan yang ada di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

UIN Alauddin Makassar.

8. Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar dan Kepala Perpustakaan

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat yang telah menyediakan beberapa buku

sebagai bahan literasi dan referensi dalam penyusunan skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuangan Jurusan Sosiologi Agama angkatan 2020

terkhusus keluarga kedua saya yakni Sosiologi Agama 2, yang banyak

memberikan motivasi, dorongan serta dukungan kepada penulis, yang

sudah saya anggap saudara di perantauan serta teman-teman lainnya yang

penulis tidak sempat sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu

serta selalu siap menyempatkan waktunya kepada penulis sehingga

selesainya skripsi ini.


10. Sutrayani, Nur Reski Amelia, Andi Mahdaniar, Irmawati Dean yang
banyak memberikan dorongan, semangat dan dukungan kepada penulis,
yang sudah saya anggap saudara selama perkuliahan, yang sudah banyak
membantu sehingga selesianya skripsi ini’
11. Syahril Ramdhan,yang banyak memberikan dorongan dan semangat,
teman yang sudah saya anggap saudara selama di makassar, yang sudah
membantu sehingga selesainya skripsi ini.

12. Seluruh masyarakat Pa’bundukang Kelurahan Sidenre yang telah bersedia

memberikan Informasi dan melayani penulis sampai selesainya skripsi ini.

13. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebut satu persatu. Kebaikan tidak

ada yang sia-sia dihadapan Allah swt. ia Maha kaya dan juga Maha
v

memberi balasan. Kebaikan akan dibalas dengan kebaikan yang berlipat

ganda. Aamiin.

Gowa, 22 Maret 2024


Penyusun

Muh Reski
30400120059
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
F. Kajian Pustaka/ Tinjauan Peeliti Terdahulu

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Nelayan
B. Jenis-Jenis Nelayan
C. Rumput Laut
D. Jenis-Jenis Rumput Laut
E. Teori Tindakan Sosial

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian


B. Pendekatan Penelitian
C. Sumber Data
D. Metode Pengumpulan Data
E. Instrument Penelitian
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

vi
vii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

B. Hambatan dan tantangan yang di hadapi oleh usaha nelayan rumput laut
dalam mendukung kehidupan masyarakat di Pa’bundukang kelurahan
Sidenre kecamatan Binamu kabupaten Jeneponto
C. Dampak usaha nelayan rumput lautterhadap pendapatan ekonomi
masyarkat di pa’bundukang kelurahan sidenre kecamatan binamu
kabupaten jeneponto

BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA
DOKUMENTASI
DATA INFORMAN
RIWAYAT HIDUP
Abstrak
Nama :Muh Reski
Nim :30400120059
Judul :Peran Nelayan Rumput Laut Tehadap Kehidupan Sosial
Masyarakat Di Pa’bundukang Kelurahan Sidenre Kecamatan
Binamu Kabupaten Jeneponto .

Penelitian ini akan membahas Bagaiamana Kehidupan Sosial, Masyarakat


Nelayan Rumput Laut yang ada di Pa;bundukang Kelurahan Sidenre Kecamatan
Kabupaten Jeneponto pada masyarakat tersebut.
Jenis penelian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan sosiologi. Penelitian ini menggunakan teori Tindakan Sosial dari Max
Weber Data dikumpulkan melalui Observasi, Suvey dan Dokumentasi dengan
teknik pengolahan data yang digunakan ialah reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1). Kehidupan sosial nelayan
rumput laut di Pa’bundukang Kelurahan Sidenre Kecamatan Binamu Kabupaten
Jeneponto, mencakup berbagai hal diantaranya adanya saling interaksi anatara
nelayan rumput laut dengan komunitas lainnya seperti petani dan sebagainya,
adanya perbedaan pengalaman tentang kegiatan budidaya rumput laut antara
generasi yang lebih tua dan yang lebih muda dan hubungan antara nelayan
rumput laut dengan masyarakat sekitar yang terjalin dengan baik. 2). Nelayan
rumput laut melibatkan masyarakat dalam proses produksi rumput laut dengan
cara mengikat rumput laut,menanam bibit hingga panen rumput laut proses
tersebut merupakan suatu hal penting dari budidaya rumput laut yang
membutuhkan kerja sama dan partisipasi dari masyarakat setempat. 3). Faktor
Pendukung pada nelayan rumput laut terhadap kehidupan sosial masyarakat di
antaranya saling mendukung, terkhususnya saling memberi tahu konidisi laut
terhadap sesama, mengurangi angka pengangguran. Adapun faktor penghambat
pada nelayan rumput laut yaitu, kondisi cuaca buruk seperti gelombang besar,
angin kencang, hujan deras yang mengakibatkan perahu terbalik,hilangnya
barang-barang diatas perahu, kondisi kesehatan terganggu sehinggs keselataman
nyawa terancam sehingga proses pembudidayaan rumput laut menjadi terhambat.

Implikasi penelitian ini mencakup wawasan yang lebih luas dalam tentang
Kehidupan sosial nelayan rumput laut dan pentingnya melestarikan rumput dan
pentingnya melestarikan rumput laut dan mendukung keberlanjutan
pembudidayaan rumput laut.

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Nelayan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merujuk pada


individu atau komunitas yang mencari nafkah utamanya dengan menangkap ikan
dan biota lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut UU No.9 Tahun
1985, nelayan atau entitas nelayan merujuk kepada individu atau badan hukum
yang terlibat dalam kegiatan perikanan yang mencakup aktivitas menangkap,
membudidayakan, mendinginkan, atau mengawetkan ikan dengan maksud untuk
tujuan komersial.1 Nelayan adalah sebutan bagi individu yang mengabdikan
sebagian besar waktu mereka untuk menangkap ikan dan makhluk laut lainnya di
kedalaman maupun permukaan air. Definisi nelayan dalam Undang-Undang No
45 tahun 2009 merujuk kepada individu yang mencari nafkah dengan menangkap
ikan. Sementara definisi nelayan dalam kerangka statistik perikanan mengacu
pada individu yang secara aktif terlibat dalam kegiatan penangkapan atau
budidaya hewan air atau tanaman air.2

Sebagian besar penduduk di wilayah pesisir Indonesia umumnya


mengambil profesi sebagai nelayan, yang diteruskan dari generasi ke generasi
oleh leluhur mereka. Karakteristik masyarakat nelayan ini terbentuk sesuai dengan
sifat yang dinamis dari sumber daya yang mereka kelola. Oleh karena itu, untuk
mencapai hasil tangkapan yang optimal, nelayan perlu sering berpindah-pindah
lokasi. Terlebih lagi, tingginya risiko dalam usaha ini menyebabkan masyarakat
nelayan hidup dalam kondisi alam yang keras, yang selalu dipenuhi oleh
ketidakpastian ketika menjalankan aktivitas mereka. 3 Dikarenakan Indonesia
1
Adam Muiz, https://adammuiz.com/nelayan/
2
Mirnawati, Gaya Hidup Masyarakat Nelayan di Desa Tanjung Luar Kecamatan Keruak
Dalam Mengantisipasi Pergantian Musim’ (Studi Kasus Masyarakat Nelayan Desa Tanjung Luar)
h.1
3
Rahmiati,Zulfikar Sembiring,Chalis Fajri Hasibuan, Pembuatan Olahan Makanan Dari
Ikan Sampah Serta Pemasarannya Bagi Nelayan Di Desa Bagan Percut Kabupaten Deli Serdang

1
2

memiliki perairan laut yang sangat luas, kita memiliki potensi untuk
memanfaatkannya demi meningkatkan kesejahteraan terutama bagi masyarakat
nelayan. Tingkat kesejahteraan nelayan sangat terkait dengan hasil tangkapan
mereka, yang sering disebut sebagai produksi hasil tangkapan. Jumlah tangkapan
yang banyak secara langsung memengaruhi tingkat pendapatan mereka, sehingga
nelayan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan lebih baik. Ini
mengartikan bahwa kebutuhan hidup mereka dapat dipenuhi dengan mudah, dan
akibatnya, jumlah penduduk yang hidup dalam kemiskinan akan semakin
berkurang.4 Kesejahteraan nelayan merujuk pada kondisi kehidupan yang baik dan
berkelanjutan bagi individu yang menjalani profesi sebagai nelayan. Terdapat
sejumlah faktor yang memengaruhi kesejahteraan nelayan, seperti stabilitas
pendapatan, akses yang memadai ke sumber daya perikanan, peralatan perikanan
yang berkualitas, keselamatan di laut, akses terhadap pendidikan dan perawatan
kesehatan, serta perlindungan terhadap hak-hak nelayan. Selain itu, kesejahteraan
nelayan juga melibatkan keberlanjutan lingkungan laut, karena nelayan sangat
bergantung pada sumber daya perikanan yang sehat untuk mencari nafkah. Upaya
untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan diintegrasikan dalam rencana
pembangunan sosial dan ekonomi, serta usaha pelestarian dan perlindungan
lingkungan laut.

Sejak zaman dahulu hingga saat ini, nelayan menjalani sistem kerja yang
diwariskan secara turun-temurun, dan polanya tidak mengalami perubahan yang
signifikan. Kelas pemilik, yang seringkali merupakan juragan, cenderung
memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih baik karena mereka mengendalikan
faktor-faktor produksi seperti kapal, peralatan penangkapan ikan, serta sumber
daya pendukung seperti es, garam, dan sejenisnya. Di sisi lain, mayoritas anggota
komunitas nelayan adalah pekerja yang menerima upah dari pemilik faktor
produksi, dan jika mereka mencoba mengelola alat produksi mereka sendiri,
seringkali menggunakan metode yang sangat tradisional, yang menyebabkan

Jurnal Pelita Masyarakat Vol.2 No.1 2020.h.45


4
Asmita Syahma, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan
Tangkap Di Desa Galesong Kota Kecamtan Galesong Kabupaten Takalar h.2
3

produktivitas mereka stagnan. Kelompok ini sering menghadapi kemiskinan yang


berkelanjutan. Keluarga nelayan umumnya dihadapkan pada masalah yang lebih
kompleks daripada keluarga yang berprofesi sebagai petani.5 Nelayan adalah
individu atau kelompok masyarakat yang menggantungkan mata pencaharian
utama mereka pada kegiatan penangkapan ikan,budidaya rumput laut dan sumber
daya laut lainnya. Mereka biasanya beroperasi di perairan laut, sungai, danau, atau
wilayah pesisir. Nelayan yang fokus pada pembudidayaan rumput laut atau
tanaman laut lainnya disebut sebagai petani rumput laut atau petani laut. Mereka
terlibat dalam budidaya, panen, dan pengelolaan tanaman laut seperti rumput laut,
ganggang, atau jenis tanaman laut lainnya. Budidaya rumput laut adalah kegiatan
yang penting dalam industri perikanan dan kelautan karena rumput laut digunakan
dalam berbagai produk seperti makanan, kosmetik, dan bahan kimia. Nelayan
rumput laut dapat memperoleh pendapatan dari penjualan hasil panen rumput laut.
Karena produk-produk rumput laut sangat dicari, ini dapat menjadi sumber
penghasilan yang signifikan bagi komunitas pesisir yang terlibat dalam budidaya
rumput laut.

Sejak tahun 2.700 SM, rumput laut telah digunakan sebagai sumber
pangan manusia. Kemudian, pada abad ke-17, Perancis, Normandia, dan Inggris
mulai menggunakannya, terutama untuk pembuatan kaca. Namun, secara
ekonomis, penggunaan rumput laut baru berkembang di Cina, Jepang, dan Korea,
di mana digunakan untuk tujuan medis, kosmetik, pakan ternak, dan pupuk
organik, terutama sebagai elemen makanan. Kebiasaan mengonsumsi rumput laut
ini kemudian menyebar saat penduduk melakukan migrasi ke wilayah lain, dan
saat ini, penggunaan rumput laut sebagai makanan telah menjadi hal yang umum
di seluruh dunia.6. Rumput laut adalah organisme eukariotik yang kompleks,
meskipun tidak memiliki struktur dan siklus reproduksi yang khusus seperti
tanaman darat. Ini merupakan jenis tanaman yang bersifat primitif dan tidak

5
Nuhardi, Upaya Nelayan Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Keluarga Di Desa
Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar h.3
6
Sri Sukma Dewi, Peningkatan kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Kecamatan Suppa
Melalui Budidaya Rumput Laut (Perspektif Hukum Ekonomi Syariah) h.1
4

memiliki daun, batang, atau akar sejati. Tubuh rumput laut, yang dikenal sebagai
thallus, dapat mengambil bentuk filamen, lapisan daun tipis, atau seperti giant
kelp. Bagian-bagian utama rumput laut mencakup holdfast, stipe, dan blade.
Secara perbandingan dengan tanaman darat, holdfast menyerupai akar, stipe
adalah bagian yang mirip batang, dan blade adalah analog dari daun pada tanaman
darat. Rumput laut, juga dikenal sebagai alga atau ganggang dalam konteks
ilmiah, sangat populer dalam perdagangan dunia. Alga atau ganggang terbagi
menjadi empat kelas, yaitu Rhodophyceae (ganggang merah), Phaeophyceae
(ganggang coklat), Cholorophyceae (ganggang hijau), dan Cyanophyceae
(ganggang hijau-biru). Pemanfaatan rumput laut pertama kali tercatat di Cina
sekitar tahun 2.700 SM, digunakan baik untuk tujuan obat-obatan maupun sebagai
sayuran. Namun, di Indonesia, yang paling sering dibudidayakan adalah jenis
rumput laut hijau dan coklat, terutama di daerah Pabundukang Kelurahan Sidenre
Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto.7

Indonesia adalah produsen terkemuka rumput laut di tingkat global, dan

rumput laut merupakan salah satu komoditas utama dalam sektor perikanan

budidaya nasional. Kementerian Kelautan dan Perikanan menetapkan target

produksi rumput laut mencapai 13 juta ton pada tahun 2024. Penetapan target
tersebut didasarkan pada perkiraan yang baik terkait permintaan pasar rumput laut

yang masih tinggi dan potensi pengembangan budidaya rumput laut di berbagai

lokasi yang masih tersedia. Upaya keras telah dilakukan oleh pemerintah

Indonesia untuk meningkatkan daya saing produk rumput laut, mengingat bahwa

sampai saat ini, nilai produksi rumput laut Indonesia masih lebih rendah

dibandingkan dengan Korea Selatan dalam pasar internasional. Ekspor rumput

laut dari Korea Selatan mencapai USD 284 ribu, sementara Indonesia baru

mencapai angka USD (159 ribu.)8 Di Indonesia, terdapat lima provinsi utama

7
Sri Sukma Dewi, Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi Masyrakat Kecamatan Suppa
Melalui Budidaya Rumput Laut (Pesrpektif Hukum Ekonomi Syariah) h.13
8
Agusdiwana Suarni Peran Usaha Perempuan Dalam Aktivitas Budidaya Rumput
5

yang menjadi penghasil rumput laut, yakni Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat

(NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Selatan.

Kehadiran produsen rumput laut di provinsi-provinsi ini berperan penting dalam

memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan, baik dalam pertumbuhan

ekonomi domestik maupun sebagai komoditas yang diekspor. Selain itu,

Indonesia adalah produsen rumput laut terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok.

Pada tahun 2020, volume ekspor mencapai 195.574 ton dengan nilai mencapai

USD 279,58 juta. Oleh karena itu, rumput laut dianggap sebagai salah satu

komoditas unggulan dengan prospek pasar yang luas, baik di dalam negeri

maupun di pasar internasional, karena permintaan akan rumput laut sebagai bahan

baku dalam berbagai industri terus meningkat.9

Salah satu daerah yang memiliki potensi besar dalam budidaya rumput laut

adalah Kabupaten Jeneponto, yang terletak di Sulawesi Selatan. Jeneponto adalah

salah satu kabupaten di Indonesia yang terletak di Sulawesi Selatan. Dengan garis

pantai yang cukup panjang dan posisinya yang berdekatan dengan perairan laut,

sebagian masyarakatnya memiliki potensi terlibat dalam aktivitas pembudidayaan

rumput laut, termasuk para nelayan rumput laut. Kabupaten Jeneponto sebagai

salah satu tempat pengembangan budidaya rumput laut yang berada pada wilayah

pantai barat Sulawesi Selatan yang mempunyai potensi untuk pengembangan

rumput laut. Kabupaten Jeneponto sesuai potensinya yang ditunjang oleh tujuh

kecamatan daerah pesisir dengan panjang garis pantai sekitar 95 km, ditetapkan

sebagai pusat pengembangan (inkubator) agribisnis perikanan dan rumput laut.

