Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memporelah Gelar Sarjana Komunikasi Islam
(S.Kom.I)
Oleh:
MOHAMMAD MIQDAD
1112051000075
Berbicara Sunni dan Syiah, kedua golongan besar dalam Islam ini seakan
tidak berujung, dan selalu tidak lepas dengan konflik terkait dengan adanya beberapa
perbedaan pemahaman antara keduanya perihal; Imamah (kepemimpinan), fiqih dan
perayaan tradisi keislaman. Hal ini, yang kemudian menjadi pemicu terciptanya
konflik didaerah-daerah, begitu pula di daerah Jambesari pada tahun 2006. Desa
Jambesari merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan Jambesari Darus
sholah. di Desa Jambesari, golongan Syiah secara terang-terangan berkelompok dan
menyampaikan keyakinan keSyiah-annya, mereka hidup berkelompok akan tetapi
tetap terbuka dengan kelompok lainnya, sehingga tercipta kehidupan yang rukun.
Berdasarkan konteks di atas, maka tujuan tulisan ini adalah untuk menjawab
pertanyaan Bagaimana komunikasi antarbudaya dan agama (KAAB) golongan Sunni
dan Syiah di desa Jambesari dalam membangun kerukunan? Sedangkan pertanyaan
minornya adalah Mengapa golongan Sunni dan Syiah di Desa Jambesari berhasil
membangun kerukunan?
Pada tahun 2006 dapat dikatakan bahwa tidak terjalin dengan baik komunikasi
antarbudaya pada masyarakat golongan Sunni dan Syiah di desa Jambesari, sehingga
terjadinya bentrokan antara pengikut kedua golongan tersebut. Namun, lambat laun
masyarakat Jambesari pengikut kedua golongan tersebut semakin dewasa dalam
memahami perbedaan.
Untuk meganalisis dan memahami komunikasi antarbudaya dan agama
golongan Sunni dan Syiah, peneliti menggunakan teori Edward T.Hall yang
menyatakan communication is culture and culture is communication dan teori dua
puluh Andi Faisal Bakti, konservatif dan transformatif. Serta faktor-faktor yang
mempengaruhi terjalinnya komunikasi antarbudaya menurut Alo Liliweri.
Adapun metodelogi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dan metode studi kasus. Studi kasus adalah metode riset yang menggunakan
berbagai sumber data (sebanyak mungkin data) yang bisa digunakan untuk meneliti,
menguraikan, dan menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu,
kelompok, suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis.
Berhasilnya masyarakat golongan Sunni dan Syiah dalam menimalisir faktor-
faktor yang menghambat komunikasi antarbudaya dan agama, yang hal ini terekam
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jambesari, menjadikan masyarakat golongan
Sunni dan Syiah desa Jambesari hidup dengan penuh kedamaian dan kerukunan.
Kata kunci: Komunikasi antarbudaya dan agama, Sunni, Syiah, Kerukunan
i
KATA PENGANTAR
kehadirat Allah SWT yang tiada henti memberikan rahmat dan karunia kepada
beserta keluarga dan parasahabatnya, yang telah menjadi suri tauladan untuk kita
kesempurnaan karena menyadari segala keterbatasan yang ada. Untuk itu demi
Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta Ali Rahbini
dan Siti Fadilah, yang telah tulus ikhlas memberikan kasih sayang, cinta, do’a,
perhatian, dukungan moral dan materil yang telah diberikan selama ini. Terima kasih
mengiringi perjalanan hidup penulis dengan dibarengi alunan do’a yang tiada henti
ii
Dengan terselesaikannya skripsi yang berjudul “Komunikasi Antarbudaya
Dan Agama Tentang Kerukunan Umat Beragama Golongan Sunni Dan Syiah
1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
(FDIKOM), Suparto, M. Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr.
Hj. Roudhonah, M.Ag selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta
2. Drs. Masran, M.A selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan
Islam.
