SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian Seminar Skripsi Pada
Oleh :
LA ODE AWANSYAH
A1A2 11 096
KENDARI
2016
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidaya-Nya sehingga
penyususnan skripsi ini dapat selesai sesuai dengan waktu yang diharapkan. Shalawat
dan salam yang tiada hentinya kepada manusia yang mulia yang dipilih-Nya (Nabi
Muhammad SAW) beserta para keluarga, sahabat serta kaum-Nya yang masih tetap
menyampaikan terima kasih kepada Ayahanda La Ode Muh. Daif dan Ibunda Hasma
yang telah mengasuh, mendidik dan membersarkan penulis di bawah naungan cinta
dan kasih sayang yang tulus melalui pengorbanan dan kerelaan dalam menuntun
penulis untuk meraih cita-cita. Untuk semangat saya, kakakku tercinta La Ode
Muhammad Akbar dan adik-adikku tersayang La Ode Abd. Hafid, Irma Yanti, Wa
Ode Novia Anggraini dan Saras Dianti penulis mengucapkan terima kasih telam
memberikan dorongan yang tulus kepada penulis sehingga tetap semangat dalam
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Terutama bantuan dan bimbingn dari
dosen pembimbing. Untuk itu sepatutnya penulis menyampaikan terima kasih kepada
tugas sebagai dosen telah membimbing, memberikan kritik dan saran. Selanjutnya,
penulis penyampaikan terima kasih kepada Dr. Hj. Darnawati, Spd, M. Pd., ditengah-
tengah kesibukan menjalankan tugas sebagai dosen tanpa pamrih dengan tulus iklas
penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Semoga ketulusan dan keikhlasan, serta
kesediaan membimbing penulis dapat bernilai disisi Allah SWT.
1. Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, M.S, selaku Rektor Universitas Halu Oleo.
2. Prof. Dr. La Iru, SH, M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
4. Bapak dan Ibu Dosen, serta staf Administrasi pada Jurusan/Program Studi
Oleo.
5. Para informan yang telah memberikan informasi atau data tentang sejarah
7. Kepada teman-teman Randi, budi, Ani, Sitti Syarah S,Pd., Jaha dan terkhusus
Irnawati yang telah banyak membantu penulis dalam hal kepedulian yang luar
biasa.
sehingga penulis dengan giat dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini
penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat. Saran dan kritik senantiasa
menjadi harapan penulis dalam rangka perbaikan tugas akhir ini
Penulis.
ABSTRAK
Darnawati, S.Pd, M.Pd dan Drs. La Ode Baenawi, M.Pd masing-masing selaku
pembimbing I dan pembimbing II.
Wata-watangke?
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah menurut
(pengumpulan data), (2) Kritik sumber (eksternal dan internal), (3) Historiografi,
penulisan sejarah yang terdiri atas: penafsiran, penjelasan dan penyajian. Kajian
relevan.
Muna dimasa pemerintahan Raja Sugi Manuru pada abad 16. Dalam tahap
sedang jatuh cinta., tradisi wata-watangke yang hanya mainkan oleh muda-mudi,
silaturahim agar tetap terjalin dengan baik. Dengan demikian, tradisi wata-watangke
memiliki kedudukan dan fungsi yang sangat penting untuk menjaga hubungan
terbagi atas dua bagian yaitu penanya dan penjawab. Biasanya pertanyaan dalam
wata-watangke diajukan untuk dijawab atau ditebak lawan dalam permainan watawatangke
kepada orang atau kelompok yang dituju, maka kelompok tersebut harus menebak
Muna banyak memuat makna pendidikan, baik bentuk permainannya sampai pada
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
ABSTRAK
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………4
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………………….5
D. Manfaat penelitian………………………………………………………………...5
B. Konsep Kebudayaan…………………………………………………...………….9
D. Konsep Pendidikan………………………………………………………………15
E. Konsep Moral………………………………………………………………...…..17
F. Penelitian Terdahulu……………………………………………………………...19
B. Jenis Penelitian………………………………………………………………….20
C. Pendekatan Penelitian………………………………………..…………………20
E. Metode Penelitian………………………………………………….………...…21
1. Makna Religi…………...……………………………………………………....44
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………………63
B. Saran……………………………………………………………………………64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tenggara. Kabupaten Muna meliputi wilayah Muna bagian Utara dan Pulau Buton
bagian Utara sedangkan Selatan Pulau Muna adalah wilayah Kabupaten Buton.
Daerah muna tidak terlepas dari kebudayaan suku muna itu sendiri yang di mana
dipenuhi berbagai tradisi yang telah lama dikenalkan melalui penduhulu atau para
dengan kandungan makna yang khas dan berkaitan dengan nilai dan fungsi
pelestarian lingkungan. Pada sisi yang lain, tradisi dapat pula dikatakan sebagai
produk buah pikiran masyarakat etnik yang dapat difungsikan untuk memecahkan
permasalahan lingkungan alamiah dan lingkungan sosial. Roh tradisi lisan adalah
negara. Sementara itu, dalam lingkungan alamiah tradisi mampu menuntun manusia
Penelusuran nilai-nilai yang terdapat dalam suatu tradisi bukan berarti sebuah
upaya untuk memamerkan sikap kedaerahan, tetapi merupakan bagian dari upaya
penelusuran terhadap unsur-unsur budaya yang ada di daerah yang perlu di jaga dan
ditumbuh kembangkan karena tradisi juga sebagai sumber yang tidak pernah habis
bagi keutuhan budaya Nasional.
Pemeliharaan suatu tradisi tidak lepas dari peran para tokoh adat atau orang
yang dituakan dalam suatu kelompok masyarakat. Para tokoh adat diberi kepercayaan
oleh kelompoknya untuk memelihara dan menjaga tradisi yang diwariskan secara
turun temurun. Suatu kelompok masyarakat dengan nilai, norma, tradisi, adat dan
budaya yang sama akan mempunyai jejak-jejak masa lampaunya. Dalam masyarakat
diwariskan secara turun temurun kepada generasi berikutnya secara lisan sehingga
Dewasa ini masih banyak tradisi di Indonesia yang perlu ditelusuri, salah
satunya tradisi yang ada di Sulawesi Tenggara, Kabupaten Muna. Di daerah ini
memiliki kekayaan budaya tradisi yang perlu di lestarikan. Oleh karena itu perlu
dilakukan pengkajian secara ilmiah sebagai upaya penelusuran terhadap tradisi yang
memiliki kedudukan tersendiri dalam hati masyarakat Muna. Dapat dipastikan bahwa
di setiap desa di Kabupaten Muna ada yang pandai untuk memainkan wata-watangke.
Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa wata-watangke telah mengakar dalam
Tradisi wata-watangke tidak hanya diminati oleh para anak-anak saja, akan
tetapi dari kalangan muda sampai tua juga sangat senang dengan tradisi tersebut.
wata-watangke bukan hanya sekedar tradisi, akan tetapi tradisi ini juga digunakan
melainkan dilakukan pada tempat yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk mempererat
akibat dari aktivitas yang dilakukan. Contohnya setelah mengelolah kebun atau
setelah melaut, untuk memulihkan kembali semangat bekerja petani ataupun nelayan,
dilakukan pada malam hari yang dilakukan berbagai kalangan. Tradisi wata-
kelompok yaitu kelompok pria dan kelompok wanita. Dalam tradisi wata-watangke
mempertahankan dan tidak melupakan begitu saja akan keberadaan tradisi yang
merupakan warisan para leluhur. Tradisi wata-watangke diturunkan oleh para nenek
merupakan para tetua sudah sangat berkurang. Selain itu tidak sedikit generasi muda
karena itu, keberadaan wata-watangke pada saat ini semakin terancam menuju
pembelajaran kuno, karena di dalam tradisi tersebut sangat mengandung nilai moral.