Kegiatan budidaya rumput laut di Kabupaten Jeneponto ini sudah berlangsung

Laut untuk Meningkatkan Perekonomian Keluarga Di Tinjau Dalam Perspektif Ekonomi


Islam Di Kabupaten Takalar, vol.3, no.1, 2020, h.23.
9
Anis Fitria, Peran Istri Petani Rumput Laut Dalam Meningkatkan Perekonomian Rumah
Tangga Di Desa Bonto Jai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng, h.23
6

cukup lama dan terus berkembang sampai saat ini. 10 Salah satu kelurahan di

kabupaten Jeneponto yang memilki potensi rumput laut jenis (Kappaphycus

alvarezii) adalah di kelurahan Sidenre tepatnya daerah Pa’bundukang.

Kappaphycus alvarezii sering juga disebut cottonii, merupakan jenis rumput laut

penghasil kappa kerajinan yang dibudidayakan secara komersial di daerah tropis

terutama di Filipina, Indonesia, Malaysia dan Jepang. Meningkatnya permintaan

kerajinan di pasar dunia karena aplikasi produk yang beragam membuat

Kappaphycus menjadi komoditas laut yang penting. Meskipun rumput laut ini

menjadi sumber kerajinan utama di Filipina, namun banyak masalah produksi

rumput laut yang akibatnya mempengaruhi hasil akhir saat panen. Masalah utama

produksi rumput laut ini adalah adanya penyakit ice-ice dan epifit. Kegiatan

pembudidaya rumput laut di Kelurahan Sidenre tepatnya di Pa’bundukang

merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat desa

yang bertujuan untuk menambah dan meningkatkan pendapataan nelayan rumput

laut dengan cara mengendalikan perkembangan produksi sampai pasca panen.

Mengikutsertakan perempuan dalam proses produksi budidaya rumput laut dapat

menjadi alternatif untuk berkonstribusi dalam peningkatan pendapatan rumah

tangga masyarakat pesisir.

Rumput laut adalah salah satu komoditas utama bagi nelayan dan petani
rumput laut khususnya di Pa’bundukang. Sebagian masyarakat Di Pa’bundukang
menggantungkan hasil panen rumput laut dijual sebagai bahan makanan dan
bahan baku industri seperti makanan, kosmetik, dan obat-obatan. Ini memberikan
sumber pendapatan yang signifikan bagi masyarakat setempat. Banyak
masyarakat Pa’bundukang terlibat dalam budidaya rumput laut karena kurangnya
lapangan pekerjaan, selain nelayan rumput laut mungkin sangat terbatas.
10
Andi Atmanisa,Amirah Mustarin,Nur Amy S Taufieq ‘Analisis Kualitas Air Pada
Kawasan Budidaya Rumput Laut Eucheuma Cottoni Di Kabupaten Jeneponto’ Jurnal Pendidikan
Pertanian Vol.6 No.1 Februari 2020.h.12
7

Keterbatasan sumber daya ekonomi dan alternatif pekerjaan yang ada dapat
membatasi pilihan masyarakat dalam mencari mata pencaharian. Seringkali
mendorong sebagian masyarakat untuk memilih bekerja sebagai nelayan rumput
laut. Mereka menanam dan merawat rumput laut di perairan dangkal sepanjang
pesisir. Praktik budidaya ini memberikan kesempatan kerja dan pendapatan
tambahan bagi banyak keluarga di daerah tersebut. Rumput laut berperan dalam
menjaga ekosistem pesisir. Akar rumput laut membantu mengurangi erosi pantai
dan melindungi hewan laut yang hidup di sekitar ekosistem rumput laut. Ini juga
berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan di wilayah ini. Budaya dan tradisi
masyarakat Jeneponto khususnya di Pa’bundukang terkait erat dengan rumput
laut. Cara-cara tradisional dalam menanam, mengolah, dan memanfaatkan rumput
laut telah diwariskan dari generasi ke generasi, dan ini menjadi bagian penting
dari identitas budaya lokal. Kehidupan sosial masyarakat nelayan rumput laut
bervariasi tergantung pada lokasi, budaya, serta situasi lokal, mencerminkan
dinamika sosial komunitas mereka yang melibatkan interaksi sosial dalam
mengumpulkan rumput laut dan menjalani kehidupan sehari-hari mereka. Selain
itu, kehidupan sosial mereka sangat dipengaruhi oleh cuaca dan musim, sehingga
aktivitas penangkapan rumput laut harus terus disesuaikan dengan perubahan
cuaca yang berlangsung.

Rumput laut memiliki peran ekologis yang penting dalam ekosistem laut.

Mereka menyediakan habitat dan makanan bagi berbagai jenis hewan laut, serta

berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Selain itu, rumput laut juga

memiliki nilai ekonomi yang signifikan, digunakan dalam berbagai produk

makanan, farmasi, dan industri lainnya. Nelayan rumput laut adalah individu atau

kelompok orang yang secara berkelanjutan mengeksploitasi atau mengumpulkan

rumput laut sebagai sumber mata pencaharian utama atau sumber penghasilan

mereka. Rumput laut adalah tumbuhan laut yang tumbuh di perairan laut atau

lautan yang dangkal dan biasanya digunakan dalam berbagai industri seperti
8

makanan, kosmetik, farmasi, dan industri lainnya. Rumput laut hidup menempel

pada dua jenis substrat yaitu lunak dan keras, misalnya pasir, lumpur, campuran

pasir, kerikil, bebatuan, karang mati, kerang, karang hidup, serta benda keras

lainnya.11 Dalam Islam, usaha dan pekerjaan yang dilakukan secara halal, yaitu

sesuai dengan prinsip-prinsip agama, sangat dianjurkan. Jika usaha nelayan

rumput laut dilakukan dengan cara yang sah dan sesuai dengan hukum Islam,

maka pekerjaan ini dianggap baik. Islam mengajarkan tanggung jawab manusia

untuk menjaga alam dan lingkungan. Oleh karena itu, nelayan rumput laut harus

memastikan bahwa mereka tidak merusak ekosistem laut atau sumber daya alam

yang ada. Penangkapan rumput laut harus dilakukan secara berkelanjutan untuk

menjaga keseimbangan ekosistem laut.

Allah telah memberikan sumber daya alam yang begitu melimpah untuk di

cari dengan tidak menyalahi aturan dan tidak melewati batas aturan Allah. Dalam

pemenuhan kebutuhan tersebut manusia harus bekerja keras dan bersungguh-

sungguh semata hanya mengharapkan ridho Allah. Karena kebutuhan itu semakin

bertambah setiap harinya. Hal tersebut dijelaskan dalam Firman Allah QS at-

Taubah/9: 105, sebagai berikut:

‫َو ُقِل اْع َم ُلْو ا َفَسَيَر ى ُهّٰللا َع َم َلُك ْم َو َر ُسْو ُلٗه َو اْلُم ْؤ ِم ُنْو َۗن َو َس ُتَر ُّد ْو َن ِاٰل ى ٰع ِلِم اْلَغْيِب َو الَّش َهاَد ِة َفُيَنِّبُئُك ْم‬
‫ِبَم ا‬
‫ُكْنُتْم َتْع َم ُلْو َۚن‬
Terjemahannya:
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Bekerjalah! Maka, Allah, rasul-Nya, dan
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu. Kamu akan
dikembalikan kepada (Zat) yang mengetahui yang gaib dan yang nyata.
Lalu, Dia akan memberitakan kepada kamu apa yang selama ini kamu
kerjakan.”12 Qs at-Taubah/9: 105,

11
Christina Litaay,Hairati Arfah,Ferdinand Pattipeilohy Potensi Sumber Daya Hayati
Rumput Laut Di Pantai Pulau Ambon Sebagai Bahan Makanan.Vol.25 No.3 h.406

12
Kementrian Agama Ri, Qur’an Tajwid dan Terjemahan, (Jakarta: Pustaka Jaya Ilmu,
2014), h. 203.
9

Terdapat dalam pandangan Islam, terhadap suatu usaha nelayan rumput

laut dapat dijalankan dengan baik asalkan dilakukan dengan itikad baik,

integritas, dan menjaga lingkungan, sumber daya alam, serta prinsip-prinsip

moral dan etika Islam. Islam menekankan pentingnya berusaha dengan sungguh-

sungguh dan dalam rangka mencari rezeki yang halal serta memberikan manfaat

kepada masyarakat secara keseluruhan. Peran nelayan rumput laut tidak hanya

terbatas pada penyediaan sumber daya laut, tetapi juga memiliki dampak

signifikan dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat di daerah tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasrkan pemaparan latar belakang masalah maka permasalahan dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kehidupan sosial Nelayan Rumput Laut di Pa’bundukang

Kelurahan Sidenre Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto?

2. Bagaimana nelayan rumput laut melibatkan masyarakat dalam

memproduksi rumput laut Di Pa’bundukang Kelurahan Sidenre Kecamatan

Binamu Kabupaten Jeneponto?

3. Apa faktor pendukung dan penghambat pada Nelayan Rumput Laut

Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat di Pa’bundukang Kelurahan

Sidenre Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto?

C. Fokus Penelitian Dan Deskripsi Fokus

1. Fokus Penelitian

Fokus penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengetahui

Peran Nelayan Rumput Laut Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat di


10

Pa’bundukang Kelurahan Sidenre Kecamatan Binamu Kabupaten

Jeneponto

2. Deskripsi Fokus

Deskripsi fokus digunakan untuk memudahkan pembaca dalam

memahami pembahasan, maka peneliti memberikan deskripsi fokus

sebagai berikut:
a. Peran, peran merujuk pada tingkah laku, fungsi, atau posisi
seseorang atau sesuatu dalam suatu situasi atau sistem tertentu.
Peran dapat berlaku dalam berbagai konteks, termasuk dalam
kehidupan sehari-hari, pekerjaan, keluarga, dan masyarakat. Peran
dapat mencakup berbagai aspek seperti perilaku, tugas, tanggung
jawab, dan ekspektasi yang melekat pada individu atau entitas
tertentu.Peran yang di maksud dalam penelitian adalah bagaimana
peran nelayan atau masyarakat pesisir dalam konteks penelitian
nelayan, terutama dalam upaya untuk memahami, memperbaiki, dan
mengembangkan praktik budidaya rumput laut untuk meningkatkan
kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
b. Nelayan Rumput Laut adalah mereka yang berprofesi sebagai
nelayan yang mengambil rumput laut dari perairan laut atau pantai
untuk dijual atau digunakan sebagai bahan pangan atau bahan baku
industri. Rumput laut adalah jenis alga yang tumbuh di perairan laut
dan memiliki berbagai manfaat, termasuk sebagai sumber pangan,
bahan baku industri, dan sumber pendapatan ekonomi. Para nelayan
rumput laut biasanya terlibat dalam aktivitas seperti pengumpulan,
penangkapan, pengolahan, dan penjualan rumput laut.Nelayan yang
di maksud dalam penelitian ini adalah nelayan rumput laut
berupaya untuk meningkatkan, atau mengembangkan aspek-aspek
terkait budidaya rumput laut untuk meningkatkan ekonomi
masyarakat.
11

c. Kehidupan sosial mengacu pada interaksi dan hubungan antara


individu dalam suatu kelompok atau masyarakat. Ini mencakup
berbagai aspek kehidupan di mana orang berinteraksi satu sama
lain, seperti komunikasi, norma sosial, nilai-nilai, aturan, dan
budaya yang memengaruhi hubungan antar individu. Kehidupan
sosial dalam penelitian ini adalah nelayan rumput laut berinteraksi
dengan penduduk setempat, apakah ada kolaborasi dalam usaha
budidaya rumput laut, atau apakah ada konflik atau persaingan
dalam penggunaan sumber daya laut.

D. Kajian Pustaka

1. Penelitian ini pernah dilakukan oleh Rahmawati Tahir dengan judul “Peran

Perempuan Pada Usaha Pembudidayaan Rumput Laut Di Kabupaten

Bantaeng” (Studi Kasus Kelurahan Lamalaka Kecamtan Bantaeng

Kabupaten Bantaeng,dalam penelitiannya bertujuan untuk mengetahui

bentuk-bentuk Peran Perempuan dalam kegiatan budidaya rumput laut. Jenis

Penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Adapun permasalahan

yang dihadapi masyarakat pada kegiatan pembudidaya rumput laut


adalah kurangnya modal usaha dan masih rendahnya keahlian yang dimiliki

petani rumput laut di Kelurahan Lamalaka13.

Perbedaan dalam penelitian yang di lakukan oleh Rahmawati Tahir

adalah fokus penelitiannya yaitu bentuk-bentuk perempuan dalam budidaya

rumput laut,sedangkan dalam fokus penelitian saya yaitu peran nelayan

rumput laut terhadap kehidupan masyarakat.Persamaan dari kedua penelitian

ini adalah menggunakan metode kualitatif.

13
Rahmawati Tahir “Peran Perempuan Pada Usaha Pembudidayaan Rumput Laut Di
Kabupaten Bantaeng” (Studi Kasus Kelurahan Lamalaka Kecamtan Bantaeng Kabupaten
Bantaeng) Vol.7,No.2 Juli 2019
12

2. Penelitian kedua ini juga pernah di lakukan oleh Sri Ayu Lestari dengan

judul “Tata Kelola Budidaya Rumput Laut Dalam Peningkatan Ekonomi

Masyarakat Nelayan Di Watang Suppa,Kecamatan Suppa Kabupaten

Pinrang,dalam penelitiannya penelitian ini berfokus kepada Tata Kelola

Budidaya Rumput Laut dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat Nelayan.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tata kelola dan strategi

pengembangan usaha budidaya rumput laut dalam peningkatan ekonomi

masyarakat nelayan di Watang Suppa, Kecamatan Suppa, Kabupaten

Pinrang.Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Subjek dalam

penelitian ini yaitu masyarakat yang bekerja sebagai petani rumput laut di

Watang Suppa, Kecamatan Suppa. Kabupaten Pinrang. Data dalam

penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Teknik

pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan

dokumentasi. Adapun teknik analisis datanya yaitu menggunakan analisis

data kualitatif.14

Perbedaan dari penelitian yang di lakukan peneliti tersebut adalah

membahas tata kelola dan strategi pengembangan usaha budidaya rumput

laut dalam peningkatan ekonomi masyarakat nelayan sedangkan penelitian

yang akan saya lakukan membahas peran nelayan rumput laut terhadap

kehidupan masyarakat.Persamaan dari kedua penelitian ini adalah sama-

sama membahas rumput laut dan metode yang di gunakan adalah jenis

metode kualitatif.

3. Penelitian yang ketiga ini pernah juga di lakukan oleh Sri Sukma Dewi

dengan judul Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Kecamatan

14
Sri Ayu Lestari “Tata Kelola Budidaya Rumput Laut Dalam Peningkatan Ekonomi
Masyarakat Nelayan Di Watang Suppa,Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang”Hal,10 2023
13

Suppa Melalui Budidaya Rumput Laut (Perspektif Hukum Ekonomi

Syariah), dalam penelitiannya bertujuan untuk mengetahui bagaimana

budidaya rumput laut di Kecamatan Suppa, dampak budidaya rumput laut

terhadap peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat, dan tinjauan

hukum ekonomi syariah tentang budidaya rumput laut terhadap peningkata

kesejahteraan ekonomi masyarakat di Kecamatan Suppa. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif dan dalam mengumpulkan data

menggunakan metode penelitian observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Adapun teknik analisis data yang digunakan yaitu metode analisis kualitatif

dengan melihat aspek-aspek objek penelitian.15

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan saya

lakukan adalah,penelitian tersebut membahas pembudidayaan rumput laut

yang mampu meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat pesisir pantai dan

penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif sedangkan penelitian yang

akan saya lakukan membahas peran nelayan rumput laut terhadap kehidupan

masyarakat dan menggunakan pendekatan sosilogi.Persamaan dari kedua

penelitian ini adalah sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif.