3. Dr. A. Ilyas Ismail, MA Selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu
5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
dan juga Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullaj Jakarta yang telah
iii
memberikan kemudahan penulis untuk mendapatkan berbagai referensi dalam
7. Segenap staff dan karyawan Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwan dan Ilmu
surat-menyurat.
Sekretaris Desa Jambesari. Serta kepada Bapak H.Abdullah, Bapak Ahmad Rawi,
9. Kifliah Batul kakak pertama dan suaminya Imam Ghozali, mereka adalah orang
tua penulis selama berada ditanah perantauan, kedua anaknya; Mahdi dan Mahda
yang selalu menemani dan menghibur penulis. Serta keluarga kakak kedua, Siti
Sofiah A.Noval dan Najmah, yang selalu mensupport penulis. Terimakasih atas
10. Keluarga Besar Bani Soekarno, Bani Rafi’I, dan Bani Ami, Bani Rajidin.
KATULISTIWA, LASKAR 14, PANDU AB, dan TOP yang selalu meberikan
12. Habib Husein Jakfar al-Hadar, Kak Husein bin Abu Thalib al-Mudor, kawan-
kawan di Omah Jibriel; Bang Fadel BSA, Soivi, Khudori, Hasan M yang selalu
iv
13. Sedulur Lir-ilir; Kang Syech, Mas Faisal, Ka Eidith, Ka Andini, Mas Abram, Mas
Sule, Mas Dana, Ali A, Bagier, Harsya dan Ali P, yang tak segan-segan untuk
14. Ka Samsul, kaka senior yang telah bersedia meminjamkan buku-bukunya. Serta
15. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, namun tanpa
Akhir kata dari penulis, semoga segala bentuk motivasi, dukungan dan do’a
yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan yang berlimpah dan ridha dari
Mohammad Miqdad
v
DAFTAR ISI:
ABSTRAK …………………………………………………………………………… i
E. Metodologi Penelitian……………………………………………………. 7
G. Pedoman Penelitian……………………………………………………...15
vi
2. Agama sebagai kelompok etnik ……………………………………. 23
Bakti………………………………………..………………………….... 25
1. Faktor Kognitif……………………………………………………... 31
vii
C. Faktor yang mempengaruhi komunikasi Antarbudaya dan Agama
A. Kesimpulan …………………………………………………………….. 88
B. Saran …………………………………………………………………… 90
LAMPIRAN-LAMPIRAN ………………………………………………………… 95
viii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 3.2…………………………………………………………………….. 50
GAMBAR 4.1…………………………………………………………………….. 61
GAMBAR 4.2…………………………………………………………………….. 63
ix
BAB I
PENDAHULUAN
budaya lain. Setiap sesuatu yang berkaitan dengan cara hidup manusia adalah
budaya. Setiap manusia pun akan berusaha berada dalam tatanan budaya
dari penyesuaian serta respon dari manusia, baik individu maupun sosial,
makin besar fungsi, peranan dan tanggung jawab sosial seseorang. Makin
1
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya Panduan Berkomunikasi
dengan Orang-orang Berbeda Budaya (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2009), h.18
1
2
baik antar individu, etnik, kelompok atau antar seseorang yang berbeda latar
belakang budayanya.