Perkembangan zaman dan era globalisasi yang terjadi pada saat ini, tradisi
adalah sebagai kebudayaan tradisi yang ada pada masyarakat muna dan memiliki
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah yang ada dipenelitian ini akan merujuk pada latar
belakang yang telah dipaparkan sebelumnya. Maka terkait dengan hal tersebut,
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka dapat ditarik tujuan dari penelitian ini
yaitu:
masyarakat Muna.
Manfaat yang dapat dipetik dari penelitian ini dapat bersifat keilmuan dan
kepraktisan. Hasil penelitian dapat mengembangkan ilmu dan dapat pula diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari .Berkaitan dengan hal tersebut dan dari pemaparan
2. Secara teoritis, dari penelitian yang akan dilaksanakan diharapkan agar bermanfaat
melahirkan metode dan strategi yang efektif dan efesien dalam penelitian
berikutnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Sejarah
Sebagai kerangka acuan atau alat analisis dalam membahas tentang sejarah
Wata-watangke sebagai pendidikan moral pada masyarakat Muna, maka dalam kajian
pustaka ini penulis mengemukakan konsep sejarah yang dikutip dari beberapa
Sejarah pada prinsipnya selalu menyertai setiap peristiwa dan perubahan yang
terjadi. Dalam membahas tentang sejarah berarti kita membahas peristiwa dan
perubahan yang terjadi dimasa lampau yang pada umumnya dilakukan oleh manusia
sebagai mahkluk yang berbudaya. Secara harfiah sejarah adala Sesuatu yang telah
berlalu, suatu peristiwa, suatu kejadian, riwayat, sesuatu pengetahuan tentang masa
tertentu, dan ilmu yang berusaha mewariskan ilmu pengetahuan (Gazalba, 1981: 2).
konsep di atas sehingga ilmu sejarah bukanlah bersifat statis. Roeslan Abdul Gani,
(1963: 12) menegaskan bahwa ilmu sejarah ibarat penglihatan tiga dimensi, yaitu
pertama penglihatan kemasa silam, kedua kemasa sekarang, dan kemudian kemasa
depan. Dengan lain perkataan dalam menyelidiki masa silam itu kita dapat
melepaskan diri daripada kenyataan-kenyataan masa sekarang yang sedang kita alami
bersama, dan sedikit banyak yang tidak dapat kita lepaskan daripada perspektif masa
depan.
Tampak bahwa sejarah merupakan gambaran masa lalu yang disusun secara
ilmiah dan lengkap meliputi urutan waktu, fakta dan tafsiran yang memberikan
pengertian tentang apa yang berlalu tersebut. Dalam kaitan ini maka Wahid Siswoyo
mengemukakan bahwa:
umat manusia.,
kebudayaan dari berbagai bangsa di dunia (Hugino dan P.K. Poerwantana, 1987:
3)
lampaunya. Hal tersebut didorong oleh adanya rasa ingin mengetahui dan memahami
diartikan dengan terbuka menjadi besar dan luas atau bertambah sempurnah, menjadi
banyak atau maju dalam periode yang dilaluinya. Dengan demikian maka
perkembangan dapat diartikan sebagai suatu proses perjalanan dalam periode waktu
yang disertai dengan usaha-usaha perluasan untuk mencapai kemajuan. ( Badudu dan
Berdasarkan pendapat tersebut tampak bahwa sejarah masa lampau perlu kita
pelajari dengan berpijak pada kenyataan aktifitas dan situasi sekarang untuk
demikian gambaran sejarah merupakan integrasi kurun waktu yang tak terputus
antara masa lampau, masa sekarang yang sedang kita alami dan masa yang akan
datang. Sebagai konsekuensi logis dari kesinambungan kurun waktu dalam dimensi
sejarah adalah terjadinya hubungan kausalitas antara kejadian atau peristiwa yang
B. Konsep Kebudayaan
Kebudayaan biasa juga disebut peradaban, mengandung pengertian yang luas
tentang kebudayaan yang wawasannya begitu luas, perlu di pahami terlebih dahulu
unsur kebudayaan, sistiem budaya, system social, kebudayaan fisik dan pengertian
10
yaitu bertingkah laku mantap, pikiran, perasaan dan reaksi yang diperoleh dan
benda-benda materi; pusat esensi kebudayaan terdiri atas tradisi cita-cita atau paham
sanskerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.
antropologi yaitu sebagai keseluruhan sebagai sistem gagasan, tindakan dan hasil
karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari
kebudayaan yaitu (1) ideas, (2) activities, (3) artifacts. Dari hal tersebut, kebudayaan
memiliki tiga wujud yaitu:
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma,
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari
11
kecil, bersahaja, dan terisolasi, maupun yang besar, kompleks, dan dengan jaringan
yang luas memiliki tujuh unsur universal yaitu bahasa, sistem teknologi, sistem mata
2010: 23)
bersama, dengan tidak menghilangkan perhatian pada tingkah laku, adat, objek atau
simbolik, suatu teori yang berusaha menjelaskan dalam tingkah laku manusia dalam
istiadat, dan lain-lain kemampuan serta kebiasaan yang diterima oleh masyarakat
tampak kebudayaan sebagai wahana dan wacana bagi masyarakat untuk terus
menerus menyesuaikan diri atau merespons perubahan baik yang diakibatkan dari
12
kemudian dikenal sebagai proses untuk menjadi pintar dan berpengetahuan warga
terus menerus hal serupa itu, dalam praktek kebudayaan dikenal sebagai tradisi (
Tradisi berarti traditum, segala sesuatu yang diwariskan oleh masa lalu ke
masa sekarang, berupa pola-pola atau citra (image) dari tingkahlaku termasuk di
pola-pola tingkah laku yang terus menerus mengalami perubahan. Dalam prakteknya,
tradisi berwujud pada suatu aktivitas yang dilakukan secara terus menerus dan
berulang sebagai upaya peneguhan pola-pola tingkah laku yang bersandar pada
dilakukan secara lisan tanpa menggunakan media tulis (peursen, 1988: 11).
Tradisi lisan merupakan salah satu bentuk ekspresi kebudayaan daerah yang
melingkupi segala sendi kehidupan manusia, membuktikan bahwa nenek moyang kita
di masa lampau telah mengenal ajaran kehidupan yang terkandung dalam tradisi
lisan. Masyarakat etnik Muna memiliki tradisi ritual yang telah diwariskan dari turun-
temurun dari generasi tua ke generasi muda secara berkelanjutan. Salah satu tradisi
13
lisan yang ada di tengah-tengah masyarakat etnik Muna Adalah tradisi Wata-
watangke (Teka-teki).
Tradisi lisan adalah suatu kebudayaan daerah yang memiliki peran sangat
budaya dapat mewujudkan kesatuan bangsa. Secara utuh tradisi lisan memiliki
dimensi yaitu: (1) kelisanan, (2) kebahasaan, (3) kesastraan dan (4) nilai budaya
Menurut Hutomo (1991: 11), tradisi lisan itu mencakup beberapa hal, yakni:
(1) yang berupa kesusastraan lisan, (2) yang berupa teknologi tradisional, (3) yang
berupa pengetahuan folklore di luar pusat-pusat istana dan kota metropolitan, (4)
yang berupa unsur-unsur religi dan kepercayaan folklore di luar batas formal agama-
agama besar, (5) yang berupa kesenian folklore di luar pusat-pusat istana dan kota
Menurut Pudentia (2008: 184) yang dimaksud tradisi lisan adalah berbagai
pengetahuan dan adat kebiasaan yang secara turun temurun disampaikan secara lisan.