E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah untuk

mengetahui:

15
Sri Sukma Dewi “Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Kecamatan Suppa
Melalui Budidaya Rumput Laut (Perspektif Hukum Ekonomi Syariah) Hal,9 2022
14

a. Untuk mengetahui kehidupan nelayan rumput laut di Pa’bundukang

Kelurahan Sidenre Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto.

b. Untuk mengetahui nelayan rumput laut melibatkan masyarakat dalam

produksi rumput laut di Pa’bundukang Kelurahan Sidenre Kecamatan

Binamu Kabupaten Jeneponto.

c. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pada nelayan

rumput laut Di Pa’bundukang Kelurahan Sidenre Kecamatan Binamu

Kabupaten Jeneponto

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dalam pelaksanaan penelitian ini dapat


menjadi dua bagian antara lain sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan wawasan baru tentang bagaimana


nelayan rumput laut mempengaruhi kehidupan masyarakat di daerah
tersebut. Ini dapat menjadi sumbangan berharga bagi pengetahuan
tentang peran nelayan dalam ekosistem pesisir.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang


bagaimana sumber daya rumput laut dikelola dan dilestarikan. Hal
ini dapat membantu dalam menjaga keberlanjutan ekosistem pesisir
dan memastikan bahwa nelayan rumput laut dapat terus
menggantungkan hidup mereka pada sumber daya ini.
15
BAB II

TINJAUAN TEORITIS
A. Nelayan Rumput Laut

Masyarakat nelayan yaitu suatu masyarakat yang tinggal di wilayah

pesisir dengan mata pencaharian utama mereka adalah memanfaatkan sumber

daya alam yang terdapat di lautan, baik berupa ikan, udang, rumput laut, terumbu

karang dan kekayaan laut lainnya. Nelayan rumput laut adalah mereka yang

terlibat dalam penangkapan, pengumpulan, dan pemanenan rumput laut dari

perairan laut. Rumput laut adalah jenis alga yang tumbuh di lingkungan laut, dan

banyak di antaranya memiliki nilai ekonomi dan gizi. Nelayan rumput laut

biasanya melakukan kegiatan penangkapan rumput laut untuk dijual atau diolah

menjadi produk yang dapat dijual, seperti makanan atau bahan baku industri

tertentu.

Secara geografis, masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup,

tumbuh, dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara

wilayah darat dan laut. Sebagai suatu sistem, masyarakat nelayan terdiri atas

kategori-kategori sosial yang kebudayaan sebagai referensi perilaku mereka

sehari-hari.16 Secara psikologis, masyarakat nelayan juga masuk kategori cepat

puas dengan apa yang diperolehnya. Akibatnya mereka kurang tertarik dengan

himbauan dan program-program pemberdayaan yang digalakkan pemerintah atau

lembagalembaga formal. Kondisi ini turut berimplikasi pada keacuhan terhadap

kepentingan masa depan. Sementara itu, Sumber Daya Manusia (SDM) yang

16
Nurbaya “Pengaruh Pendapatan Nelayan Terhadap Peningkatan Ekonomi Di Desa
Wewangriu Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur Sulawesi Selatan” h.13.Diakses tanggal 30
September 2023

15
16

terkesan diabaikan oleh masyarakat nelayan tradisional, tidak hanya dipicu oleh

faktor psikologis saja, namun turut dipengaruhi oleh minimnya akses menuju

sarana pendidikan.17

B. Macam-macam Nelayan

1. Nelayan Tradisional: Ini adalah nelayan yang sering menggunakan

peralatan sederhana dan teknik tradisional dalam penangkapannya. Mereka

mungkin menggunakan perahu kecil atau bahkan beroperasi dari tepi

pantai. Nelayan tradisional sering menjadi bagian integral dari komunitas

lokal dan mengandalkan pengetahuan turun-temurun tentang pola

pergerakan ikan dan kondisi laut.

2. Nelayan Komersial: Nelayan komersial adalah mereka yang terlibat dalam

skala yang lebih besar dalam perikanan. Mereka menggunakan kapal

nelayan besar dan teknologi canggih untuk menangkap ikan dalam jumlah

besar. Aktivitas mereka sering mencakup penjualan ikan ke pasar lokal atau

ekspor ke pasar internasional. Adapun alat yang digunakan Nelayan

Komersial yaitu, sonar dan radar, GPS (Global Positioning System), alat

pemantauan tangkapan dan sebagainya

Sementara sumber daya alam melimpah seperti ikan dan biota laut

lainnya. Selain itu potensi pariwisata berupa penomena keindahan pantai

semestinya memberikan nilai lebih yang bisa digali untuk kesejahteraan

masyarakat pesisir. Seharusnya masyarakat pesisir mempunyai tingkat

kesejahteraan yang lebih baik dibanding masyarakat lainnya. 18 Banyak

komunitas pesisir di seluruh dunia sangat bergantung pada profesi nelayan untuk
17
Bakri La Suhu,Rasid Pora,M.Kurniawan Program Pemberdayan Ekonomi Masyrakat
Nelayan Di Wilayah Pesisir Kota Tidore Kepualauan Jurnal Government Of Archipelago.Vol. 1
No.1 Maret 2020.h.18
17

mata pencaharian, dan pekerjaan ini sering menjadi bagian penting dari identitas

budaya mereka. Oleh karena itu, upaya untuk mendukung nelayan juga

mencakup mendukung keberlanjutan sosial dan ekonomi komunitas pesisir.

Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:

1. Nelayan Buruh adalah nelayan yang bekerja degan menggunakan alat

tangkap orang lain.

2. Nelayan Perorangan adalah nelayan yang memiliki alat tangkap sendiri dan

dalam pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain akan tetapi

melakukannya sendiri.

3. Nelayan Juragan adalah nelayan yang memiliki kapal berikut mesin dan alat

tangkapnya, namun tidak mengusahakan sendiri kapal dan alat tangkapnya

melainkan mempekerjakan nelayan lain seperti nelayan nahkoda dan

nelayan pandega. Nelayan Pandega adalah nelayan yang diserahi tanggung

jawab untuk mengelola dan merawat alat tangkap milik nelayan juragan.

C. Rumput Laut

Rumput laut merupakan salah satu komoditi perikanan potensil yang

memiliki peluang pasar yang besar dan melimpah di perairan Indonesia. Secara

ekonomi rumput laut merupakan komoditas yang perlu dikembangkan karena

produk sekundernya dapat memberi manfaat yang cukup besar pada berbagai

bidang industri seperti industri farmasi (salep dan obat-obatan), industri makanan

(agar, alginate, dan kerajinan). Keanekaragaman potensi rumput laut di perairan

Indonesia yang merupakan daerah tropik cukup besar yaitu ditemukan kurang

18
Aisyah Febrianti Chairunisah “Peran Masyarakat Nelayan Terhadap Peningkatan
Perekonomian Desa Dalam Perspektif Ekonomi Islam” hal 18,2022
18

lebih 555 jenis rumput laut . Rumput laut merupakan tanaman yang

mengagumkan dilaut dan merupakan tanaman yang sangat berguna. Rumput laut

tumbuh di perairan dangka rumput laut juga dapat dimanfaatkan sebagai penyerap

nutrien yang berlebihan dari buangan tambak perikanan.19

Rumput laut menjadi salah satu komoditas unggulan dalam program

revitalisasi perikanan disamping udang dan tuna. Ada beberapa hal yang menjadi

bahan pertimbangan dan juga keunggulannya, diantaranya: peluang pasar ekspor

yang terbuka luas harga relatif stabil juga belum ada batasan atau kuota

perdagangan bagi rumput laut teknologi pembudidayaannya sederhana sehingga

mudah dikuasai siklus pembudidayaannya relatif singkat sehingga cepat

memberikan keuntungan kebutuhan modal relatif kecil merupakan komoditas

yang tidak tergantikan karena tidak ada produk sintetisnya usaha pembudidayaan.

Rumput laut tergolong usaha yang padat karya sehingga mampu menyerap tenag

kerja. Pengembangan industri pengolahan rumput laut ke depan merupakan upaya

yang sangat tepat dan memiliki prospek yang sangat cerah dalam rangka

menciptakan pertumbuhan ekonomi (pro-growth), peningkatan kesempatan kerja

(proemployment) dan pengurangan kemiskinan di tanah air (pro-poor).

Pengembangan di sektor hilir rumput laut dengan membangun industri

pengolahan cukup potensial dalam menciptakan nilai tambah, antara lain karena

permintaan produk olahan rumput laut yang besar baik di dalam dan luar negeri,

modal investasi kecil, mudah diproduksi, dan menyerap tenaga kerja.20

19
Yosef Number,Sutia Budi,Suryawati Salam “Analisis Oseanografi Dalam Mendukung
Budidaya Rumput Laut (Eucheuma Cottomi) Di Teluk Sarawandori Dostrik Kosiwo Yapen
Papua.hal,71 Diakses 5 Juni 2020

20
Sadan Madji,Daisy S.M.Engka,Jacline I.Sumual “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi
Pendapatan petani Rumput Laut Di Desa Nain Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa
Utara”Jurnal Emba Vol.7 No.3 Juli 2019,Hal.3998-4006
19

D. Jenis-Jenis Rumput Laut

Terdapat beragam jenis rumput laut yang telah dibudidayakan, namun

terdapat beberapa jenis rumput laut unggulan yang telah dibudidayakan dan

berpotensi di Indonesia. Berikut diantaranya jenis jenis rumput laut, yaitu.

1.Gelidium sp.

Rumput laut jenis ini merupakan salah satu spesies dari Rhodophyta

(rumput laut merah). Warna merah pada rumput laut ini disebabkan oleh

pigmen fikoeritrin. Gelidium sp. memiliki panjang kurang lebih 20 cm dan

lebar 1,5 mm. Thallusnya berwarna merah, coklat, hijau-coklat atau

pirang.Organ reproduksinya berukuran makroskopis.

2.Gracilaria Verruccosa

Rumput laut jenis ini merupakan salah satu spesies dari Rhodophyta

(rumput laut merah). Sama seperti jenis rumput lainnya, G. verrucosa

memiliki bentukan yang menyerupai akar, batang, daun, atau buah yang

disebut thallus. Gracilaria merupakan jenis rumput laut yang digunakan

sebagai bahan pembuat agar-agar.dan juga sebagai bahan pangan bagi

kebutuhan manusia. Kebutuhan pangan memang dianggap sebagai kebutuhan

pokok manusia karena makanan merupakan sumber energi dan gizi yang

diperlukan untuk menjaga kesehatan dan kelangsungan hidup. Kehadiran

negara dalam undang-undang dasar untuk menjamin pemenuhan kebutuhan

pangan merupakan upaya untuk memastikan hak asasi manusia yang

fundamental, yaitu hak atas kehidupan dan kesejahteraan. Dalam konteks

pemenuhan kebutuhan pangan, negara memiliki tanggung jawab untuk


20

menciptakan kebijakan, program, dan regulasi yang mendukung akses yang

adil dan berkelanjutan terhadap pangan bagi seluruh warga negara.21

3.Eucheuma spinosum

Rumput laut jenis ini merupakan salah spesies dari Rhodophyta

(rumput laut merah). Thallus berbentuk silindris, percabangan thallus

berujung runcing dan ditumbuhi tonjolan, berupa duri lunak. Permukaan

tubuhnya licin, berwarna coklat tua, hijau coklat, hijau kuning atau merah

ungu.Variasi warna ini terkait dengan kemampuan adaptasi karomatik dari

jenis rumput laut ini yang tergantung dari intensitas cahaya matahari yang

diterima. 22

E. Teori Tindakan Sosial

Teori tindakan sosial adalah salah satu konsep utama dalam sosiologi,

dan salah satu tokoh yang sangat terkait dengan pengembangan konsep ini

adalah Max Weber, seorang sosiolog dan filsuf Jerman yang hidup pada akhir

abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Max Weber dikenal sebagai salah satu

pendiri sosiologi modern dan telah memberikan kontribusi besar terhadap

pemahaman kita tentang tindakan sosial.Didasarkan pemahamannya tentang

tindakan sosial, ia membedakan tindakan dengan perilaku yang murni reaktif.

Mulai sekarang konsep perilaku dimaksudkan sebagai perilaku otomatis yang

tidak melibatkan proses pemikiran. Dalam teori tindakannya,tujuan Weber tak

lain adalah memfokuskan perhatian pada individu, pola dan regularitas tindakan,

21
Husain,Kaslam ‘Konsep Pemberdayaan Masyarakat Menuju Ketahanan Pangan
Berbasis Pertanian Ramah Lingkungan Desa Bontomanurung Kabupaten Maros’ Sosioreligius
Vol.8,No 1 Juni 2023.h.15
22
Minapoli “8 Jenis-Jenis Rumput Laut
21

dan bukan pada kolektivitas. “Tindakan dalam pengertian orientasi perilaku

yang dapat dipahami secara subjektif hanya hadir sebagai perilaku seorang atau

beberapa orang manusia individual”.23

Weber menemukan bahwa tindakan sosial tidak selalu memiliki dimensi

rasional tetapi terdapat berbagai tindakan nonrasional yang dilakukan oleh

orang,termasuk dalam indakan orang dalam kaitannya dengan berbagai aspek

dari kehidupan,seperti politik,sosial, dan ekonomi.24 Salah satu pemikiran yang

muncul dari Max Weber dalam karyanya ialah bahwa kenyataan sosial lahir tidak

terlepas dari pemahamannya tentang motivasi seseorang dan tindakan sosial.

Metode yang dimaksud dalam pemikiran ini dinamakan Vertehen, berupaya

menemukan pemahaman yang benar dan jelas mengenai maksud dari tindakan

sosial. Tindakan sosial yang dimaksud oleh Max Weber ialah tindakan yang

dilakukan seorang individu memiliki sebuah makna dan tujuan bagi dirinya

(yang mekukan) dan diarahkan kepada tindakan bagi orang lain. Adapun

beberapa ciri-ciri yang ada pada tindakan sosial, diantaranya: tindakan yang

dilakukan mempunyai sebuah makna/arti, tindakan tersebut adalah sifat nyata

yang telah membatin, tindakan yang dilakukan memberikan pengaruh yang baik,

tindakan yang dilakukan dapat membuat orang tertarik untuk ikut, dan tindakan

yang dilakukan karena munculnya sebuah tanggapan kepada orang lain. Ada

empat tipe tindakan sosial yang dikemukakan oleh Weber, yaitu:

1. Tindakan rasionalitas Intrumental yaitu tindakan ini ditujukan dalam

mencapai tujuan-tujuan yang secara rasional dan diperhitungkan dengan baik

oleh aktor yang melakukannya.

23
George Ritzer,Douglas J. Goodman ‘Teori Sosiologi’ (Sidorejo ,Kreasi
Wacana,2004),h.136-137
24
Damsar ‘Pengantar Teori Sosiologi’ (Ramawangun.Kencana,2017) h.117
22

2. Tindakan rasionalitas nilai, yaitu sebuah tindakan rasional yang berdasarkan

nilai, dilakukan dengan tujuan yang ada kaitannya dengan ilia-nilai yang

diyakini secara sendiri tanpa memperhitungkan prospekprospek yang ada

kaitannya dengan berhasil atau gagalnya sebuah tindakan yang dilakukan

tersebut.

3. Tindakan tradisional, yaitu tindakan yang dilakukan karena telah bersifat

turun-temurun dan akhirnya berkelanjutan.