terkait dengan suku, agama dan ras (SARA); perusakan rumah ibadah
tahun 2012, konflik Tolikara pada tahun 2015, pelarangan perayaan Asyuro
berkeyakinan sepanjang tahun 2014 dari hasil riset The Wahid Institute
Konflik internal dalam agama Islam, antara pengikut Sunni dan Syiah
merupakan dua aliran besar dalam perkembangan teologi Islam. Sunni dan
2
The Wahid Institute, Laporan tahunan kebebasan beragama/berkeyakinan dan intoleransi
(Jakarta; The Wahid Institute, 2014)
3
khususnya dalam mengambil istinbat dari al-Quran, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas
yang digunakan oleh kalangan Sunni dan akal yang digunakan oleh Syiah
Imamiyah. Karena itu perbedaan mereka dalam hal-hal yang bersifat parsial
Jika di daerah lain gesekan antara pengikut Sunni dan Syiah masih
dari Kota Bondowoso, Jawa Timur ini masyarakat golongan Syiah hidup
dan Syiah juga pernah terjadi konflik, yakni pada tahun 2006 perusakan
rumah dan mobil pengikut Syiah yang sedang menggelar pengajian. Di tahun
seorang tokoh Syiah. Tak hanya itu, dalam prilaku keseharian pun masyarakat
3
Mustofa Rafi’I, Islam Kita: Titik Temu Sunni-Syiah (Jakarta: Fitrah, 2013), cet ke-1, h.3.
4
masyarakat Syiah yang notabane bekerja sebagai buruh tani dan kuli
dan tradisi lainnya, masyarakat Syiah tidak diundang karena sudah dianggap
sesat atau bahkan kafir yakni bukan bagian dari Islam. Namun, saat ini di
lingkungan ini masyarakat Sunni dan Syiah, kembali hidup rukun dengan
atau (NU) sebutan lain dari Sunni dengan Syi’ah. “NU itu Syi’ah minus
Almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Selain itu Gus Dur juga
dkk, juga menjelaskan walaupun Sunni dan shiite (Syiah) memiliki perbedaan
sejak tahun 632, namun Sunni dan shiite (Syiah) memiliki banyak kesamaan.
4
Purkon Hidayat, Jalan Tasawuf Kebangsaan Gus Dur diakses pada tanggal 12 januari 2016
dari http://www.gusdurian.net/id
5
mengatakan bahwa;
konomi, dan bahkan perilaku sosial yang menjadikan ciri tersendiri bagi
komunitas tersebut.8
5
Samovar L.A, Richard E.P, Edwin R.Mc Daniel, Komunikasi Lintas Budaya (Jakarta:
Salemba Humanika. 2010), h.149.
6
Samovar L.A, Richard E.P, Edwin R.Mc Daniel, Komunikasi Lintas Budaya h.149.
7
m.republika.co.id/berita/dunia-Islam/Islam-nusantara diakses pada tanggal, 25 Maret 2016.
8
Deddy Mulyana dan jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya Panduan Berkomunikasi
dengan Orang-orang Berbeda Budaya (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009) h.18.
6
Timur)
1. Batasan Masalah
2. Rumusan Masalah
masalah, yaitu:
membangun kerukunan?
7
C. Tujuan Penelitian
adalah:
D. Signifikansi Penelitian
Dilihat dari tujuan penelitian tersebut maka manfaat dari penelitian ini
1. Manfaat akademis
2. Manfaat Praktis
kerukunan.
8
E. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
2. Metode Penelitian
9
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2010) cet
ke-7. h.9.
10
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Teori, Paradigma, dan Discourse Teknologi
Komunikasi di Masyarakat), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h.238.
11
Moh Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013) Cet ke-8. h.54
9
suatu fenomena.12
suatu isu atau perhatian. Peneliti memperhatikan dan mengkaji suatu isu
hal ini, yakni “konflik antara masyarakat golongan Sunni dan Syiah di
12
Moh Nazir, Metode Penelitian h.55
13
John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed,
(Bandung: Pustaka Pelajar, 2008), h.19.
14
John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, h.19.
10
beragama”.
Sunni dan golongan Syiah di Desa Jambesari yang menjadi sumber bagi
Jambesari.
Jambesari.
5. Sumber Data
data, yaitu:
a. Observasi
c. Dokumentasi
16
Denzin, Norman K, Lincoln, Yonna S, Handbook of Qualitative Research, Dariyanto dkk
(edisi terjemahan Indonesia), (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2009).