Dalam hal ini berarti tradisi lisan merupakan adat atau kebiasaan para nenek moyang
yang diberikan atau diturunkan melalui mulut ke mulut kepada generasi berikutnya.
besar dibandingkan unsur tertulis. Yang menjadi masalah dalam tradisi lisan adalah
penerapan konsep kausalitas dalam uraian ceritannya. Tradisi lisan memuat informasi
luas tentang kehidupan suatu komunitas dengan berbagai aspeknya.
14
dari mulut kemulut. Keberadaan suatu tradisi dijadikan sebagai alat untuk menata
dinikmati oleh masyarakat pemiliknya. Pada zaman dahulu, ketika tulisan belum ada,
adalah teka-teki yang menjadi salah satu dasar komunikasi budaya pada zaman
dahulu.
tradisional pula. Pertanyaan dibuat sedemikan rupa, sehingga jawabannya sukar untuk
atau ungkapan yang disampaikan melalui bahasa tertentu dan menuntut orang lain
tercerminkan (1) pola pikir, (2) khasana budaya dan (3) nilai dari masyarakat pemilik
teka-teki.
Menurut Djamaris (1993: 31), dalam teka-teki, isi dan maksud dari teka-teki
itu sendiri tidak dikemukakan secara langsung tetapi disuruh terka, disarankan atau
disembunyikan. Dengan kata lain, orang tidak akan mengatakan secara langsung,
15
Definisi mengenai wata-watangke tidak jauh berbeda dengan pendapat para ahli
pertanyaan tradisional yang berupa kalimat atau ucapan yang bentuknya masih
pula. Sebagai sarana komunikasi, wata-watangke telah lama memiliki peran yang
sangat pesat dalam membentuk sifat kekeluargaan pada masyarakat Muna dimasa
lampau.
karena mengacu pada perkembangn pendidikan saat ini, melalui jenjang pendidikan
sepenuhnya membina dan mendidik insan manusia dalam masyarakat. Dari hal
D. Konsep Pendidikan
dan sifatnya yang sangat kompleks. Menurut Tirtarahardja (2008: 32), bahwa
pendidikan memiliki batasan yang berbeda yaitu: (1) pendidikan sebagai proses
pendidikan sebagai proses penyiapan warga Negara dan (4) pendidikan sebagai
nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu
tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap
kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai. Tujuan pendidikan
bersifat normatif, yaitu mengandung unsure norma yang bersifat memaksa, tetapi
tidak bertentangan dengan hakikat perkembangan peserta didik serta dapat diterima
Pendidikan berasal dari kata “didik” lalu kata ini mendapat awalan ‘me’
memelihara dan memberi pelatihan diperlukan adanya ajaran tuntunan dan pimpinan
mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran . Dalam pengertian yang luas, pendidikan
terorganisasi, dalam hal ini masyarakat pendidikan dan keluarga (Syah, 2010: 74).
Pendidikan sebagai upaya manusia untuk manusia adalah aspek dan hasil
budaya terbaik yang mampu disediakan setiap generasi komusitas manusia untuk
kepentingan generasi manusia muda agar dapat melanjutkan kehidupan dan cara
hidup mereka dalam konteks sosio-budaya mereka pula. Setiap masyarakat pluralistic
17
terplih sebagai pendidik, untuk melaksanakan tugas pembinaan pribadi manusia dari
bersangkutan berada.
ini mengacu pada nilai pendidikan yang membuat manusia menjadi lebih sempurna
E. Konsep Moral
Moral merupakan hal pokok yang harus dimiliki setiap manusia, sebab dalam
dalam menjalin hubungan baik sesama manusia. Semua tingkah dan perbuatan yang
dilakukan sangat tergantung kepada moral yang dimiliki dalam mencapai nilai di
mata sosial. Karena moral dan tingkah laku merupakan dua hal yang tidak bisa
dipisahkan dalam kehidupan sosial dalam rangka meraih nilai positif di mata orang
lain.
18
Menurut K. Bertens, moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Dari
pernyataannya ini, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan objek material
dalam penggunaan kata moral maupun etika (Amril, 2002: 17). Sangat berkaitan
dengan apa yang dimaksudkan oleh Magnis (1987: 19) dalam konsep moralnya yaitu
moral itu selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia. Sikap baik
manusia sebagai manusia disini merupakan hakikat manusia sebagai Ahsanu Al-
Moral erat kaitannya dengan ajaran- ajaran tentang sesuatu yang baik dan
buruk yang menyakngkut tingkah laku dan perbuatan manusia. Tingkah laku sesuai
dengan nilai- nilai moral yang dianut dan ditampilkan secara sukarela diharapkan
dapat diperoleh melalui proses pendidikan. Hal ini dilakukan sebagai transisi dari
dilakukan berdasarkan dorongan dari dalam dirinya. Tindakan yang baik yang
dilandasi oleh dorongan dari dalam diri inilah yang diharapkan sebagai pendidikan
nilai dalam pendidikan moral yang ada pada tiap-tiap lingkungan suatu masyarakat.
Menurut Azra (2002: 203) Secara bahasa, moral dibentuk dari kata mores
yang artinya adat kebiasaan. Moral ini selalu dikaitkan dengan ajaran baik/buruk
yang diterima umum/masyarakat. Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu
istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak,
pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau
buruk. Jadi dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang digunakan untuk
19
memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau
dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang
masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu
juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Jadi moral adalah tata
aturan norma-norma yang bersifat abstrak yang mengatur kehidupan manusia untuk
melakukan perbuatan tertentu dan sebagai pengendali yang mengatur manusia untuk
F. Penelitian Terdahulu
yang dilakukan oleh La Mukoi dan La Kimi Batoa. Penelitian ini menguraikan
tentang eksistensi tradisi wata-watangke yang sangat memiliki peran dan manfaat untuk
masyarakat Muna. Penelitian lain yang dilakukan oleh La Muda yang membahas
yang ini juga telah dilakukan oleh Salniwati, S.Pd, M.Hum yang juga menguraikan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini maka yang menjadi tempat atau lokasi
Penelitian ini telah dilaksanakan dari tanggal 3 Desember 2015 sampai 11 Januari
2016.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian sejarah yang bersifat deskriptif kualitatif
yaitu penelitian yang bertujuan memaparkan latar belakang mengenai tradisi wata-
wata-watangke.
C. Pendekatan Penelitian
20
21
D. Sumber Data Penelitian
1. Sumber tertulis, yaitu data yang diperoleh melalui buku-buku atau literatur,
skripsi, dan laporan hasil penilitian yang mendukung perolehan data dalam
penelitian ini.
2. Sumber lisan, yaitu data yang diperoleh melalui keterangan lisan atau hasil
watangke.
3. Sumber visual, yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan secara langsung
E. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah menurut
Helius Sjamsuddin (2007: 158) yaitu bahwa tata kerja dalam metode sejarah terdiri
Penulisan (historiografi).
22
3) Studi dokumen yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengkaji dokumen
Pada tahapan ini penelitian mengadakan penilaian terhadap data yang sudah
terkumpul, khususnya bagi data yang masih diragukan kebenaranya sehingga bisa
didapatkan data yang benar-benar akurat, sehingga dapat dipakai dalam penulisan
Untuk mengkaji keaslian dan kebenaran data tersebut dengan menempuh cara
sebagai berikut:
a. Kritik ekstern yaitu untuk mengevaluasi apakah sumber atau dokumen itu asli atau
tidak dan informan itu jujur atau tidak, untuk itu dalam mengevaluasi sumber atau
data dari segi otentitas atau keasliannya dilakukan kritik dengan cara menyelidiki
23
b. Kritik intern yaitu untuk mengevaluasi kredibilitas atau keabsahan serta relevansi
isi sumber data lainnya seperti hasil pengamatan dengan hasil wawancara atau
selanjutnya yaitu historiografi yang terdiri atas: (1) penafsiran atau interpretasi, (2)
a. Penafsiran
masyarakat adalah fakta sejarah yang dapat dipercaya kebenaranya secara ilmiah.