4. Tindakan Afektif, yaitu sebuah tindakan yang dilakukan dengan dorongan

emosi, dan tentunya dilakukan dengan pemikiran yang irrasional (tidak

rasional).25

Perkembangan pemikiran sosiologi mempengaruhi kehidupan masyarakat

dikarenakan semakin berkembangnya berbagai pemikiran dan teori untuk

mengembangkan aspek sosial. Teori tindakan Weber menjadi pemahaman dalam

keterlibatan beberapa aspek dalam mencari motif-motif di balik makna tindakan

aktor berdasarkan tipe-tipe tindakan sosial yang mrepresentasikan pada suatu

perubahan sosial-politik. Menurut Weber bahwa penelaah konsep-konsep

sosiologi sangat penting dalam mengulas ide terkait tindakan sosial (social

action) dan bukan dalam konsep empiris. Konsep tersebut tidak menekannkan

pada sesorang terkait apa yang harus dilakukan tetapi mengatakan apa yang

dapat teori tindakan sosial terkait masalah motivasi, niat (intend) dan perilaku

(behaviour) Weber juga memasukkan permasalahan sosiologisnya yang

ditekankan pada tipe sosiologis yang menjadi ciri khas rasional dan positivisnya

tentang pemahaman26

25
Ahmad Putra, Sartika Suryanadinata ‘Menelaah Fenomena Klitih Di Yogyakarta Dalam
Perspektif Tindakan Sosial Max Weber. Jurnal Asketik Agama Dan Perubahan Sosial. Vol.4 No 1
Juli 2020
26
Vivin Devi Prahesti ‘Analisis Tindakan Sosial Max Weber Dalam Kebiasaan Membaca
Asmaul Husna Peserta Didik Mi/Sd.Vol.13 No.2 (July-Desember 2021) hal.138
23

Teori Tindakan Sosial oleh Max Weber adalah salah satu konsep kunci

dalam sosiologi yang dikembangkan oleh Max Weber, seorang sosiolog dan

filsuf Jerman yang sangat berpengaruh. Konsep ini membantu memahami

bagaimana individu bertindak dalam konteks masyarakat dan bagaimana makna

sosial dikonstruksi dalam tindakan individu. Max Weber memberikan dasar yang

kuat untuk memahami tindakan individu dalam konteks sosial. Pendekatan ini

telah menjadi landasan penting dalam sosiologi dan ilmu sosial lainnya. Dalam

konteks penelitian tentang "Peran Nelayan Rumput Laut Terhadap Kehidupan

Sosial Masyarakat di Pa'bundukang, Kelurahan Sidenre, Kecamatan Binamu,

Kabupaten Jeneponto" atau penelitian sejenis, Teori Tindakan Sosial oleh Max

Weber dapat memberikan kerangka kerja yang bermanfaat untuk memahami

bagaimana usaha nelayan rumput laut memengaruhi dan berinteraksi dengan

masyarakat setempat. Weber menyebut metode yang dikembangkan sebagai

verstehen.Karena sosiolog juga adalah manusia, mengapresiasi lingkungan sosial

di mana mereka berada, memperhatikan tujuan-tujuan warga masyarakat yang

bersangkutan dan oleh sebab itu berupaya memahami tindakan mereka. Inilah

yang membedakan ilmu sosial dari ilmu alamiah. Bunga anggrek tidak memilih

untuk membuka daun-daunnya,apel tidak memutuskan jatuh dari pohon.

Ilmuwan alamiah tentu tidak memperlakukan seperti anggrek atau apel untuk

menjelaskan perilaku manusia.27 Di dalam teorinya tentang Tindakan,Weber jelas

ingin berfokus pada para individu, pola-pola dan regularitas-regularitas dan

bukan kolektivitas. “Tindakan di dalam arti orientasi perilaku yang dapat

dipahami secara subjektif, ada hanya sebagai perilaku seorang manusia

individual atau lebih”. Weber siap untuk mengakui bahwa untuk maksud-maksud

tertentu mungkin kita harus memperlakukan kolektivitas-kolektivitas sebagai

27
Pip Jones ‘Pengantar Teori-Teori Sosial Dari Teori Fungsionalisme Hingga Post
Modernisme (Jakarta ,Yayasan Pustaka Obor Indonesia,2009) hal.114
24

individu-individu, “tetapi untuk penafsiran subjektif di dalam kerja sosiologi,

kolektivitas-kolektivitas itu harus diperlakukan hanya sebagai hasil-hasil dan

cara-cara pengorganisasian tindakan-tindakan khusus pribadi-pribadi individual,

Karena hal-hal itu sajalah yang dapat diperlakukan sebagai agen-agen di dalam

serangkaian tindakan yang dapat dipahami secara subjektif”. Akan tampak

bahwa weber nyaris tidak pernah dapat lebih eksplist lagi: sosiologi tindakan

pada akhirnya memperhatikan para individu, bukan kolektivitas-kolektivitas. 28

Teori tindakan sosial sangat relevan dengan judul peran nelayan rumput laut

terhadap kehidupan sosial masyarakat, karena teori ini mencakup pemahaman

tentang tindakan sosial, termasuk tindakan rasional instrumental. Tindakan

rasional instrumental sangat relevan karena menekankan pada perencanaan dan

tujuan yang terkait dengan pencapaian hasil tertentu. Dalam hal ini, nelayan

rumput laut melakukan tindakan yang rasional dan instrumental untuk mencapai

tujuan ekonomi, seperti menghasilkan pendapatan melalui penangkapan dan

penjualan rumput laut.

28
George Ritzer,Jeffery Stepnisky Teori Sosiologi Edisi Kesepuluh (Yogyakarta,Pustaka
Pelajar 2019) h.143
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif merupakan studi penelitian yang mencoba memahami

fenomena-fenomena dalam setting dan konteks yang natural. Studi kualitatif

ini berdasarkan pada paradigma post positivisme yang tidak berupaya untuk

membuat perlakuan dan pengkondisian dan atau memanipulasi fenomena

yang diamatinya.29 Penelitian ini juga merupakan penelitian lapangan (field

research), dimana dalam penelitian kualitatif sebagian besar aktivitasnya

berada di lapangan, yang mengaharuskan peneliti lebih dekat dengan orang-

orang yang ada pada lingkungan penelitian, agar informasi yang didapatkan

sesuai dengan realita yang ada. Penelitian lapangan adalah penelitian dengan

karateristik masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini

dari subyek yang diteliti, serta individu, kelompok, lembaga atau komunitas

tertentu.30

Penulis ini menggunakan metode kualitatif karena dengan metode ini,

penulis dapat mengetahui cara pandang obyek penelitian lebih mendalam.

Melalui metode kualitatif, penulis dapat mengenal orang (subyek) secara

29
Sri Sukma Dewi “Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Kecamatan Suppa
Melalui Budidaya Rumput Laut (Perspektif Hukum Ekonomi Syariah) h.34

30
Sri Ayu Lestari “Tata Kelola Budidaya Rumput Laut Dalam Peningkatan Ekonomi
Masyarakat Nelayan Di Watang Suppa,Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang.h,64

25
26

pribadi dan melihat mereka mengembangkan definisi mereka sendiri tentang

objek penelitian yang penulis lakukan. Selain itu, penulis dapat merasakan

apa yang mereka alami dan juga dapat mempelajari kelompok-kelompok dan

pengalaman-pengalaman yang belum pernah diketahui sebelumnya, seperti

melakukan studi lapangan yang berhadapan langsung dengan narasumber.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat yang menjadi wadah dalam

melaksanakan proses penelitian. Berdasarkan judul penelitian yang akan

diteliti oleh peneliti, maka penelitian ini berlokasikan di Pa’bundukang

Kelurahan Sidenre Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

Sosiologi. Pendekatan Sosiologi adalah pendekatan yang mempelajari struktur

sosial dan proses-proses sosial, terutama di dalamnya perubahan-perubahan

sosial.31 Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui Bagaimana kondisi

masyarakat di daerah trsebut.

C. Sumber Data

Penelitian ini memanfaatkan beberapa sumber data yaitu sebagai

berikut:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang pertama kali dicetuskan oleh peneliti

31
T Rachmawati Metode penelitian H,64 2019
27

melalui usaha dan pengalaman langsung, khusus untuk tujuan menjawab

masalah penelitiannya.32 Dalam Peneltian data primer diperoleh dari

sumber pertama (masyarakat nealayan rumput laut) melalui wawancara

dan observasi langsung.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah menyiratkan informasi bekas yang sudah

dikumpulkan dan dicatat oleh orang lain selain pengguna untuk suatu

tujuan, tidak terkait dengan masalah penelitian saat ini.Data sekunder

yang di maksud disini adalah sumber data pendukung yang mempunyai

relevansi dengan objek penelitian yang di peroleh melalui

buku,artikel/jurnal,dan dokumentasi.

D. Teknik Penentuan Informan

Pemilihan informan dapat didasarkan pada dua aspek yaitu teori dan

praduga, yang keduanya berlandaskan pada kedalaman pemahaman atau

pengalaman dari responden/informan (bukan didasarkan pada pilihan yang

acak). Pemilihan informan berdasarkan teori atau theoretical sampling cocok

dilakukan jika tujuan utama pengumpulan data adalah untuk mengembangkan

teori secara substantif.33 Penentuan informan dalam penelitian ini

menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling ini

adalah teknik mengambil informan atau narasumber dengan tujuan tertentu

sesuai dengan tema penelitian karena orang tersebut dianggap memiliki

informasi yang diperlukan bagi penelitian.

32
Belajarekonomi.com Perbedaan Data Primer Dan Sekunder Dalam Penelitian

33
Ade Heryana, Informan Dan Pemilihan Informan dalam Penelitian Kualitatif”
28

Dalam hal ini peneliti memilih informan yang dianggap mengetahui

permasalahan yang akan dikaji serta mampu memberikan informasi yang

dapat dikembangkan untuk memperoleh data. Pada penelitian ini peneliti

memilih informan sesuai dengan kebutuhan dan memilih informan yang dapat

memberikan informasi secara akurat dan jelas. Informan yang dipilih dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. 5 orang Nelayan Rumput Laut

2. 7 Masyarakat

-Tokoh Pemerintah

-Tokoh Kelurahan

-Masyarakat Biasa

-Tokoh Pemuda

-Tokoh Perempuan

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang digunakan

dalam mengumpulkan data. Adapun beberapa metode pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Observasi

observasi adalah melihat dan mendengarkan peristiwa atau tindakan yang

dilakuakan oleh orang-orang yang diamati, kemudian merekam hasil

pengamatannya dengan catatan atau alat bantu lainnya.34 Obsercasi dalam

penelitian ini yaitu dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan

34
Gramedia “Pengertian Observasi Dan Contohnya
29

untuk mengetahui kondisi yang terjadi dan memperoleh data yang efektif

terkait penelitian tersebut.

2. Wawancara

Wawancara adalah salah satu teknik yang sering digunakan untuk

mengumpulkan informasi atau data dari seseorang atau kelompok orang.

Wawancara dapat dilakukan secara lisan atau tertulis, dan dapat dilakukan

oleh seorang atau sekelompok orang yang disebut interviewer.35 Dalam

teknik wawancara ini, peneliti melakukan tanya jawab kepada masyarakat

nealayan secara tatap muka. Melalui wawancara ini, peneliti akan

mengetahui lebih dalam mengenai aktivitas masayrakat nelayan, dengan

wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam

tentang situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak dapat

ditemukan melalui observasi.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dalam bentuk gambar atau

karya-karya yang berkaitan dengan proses penelitian.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian adalah alat yang berfungsi menetapkan fokus

penelitian, memilih informan seabgai sumber data, menilai kualitas data, analisis

data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.36 Adapaun

berbagai macam instrument penelitian yang mendukung adalah sebagai berikut;

35
Gramedia Blog “Pengertian Wawancara,Jenis,Teknik Dan Fungsinya

36
A.Rusdiana “Instrumen Penelitian Kualitatif”
30

1. Peneliti

2. Handphone digunakan untuk mengambil gambar dan merekam suara

informan di lapangan

3. Alat tulis digunakan untuk mencatat dan menulis informasi tambahan yang

ditemukan di lapangan

4. Panduan wawancara yaitu seperangkat pertanyaan yang telah disiapkan

oleh peneliti yang akan digunakan pada proses wawancara di lapangan

G. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data

Rangkaian pengolahan data merupakan suatu rangkaian yang akan

mengahasilkan pengetahuan dari data mentah sehingga memberikan infomasi yang

lebih rinci.

1. Tahap pengolahan data penelitian

a. Koleksi data yaitu semua data yang di peroleh dari lapangan melalui

wawancara dan pengamatan.

b. Klasifikasi data yaitu Menyusun data secara sistematis agar mudah untuk

dipahami.

2. Editing data yaitu mealakukan pengecakan data yang telah dikumpukan.

Deskripsi data yaitu menguraikan dan menjelaskan data yang ditemukan dalam

bentuk laporan.

3. Analisis Data

Analisis data adalah kegiatan analisis pada suatu penelitian yang dikerjakan

dengan memeriksa seluruh data dari instrumen penelitian, seperti catatan,


31

dokumen, hasil tes, rekaman, dan lain-lain. 37 Analisis data yang dimaksud

adalah analisis data deskriktif kualitatif. Pada tahap ini data yang diperoleh dari

lokasi penelitian dianalisis dan memahami data yang tersedia dari berbagai

sumber yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.

37
Lexy J. Moleong “Teknik Analisis Data Dan Macam-Macamnya”
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Kabupaten Jeneponto

Sebelum kedatangan bangsa Belanda di Sulawesi Selatan, wilayah di


Kabupaten Jeneponto merupakan kerajaan-kerajaan kecil yang dihuni oleh suku
Makassar. Wilayah Kabupaten Jeneponto dikuasai oleh kerajaan-kerajaan yang
kekuasaannya berada dalam pengaruh Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo.
Kabupaten Jeneponto pada masa kerajaan di Sulawesi Selatan terbagi-bagi
menjadi 6 kerajaan, yaitu Kerajaan Garassi, Kerajaan Bangkala, Kerajaan
Binamu, Kerajaan Tarowang, Kerajaan Sapanang, dan Kerajaan Arungkeke.
Kerajaan Bangkala dan Kerajaan Binamu memisahkan diri dari Kerajaan Laikang
pada bulan November 1863. Pada masa tersebut, wilayah Kerajaan Laikang
berada dalam pemerintahan Hindia Belanda. Kedua kerajaan ini mengadakan
perlawanan politik dengan Hindia Belanda. Pada tanggal 29 Mei 1929, Kerajaan
Binamu memilih seorang raja baru yang dipilih oleh rakyatnya melalui lembaga
adat bernama Toddo' Appaka. Tanggal 20 Mei 1946, adalah simbol patriotisme
Raja Binamu (Mattewakkang Dg Raja) yang meletakkan jabatan sebagai raja
yang melakukan perlawanan terhadap pemerintah Belanda . Dengan Demikian
penetapan Hari Jadi Jeneponto yang disepakati oleh pakar pemerhati sejarah,
peneliti, sesepuh dan tokoh masyarakat Jeneponto, dari seminar Hari jadi
Jeneponto yang berlangsung pada hari Rabu, tanggal 21 Agustus 2002 di Gedung
Sipitangarri, dianggap sangat tepat, dan merupakan keputusan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Undang-Undang tentang Pembentukan Daerah Tingkat
II Di Sulawesi kemudian menetapkan Kabupaten Jeneponto sebagai Daerah
Tingkat II di Sulawesi Selatan pada tanggal 1 Mei 1959. 1

11
Kabupaten Jeneponto https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Jeneponto

32
33

2. Kondisi Geografis

Secara geografis, Kabupaten Jeneponto terletak di 5°23'- 5°42' Lintang Selatan dan
119°29' - 119°56' Bujur Timur. Kabupaten ini berjarak sekitar 91 Km dari
Makassar. Luas wilayahnya 749,79 km2 dengan kecamatan Bangkala Barat
sebagai kecamatan paling luas yaitu 152,96 km2 atau setara 20,4 persen luas
wilayah Kabupaten Jeneponto. Sedangkan kecamatan terkecil adalah
Arungkeke yakni seluas 29,91 km2 10. Dengan batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara - Kabupaten Gowa dan Takalar


2. Sebelah Timur - Kabupaten Bantaeng
3. Sebelah Barat - Kabupaten Takalar
4. Sebelah Selatan - Laut Flores
Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, wilayah Kabupaten Jeneponto beriklim
tropis basah dan kering (Aw) dengan dua musim, yaitu musim penghujan
dan musim kemarau. Musim kemarau di wilayah Kabupaten Jeneponto berlangsung
pada periode Mei hingga Oktober dengan rata-rata curah hujan bulanan kurang
dari 100 mm per bulan dan bulan terkering adalah bulan Agustus dan
September. Sementara itu, musim hujan di wilayah Kabupaten Jeneponto
berlangsung pada periode November hingga April dengan rata-rata curah hujan
bulanan lebih dari 120 mm per bulan dan bulan terbasah adalah bulan Januari
dengan curah hujan bulanan lebih dari 250 mm per bulan. Curah. hujan tahunan
di wilayah Kabupaten Jeneponto berkisar antara 1.000–2.500 mm per tahun dengan
jumlah hari hujan berkisar antara 60–150 hari hujan per tahun. Suhu udara di
wilayah Kabupaten Jeneponto berkisar antara 21°–34 °C dengan tingkat
kelembapan nisbi ±76.2