17
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. hal.82
14
a) Description
Syiah tidak diterima dengan baik oleh masyarakat setempat. Hal ini,
masyarakat golongan Syiah, mulai dari cara shalat berbeda, bisa tukar
b) Themes
18
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif: Komunikas, Ekonomi, kebijakan Publik, dan
Ilmu sosial Lainnya (Jakarta: kencana Prenada Media group,2005) Cet ke-1, h.121
19
Michael Quinn Patton, How to Use Qualitative Methods in Evaluation (London: SAGE
Publications, 1991), hlm. 23
15
arah selatan dari Kota Bondowoso, Jawa Timur ini nampak harmonis.
dan Syiah juga pernah terjadi konflik, yakni pada tahun 2006. Namun,
saat ini di lingkungan ini masyarakat Sunni dan Syiah, kembali hidup
rukun.
c) Assertions
G. Pedoman Penelitian
(Skripsi, Tesis dan Disertasi) karangan Hamid Nasuhi dkk, yang diterbitkan
H. Tinjauan Pustaka
mengenai Sunni dan Syiah telah banyak dilakukan oleh berbagai pihak.
utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, mengenai skripsi ataupun tesis yang
16
membahas tentang Sunni dan Syiah. Peneliti meninjau pada skiripsi atau
penelitian yang sudah ada, yang berkaitan dengan judul yang dianalisis
peneliti seperti;
pola lain dari komuikasi antarbudaya masyarakat suku Betawi dengan Suku
penelitian ini adalah terletak pada subjek penelitiannya. Yang menjadi subjek
penelitian dalam penelitian Ahmad adalah warga suku Betawi dan Madura di
kelurahan Condet Batu Ampar. Sedangkan Subjek pada penelitian ini adalah
golongan Sunni dan Syiah di desa Jambesari. Namun objek penelitian dari
antarbudaya.
Penelitian lain yang dilakukan Ita Anastianah, dengan judul “Elite &
konflik komunal Sunni dan Syiah di desa Karang Gayam, Sampang. Adapun
pada objek penelitian. Yang menjadi objek penelitian dalam penelitian Ita
17
adalah konflik komunal antara Sunni dan Syiah yang terjadi di Sampang,
Komunikasi dan Penyiaran Islam tahun 2013 dengan judul “Pola Komunikasi
adalah terletak pada subjek penelitian. Yang menjadi subjek penelitian dalam
adalah golongan Sunni dan Syiah di desa Jambesari. Namun objek penelitian
antarbudaya.
I. Sistematika Penelitian
BAB I : PENDAHULUAN
setempat.
JAMBESARI
19
menjalin kerukunan.
BAB V : PENUTUP
KAJIAN TEORI
antropolog, Edward T. Hall pada tahun 1959 dalam bukunya The Silent
dijelaskan satu tahun setelahnya, oleh David K. Berlo melalui bukunya The
generasi berikutnya secara turun temurun. Pada sisi lain, budaya merupakan
1
Alo Liliweri, Gatra-gatra Komunikasi Antar Budaya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011)
Cet ke-II h.1.
20
21
Pada dasarnya, komunikasi dan budaya ibarat dua sisi mata uang yang
hanya menentukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa dan bagaimana
orang menyandi pesan, makna yang ia miliki untuk pesan dan kondisi-
2
Mulyana dan Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya Panduan Berkomunikasi dengan Orang-
orang Berbeda Budaya (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005) h.20.
3
Devito, Joseph A. Komunikasi Antar Manusia (Tangerang: Kharisma Publishing Group.
2011) h. 535
4
Alo Liliweri, Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2013)
h.10
22
Dalam hal ini berarti sosiologi komunikasi mempelajari bentuk, sifat, cara,
5
Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South
Sulawesi Muslim Perception of a Global Development Program, (Jakarta: INIS, 2004) h. 128.
6
Alo Liliweri, Gatra-gatra Komunikasi Antar Budaya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011)
Cet ke-II h.254.