Oleh karena hal tersebut maka suatu Interpretasi (penafsiran data) sangat diperlukan
b. Penjelasan
pendidikan moral.
c. Penyajian
Penyajian merupakan kajian akhir dari metode sejarah melalui dua tahap
24
dalam bentuk tulisan yang sistematis. Fakta dan data yang berhasil dikumpulkan dan
telah lolos dari kritik atau seleksi serta sudah di interpretasikan atau ditafsirkan.
BAB IV
dan banyaknya curah hujan 2000-3000 mm/th. topografi (dataran rendah, tinggi).
C.
berbatasan dengan Desa Kafoofoo, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bea,
Sebelah timur berbatasan dengan Desa Rangka Lama dan sebelah barat berbatasan
1600 Ha. Daerah ini memiliki daerah daratan dan perbukitan. Masyarakat desa
Laghorio memiliki lahan pertanian yang ditumbuhi tanaman jangka pendek dengan
luas lahan 80 Ha dan tanaman jangka panjang (jambu mete dan kayu jati) dengan luas
halnya daerah lain di Indonesia dimana setiap tahunya selalu terjadi peralihan musim
yang mendiami wilayah Desa Laghorio itu sendiri. Adapun penduduk asli yang
25
26
mendiami wilayah ini adalah suku Muna dan bahasa yang digunakan sehari-hari ialah
bahasa Muna. Hal ini dapat dilihat dari keragaman budaya dan bahasa yang
digunakan. Untuk masyarakat desa Langhorio masuk dalam etnis yang pada
dibandingkan dengan luas wilayahnya. Sementara luas wilayah yang dimiliki adalah
berkisar 1600 Ha yang terbentang dari arah utara yang berbatasan langsung dengan
desa Kafoofoo hingga lurus menuju arah selatan yang berbatasan langsung dengan
Desa Bea.
pembangunan daerah adalah faktor demografi suatu daerah yang menjadi perhatian
Kecamatan Kontukowuna
Jumlah penduduk daerah ini secara administrasi adalah 798 jiwa dengan
Untuk lebih jelasnya, keadaan jumlah penduduk Desa Lalibo menurut jenis
27
Tabel 1
Komposisi Jumlah Penduduk Desa Laghorio Berdasarkan
Jenis Kelamin
Jumlah Jiwa
Persentase (%)
Laki-laki
372
49,4
Perempuan
426
50,5
Jumlah
798
100
sebanyak 798 (99,9 %) jiwa yang terdiri dari laki-laki 372 jiwa (49,4%) dan
perempuan sebanyak 426 jiwa (50,5%). Sesuai dengan data yang penulis peroleh dari
jumlah perempuan.
Mata pencaharian dari penduduk Desa Laghorio yang terdata dengan baik
dimana sebagian besar mata pencaharian mereka adalah sebagai petani. Hal ini
disebabkan karena ketersediaan area perkebunan yang cukup luas. mata pencaharian
lain yang terdapat di Desa Laghorio Kecamatan Kontukowuna ialah buru tani, petani,
pedagang, PNS dan lain-lain. Dimana sebaran mata pencaharian penduduk tersebut
28
Tabel 2
Jenis Profesi
Jumlah Orang
PNS
19
Buruh Tani
2
Petani
101
Pedagang
24
Tukang Kayu
Tukang Batu
Penjahit
Pensiunan
TNI/POLRI
Perangkat Desa
Tukang Ojek
Jumlah
176
Dari tabel di atas bahwa diantara 798 jiwa penduduk yang memiliki
adalah dibidang pendidikan yang sangat dinilai sangat penting dalam kehidupan
menghadapi masa depannnya terutama sarana dan prasarana yang dapat menunjang
dalam rangka usaha perluasan kesempatan belajar bagi anak-anak usia sekolah.
tingkat pendidikan dari yang tidak sekolah, SD, SMP, SMA, dan Klasifikasi
perguruan tinggi yang terdiri dari pendidikan diploma dan sarjana. Sebaran tingkat
Tabel 3
Tidak Tamat SD
278
Sekolah Dasar
286
SMP/Sederajad
105
SMA/Sederajad
96
Diploma/Sarjana
33
Jumlah
30
sedangkan kelompok yang paling terkecil yaitu penduduk yang berlatar pendidikan
dari perguruan tinggi yang hanya mencapai 1,8 % saja dari jumlah penduduk di Desa
hanya menitik beratkan pada tiga komponen yakni berdasarkan pada jenis kelamin,
Kegiatan ekonomi Desa selama ini masih didominasi oleh sektor pertanian
dan, mengingat wilayah Desa Laghorio masih memiliki area pertanian dan
karena harga barang tidak sebanding dengan penghasilan yang didapat mereka serta
masih minimnya bekal keterampilan, upah buruh yang masih kecil serta masih
yang digeluti oleh sebagian besar masyarakat Desa Laghorio. Dari tingkat
31
menampung seluruh hasil pertanian diwilayah Desa Laghorio karena kendala selama
ini adalah masalah pemasaran yang kurang baik/harga jual yang rendah.
Sumber penerimaan desa Laghorio dihasilkan dari pajak yang didapat dari
bangunan baru dan kenaikan tarif selain itu sumber penerimaan desa dihasilkan dari
tanah kas desa Laghorio namun belum digunakan secara maksimal sehingga
pendapatan dari tanah kas desa tidak ada sumber pendapatan terakhir dihasilkan dari
Untuk lebih jelasnya, sumber penerimaan desa dapat dilihat pada tabel berikut ni:
Tabel 4.
No
SUMBER
PENERIMAAN DESA
TAHUN
2008
2009
2010
Pajak
5.830.350
6.827.700
6.827.700
3 DPDK/ADD
17.500.000
17.500.000
Tabel diatas dapat dilihat bahwa Penerimaan pajak desa Laghorio mulai pada
tahun 2008 sampai dengan 2010 mengalami peningkatan, ini disebabkan karena
penataan pajak yang baik. Adapun penyebab dari peningkatan penerimaan pajak
32
selama tahun 2008 sampai dengan 2010 adalah dengan adanya rumah-rumah yang
Desa Laghorio yang bersumber dari pemerintah, besaran dana tiap tahun dapat
berubah sesuai dengan kebijakan Pemerintah Kaupaten Muna.
33
BAB V
Salah satu aspek tradisi di dalam masyarakat Muna yaitu permainan wata-
watangke yang dijadikan sebagai salah satu hiburan dalam masyarakat Muna. Selain
Penyajian terbagi atas tiga tahap. Tahap pertama, mengenai latar belakang
dimainkannya tradisi wata-watangke. Selain itu, pada tahapan ini juga akan disajikan
yang meliputi makna pendidikan agama, makna pendidikan moral, makna pendidikan
milik suatu kelompok masyarakat dan tidak diketahui siapa pencipta dari tradisi
34
La Ode Wali adalah salah seorang tokoh adat di Kab. Muna dan pada saat ini
menjabat sebagai Kino Agama Kab. Muna. Memaparkan bahwa Wata-watangke ada
pada masa awal penyebaran Islam dan wata-watangke juga merupakan salah satu cara
Wata-watangke
Apakah itu?
melaksanakan sholat yaitu dilakukan 5 waktu dalam sehari. Sholat 5 waktu tersebut
merupakan syarat wajib bagi kaum muslim dalam menjalankan ibadah Sholatnya.
dalam wata-watangke. Selain contoh di atas, dapat pula dijelaskan melalui wata-
Wata-watangke
35
Teka teki : bungkusan bukan bungkusan, tanaman bukan tanaman,
ajaran Islam seharuslah terkemas, terkuburkan dan terkirimkan ke alam baka. Wata-
watangke ini juga adalah bersifat ajaran tentang tata cara dalam penguburan
seseorang yang telah meninggal melalui ajaran Islam. Selain wata-watangke di atas,
Wata-watangke
Teka-teki
kopiah putih.