22
Galeri Pemerintah Kabupaten Jeneponto https://jenepontokab.go.id/galeri-show/470
34

3. Kecamatan dan Kelurahan

Kabupaten Jeneponto terdiri dari 11 kecamatan, 31 kelurahan dan 82 desa. Pada

tahun 2017, kabupaten ini memiliki luas wilayah 706,52 km² dan jumlah

penduduk sebesar 409.693 jiwa dengan sebaran penduduk 580 jiwa/km².3

Kecamatan Desa Kelurahan

Arungkeke Arungkeke, Arungkeke Pallantikang,


Boronglamu,Bulo-Bulo,
Kalumpangloe, Kampala, Palajau

33
Kabupaten Jeneponto https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Jeneponto
35

Bangkala Bontomanai, Gunung Silanu, Benteng, Bontomarannu,


Jenetallasa, Kalimporo, Kapita, Pallengu, Pantai Bahari
Mallasoro, Marayoka, Pallantikang,
Punagaya, Tombolo-Tombolo
Bangkala Banrimanurung, Barana, Beroanging, Bulujaya
Barat Garassikang, Pappalurang, Pattiro,
Tuju
Batang Bungeng, Camba-Camba, Kaluku, Bonto Raya, Togo-Togo
Maccinibaji
Binamu Sapanang Balang,BalangBeru,
Balang Toa, Biringkassi,
Bontoa,Empoang,
Empoang Selatan,
Empoang Utara,
Monro-Monro, Pabiringa,
Panaikang,Sidenre
Bontoramba Balumbungan,Bangkala Loe, Baraya, Bontoramba
Batujala,Bulusibatang,Bulusuka,
Datara,Kareloe,Lentu,Maero,Tanam
Mawang
Kelara Bontolebang,Bontonompo,Gantarang, Tolo, Tolo Barat, Tolo
Samataring,Tombolo Selatan
Rumbia Bontocini, Bontomanai, Bontotiro,
Jenetallasa, Kassi, Lebangmanai,
Lebangmanai Utara, Palantikang,
Rumbia, Tompobulu, Ujung Bulu
36

Tamalatea Bontojai, Bontosunggu, Borongtala, Bontotangnga,Manjangloe


Karelayu, Turatea, Turatea Timur Tamanroya,Tonrokassi,
Tonrokassi Barat,
Tonrokassi Timur
Tarowang Allu Tarowang, Balang Baru, Balang
Loe Tarowang, Bonto Ujung,
Bontorappo, Pao, Tarowang, Tino
Turatea Bonto Mate’ne, Bululoe, Bungungloe,
Jombe, Kayu Loe Barat, Kayu Loe
Timur, Langkura, Mangepong,
Paitana,
Parasangangberu, Tanjonga

3. Kondisi Demografi

Masyarakat Jeneponto termasuk sebagai penganut agama Islam. Meski


demikian, peninggalan leluhur masih menjadi pengaruh yang kuat dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat Jeneponto. Disatu sisi, masyarakat
Jeneponto sangat menunjung tinggi nilai-nilai agama Islam, tetapi sebagian
lagi dari masyarakatnya masih memercayai kekuatan supranatural dan
benda-benda serta tempat keramat. Indonesia secara resmi mengakui enam
agama yakni Islam, Kristen, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan
Konghucu,sehingga dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP) Indonesia, hanya
bisa menyantumkan enam agama tersebut, sementara di luar itu tidak
masuk dalam KTP, melainkan kolom agama dikosongkan apabila tidak
menganut salah satu agama tersebut. Pada tahun 2016, penganut agama
leluhur atau penghayat kepercayaan, yakni Nggay Mehang Tana, Pagar
Demanra Sirait, Arnol Purba, dan Carlim, melakukan gugatan ke
Mahkamah Konstitusi terkait Undang- Undang Administrasi
Kependudukan Pasal 61 ayat 1 dan 2, yang berbunyi;
37

Keterangan mengenai kolom agama sebagaimana dimaksud pada


ayat(1) bagi Penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak
diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam database Kependudukan. Kemudian
pada 3 Mei 2017, Mahkamah Konstitusi mengadakan sidang rapat pembuktian
terakhir. Lalu pada 17 November 2017, Mahkamah Konstitusi mengabulkan
gugatan para penganut penghayat kepercayaan. Ketua Mahkamah Konstitusi saat
itu, Arief Hidayat, mengatakan bahwa pembatasan hak "a quo" menyebabkan
adanya perlakuan yang tidak adil terhadap warga negara penganut penghayat
kepercayaan. Tahun 2019, pendistribusian KTP dengan menyantumkan agama
Penghayat di kolom agama mulai dilaksanakan, termasuk di provinsi Sulawesi
Selatan. Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) provinsi
Sulawesi Selatan, Sukarniaty Kondokelele, mengatakan bahwa KTP bagi
penganut penghayat kepercayaan mulai disediakan di Sulawesi Selatan. Dari
seluruh kabupaten dan kota, Kabupaten Jeneponto merupakan kabupaten di
Sulawesi Selatan yang memiliki penganut kepercayaan terbanyak. Pada Sensus
Penduduk Indonesia 2010, penghayat kepercayaan di Kabupaten Jeneponto belum
dimasukkan dalam catatan sipil kependudukan, sehingga data pada saat itu,
mencatat bahwa hampir keseluruhan warga Jeneponto menganut agama
Islam.[26] Setelah gugatan penghayat kepercayaan dikabulkan Mahkamah
Konstitusi, data penduduk Jeneponto berdasarkan agama yang dianut mengalami
perubahan. Data dari Kementerian Dalam Negeri melalui Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil per 31 Desember 2021, adapun banyaknya penduduk Jeneponto
berdasarkan agama yang dianut yakni Islam sebanyak 93,91%, kemudian
Penghayat Kepercayaan sebanyak 6,05%, dan sebagian kecil menganut agama
Kekristenan yakni sebanyak 0,04%, dimana Protestan sebanyak 0,03% dan
Katolik 0,01%12.4

44
Kabupaten Jeneponto https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Jeneponto
38

4. Lokasi Penelitian

Kelurahan Sidenre terletak di ibu kota Kecamatan Binamu dengan luas wilayah
2,63 km Kelurahan Sidenre bila ditinjau dari letaknya, maka kelurahan ini
memiliki batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Empoang

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Empoang Selatan

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai

4. Sebelah Barat dengan Sungai Kelurahan Sidenre terdidri atas empat lingkungan,
yaitu:

a. Lingkungan Sidenre.
39

b. Lingkungan Bosalia.

c. Lingkungan Kunjung Mange Barat.

d. Lingkungan Kunjung Mange Timur. Dari keseluruhan luas wilayah


kelurahan Sidenre terdiri atas :

1) Lahan pemmukiman : 0,2 km

2) Pekuburan : 0,05 km

3) Pekarangan : 0,64 km

4) Lahan taman : 0,02 km

Mata pencaharian masyarakat umumnya petani,dan sebagian petani


rumput laut. Adapun dari segi agama 100% menganut Agama Islam,
sedangkan dari segi kelembagaan di bidang pendidikan, kelurahan Sidenre
memiliki 1 unit Madrasah Ibtidai yah, 2 unit SD, 1 unit Mts dan 1 unit
Madrasah Aliyah, sedangkan kelembagaan non pendidikan sterdiri dari
lembaga/organisasi masyarakat seperti, Karang Taruna.

Sarana dan prasarana kesehatan yang ada di kelurahan sidenre terdiri dari 1
unit Poskeslu sedangkan tenaga kesehatan terdiri dari satu orang bidan serta dua
orang tenaga pendamping. Adapun sarana olahraga di Kelurahan Sidenre
terdiri dari 1 unit lapangan futsal dan 4 buah mesjid sebagai sarana ibadah
dikelurahan sidenre dihuni sekita 236 KRT (kepala rumah tangga) dan 298 KK
(kepala keluarga) yang terdiri dari 530 laki-laki dan 538 perempuan. Adapaun
struktur pemerintahan di kelurahan sidenre adalah sebagai berikut:

 LURAH : SYAMSUDDIN, BK, S,HI

 SEKRETARIS LURAH : HUNAIN, H, SE

 STAF : ANDI SYARIR

 KASI PEMERINTAHAN: ARDIANSYAH, S. IP

STAF : KAHARUDDIN

 KASI EKBANG
40

STAF : USDAR, SE

 KASI KESOS

STAF : NURHAYATI

B. Kehidupan Sosial Nelayan Rumput Laut Di Pa’bundukang Kelurahan


Sidenre Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto
Dalam kehidupan sehari-hari, individu selalu melakukan hubungan sosial
dengan individu lain atau kelompok-kelompok tertentu. Hubungan sosial yang
terjadi antar individu maupun antar kelompok tersebut juga dikenal dengan istilah
interaksi sosial. Interaksi antara berbagai segi kehidupan yang sering kita alami
dalam kehidupan sehari-hari itu akan membentuk suatu pola hubungan yang
saling mempengaruhi sehingga akan membentuk suatu sistem sosial dalam
masyarakat. Keadaan inilah yang dinamakan proses sosial. Proses sosial yang
terjadi dalam masyarakat tentunya tidak selalu berjalan dengan tertib dan lancar,
karena masyarakat pendukungnya memiliki berbagai macam karakteristik.
Demikian pula halnya dengan interaksi sosial atau hubungan sosial yang
merupakan wujud dari proses-proses sosial yang ada. Keragaman hubungan
sosial itu tampak nyata dalam struktur sosial masyarakat yang majemuk,
contohnya seperti Indonesia.5Interaksi antara nelayan rumput laut dan pihak lain
dalam komunitas mereka, baik secara langsung maupun tidak langsung,
memainkan peran penting dalam membentuk jaringan sosial mereka,
memfasilitasi kerjasama, dan mempengaruhi keputusan dan tindakan mereka.
Oleh karena itu, interaksi merupakan bagian integral dari kehidupan sosial
nelayan rumput laut dan memiliki dampak yang signifikan pada keberlangsungan
hidup mereka. Seperti Pernyataan oleh bapak Muh Asmal (35) Nelayan Rumput
laut6
“Anung biasaja saing surang punna petani ja mange, biasa punna
karuengmo
Surang-surangja intu kaluru dallekang ballaka mange atau kanjo mange di

55
Poerwanti Hadi Pratiwi “Kehidupan Sosial Manusia”
66
Muh Asmal (35 tahun Nelayan Rumput Laut “Wawancara” (6 Februari 2024)
41

Siring nga sambil accarita tomma”


Artinya:
“Saya sering berkumpul bersama petani dan nelayan lainnya, ketika
menjelang Sore saya dan tetangga saya yang berprofesi sebagai petani
dan nelayan lainnya Sering berkumpul di depan rumah atau di bawah
kolong rumah sambil Merokok dan bercerita satu sama lain”
Hal tersebut senada dengan bapak Dg Dacing (47) Nealayan Rumput Laut
“Nakke Punna karueng mo,atau lekba mange sambayang subuh biasa ja
intu
Carita-carita surang petani rampi ballaka, biasa ja pole punna sementara
Nangkasia siring pasti na kutaknang ja keadaan na agarakku,sebalikna nakke
ku taknang tonga keadaan na pare na”
Artinya:
“Sore hari atau setelah shalat Subuh, biasanya saya berbincang-bincang
dengan petani di sekitar rumah saya. Biasanya, saat sedang menyapu
halaman rumah atau di bawah kolong rumah, dia menanyakan kondisi
rumput laut, dan sebaliknya saya bertanya tentang kondisi padinya"

Dari pernyataan kedua informan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kehidupan


sosial nelayan rumput laut sangat dipengaruhi oleh interaksi mereka dengan
komunitas lokal lainnya, termasuk petani dan nelayan lainnya. Interaksi ini
meliputi pertukaran informasi tentang kondisi laut dan lahan, saling bertanya
tentang pekerjaan dan lingkungan sekitar, serta berbagi pengalaman dan
pengetahuan. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara nelayan rumput laut
dengan komunitas lokal lainnya merupakan bagian penting dari kehidupan sosial
mereka dan berkontribusi pada keberlangsungan serta kesejahteraan mereka
secara keseluruhan.
Dalam kehidupan sosial, terdapat banyak sekali perbedaan sosial yang
memengaruhi bagaimana individu atau kelompok berinteraksi satu sama lain
dalam masyarakat, interaksi tersebut mengacu perbedaan sosial, ini bisa berupa
42

perbedaan dalam hal status ekonomi, pendidikan, agama, gender, ras, dan
budaya.1 Salah satunya adalah adalah perbedaan pengalaman khususnya pada
kalangaan nelayan rumput laut dimana, perbedaan pengalaman antara generasi
yang lebih muda dan yang lebih tua mencerminkan konteks sosial, budaya, dan
sejarah yang berbeda yang mereka alami selama hidup mereka. Seperti
Pernyataan oleh Irul (36 Tahun) Nelayan Rumput Laut:
‘’Punna joka nelayan berua,biasa ragu-ragu kinja punna na sulu maki di
tamparang nga,malla-malla ki ri bombanga,joka pole punna bosi lompo na
gunturu malla-malla kinjai, joka pole punna passiallei agara biasa salah-
salah kinjai batena jadi di ajari pi issede,alleangang intu lincah tommi”
Artinya:
“Kalau nelayan baru, biasanya dia masih ragu-ragu, apalagi saat sedang keluar
di laut dia masih takut dengan ombak besar dan hujan deras beserta petir, saat
sedang mengumpulkan rumput laut atau dalam bahasa daerahnya (passialle),
dia masih sering salah dan diajari supaya semakin lincah.”8

Hal tersebut senada dengan Bapak Muh Asmal (35) Nelayan Rumput Laut:
“Tantumi nia perbadaan na minjoa,contohna minjo nakke ka nelayan
berua,jadi loe Kinja tanre ku isseng,misalna punna mange ki nampasa otere
bentang kanjo di Binangayya,kan punna nampasa ki intu harus di sarro-sarroi
supaya libai taklakgasa’ karang-karang a’rakki ka di otere bentang,tapi
nakke bateku ku palang-palang jadi sallo lampa taklakgasa’ lampa sallo pole
lekba”
Artinya:
“Tentu ada perbedaannya,contohnya kan saya nelayan baru jadi masih
ada beberapa Saya belum ketahui misalnya ketika saya pergi
membersihkan tali bentang dengan Cara di (patampasa) atau di hempas
ke batu atau kayu di sungai,biasanyakan kalau Hempas tali bentang di

1 7
Tanjung Salsa Nadya, Struktur Sosial Dalam Masyarakat Nelayan Di Rempang Kepulauan
Riau Jurnal Hukum Dan HAM Wara Sains Vol.02 No.11 2023.h.74
88
Irul (36 Ttahun) Nelayan Rumput Laut “Wawancara” (7 Februari 2024)
43

kayu atau batu di sungai itu harus dengan hempasan yang Keras supaya
kerang yang menempel di tali bentang tersebut mudah lepas, tapi saya Ku
hempaskan dengan pelan-pelan jadi kerang yang menempel di tali
bentang itu Lama terlepas dan lama juga selesai” 9
Dari pernyataan kedua informan diatas dapat disimpulkan bahwa perbedaan sosial
antara generasi yang lebih muda dan yang lebih tua pada kalangan nelayan rumput
laut itu adalah: Generasi yang lebih tua mungkin memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang lebih luas dalam teknik-teknik tradisional, seperti cara
membersihkan tali bentang dengan cara di (patampasa) atau di hempas ke batu atau
kayu di sungai.Generasi yang lebih muda, seperti nelayan baru, mungkin masih
belajar dan belum sepenuhnya menguasai teknik-teknik tersebut. Mereka mungkin
belum mengetahui secara detail cara yang benar untuk membersihkan tali bentang
agar kerang yang menempel dapat lepas dengan cepat. Perbedaan ini
mencerminkan perbedaan dalam pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman
antara generasi yang lebih muda dan yang lebih tua dalam praktik-praktik nelayan
rumput laut. Generasi yang lebih tua mungkin lebih terbiasa dengan teknik-teknik
tradisional yang telah teruji dan terbukti efektif selama bertahun-tahun, sementara
generasi yang lebih muda mungkin membawa inovasi atau adaptasi baru dalam
cara melakukan pekerjaan tersebut.Hal ini menunjukkan bahwa adanya
kesenjangan dalam pengetahuan dan keterampilan antara generasi yang lebih muda
dan yang lebih tua, yang dapat memengaruhi cara mereka melaksanakan pekerjaan
sebagai nelayan rumput laut.
Dalam kehidupan sosial, hubungan juga termasuk dalam kategori interaksi
sosial.Interaksi sosial mencakup semua bentuk hubungan dan interaksi antara
individu atau kelompok dalam masyarakat.Manusia adalah makhluk sosial dan
apabila tidak memiliki keterampilan hubungan sosial dengan baik dapat
mendorong ke arah suatu kehidupan yang penuh dengan kesepian dan tekana,
manusia senantiasa melakukan hubungan dan pengaruh timbal balik dengan
manusia yang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mempertahankan