Jawabnya
: o mie/manusia.
tradisi wata-watangke adalah pada masa pengaruh Islam di Muna. Sebab pada masa
pengetahun mengenai ajaran Islam pada masyarakat Muna. Oleh karena itu wata-
watangke ada pada pengaruh Islam yang dimana pada saat awal pengaruh Islam di
Muna adalah pada masa pemerintahan Raja Sugi Manuru abad 16 tahun 1527-1538.
36
Pada masa lampau kisaran pada abad 18 sampai 19, terjadi perubahan dalam
pasangan muda-mudi yang sedang jatuh cinta. Untuk mengetahui isi hati
Wata-watangke
Teka-teki
Jawabannya
wanita yang sedang jatuh cinta dan selalu bersama walaupun meiliki perbedaan sifat
ataupun strata sosial tetapi mereka akan selalu bersama. Jika salah satu Pasangan
dapat menjawab wata-watangke yang diajukan, berarti mampu memahami isi pikiran
dan menjawabnya secara bergantian pula yang diselingi dengan canda dan tawa.
melainkan semua kalangan bisa bermain wata-watangke mulai dari kalangan orang
37
pasangan pria dan wanita, telah berkembang dari rumah ke rumah, bahkan dari
agar tetap terjalin dengan baik. Dengan demikian, tradisi wata-watangke memiliki
kedudukan dan fungsi yang sangat penting untuk menjaga hubungan kekeluargaan
Maret 2016 ).
media melatih pikiran. Dikarenakan pada saat itu belum ada alat hiburan modern
yang ada pada saat ini seperti televsi dan sebagainnya sehingga menuntun mereka
digemari pada zaman dahulu untuk mengisi waktu senggang mereka. Hal ini, terjadi
karena pada waktu itu belum ada tontonan atau alat hiburan lain yang digunakan
dilakukan setelah mereka kembali dari ladang atau kebun. Untuk mengobati rasa
capek mereka, maka pada malam harinya mereka berkumpul di suatu tempat untuk
sebagai salah satu alat hiburan. Ketika mereka berkumpul pada satu tempat dan saling
38
Melalui permainan wata-watangke mereka akan merasa bahagia, tertawa, senang dan
merasa puas jika mereka dapat menjawab wata-watangke yang diberikan kepadanya.
alat untuk membina hubungan interaksi sosial. Seseorang yang bermain wata-
watangke secara langsung akan membangun komunikasi dengan orang lain lewat
sosial yang erat. Oleh karena itu, dengan adanya permainan wata-watangke maka
kelompok dalam masyarakat sosial, selain itu juga dapat mengakrabkan diri kita
39
senggang, hiburan, alat interaksi, atau sebagai bentuk pengakuan keunggulan dan
tidak kalah menarik dari permainan wata-watangke ini adalah sebagai pengasa
mengarah pada kemampuan logika. Setiap orang yang bermain wata-watangke diajak
berpikir dan berimajinasi sesuai dengan logika pada setiap ungkapan wata-watangke
yang diajukan. Logika yang dimaksud mencakup logika yang masuk akal yang
dapat melatih kemampuan seorang anak dalam mengasa pikirannya agar ia pandai
maupun kelompok social yang ada di Kabupaten Muna pada masanya. Tetapi karena
adanya perkembangan zaman pada saat ini memaksa manusia untuk terus
40
permainan wata-watangke tersebut. Pada saat ini tradisi wata-watangke sangat jarang
salah satu factor yang mempengaruhi kurang diminatinya tradisi wata-watangke pada
untuk menggunakan produk-produk modern yang digunakan sebagai alat hiburan dan
(saling tebak). Dalam permainan wata-watangke terbagi atas dua bagian yaitu
demikian, wata-watangke berupa tanya jawab antara dua orang atau dua kelompok (si
pertanyaan bertanya kepada orang atau kelompok yang dituju, maka kelompok
paling menarik, artinya pada saat permainan wata-watangke berlangsung pasti ada
orang atau kelompok yang kalah atau menang. Misalnya, kelompok perempuan
41
mengajukan wata-watangke harus mengakui atau merasa puas dengan jawaban yang
diberikan oleh kelompok laki-laki. Begitu pula sebaliknya dengan kelompok laki-laki
harus mengakui atau merasa puas dengan jawaban wata-watangke yang benar oleh
yang tidak dapat menjawab wata-watangke maka diberi tanda nokopalu (berarti
kalah). Kata palu digunakan untuk menandai jumlah kekalahan lawan dalam
kelompok yang bertindak sebagai penjawab tidak dapat menjawab, maka si pengaju
wata-watangke akan mengatakan sepalu (satu kali kalah) untuk lawan dalam
bentuk rasa kepuasan mereka dengan nilai yang mereka peroleh masing-masing
watangke, yang tidak kalah penting adalah kesepakatan terhadap jawaban wata-
watangke yang mereka ungkapkan. Meski terdapat pola pemikiran yang rumit dalam
permainan wata-watangke, tetapi hal ini dapat masuk akal. Kesepakatan dalam
ini dikarenakan kesepakatan merupakan salah satu aspek sosial yang hidup dalam
42
pada permainan yang berbeda, tidak terjadi kesalahpahaman dalam memaknai pesan
Januari 2016)
mempunyai tujuan kepada siapa ungkapan wata-watangke itu diberikan. Momen dan
tujuan itu ada melalui suatu kondisi yang terjadi pada saat itu. beberapa contoh
Wata-watangke
Teka-teki
Jawabannya
Ohaeno nagha?
: Pagar orang lain dapat kamu lihat, pagar sendiri tidak dapat
: O wangka/Gigi.
biasanya diungkapkan atau ditujukan kepada seorang sahabat atau kerabat sebagai
teguran secara tidak langsung. Ungkapan ini diberikan pada saat seorang kawan
melakukan tindakan yang merugikan orang lain. Ungkapan ini tidak lain adalah
sindiran kepada kawan tersebut dengan tujuan untuk selalu mengintropeksi diri
sebelum melakukan tindakan yang dapat merugikan orang lain. Dengan demikian,
orang yang dinasehati lewat proses yang tepat sangatlah baik. proses pengungkapan
tersebut tidak akan marah atau tersinggung karena bentuk nasehat yang diberikan
43
tidak langsung pada intinya, melainkan diberikan melalui proses wata-watangke yang
Wata-watangke
Teka-teki
Jawabannya
diungkapakan oleh orang tua yang ditujukan kepada anaknya. Setelah usai pulang
dadi bekerjakerja dalam kodisi capek biasanya orang tua iseng-iseng kepada
diberikan sebagai bimbingan atau pengajaran kepada anaknya agar selalu bekerja
keras dan terus berusaha untuk menjalani hidupnya dikemudian hari serta seorang
Zaman modern saat ini, wata-watangke tidak lagi eksis dimata masyarakat
muna. Adapun dalam proses pengungkapannya tidak lagi memiliki peran dalam
memberi pembelajaran kepada sesama khususnya kepada generas saat ini. Pada saat
masyarakat Muna serta eksistensi wata-watangke pada zaman dahulu sangat baik
44
untuk mengikat silaturahim juga sebagai suatu alternatif untuk saling mengingatkan
merupakan suatu tradisi yang diturunkan dari para nenek moyang kepada
hanya untuk menghibur para penutur dan pendengarnya saja. Tradisi wata-watangke
dipakai ketika masyarakat duduk-duduk tidak ada kegiatan. Selain itu, wata-
watangke juga dipakai oleh orang tua, khususnya nenek-nenek untuk menghibur
anak-anaknya yang akan tidur ataupun sepulang dari bekerja dan melepas lelah
terang bulan. Kemudian berkumpul, dua-dua orang, tiga orang, empat orang,
membuat team. Makna wata-watangke ini sebagai hiburan bagi kami. Dijadikan
amanah yang sangat baik. Proses pengungkapan wata-watangke ini sebaiknya terus
digunakan dan diberikan kepada generasi muda masyarakat Muna sehingga para
serta terlestarikan. Selain dari pada perkembangan tradisi wata-watangke itu sendiri,
45
suatu karakter yang baik dalam kehidupan bermasyarakat ataupun kehidupan dalam
ajaran yang berkaitan dengan kehidupan manusia. kerena proses pengungkapan wata-
watangke adalah sebagai manah atau nasihat yang dilakukan berdasarkan suatu
kondisi yang terjadi pada saat itu. sehubungan dengan hal tersebut maka tradisi wata-
watangke memiliki peran sebagai pembentukan karakter individu yang lebih baik
makna-makna pendidikan.
berteman, tandasnya. Dari pengertian ini tinggal dicarikan saja makna-makna yang
dipakai untuk mengisi kekosongan waktu dan tidak ditampilkan pada selebrasi
(acara-acara) tertentu. Satu teka-teki disebut seronda. Seronda sama dengan satu
berdasarkan makna yang mengena dari penyataan yang terdapat di dalam wata-
tanaman, kiriman bukan kiriman’, makna yang terkadung di dalam teka-teki ini
adalah religi. Ia menekankan tidak semestinya ada upaya kita untuk mencari makna
46
dengan bertanya kepada nenek moyang. Karena, nenek moyang dahulu tidak
memiliki ilmu pengetahuan. Dengan demikian, penggalian secara ilmiah pada saat itu
adalah upaya sia-sia. Setiap karya tradisi nenek moyang muncul secara kelakar saja,
maka nenek moyang dahulu hanya menggunakannya untuk menghibur saja, saling
menertawai dan memuji jika dapat ditebak dan tidak mengapa jika tidak dapat
masalah. Intinya, mereka bisa saling menghibur. (wawancara tanggal 14 Maret 2016)
pemberian makna pada suatu tradisi tertentu harus berdasarkan perkembangan ilmu
pengetahua sekarang, mana yang rasional dan relevan dan mana yang tidak. Kondisi
ini dikarenakan orang-orang tua dulu belum memiliki imu pengetahuan sehingga
secara ilmiah.
1. Makna Religi
47
Banyak cara yang digunakan untuk tetap menjaga hubungan baik dalam kehidupan
hubungan baik dalam masyarakat agar tetap terjalin. Selain bentuk permainannya
kebaikan tentang kehidupan bermasyarakat. Hal ini dapat dilihat pada contoh
Wata-watangke
Teka-teki
Jawabannya
Ohaeno nagha?
: Pagar orang lain dapat kamu lihat, pagar sendiri tidak dapat
: O wangka/Gigi.
wutomu mina omorae “Pagar orang lain dapat kamu lihat, pagar sendiri tidak dapat
dilihat” memiliki sifat yang bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya, makna
ungkapan ini mengarah pada sindiran atau kritikan mengenai kebiasaan seseorang.
wutomu mina omorae “Pagar orang lain dapat kamu lihat, pagar sendiri tidak dapat
kesalahan orang lain tetapi kesalahan yang melekat pada dirinya sendiri tidak
disadari. Hal ini, sering terjadi dalam kehidupan masyarakat Muna, sehingga
48
mina omorae “Pagar orang lain dapat kamu lihat, pagar sendiri tidak dapat dilihat”,
kesalahan yang dilakukannya. Ungkapan ini sebenarnya bentuk larangan agar kita
tidak membuka aib orang lain dan selalu mengoreksi diri kita sendiri. Dengan
menyadari bahwa sikap yang dimilikinya tidak baik atau bertentangan dengan syariat
agama.
Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan agama
wutomu mina omorae “Pagar orang lain dapat kamu lihat, pagar sendiri tidak dapat
dilihat” agar kita selalu menyadari setiap perbuatan yang kita lakukan. Selain itu,
kesalahan orang lain, sebab belum tentu kita lebih baik daripada orang lain, karena
yang berhak menilai hanyalah Allah SWT. Dengan demikian, kita dapat menjaga
omorae “Pagar orang lain dapat kamu lihat, pagar sendiri tidak dapat dilihat”,
wata-watangke ini juga mengisyaratkan bahwa tidak ada yang lebih berhak menilai
diri kita selain Sang pencipta. Kita sebagai sesama makhluk ciptaan hanya diwajibkan
49
yang mengandung nilai pendidikan agama dapat dilihat juga pada ungkapan berikut:
Wata-watangke
Teka-teki
Jawabannya
: O Papantulisi/Papan tulis.
noraku “Hitam dianggap bersih, putih dianggap kotor” menggambarkan bahwa nilai-
nilai Illahia yang kotor sudah dianggap bersih (Noghighito dokonae nonggela)
sedangkan nilai-nilai Illahia yang bersih sudah dianggap kotor (nopupute dokonae
noraku). Hal ini menggambarkan sesuatu yang kontras atau bertolak belakang dengan
manusia yang sudah tidak dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak
baik. Sifat baik bisa jadi buruk dimata seseorang dan sesuatu yang tidak baik bisa jadi
baik di mata mereka. Hal ini disebabkan kurangnya penanaman nilai-nilai agama dan
noraku “Hitam dianggap bersih, putih dianggap kotor” ini memuat pesan agar kita
kembali pada hakikat yang sebenarnya yaitu putih harus kembali pada kodratnya
yaitu suci dan bersih, sedangkan hitam dikembalikian pada hakekat yang sebenarnya
maksud ungkapannya bertujuan untuk meluruskan bahwa sesuatu yang tidak baik itu
50
jangan di benarkan dan sesuatu yang baik itu jangan dianggap salah. Allah SWT.
petunjuk itu serta sebagai pembeda antara yang benar dan yang batil. Ungkapan wata-
watangke tersebut merupakan sindiran bagi orang-orang yang sudah mulai jauh dari
nilai-nilai agama agar mereka kembali kejalan yang benar dan menjadikan Al-Qur’an
pendidikan agama, di dalamnya juga memuat nilai-nilai pendidikan moral dan sosial,
karena pesan yang disampaikan oleh ungkapan tersebut berkaitan dengan hubungan
kritikan terhadap moral yang tidak sesuai di dalam masyarakat. Ungkapan wata-
watangke yang memuat makna pendidikan moral ini dapat dilihat pada contoh
ungkapan berikut:
Wata-watangke
Teka-teki
Jawabannya
51
Ungkapan wata-watangke; Kalanggono koromu, mengkora ne kowobhano
maka netaa namisimu “Durhakanya pantatmu, duduk di mulutnya orang lain baru
yang tidak dapat duduk dengan seimbang, kecuali duduk di mulut belanga baru dapat
mulutnya orang lain baru enak perasaanmu” dikaitkan dengan kehidupan dalam
masyarakat, maka sifat “kantofi” tersebut diibaratkan seperti orang yang tidak senang
melihat orang lain sukses. Orang ini akan selalu berusaha menjatuhkan orang yang
tidak disenanginya, bahkan ia berusaha untuk mengambil hak orang yang tidak
mulutnya orang lain baru enak perasaanmu” memuat pendidikan moral yang berusaha
menyindir orang-orang yang selalu merasa tidak puas terhadap apa yang dimilikinya,
melainkan mengambil hak orang lain baru merasa puas. Sifat seperti ini dianggap
tidak bermoral karena dapat merugikan orang lain. Hal ini dapat merusak hubungan
yang mengandung makna pendidikan moral juga dapat di lihat berikut ini:
52
Wata-watangke
Teka-teki
Jawabannya
Ohaeno nagha?