99
Muh Asmal (35 Tahun) Nelayan Rumput Laut “Wawancara” (6 Februari 2024)
44

kehidupannya.1010 Seseorang yang memiliki keterampilan hubungan sosial dapat


membantu orang menjadi menarik, mendapatkan pekerjaan yang diinginkan,
kemajuan karir dan membangun hubungan dengan orang lain secara efektif).
Hubungan sosial merupakan bagian integral dari kehidupan sosial seseorang.
Mereka adalah jaringan interaksi yang membangun struktur sosial, membentuk
Identitas individu, dan memengaruhi perilaku dan keputusan seseorang.
Hubungan sosial juga menciptakan norma-norma, nilai-nilai, dan pola-pola
perilaku yang diterima dalam masyarakat. Dalam kehidupan sosial, hubungan
mencakup berbagai jenis, mulai dari hubungan keluarga, hubungan persahabatan,
hubungan kerja, hubungan tetangga, hingga hubungan dalam kelompok-
kelompok sosial tertentu. Semua ini berkontribusi pada pembentukan identitas
sosial seseorang dan memberikan struktur pada kehidupan sehari-hari. Seperti
pernyataan oleh Bapak Dg Dacing (47) Nelayan Runput Laut:
“Kanjo rampi ballakku baji ji tawwa,biasa punna pallu i gangang saing na
sareja assala niaja intu na kanre pasti na kio ja atau biasana erangnganga
mangeri balla,tala erok ja Nakke si musuh-musuh tawwa, ka manna mamo ki
tala sekre panjamang,sikatutui tawwa paranta rupa tau, ka di anggap
ngasengmi minjo sarikbattang”
Artinya:
“Tetangga dekat rumah saya baik semua dan biasa ketika tetangga saya
masak, Sayur atau masakan lainnya mereka selalu berbagi dengan
saya,atau biasanya juga Mereka langsung antarkan makanan ke rumah
saya, saya tidak mau bermusuhan Dengan orang-orang dekat rumah saya
walaupun kita berbeda pekerjaan,saling Menjaga satu sama lain, dan
menganggap mereka adalah suadara”1111
Hal tersebut senada dengan bapak Irul (36) Nelayan Rumput Laut:
“Baji ngasengji nakke surang ri paranna rupa tau,biasa saling carita-
carita manjo”

10 10
Liauw Franky,Mulyadi Yoel Yonathan, Wadah Interaksi Sosial Jurnal Studi Sains,
Tknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur Vol.2 No.1 April 2020.h.37-44
1111
Dg Dacing (47 Tahun) Nelayan Rumput Laut “Wawancara” (6 Februari 2024)
45

Artinya:
“Saya baik-baik saja dengan semua orang, biasanya saya sering
bercerita dengan tetangga dekat rumah saya dan saling berbagi
pengalaman antara satu sama lain." 1212

Sebaliknya disamping itu hal yang sama juga di ungkpakan oleh


masyarakat sekitar yaitu bapak Firman (30):
“Punna nakke baji ji, apalagi gitte mae si rampi’ balla ngasengki
anung saing surang-surang ja carita,si cakngi’-cakngiri “
Artinya:
“Kalau hubungan saya dengan para nelayan rumput laut baik
sekali, apalagi kan saya dekat rumah sama mereka tentunya saya
saling bercerita dan bercanda antara satu sama lain.”1313
Dari wawancara tersebut dapat di simpulkan bahwa hubungan antara
masyarakat dan nelayan rumput laut itu saling membantu dan mendukung
satu sama lain, hubungan ini seringkali mencakup interaksi yang baik.
Nelayan rumput laut dan masyarakat sekitar secara aktif berinteraksi satu
sama lain dalam kegiatan sehari-hari. Ini menciptakan hubungan yang
akrab dan membantu membangun rasa saling pengertian dan kebersamaan
di antara mereka. Nelayan rumput laut juga sering memiliki pengetahuan
dan pengalaman khusus tentang budidaya, penangkapan, dan pengolahan
rumput laut. Mereka sering berbagi pengetahuan ini dengan masyarakat
sekitar, yang dapat meningkatkan pemahaman bersama tentang sumber
daya laut dan memperkuat ikatan komunitas. Hal tersebut menciptakan
fondasi yang kuat untuk keberlanjutan dan kesejahteraan bersama di
wilayah pesisir.

1212
Irul (37 Tahun) Nelayan Rumput Laut “Wawancara” (6 Februari 2024)
1313
Firman (30 Tahun) Masyarakat “Wawancara” (7 Februari 2024)
46

C. Nelayan Rumput Laut Melibatkan Masyarakat Dalam Memproduksi


Rumput Laut Di Pa’bundukang Kelurahan Sidenre Kecamatan Binamu
Kabuoaten Jeneponto.
Partisipasi masyarakat dalam produksi rumput laut dapat mencakup
berbagai aspek, mulai dari kegiatan budidaya hingga pengolahan dan
pemasaran hasil budidaya. Melibatkan masyarakat dalam produksi rumput
laut dapat menjadi sumber pemberdayaan ekonomi lokal. Dengan
memberikan akses kepada masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan
produksi, mereka dapat menghasilkan pendapatan tambahan untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka dan meningkatkan kesejahteraan
ekonomi mereka. Produksi rumput laut bisa menjadi sumber penciptaan
peluang kerja bagi masyarakat setempat. Dengan melibatkan masyarakat
dalam kegiatan seperti penanaman, perawatan, dan panen rumput laut,
industri ini dapat menciptakan lapangan kerja lokal yang memperkuat
ekonomi komunitas. Seperti pernyataan Oleh Ibu Sanneng (41) Ibu Rumah
Tangga:
“Punna mangea nyikko agara, ka 1 bentang kan Rp 3.500 biasa siallo 5
atau 6 otere bentang ku gappa tergsntung ji pole loe na bibi ka, biasa
punna ni tarima mo doena nia isse pammalli juku ku, tambah-tambah
doe pakbayara doe minggu-mingguanku pole”
Artinya:
“Ketika saya pergi mengikat rumput laut, harga 1 tali bentang kan
Rp3.500 biasanya sehari saya mengikat tali bentang 5 sampe 6,
tergantung juga dari banyanknya rumput laut dan hasil dari ikat
tali bentang tersebut saya manfaatkan dengan membeli ikan dan
sedikit membantu pembayaan uang minggu-minggu.”1414

Hal tersebut sama yang di ungkapkan oleh Ibu Nurleli (25) Ibu Rumah
Tangga:
“Nakke punna nyikko agara ka lalang siallo,biasa a gappa 7 sampe 8
1414
Sanneng (41 Tahun) Ibu Rumah Tangga “Wawancara” (8 februari 2024)
47

otere bentang, tapi na balia matoangku jadi biasa punna ku tarima mi


doena, langsung ji kupabali juku atau kaparalluangku maraeng”
Artinya:
“Saya ketika mengikat rumput laut dalam sehari, biasa saya
mendapat 7 sampe 8 tali bentang, dan saya biasa di bantu oleh
mertua saya, ketika uangnya sudah di terima, saya langsung
membeli ikan dan kebutuhan Lainnya”1515

Begitupun hal yang sama di ungkapkan oleh Ibu Ketua PKK A.Nurfaida
Rabasia:
“Peran perempuan dalam kehidupan sosial nelayan rumput laut
yaitu dalam usaha budidaya rumput laut di kelurahan sidenre
mulai dari proses para produksi hingga pasca panen,mengikat bibit
itu dibantu oleh perempuan”1616
Dari hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa nelayan rumput
laut memang melibatkan masyarakat dalam proses produksi rumput laut
dengan cara mengikat rumput laut. Proses pengikatan rumput laut
merupakan bagian penting dari budidaya rumput laut yang membutuhkan
kerja sama dan partisipasi dari masyarakat setempat. Selain itu, hasil dari
mengikat rumput laut tersebut juga sangat membantu masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.Hasil pengikatan rumput laut
dapat menjadi sumber pendapatan tambahan bagi masyarakat lokal.
Dengan demikian, melalui partisipasi dalam produksi rumput laut,
masyarakat setempat dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka
dan mencapai kemandirian dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. Ini
menunjukkan betapa pentingnya kolaborasi antara nelayan dan masyarakat
lokal dalam memperkuat mata rantai produksi dan meningkatkan
kesejahteraan secara keseluruhan di komunitas tersebut.
Proses kerja nelayan rumput laut dimulai jauh sebelum menanam bibit,

1515
Nurleli (25 Tahun) Ibu Rumah Tangga “Wawancara” (8 Februari 2024)
1616
A.Nurfaida Rabasia (39 Tahun) Ketua Ibu PKK “Wawancara” (8 Februari 2024)
48

yaitu dengan persiapan lahan dan pemilihan bibit yang baik. Nelayan
rumput laut biasanya memilih lokasi yang sesuai untuk menanam bibit
rumput laut. Lokasi yang ideal memiliki kondisi lingkungan yang baik
seperti kedalaman air yang tepat, arus laut yang sesuai, dan keberadaan
substrat yang cocok untuk pertumbuhan rumput laut.
Bibit rumput laut adalah tahap awal dari siklus hidup rumput laut yang
digunakan untuk memulai budidaya atau pertumbuhan rumput laut.
Penanaman bibit rumput laut adalah proses penempatan bibit rumput laut
ke dalam lingkungan yang sesuai untuk memulai pertumbuhannya. Tujuan
utama dari penanaman bibit rumput laut adalah untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangan Rumput Laut,sebelum penanaman bibit
rumput laut di lakukan Nelayan rumput laut menentuka waktu dan
persiapannya. Sesuai dengan pernyataan oleh bapak Kaharuddin (46)
Nelayan Rumput Laut:
“ Nakke punna mange masang bibit agara, biasa tanre ja na tantu
allona cuman punna wattu biasana lampa a riballa intu lekba
sambayang subuh,atau sitangngana minjoannang ku lampa, ku pasadia
tommmi bibi agara pelampung, bensin pakkakkasa’,otere,botolo jokaji
ji nakke ku erang biasa punna na mangea masang bibit agara”
Artinya:
“Ketika saya melakukan penanaman bibit rumput laut, biasanya
kalau soal hari tidak menentu tetapi kalau waktu itu biasanya saya
berangkat dari rumah setalah shalat subuh atau jam 05:30, saya
mempersiapkan bibit rumput laut,pelampung, bensin, tali, botol,
dan alat senjata tajam (parang), itu yang saya persipakan keika
kelaut untuk penanaman bibit rumput laut”1717

Hal tersebut tersebut sama yang di ungkapkan oleh bapak Muh Asmal(35)
dan bapak Nasir (32):
“Punna nakke na sulu ri tamparang mange masang bibit, Palingan intu
1717
Kaharuddin (46 Tahun) Nelayan Rumput Laut “Wawancara” (8 Februari 2024)
49

sulu pasambayang subuh a atau tette sitangngana annang,tergantung ji


pole cuacaya punna tanre ja na lompo bombang nga suluka, tapi punna
lompoi bombang nga paling muko pi mange ku pasadia tommi bibi
agara,pelampung,botolo,otere berang,bensin joka ji nakke kupasadia
biasa.”
Artinya:
“Saya ketika keluar di laut untuk menanam bibit rumput laut,
biasanya setelah shalat subuh atau sekitar jam 05:30, atau
tergantung cuaca ketika ombak tidak besar dan cuaca mendukung
saya kelaut untuk tanam bibit rumput laut sebaliknya jika ombak
besardan cuaca tidak bagus saya tidak ke laut, dan yang saya
persiapkan ketika ke laut itu bibit rumput laut, pelampung,
botol,tali,parang,bensin mungkin itu saja yang saya
persiapkan”1818
Dari hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa menentukan
waktu dan persiapan untuk penanaman bibit rumput laut merupakan
langkah krusial dalam keseluruhan proses produksi. Waktu yang tepat
untuk penanaman bibit rumput laut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor,
salah satunya adalah kondisi cuaca. Persiapan matang sebelum penanaman
bibit rumput laut juga sangat penting untuk memastikan kesuksesan dan
pertumbuhan yang optimal dari rumput laut tersebut. Dengan persiapan
yang baik, diharapkan hasil produksi rumput laut dapat mencapai kualitas
yang baik dan memberikan manfaat yang maksimal bagi para nelayan serta
masyarakat yang bergantung pada industri rumput laut. pemilihan waktu
yang tepat untuk penanaman bibit rumput laut menjadi kunci penting
dalam memaksimalkan hasil produksi. Kondisi cuaca dan musim yang
cocok akan memengaruhi pertumbuhan dan kesehatan bibit rumput laut.
Dengan melakukan persiapan yang baik, nelayan dapat meminimalkan
risiko dan meningkatkan peluang kesuksesan dalam budidaya rumput

18 18
Muh Asmal (35 Tahun), Nasir (32 Tahun) Nelayan Rumput Laut “Wawancara” (7-8
Februrari 2024)
50

laut,hal ini berdampak positif pada kesejahteraan ekonomi nelayan.


Dengan demikian penekanan pada pentingnya waktu dan persiapan dalam
penanaman bibit rumput laut menunjukkan betapa pentingnya aspek
perencanaan dan manajemen dalam menjalankan kegiatan ekonomi
berkelanjutan di sektor perikanan.
Setelah penanaman bibit rumput laut, langkah selanjutnya adalah
mempersiapkan untuk panen. Proses panen rumput laut biasanya dilakukan
setelah bibit tumbuh dan berkembang dalam periode tertentu, tergantung
pada jenis rumput laut dan kondisi lingkungan tempat tumbuhnya.
Panen adalah proses pengambilan hasil dari tanaman atau hewan yang
telah dibudidayakan atau dibesarkan. Dalam konteks rumput laut, panen
adalah tahap di mana rumput laut yang telah tumbuh dan berkembang
dipanen dari habitatnya, biasanya di perairan laut atau tambak.Proses panen
rumput laut juga membutuhkan waktu dan persiapan.Seperti pernyataan
dari bapak Irul (36) Nelayan Rumput Laut:
“Biasa nakke punna panenga, paling lambat mintu tette annang ku sulu
di tamparang nga, tergantung ji pole cuacaya punnapunna mendukung
ngi yahh sulu ka punna tanre biasa ku tunda ji sanggenna muko, punna
paneng biasa ku pasadia bensin,rank,tenda,pelampung jokaji nakke
biasa ku erang”
Artinya:
“Biasanya saya ketika panen,paling lambat jam 06:00 saya kelaut
tergantung dari cuaca jika mendukung yahh saya kelaut tetapi
kalau tidak biasa saya tunda hingga besok, dan yang saya
persiapkan Ketika panen yaitu bensin,rank atau waring, tenda,
pelampung. mungkin itu dari yang saya persiapkan”1919

Hal tersebut sama yang di ungkapkan oleh Bapak Nasir (32) dan Bapak Dg
Dacing (47) Nelayan Rumput Laut:

19 19
Irul (36 Tahun) Nelayan Rumput Laut “Wawancara” (6 Februari 2024)
51

“Nakke punna la panenga,biasa tette annang minjo ku sulu ri


tamparang nga, tapi diciniki rodo cuaca ya punna gakga ji, biasa
punna panenga pelampung ,bensin rank,tenda ku pasadia ngaseng
minjo joka punna na suluma”
Artinya:
“Saya Keika ingin panen rumput laut,biasanya saya ke laut sekitar
pukul 06:00 tergantung dari cuaca juga,biasanya ketika saya panen
rumput laut pelampung,bensin,rank atau waring dan terpal saya
persiapkan sebelum keluar kelaut.”2020
Dari hasil wawancara tersebut dapat simpulkan bahwa panen rumput laut
juga membutuhkan waktu dan persiapan. Sebelum panen dilakukan, petani
rumput laut biasanya harus mempersiapkan Peralatan yang akan dibawa
kelaut, memastikan kondisi cuaca dan lingkungan yang optimal, dan
melakukan perawatan terhadap budidaya rumput laut tersebut. Langkah
selanjutnya adalah penjemuran rumput laut yang telah dipanen
kebanyakan dilakukan di atas hamparan Rank atau Waring. Penjemuran
dilakukan di halaman rumah kelompok nelayan dan ada juga yang
melakukan penjemuran di pinggir sungai karena lahannya lebih luas dan
kemudahan dalam pengangkutan rumput laut yang telah dipanen dari laut
ke daratan untuk dijemur. Setelah itu Pemasaran rumput laut sudah
dilakukan secara berkelompok (kelompok nelayan rumput laut) dan bukan
oleh masing-masing nelayan rumput laut. Pemasaran rumput laut dilakukan
oleh masing-masing kelompok nelayan langsung ke pedagang pengumpul.
Pedagang pengumpul langsung mengambil rumput laut yang telah kering
dan telah dimasukkan dalam karung plastik pada masing-masing kelompok
nelayan rumput laut. Pedagang pengumpul inilah yang menjual ke
eksportir atau pabrik pengolahan.Dan begitulah cara nelayan rumput laut
melibatkan masyarakat untuk memproduksi rumput laut.