: O dalika/tungku dapur.
kaenseghulu “Tiga buah bukit diduduki monyet besar” ini menunjukan sifat serakah
seekor monyet yang menduduki tiga buah bukit sekaligus. Secara logika, hal tersebut
menggambarkan sikap seekor monyet yang serakah dan selalu tidak puas dengan apa
yang dimilikinya. Sikap serakah yang melekat pada monyet ini juga digambarkan
dalam cerita rakyat masyarakat Muna “Andondoke bhe Kapo-kapoluka (monyet dan
kaenseghulu “Tiga buah bukit diduduki monyet besar” ini sebenarnya digunakan
untuk menyindir orang-orang yang memiliki sifat serakah seperti yang digambarkan
yang selalu merasa tidak puas dengan apa yang dia miliki akan sadar bahwa sifat
yang dimilikinya sama dengan sifat monyet yang tidak bermoral. Dengan demikian
orang yang betul-betul memahami pesan dari ungkapan wata-watangke ini akan
nengkorafie ndoke kaenseghulu “Tiga buah bukit diduduki monyet besar” bahwa sifat
yang dimikiki oleh monyet tersebut sangat bertentangan dengan nilai moral dalam
53
kabhawo nengkorafie ndoke kaenseghulu “Tiga buah bukit diduduki monyet besar”
dapat dijadikan sebagai alat intropeksi diri dan kembali menanamkan sifat-sifat luhur
Muna yang menggunakan ungkapan wata-watangke sebagai salah satu alat untuk
mengkritik kehidupan sosial yang ada di dalam masyarakat. Jauh sebelum pendidikan
formal masuk dalam kehidupan mereka, pendidikan non formal berupa ungkapan
sosial yang berkembang dalam masyarakat Muna tersebut terangkum dalam sebuah
suatu cara dalam sistem masyarakat sosial yang merupakan rantai penghubung secara
terus menerus sejak kehidupan generasi masyarakat Muna terdahulu. Banyak cara
54
untuk menunjukkan penanaman nilai sosial tersebut dalam masyarakat Muna pada
sebagai salah satu media untuk membangun komunikasi sosial, akan tetapi dalam
Wata-watangke
Teka-teki
Jawabannya
anaknya atau hubungan interaksi antara orang yang lebih tua dengan orang yang lebih
muda dalam kehidupan masyarakat sosial. Hubungan interaksi yang dimasud adalah
bagaimana seharusnya sikap orang tua kepada anaknya dan bagaimana sikap seorang
ini menggambarkan orang tua yang selalu mengajarkan kepada anaknya bahwa
betapa pentingnya dalam bekerja keras, karena untuk memenuhi kebutuhan hidup kita
butuh keuletanda dan kerja keras untuk mencapai tujuan yang diinginka. Selain itu,
55
ungkapan Inano neburi, di sini juga menunjukan sikap orang tua yang selalu
mengarahkan anaknya agar selalu berbuat baik, menjaga hubungan baik dalam
pergaulan hidup, serta bagaimana menjaga hubungan baik dengan sesama di dalam
orang tuanya atau orang yang lebih tua dalam menanggapi nasihat-nasihat yang
disampaikan orang tuanya. Dengan demikian hubungan antara orang tua dengan anak
akan selalu terjalin dengan baik sehingga keharmonisan dalam keluarga maupun di
menggambarkan hubungan antara orang tua dan anaknya dalam kehidupan. Orang tua
menunjukan kepada anaknya bahwa bekerja keras itu sangat penting dalam upaya
orang tuanya, memosisikan dirinya pada orang yang lebih tua dan bagaimana seorang
Wata-watangke
Teka-teki
Jawabannya
selalu,
hatinya
dilupakannya.
Apakah
itu?
Manu-manu
Kadondo/burung
Pematuk.
Ungkapan
burung pelatuk yang selalu membuat lubang dengan cara mematuk batang pohon
sebagai tempat tinggal, tetapi tidak digunakan untuk dirinya sendiri. Setelah membuat
lubang atau rumah untuk tempat bertelur, siburung pelatuk itu pergi membuat lubang
burung pelatuk tidak akan memanfaatkan lubang yang dibuatnya itu. Lubang-lubang
yang pernah dibuat si burung pelatuk pada sebatang pohon akan dimanfaatkan oleh
bagaimana menciptakan kehidupan sosial dengan bersikap ikhlas dan saling memberi
dalam kehidupan bermasyarakat. Apabila memiliki barang yang sudah tidak lagi
57
dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi tetapi dapat bermanfaat untuk orang lain,
ada baiknya barang tersebut kita berikan kepada orang yang lebih membutuhkannya.
patuk pindah lagi, bunyi-bunyi selalu, hatinya dilupakannya” ini juga menunjukan
kedudukkan kehidupan sosial yang begitu tinggi dalam bermasyarakat. Jiwa sosial
yang menganut sikap terbuka dan suka memberi, sangat dibutuhkan. Karena dengan
jiwa sosial, kita dapat diterima dengan baik dalam kehidupan masyarakat. Dengan
berpindah, tiga kali patuk pindah lagi, bunyi-bunyi, hatinya dilupakannya”. Dapat
masyarakat Muna pada zaman dahulu, salah satunya dapat disampaikan melalui
patuk lalu berpindah, tiga kali patuk pindah lagi, bunyi-bunyi, hatinya dilupakannya”
dapat dijadikan inspirasi sebagai salah satu cara untuk membangun hubungan sosial
58
kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan, sebab pendidikan karakter ini tidak hanya
pendidikan karakter.
nasehat terhadap sikap yang menjadi bawaan seseorang. Dapat dijelaskan bahwa
pendidikan karakter tidak lepas dari pengaruh lingkungan, di mana kalau lingkungan
yang membentuk baik maka akan terlahirlah sebuah karakter yang baik. Tetapi kalau
lingkungan yang membentuk jelek maka akan terlahirlah karakter yang jelek pula.
Hal ini menunjukan bahwa lingkungan sangat berperan dalam menciptakan individu,
baik atau buruk, tergantung pengaruh mana yang lebih kuat di dalam mempengaruhi
perjalanan hidupnya.
dirinya tanpa melukai hati orang tersebut. Dengan demikian, orang yang dinasehati
lewat ungkapan wata-watangke tidak akan tersinggung karena bentuk nasehat yang
diberikan tidak langsung pada intinya, melainkan dibuat dalam bentuk ungkapan
wata-watangke.
59
pada intinya melainkan orang yang diberi wata-watangke diajak untuk berpikir kira-
kira apa jawaban dan maksud dari wata-watangke tersebut. Misalnya, ada seorang
anak yang memiliki kebiasaan malas dalam menyelesaikan pekerjaannya, maka pada
situasi tertentu si anak diajak untuk bermain wata-watangke. Dalam permainan wata-
watangke tersebut, selain si anak merasa terhibur dengan ungkapan wata-watangke
yang didengarnya, Ia juga akan menyadari akan pesan dari ungkapan tersebut.
Wata-watangke
Teka-teki
Jawabannya
nagha?
: Opatota/Pahat.
yang harus dipukul pangkalnya sebagai pemicu agar dapat digunakan untuk memahat
melainkan dijadikan sebagai bahan renungan bagi orang yang di tuju dalam ungkapan
itu, terkait pesan atau nilai pendidikan karakter yang ada dalam ungkapan Wata-
watangke tersebut. Pahat di sini diibaratkan seperti sifat manusia yang malas, kecuali
60
diperintah baru mau bekerja. Ungkapan Wata-watangke ini merupakan sindiran bagi
dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan pekerjaan haruslah selalu ikhlas, tidak
perlu diperintahkan baru mau bekerja. Ungkapan wata-watangke tersebut sangat erat
kaitannya dengan karakter manusia yang dituntut agar selalu mandiri dalam setiap
dorongan dan kesadaran dalam setiap diri seseorang bahwa dirinya bukanlah benda
mati yang harus dipicu baru bisa bekerja. Dengan demikian rasa tanggung jawab yang
melekat pada diri setiap orang itu akan selalu ada dalam menjalankan tugas atau
Wata-watangke
Teka-teki
Jawabannya
nagha?