20 20
Nasir (32 Tahun),Dg Dacing (47 Tahun) Nelayan Rumput Laut “Wawancara” (6 Februari
2024)
52

D. Faktor pendukung dan penghambat pada Nelayan Rumput Laut Terhadap


Kehidupan Sosial Masyarakat di Pa’bundukang Kelurahan Sidenre
Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto
Setiap nelayan rumput nelayan rumput laut memiliki faktor-faktor
pendukung dan penghambat dalam membudidayakan rumput laut, yang
dimana Faktor pendukung adalah elemen atau kondisi yang berkontribusi
positif atau memberikan dukungan terhadap suatu aktivitas, proses, atau
tujuan tertentu. Dalam konteks tertentu, faktor pendukung dapat merujuk
pada berbagai hal, seperti lingkungan, sumber daya, pengetahuan,
dukungan manusia, atau kondisi- kondisi lain yang mendukung
keberhasilan atau kelangsungan suatu usaha atau kegiatan. Salah satunya
adalah saling mendukung antara sesama nelayan rumput laut, terutama
terkait dengan kondisi laut, merupakan faktor pendukung yang sangat
penting dalam kehidupan sosial mereka. yang dimana kondisi laut sangat
penting dalam kehidupan sosial nelayan rumput laut karena langsung
memengaruhi hasil panen.Seperti pernyataan oleh bapak dg dacing (47)
Nelayan rumput laut:
”Biasa nakke punna battu pantarang ma ri tamparang nga, ku
pauangmi joka urrangku rampi ballaka intu teako suluki saba’ lompoi
bombang nga ka gassing isse eroki sulu ri tamparang nga jadi ku
pisangkai memang mi”
Artinya:
“Terkadang saat saya pulang dari laut, saya memberi tahu rekan
nelayan rumput laut agar tidak pergi ke laut karena ombaknya
sangat besar. Itulah sebabnya saya memberi peringatan agar
mereka tidak pergi ke laut."2121

Hal tersebut sama yang diungkapkan oleh bapak Irul(36) Nelayan Rumput
Laut:

2121
Dg Dacing (47 Tahun) Nelayan Rumput Laut “Wawancara” (6 Februari 2024)
53

“Nakke pole punna battu a biasa ri tamparang nga lampa lompo


memang mo ku cini biasa intu kupauang memang mi joka sesama ku pa
agara kana lompo bombangnga surang banynyang lompo pole,di paung
memang mi pakinjo supaya tanre na sulu gassing nia apa-apanna
salla”
Artinya:
“Ketika saya pulang dari laut,dan saya memberi tahu dan
melarang sesama nelayan untuk tidak ke laut dikarenakan ombak
besar beserta angin kencang.Perlu di peringatkan terdahuhlu
sebelum para teman atau tetangga nelayan ke laut.”2222
Dari wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa saling mendukung
antara sesama nelayan rumput laut terkhususnya saling memberi
tahu kondisi laut itu. Salah satubentuk faktor pendukung pada nelayan
rumput laut terhadap kehidupan Sosial masyarakat.selain itu, hal ini juga
memperkuat solidaritas dan kebersamaan dalam komunitas nelayan, yang
pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan bersama. Solidaritas
dan kebersamaan yang terjalin di antara sesama nelayan rumput laut tidak
hanya menciptakan ikatan sosial yang kuat, tetapi juga membantu dalam
penyebaran informasi yang penting, seperti kondisi laut yang berubah-
ubah. Dengan saling memberi tahu kondisi laut, para nelayan dapat
menghindari risiko dan bahaya ketika mereka pergi melaut, sehingga
membantu menjaga keselamatan dan keamanan mereka serta
meningkatkan efisiensi dalam melakukan aktivitas pembudidayaan rumput
laut. Dengan demikian, kolaborasi dan pertukaran informasi di antara
sesama nelayan rumput laut tidak hanya memperkuat jaringan sosial
mereka, tetapi juga berdampak positif pada kesejahteraan dan
keberlanjutan komunitas nelayan serta masyarakat luas yang bergantung
pada sumber daya laut.
Nelayan rumput laut bisa menjadi faktor pendukung penting dalam
kehidupan sosial masyarakat. Kegiatan budidaya rumput laut menciptakan
2222
Irul (36 Tahun) Nelayan Rumput Laut “Wawancara” (6 Februari 2024)
54

lapangan kerja bagi penduduk setempat. Hal ini dapat membantu


mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan sosial
masyarakat dengan memberikan kesempatan kerja bagi mereka yang
tinggal di pesisir atau daerah-daerah yang memiliki potensi sumber daya
laut. Nelayan rumput laut memainkan peran penting dalam meningkatkan
kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat setempat. Kegiatan budidaya
rumput laut merupakan lapangan kerja baru yang bersifat padat karya dan
semakin banyak peminatnya karena teknologi budidaya dan pascapanen
yang sederhana dan mudah dilaksanakan serta pemakaian modal yang
relatif rendah sehingga dapat dengan mudah dilakukan oleh pembudidaya
beserta keluarganya.2323 Kegiatan budidaya rumput laut juga membawa
dampak positif lainnya, seperti meningkatkan kesejahteraan sosial. Dengan
memberikan kesempatan kerja kepada penduduk lokal, terutama di daerah
pesisir atau yang memiliki potensi sumber daya laut, tingkat pengangguran
dapat dikurangi secara signifikan.Seperti pernyataan oleh bapak Nasir (32)
Nelayan Rumput Laut;
“Nakke sebelum ku tala agara,tala nia jamang-jamangku intu ka joka
tamatan Sd jaki jadi susah i la boya jamang-jamang, tapi untunna nia
purinangku kioka mange bali agara, jadi semnajakku minawang kanjo
jari paagara tomma”
Artinya:
“Sebelum saya menjadi nelayan rumput laut, saya tidak memiliki
pekerjaan sama sekali di karenakan saya cuman tamatan SD
sehingga saya sulit mencari pekerjaan,untungnya saya di panggil
oleh om saya untuk membantunya dalam budidaya rumput laut
(buruh),jadi semenjak saya ikut dengan om saya, saya sudah tidak
menganggur lagi.”2424

23 23
Asriani,Rau “Analisis Kegiatan Usaha Tani Budaya Rumput Laut Dalam Meningkatkan
Pendapatan Keluarga Di Desa Nggele Kecamatan Tailabu Barat Laut”.Skripsi (Nggele,
Universitas Khairun)
2424
Nasir (32 Tahun) Nelayan Rumput Laut “Wawancara” (6 Februari 2024)
55

Hal tersebut sama yang diungkapkan oleh bapak Muh Asmal (35) Nelayan
Rumput Laut:
“Sukkara dudu nenne boya jamang-jamang,apalagi bassaku ja mae
tamatan SMP jaki anung sukkara dudumo intu, untunna niaki Dg Dg
dacing joka rampi’ ballaka na kio ka ma mange agara manna mamo
jari anggotana jaki rodo assala jama a rodo dari pada mantang ri balla
tanre nia ni bayu nia todo isse joka ni bali totoayya malli apa-apa.”
Artinya:
“Jaman sekarang sulit sekali untuk mencari pekerjaan, apalagi
kalau saya cuman tamatan SMP, untungnya ada Dg Dacing dekat
rumah saya yang memanggil saya untuk menjadi nelayan rumput
laut, walaupun cuman menjadi anggotanya (buruh) yang penting
saya tidak tinggal diam di rumah, sekalian juga membantu
kebutuhan sehari-hari”2525
Dari wawancara tersebut dapat di simpulkan bahwa faktor pendukung
nelayan rumput laut terhadap kehidupan sosial masyarakat salah satunya
adalah dapat mengurangi angka pengangguran. Kegiatan budidaya rumput
laut tidak hanya menciptakan lapangan kerja, tetapi juga memiliki dampak
positif lainnya, termasuk peningkatan kesejahteraan sosial.Dengan
memberikan kesempatan kerja kepada penduduk lokal, terutama di daerah
pesisir atau yang memiliki potensi sumber daya laut, nelayan rumput laut
dapat membantu mengurangi tingkat pengangguran secara signifikan. Hal
ini tidak hanya mempengaruhi ekonomi individu, tetapi juga berdampak
pada kesejahteraan sosial secara keseluruhan. Dengan demikian, melalui
kegiatan budidaya rumput laut, nelayan rumput laut berperan penting
dalam meningkatkan kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat setempat,
sambil secara efektif mengurangi tingkat pengangguran.

Selain faktor pendukung,nelayan rumput laut juga memiliki Faktor


penghambat terhadap kehidupan sosial masyarkat salah satunya adalah
2525
Muh Asmal (35 Tahun) Nelayan Rumput Laut “Wawancara” (6 Februari 2024)
56

resiko para nelayan rumput laut dalam melaut. Faktor penghambat merujuk
pada segala hal yang dapat menghalangi atau memperlambat pencapaian
tujuan atau keberhasilan suatu aktivitas, proses, atau inisiatif. Dalam
konteks nelayan rumput laut, faktor penghambat dapat merujuk pada
segala hal yang menghambat kemampuan mereka untuk bekerja dengan
efektif, meningkatkan kesejahteraan, atau berkontribusi pada kehidupan
sosial masyarakat setempat. Kondisi cuaca buruk adalah salah satu risiko
utama yang dihadapi oleh para nelayan rumput laut. Badai, gelombang
besar, angin kencang, dan cuaca ekstrem lainnya dapat mengancam
keselamatan mereka di laut. Adanya cuaca buruk yang disebabkan oleh
perubahan iklim dapat menyebabkan nelayan kesulitan dalam menentukan
musim penangkapan ikan dan menjadikan hasil tangkapan menurun, selain
itu cuaca buruk juga dapat meningkatkan resiko kapal terbalikatau
tenggelam.Hal ini beresiko memberikan dampak sosial ekonomi pada
Masyarakat.2626 Badai laut dapat terjadi secara tiba-tiba dan dapat sangat
berbahaya bagi kapal nelayan, terutama kapal kecil yang digunakan di
perairan dangkal tempat rumput laut tumbuh. Seperti pertanyaan oleh
Bapak Irul (36) Nelayan Rumput Laut:
“Joka punna takkala pantara’ ki ri tamparang nga lampa punna battu
mo bosi lompoa surang bombang nga istigfar mami sambil ni palari
tommi biseang minro manna mamo na pelan-pelan ja,assala narrusu
jaki mange ri balla ka”
Artinya:
“Saya ketika sudah di berada di tengah laut,dan sektika hujan
deras dan ombak besar datang bersamaan, sayapun bergegas
cabut dari lokasi dengan mengendarai perahu kecil yang sangat
pelan dan hati-hati sambil mengucapkan istigfar, walaupun
perahu saya berjalan dengan sangat pelan yang penting saya

26 26
Syahputra Maiser, Indrawan Eka Putra, Suparyana Komang Pande,Ppern Modal Sosial
Kelompok Nelayan Menghadapi Cuaca Buruk diPesisir Pantai Desa Kuranji Dalang Jurnal
Emasains Vol.10 No.1 Maret 2021.h.182
57

sampai dengan selamat di rumah.”2727

Hal tersebut sama di ungkpkan oleh Bapak Kaharuddin (46) Nelayan


Rumput Laut:
“Ka nakke punna pantara ma ri tamparang, na punna battu mo
bombang lompoa sirurungang bosi lompo a, langsung memangja lampa
minro biasa pole nakke dinginga na pakamma bosi lompo, jadi biasa
punna sulu ka ku kio ki intu sulu anakku, supqya nia ku urang si
sambeyang palari biseang”
Artinya:
“Ketika saya sudah berada di tengah laut,dan tiba-tiba ombak
besar dan hujan deras datang tiba-tiba, sayapun langsung cabut
dari tengah laut,dan biasanya saya selalu kedinginan ketika hujan
deras datang, jadi biasa saya selalu memanggil anak saya untuk
keluar di laut agar saya dapat bergantian mengendarai perahu.”
28
28
Dari wawancara tersebut dapat di simpulkan bahwa kondisi cuaca seperti
gelombang besar dan hujan deras sangat beresiko terhadap nelayan rumput
laut Gelombang besar dapat membuat navigasi menjadi sulit dan
meningkatkan risiko kapal terbalik atau rusak, terutama untuk kapal kecil
yang digunakan oleh nelayan rumput laut. Selain itu, hujan deras juga
dapat menyebabkan gangguan dalam proses budidaya dan mengancam
keselamatan nelayan di laut. Kondisi cuaca buruk seperti itu dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari para nelayan rumput laut, bahkan bisa
berujung pada kecelakaan atau kehilangan nyawa. Oleh karena itu, penting
bagi para nelayan untuk memperhatikan peringatan cuaca dan mengambil
tindakan pencegahan yang diperlukan sebelum mereka melaut, seperti
memastikan kapal mereka dalam kondisi baik, menggunakan peralatan
keselamatan dengan benar, dan jika memungkinkan, menunda
27 27
Irul (36 Tahun) Nelayan Rumput Laut “Wawancara” (6 Februari 2024)
2828
Kaharuddin (46 Tahun) Nelayan Rumput Laut “Wawancara” (8 Februari 2024)
58

keberangkatan sampai kondisi cuaca membaik.