Apakah itu?
: Desoso/Merokok.
menggambarkan karakter orang yang sedang merokok di mana rokok yang selalu
diisap pada bagian filternya tetapi yang habis itu pada bagian ujungnya. Begitu pula
dengan orang yang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, di mana
61
pekerjaan yang dilakukannya baru selesai dikerjakannya, akan tetapi hasilnya sudah
tidak dapat dinikmati lagi karena langsung digunakan untuk menutupi utang.
gholeno “Dia makan duluan pangkalnya tetapi habis duluan ujungnya” hendaknya
kita tidak bersikap boros, selalu hidup mandiri serta hidup sederhana. Dengan
ditanamkan sejak lahir. Selain muatan makna pendidikan karakter di dalam kedua
ungkapan tersebut juga memuat nilai pendidikan moral dan akhlak atau makna
permainannya sampai pada ungkapan wata-watangke itu sendiri, sarat akan makna
pendidikan agama, makna pendidikan moral, makna pendidikan sosial, samapai pada
makna pendidikan karakter yang melekat pada masyarakat Muna itu sendiri. Adanya
62
bahwa dalam kehidupan masyaralat Muna telah ditanamkan ajaran-ajaran pendidikan
BAB VI
PENUTUP
D. Kesimpulan
pengaruh Islam di Muna yaitu pada abad 16. Dalam tahap perkembangannya
tradisi wata-watangke yang dilakukan oleh dua pasangan pria dan wanita, telah
berkembang dari rumah ke rumah, bahkan dari kampung ke kampung dan ini
wata-watangke itu sendiri memiliki makna serta nilai yang sangat bermanfaat
63
64
menjauhkan generasi dari nilai-nilai pendidikan yang lahir secara alami melalui
tradisi yang diwariskan secara turun-temurun tersebut. Hal ini mengakibatkan
keberadaan dari tradisi wata-watangke tidak lagi eksis untuk dimainkan serta
E. Saran
terdapat beberapa saran yang berhubungan dengan karya tulis ini yaitu:
2) publikasi dan penelusuran lebih lanjut yang berkenaan dengan tradisi wata-
masa lampau . Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu adanya pembelajaran
65
sekolah pada dasarnya bertujuan agar siswa dapat memahami sejarah kehidupan
masa lampau yang memuat berbagai manfaat dan perannya dalam menjadikan diri
lebih baik. dari berbagai macam tradisi yang menjadi kebiasaan masyarakat muna
pada masa lampau banyak diantaranya memiliki makana yang stersirat dan angat
cocok untuk dipahami para siswa di sekolah dan salah satunya adalah tradisi
wata-watangke.
bentuk tradisi daerah. Hal ini dilakukan karena dalam kompetensi dasar
daerah dapat digunakan untuk pembelajaran mengenai salah satu sejarah tradisi
dan memahami sejarah tradisi yang berupa tradisi wata-watangke tersebut. Dari
sisi lainnya, muatan nilai pendidikan dalam tradisi wata-watangke yang dapat
yaitu:
66
kehidupan sehari-hari;
3. peserta didik dapat berperan penting terhadap pemahaman dan penilaian
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyunardi, prof., Dr., dkk. 2002. Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada
Badudu, Dkk. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Djamaris, Edwar. 1993. Menggali khasanah sastra melayu klasik. Jakarta: Balai
Pustaka
Hugino dan P.K. Poerwantana. 1987. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Bina Aksara.
Hutomo, Suripan Hadi (1991), Mutiara yang Terlupakan: Pengantar Studi Sastra
Republik Indonesia.
La Mokui dan La Kimi Batoa. 1991. Wata-watangke Wuna. Ujung Pandang: Unhas.
Magnis, Franz dan Suseno. 1987. Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafat
Malonda, Alimin. 2011, “Nilai Pendidikan dan Nilai Moral Pada Falia dalam
Salniwati. 2014. Watawataangke: Tradisi Lisan Etnis Muna. Tesis. Kendari: UHO
Sukardjo dan Komarudin Ukim. 2010. Landasan Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
2010
Sukatman. 2009. Butir-butir tradisi lisan Indonesia. Jogjakarta: Laksbang
PRESSindo.
Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bag 4
Contoh Wata-watangke
1) Wata-watangke
Teka-teki
Jawabannya
2) Wata-watangke
Teka-teki
Jawabannya
3) Wata-watangke
Teka-teki
Jawabannya
4) Wata-watangk
Teka-teki
Jawabannya
5) Wata-watangke
Teka-teki
Jawabannya
6) Wata-watangke
Teka-teki
Jawabannya
: O pongke/telinga.
: iano bhe laano, notumbu ne kolaano. Ohaeno nagha?
: O tai nsusuru/Benalu.
nagha?
Apakah itu?
: O towu/Tebu.
lalono
mpalenaani.
Ohaeno
nagha?
nagha?
Apakah itu?
: O patu/Bambu.
: O kalangka/Keranjang.
7) Wata-watangke
Teka-teki
Jawabannya
8) Wata-watangke
Teka-teki
Jawabannya
9) Wata-watangke
Teka-teki
Jawabannya
10) Wata-watangke
Teka-teki
Jawabannya
11) Wata-watangke
Teka-teki
Jawabannya
12) Wata-watangke
Teka-teki
Jawabannya
13) Wata-watangke
Teka-teki
Jawabannya
Ohaeno nagha?
Apakah itu?
: O Papantulisi/Papan tulis.
nagha?
: Mayati/ mayat.
Ohae nagha?
: Desoso/Merokok.
Ohaeno nahga?
: O ghonula/Bayangan.
Ohaeno nahga?
: tiada berbatang, tiada berdaun, tetapi buahnya banyak.
Apakah itu?
: O kontu/Batu.
14) Wata-watangke
Teka-teki
Jawabannya
15) Wata-watangke
Teka-teki
Jawabannya
16) Wata-watangke
Teka-teki
Jawabannya
17) Wata-watangke
Teka-teki
Jawabannya
18) Wata-watangke
Teka-teki
Jawabannya
19) Wata-watangke
Teka-teki
Jawabannya
20) Wata-watangke
Teka-teki
Jawabannya
: Inano neburi, anano nebasa, Ohaeno nagha?
kopiah putih.
: o mie/manusia.
: O kapaea/Pepaya.
: Jawabannya : O wangka/Gigi.
: Dorambi padangkuluno maka nohunda nofumaa, ohaeno
nagha?
: Opatota/Pahat.
nagha?
: O ghumbo/Asap.
nagha?
: O ponisi/Kelelawar.
21) Wata-watangke
Teka-teki
Jawabannya
22) Wata-watangke
Teka-teki
Jawabannya
23) Wata-watangke
Teka-teki
Jawabannya
Apakah itu?
Lampiran 2.
Daftar Informan
1. Nama
: La Ode Taiso
Umur
: 70 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Jabatan
: Tokoh Masyarakat
Alamat
2. Nama
: Wa Ode Agho
Umur
: 61 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Jabatan
:-
Alamat
3. Nama
: La Ode Salifudin
Umur
: 50 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Jabatan
Alamat
: Desa Laghorio Kec. Kontukowuna
4. Nama
: La Ode Wali
Umur
: 78 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Jabatan
Alamat
: Raha, Kec. Katobu
5. Nama
Umur
: 28 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Jabatan
Alamat
:-
6. Nama
: La Ode Sadi
Umur
: 48 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Jabatan
: Tokoh Masyarakat
Alamat
7. Nama
: Prof. La Niampe
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
:-
Lampiran 3
Data Dokumentasai
2015)
2015 )
2015 )