Selain itu, angin kencang juga dapat memperbesar gelombang laut,
meningkatkan risiko kecelakaan. Angin kencang adalah keadaan di mana
angin berhembus dengan kecepatan yang tinggi. Kecepatan angin yang
tinggi ini dapat mencapai level yang cukup kuat untuk memengaruhi
aktivitas manusia dan lingkungan sekitarnya. Angin kencang dapat menjadi
ancaman serius terutama bagi para pelaut, nelayan, dan penerbang, karena
dapat membuat navigasi sulit dan meningkatkan risiko kecelakaan. Selain
itu, angin kencang juga dapat memiliki dampak negatif lainnya, seperti
merusak struktur bangunan, merusak tanaman, dan menyebabkan
gangguan dalam transportasi darat. Dalam beberapa kasus, angin kencang
dapat menyebabkan bencana alam seperti badai tropis atau tornado, yang
dapat menyebabkan kerusakan yang luas dan bahkan korban jiwa. Angin
kencang memang dapat memiliki dampak yang sangat signifikan bagi para
mungkin memiliki karang atau pantai berbatu. Kondisi angin kencang
membuat navigasi menjadi sulit karena dapat menyebabkan kapal sulit
untuk dikendalikan, terutama saat manuver dekat dengan bahaya seperti
karang atau pantai. Selain itu, angin kencang juga dapat memengaruhi
stabilitas kapal, terutama kapal kecil yang cenderung lebih rentan terhadap
gangguan angin. Sulitnya menjaga keseimbangan kapal di tengah
gelombang besar dapat meningkatkan risiko terbalik atau tenggelam,
terutama jika kapal tidak dikendalikan dengan hati-hati. Seperti Pernyataan
oleh Bapak Dg Dacing (47) Nelayan Rumput Laut:
“Punna battu mo banyyang lompoa,apalagi punna takkala pantara ki ri
tamparang nga,ka joka biseang nga batena menggong, biasapole
tampela barang barangku ku rate ri biseang nga na pakua banyyang
lomppo”
Artinya:
“Ketika angin kencang datang,apalagi kalau saya sementara di
tengah laut perahu saya terus bergoncang dengan keras, dan biasa
juga barang-barang yang ada di atas perahu hilang akibat angin
59

kencang.”2929

Hal tersebut sama yang di ungkapkan oleh Bapak Muh Asmal (35)
Nelayan Rumput Laut:
“Malla-malla dudua nakke punna banyyang lompo biasa joka biseang
nga la tak balik, joka pole barang-barang nga lanynya’ ni rimbakkang
ri banyanyang lompo”
Artinya:
“Saya sangat takut ketika angin kencang datang tiba-tiba,biasa
perahu saya ingin terbalik,dan juga barang-barang yang di atas
perahu itu hilang akibat angin kencang.”3030
Dari pernyataan diatas dapat di simpulka bahwa angin kencang juga salah
satu kondisi cuaca yang buruk bagi nelayan rumput laut. Angin kencang
dapat membuat perahu mereka sulit untuk dikendalikan, bahkan
membuatnya rentan terbalik. Selain itu, angin kencang juga dapat
menyebabkan hilangnya barang-barang yang penting bagi nelayan rumput
laut, seperti peralatan penangkapan ikan atau peralatan kerja lainnya. Oleh
karena itu, angin kencang merupakan salah satu kondisi cuaca yang dapat
mengganggu dan berpotensi membahayakan bagi nelayan rumput laut.
Dengan demikian, penting bagi para nelayan rumput laut untuk
memperhatikan peringatan cuaca terkait angin kencang dan mengambil
langkah-langkah pencegahan yang diperlukan untuk melindungi diri
mereka sendiri dan peralatan mereka. Ini termasuk memastikan bahwa
perahu mereka dalam kondisi baik, menggunakan peralatan keselamatan
dengan benar, dan menghindari berlayar ketika kondisi cuaca sangat buruk.

2929
Dg Dacing (47 Tahun) Nelayan Rumput Laut “Wawancara” (6 Februari 2024)
3030
Muh Asmal (35 Tahun) Nelayan Rumput Laut “Wawancara” (6 Februari 2024)
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian diatas maka dapat di Tarik kesimpulan
bahwa:

1. Kehidupan sosial nelayan rumput laut di Pa’bundukang Kelurahan


Sidenre Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto, mencakup berbagai hal
diantaranya kehidupan sosial nelayan rumput laut sangat dipengaruhi oleh
interaksi masyarakat dengan komunitas lokal lainnya, termasuk petani dan
nelayan lainnya. Interaksi ini meliputi pertukaran informasi tentang
kondisi laut dan lahan, interaksi antara nelayan rumput laut dan komunitas
lokal lainnya dapat mencerminkan perbedaan sosial yang ada di
masyarakat. Misalnya, nelayan rumput laut mungkin memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang unik dalam hal menangkap dan
mengolah rumput laut, sementara petani atau anggota masyarakat lainnya
mungkin memiliki keahlian dan pengalaman yang berbeda.Dan Hubungan
antara nelayan rumput laut dan masyarakat sekitar seringkali menciptakan
hubungan yang erat dan bermanfaat bagi kedua belah pihak, serta
memperkuat ikatan sosial dalam komunitas.
2. Nelayan rumput laut melibatkan masyarakat dalam proses produksi
rumput laut dengan cara mengikat rumput laut,menanam bibit hingga
panen rumput laut proses tersebut merupakan suatu hal penting dari
budidaya rumput laut yang membutuhkan kerja sama dan partisipasi dari
masyarakat setempat.
3. Faktor pendukung dan penghambat pada nelayan rumput laut terhadap
kehidupan sosial masyarakat di anataranya adalah saling mendukung
antara sesama nelayan rumput laut terkhususnya saling memberi tahu
kondisi laut itu. Selain itu, faktor pendukung nelayan rumput laut
terhadap kehidupan sosial masyarakat juga dapat mengurangi angka
pengangguran yang sangat signifikan.Sedangkan factor penghambat
61

pada nelayan rumput laut terhadap kehidupan sosial masyarakat adalah


kondisi cuaca buruk seperti gelombang besar, angin kencang, hujan
deras yang mengakibatkan perahu terbalik,kondisi kesehatan terganggu
dan keselataman terancam sehingga proses pembudidayaan rumput laut
menjadi terhambat.

B. Implikasi Penelitian
1. Penelitian ini dapat memberikan wawasan yang lebih dalam tentang
Kehidupan Sosial Nelayan Rumput Laut.

2. Melalui penelitian ini, dapat dipahami lebih lanjut bagaimana Nelayan


Rumput Laut melibatkan masyarakat dalam memproduksi rumput laut.

3. Dengan memahami peran nelyan rumput laut mendalam, masyarakat


sekitar lainnya dapat lebih sadar akan pentingnya melestarikan rumput
laut dan berkelanjutan pembudidayaan rumput laut.
62

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Damsar, Pengantar Teori Sosiologi. Cet.II; Ramawangun: Kencana, 2017.

Douglas, J Goodman dan George Ritzer. Teori Sosiologi. Sidorejo; Kreasi


Wacana,2004

Heryana Ade. Informan Dan Pemilihan Informan dalam Penelitian Kualitatif

Jeffery, Stepnisky dan George Ritzer. Teori Sosiologi Edisi Kesepuluh.


Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2019

Jopnes, Pip. Pengantar Teori-Teori Sosial Dari Teori Fungsionalisme Hingga


Post Modernisme. Cet.1; Jakarta.Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2009

Melong, J Lexy. Teknik Analisis Data Dan Macam-Macamnya

Rachmawati, T. Metode penelitian

Rusdiana, A. Instrumen Penelitian Kualitatif

SKRIPSI

Chairunisah, Febrianti Aisyah. “Peran Masyarakat Nelayan Terhadap


Peningkatan Perekonomian Desa Dalam Perspektif Ekonomi Islam”.
Skripsi (Lampung. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam, UIN Raden Intan
Lampung)

Dewi, Sukma Sri. “Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Kecamatan


Suppa Melalui Budidaya Rumput Laut (Perspektif Hukum Ekonomi
Syariah”. Skripsi (Pare-Pare; Fakultas Syariah Dan Ilmu Hukum Islam,
IAIN Pare-Pare)
63

Fitria, Anis. “Peran Istri Petani Rumput Laut Dalam Meningkatkan Perekonomian
Rumah Tangga Di Desa Bonto Jai Kecamatan Bissappu Kabupaten
Bantaeng”. Skripsi (Makassar; Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan,
UNHAS)

Lestari, Ayu Sri. “Tata Kelola Budidaya Rumput Laut Dalam Peningkatan
Ekonomi Masyarakat Nelayan Di Watang Suppa,Kecamatan Suppa
Kabupaten Pinrang”. Skripsi (Pare-Pare; Fakultas Ushuluddin Adab Dan
Dakawah, IAIN Pare-Pare)

Mirnawati, “Gaya Hidup Masyarakat Nelayan Di Desa Tanjung Luar Kecamatan


Keruak Dalam Mengantisipasi Pergantian Musim (Studi Kasus
Masyarakat Nelayan Desa Tanjung Luar)”. Skripsi (Mataram; Fakultas
Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Mataram)

Nurbaya, “Pengaruh Pendapatan Nelayan Terhadap Peningkatan Ekonomi Di


Desa Wewangriu Kecamatan Malili Kabupaten Luwu Timur Sulawesi
Selatan”. Skripsi (Makassar: Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas
Muhammadiyah Makassar)

Suryawati, Salam.Sutia Budi.Yosef Number. “Analisis Oseanografi Dalam


Mendukung Budidaya Rumput Laut (Eucheuma Cottomi) Di Teluk
Sarawandori Dostrik Kosiwo Yapen Papua”. Skripsi (Makassar; Fakultas
Pertanian, Universitas Bosowa)

Syahma,Asmita “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan


Nelayan Tangkap Di Desa Galesong Kota Kecamtan Galesong Kabupaten
Takalar” Skripsi (Makassar; Fakultas Ekonomi, UNM)

Nuhardi, “Upaya Nelayan Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Keluarga Di Desa


Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar” Skripsi
(Makassar; Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, UINAM)
64

Asriani,Rau “Analisis Kegiatan Usaha Tani Budaya Rumput Laut Dalam


Meningkatkan Pendapatan Keluarga Di Desa Nggele Kecamatan Tailabu
Barat Laut”.Skripsi (Nggele, Universitas Khairun)

JURNAL

Chalis, Fajri Hasibuan,Zulfikar,Sembring,Rahmiati, , Pembuatan Olahan


Makanan Dari Ikan Sampah Serta Pemasarannya Bagi Nelayan Di Desa
Bagan Percut Kabupaten Deli Serdang Jurnal Pelita Masyarakat Vol.2
No.1 2020.h.45.

Ferdinand, Pattipeilohy.Hariati Arfah.Christina Litaay. Potensi Sumber Daya


Hayati Rumput Laut Di Pantai Pulau Ambon Sebagai Bahan Makanan.
Jurnal IPB Vol.25 No.3 Oktober 2022.

Jacline, I Sumual,Daisy S,M,Engka. Sadan Madji, Analisis Faktor Yang


Mempengaruhi Pendapatan petani Rumput Laut Di Desa Nain
Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara.Jurnal Emba Vol.7 No.3 Juli
2019.

Kaslam, Husain. Konsep Pemberdayaan Masyarakat Menuju Ketahanan Pangan


Berbasis Pertanian Ramah Lingkungan Desa Bontomanurung Kabupaten
Maros. Sosioreligius Vol.8,No 1 Juni 2023.

M.Kurniawan, Rasid Pora. Bakri La Suhu, Program Pemberdayan Ekonomi


Masyrakat Nelayan Di Wilayah Pesisir Kota Tidore Kepualauan Jurnal
Government Of Archipelago.Vol. 1 No.1 Maret 2020.

Nur, Amy S Taufieg.Amirah Mustamin.Andi Atmanisa, Analisis Kualitas Air


Pada Kawasan Budidaya Rumput Laut Eucheuma Cottoni Di Kabupaten
Jeneponto’ Jurnal Pendidikan Pertanian.Vol.6 No.1 Februari 2020
65

Prahesti, Devi Vivin. Analisis Tindakan Sosial Max Weber Dalam Kebiasaan
Membaca Asmaul Husna Peserta Didik Mi/Sd. Jurnal Studi Islam Vol.13
No. 2 Juli-Desember 2021

Sartika, Suryanadinata,Ahmad Putra. Menelaah Fenomena Klitih Di Yogyakarta


Dalam Perspektif Tindakan Sosial Max Weber.Jurnal Asketik Agama Dan
Perubahan Sosial.Vol.4. No 1.Juli 2020

Tahir, Rahmawati. Peran Perempuan Pada Usaha Pembudidayaan Rumput Laut


Di Kabupaten Bantaeng (Studi Kasus Kelurahan Lamalaka Kecamtan
Bantaeng Kabupaten Bantaeng) Jurnal Pertanian Berkelanjutan Vol.7
No.2 Juli 2019

Syahputra Maiser, Indrawan Eka Putra , Suparyana Komang Pande, Ppern Modal
Sosial Kelompok Nelayan Menghadapi Cuaca Buruk diPesisir
Pantai Desa Kuranji Dalang Jurnal Emasains Vol.10 No.1 Maret
2021.h.182

Liauw Franky,Mulyadi Yoel Yonathan, Wadah Interaksi Sosial Jurnal Studi


Sains, Tknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur Vol.2 No.1 April
2020.h.37-44

Tanjung Salsa Nadya, Struktur Sosial Dalam Masyarakat Nelayan Di Rempang


Kepulauan Riau Jurnal Hukum Dan HAM Wara Sains Vol.02
No.11 2023.h.74

WEBSITE

Belajarekonomi.com Perbedaan Data Primer Dan Sekunder Dalam Penelitian

Gramedia Blog Pengertian Wawancara,Jenis,Teknik Dan Fungsinya


https://www.gramedia.com/literasi/wawancara/

Gramedia Pengertian Observasi Dan Contohnya


66

https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-metode-observasi-dan-
contohnya/

https://belajarekonomi.com/perbedaan-data-primer-dan-sekunder/

Minapoli “8 Jenis-Jenis Rumput Laut https://www.minapoli.com/info/8-jenis-


jenis-rumput-laut-di-indonesia

Adam Muiz, https://adammuiz.com/nelayan/

Kabupaten Jeneponto https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Jeneponto

Galeri Pemerintah Kabupaten Jeneponto


https://jenepontokab.go.id/galeri-show/470
67

L
A
M
P
I
R
A
N
68

Gambar 1. Wawancara dengan Ibu Hunain (Sekretaris Lurah)

Gambar 2. Wawancara dengan Bapak Syamsuddin (Lurah)


69

Gambar 3. Wawancara dengan Bapak Firman (Nelayan Rumput Laut)

Gambar 4. Wawancara dengan Bapak Kaharuddin (Nelayan Rumput Laut)


70

Gambar 5. Wawancara dengan Bapak Dg. Dacing (Nelayan Rumput Laut)

Gambar 6. Wawancara dengan Bapak Nasir (Nelayan Rumput Laut)


71

Gambar 7. Wawancara dengan Bapak Irul (Nelayan Rumput Laut)

Gambar 8. Wawancara dengan Ibu Sanneng dan Ibu Leli


72

Gambar 9. Wawancara dengan Bapak Aslam (Nelayan Rumput Laut)


73

PEDOMAN WAWANCARA
PENELITIAN SKRIPSI DENGAN JUDUL
PERAN NELAYAN RUMPUT LAUT TERHADAP KEHIDUPAN
SOSIAL MASYARAKAT DI PA’BUNDUKANG KELURAHAN
SIDENRE KECAMATAN BINAMU KABUPATEN JENEPONTO

PERTANYAAN:
1. Bagaimana interaksi antara nelayan rumput laut dengan komunitas
lokal lalinnya seperti petani, atau nelayan lainnya
2. Apakah ada perbedaan sosial khsususnya perbedaan pengalaman
antara generasi yang lebih muda dan yang lebih tua pada kalangan
nelayan rumput laut
3. Bagaimana hubungan antara nelayan rumput laut dengan masyarakat
sekiar?
4. Jam berapa biasa anda keluar ke laut pada saat menanam bibit?
5. Jam berapa biasa anda keluar ke laut pada saat panen rumput laut?
6. Apa yang di persiapkan sebelum menanam bibit rumput laut?
7. Apa yang persiapkan sebelum panen rumput laut?
8. Siapa yang membantu anda dalam proses budidaya rumput laut?
9. Berapa upahnya orang yang membantu anda?
10. Berapa upah yang di dapatkan ketika mengikat tali bentang rumput
laut dalam sehari?
11. Apakah ketika habis dari laut, anda memeberi tahu kondisi laut ke
sesama nelayan rumput laut?
12. Apa resiko yang harus di hadapi oleh para nelayan rumput laut dalam
melaut?
13. Apakah kehadiran nelayan rumput laut dapat mengurangi angka
pengangguran?

Tokoh Pemerintah

14. Bagaimana kebijakan pemerintah mendukung keberlanjutan


74

pembudidayaan rumput laut?


15. Bagaimana peran pemerintah lokal dalam memfasilitasi kehidupan
sosial nelayan rumput laut?
Masyarakat Biasa

16. Bagaimana hubungan antara nelayan rumput laut dengan masyarakat


sekitar?
Tokoh Pemuda

17. Apa harapan anda untuk masa depan nelayan rumput laut

Tokoh Perempuan

18. Bagaimana peran perempuan dalam kehidupan sosial nelayan rumput


laut.

Anda mungkin juga menyukai