23
sebagai satu etnik yang tetap mempertahankan sistem norma dan nilai
tentu ada tatanan yang mengatur cara seorang menjadi anggota suatu agama.
dalam Samovar;
dan memberi respons terhadap apa yang dirasakan dan diyakini sebagai yang
ghaib dan suci.8 Sebagai suatu sistem keyakinan yang membentuk perilaku
dengan budaya yang merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa dari manusia. Hal
7
Larry A.Samovar dkk, Komunikasi Lintas Budaya (Jakarta; Salemba Humanika, 2010)
h.126.
8
Alo Liliweri, Gatra-gatra Komunikasi Antar Budaya (Jakarta; Pustaka Pelajar 2011) Cet ke-
2, h.254
24
ini juga dipertegas Lamb dalam samovar mengatakan kaitan antara agama dan
budaya adalah sangat jelas. Guruge juga mengatakan agama dan peradaban
saling bergandengan tangan dalam evolusi manusia sampai tahap yang tidak
Pada akhirnya, agama dan budaya saling mengisi dan melengkapi dimana
terhadap sesuatu yang bersifat sakral disebut kelompok agama. Karena itu,
agama dapat dipandang sebagai suatu kelompok etnik. Secara historis dapat
disaksikan bahwa agama sebagai kelompok etnik itu mewakili suatu populasi
dalam agama islam yang memiliki ciri berbeda dengan kelompok yang
laiinya.
9
Larry A.Samovar dkk, Komunikasi Lintas Budaya, h.126.
10
Alo Liliweri, Gatra-gatra Komunikasi Antar Budaya, Cet ke-2, h.255
25
Pada akhirnya menurut Alo Liliweri setiap kelompok agama hadir dan
diakui karena:
perpecahan
yang lainnya.
11
Alo Liliweri, Gatra-gatra Komunikasi Antar Budaya, Cet ke-2, h.257
26
B. Teori Komunikasi Antar Agama dan Budaya (KAAB) Andi Faisal Bakti
Teori dua puluh ini menunjukkan keadaan budaya kolektif yang masih
kaku (konservatif) dan lawannya yaitu keadaan budaya yang sudah elastis,
12
Alo Liliweri, Gatra-gatra Komunikasi Antar Budaya, Cet ke-2, h.258
27
Teori ini menggambarkan keadaan peradaban timur dan barat. Lalu, dalam
teori dua puluh ini dimunculkan pula solusi yang ditawarkan oleh Islam atas
13
Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia: South
Sulawesi Muslim Perception of a Global Development Program, (Jakarta: INIS, 2004) h. 128.
28
Tabel 2.1
Hammer (1989), Ruben (1977) Olebe dan Koester 1989, serta Kealey
yakni;
1. Faktor Kognitif
komunikasi antarpribadi;
a) Etnosentrisme
16
Alo Liliweri, Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya, h.266.
17
Alo Liliweri, Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya, h.266.
35
18
Larry A.Samovar dkk, Komunikasi Lintas Budaya, h.214.
19
Alo Liliweri, Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya.hlm 267
36
c) Empati
latarbelakang budayanya.
d) Keterbukaan
20
Larry A.Samovar dkk,Komunikasi Lintas Budaya, h.466
21
Larry A.Samovar dkk, Komunikasi Lintas Budaya h.214.
22
Alo Liliweri, Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya.h. 268.
37
bicara.
e) Kompleksitas Kognitif
f) Kenyamanan Antarpribadi
maka anda pun merasa tidak lebih nyaman, tidak tenang, dan
g) Kontrol Pribadi
h) Kemampuan Inovasi
i) Harga diri
komunikasi antarbudaya.
23
Alo Liliweri, Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya, h.269.
39
3. Faktor-faktor Lain
a) Faktor Keramahtamahan
b) Faktor Motivasi
mendorong komunikasi.
c) Faktor Akulturasi
d) Faktor Umur
e) Faktor Pekerjaan
ruknun yang berarti tiang, dasar, sila. Jamak dari ruknun ialah arkan yang
berarti bangunan sederhana yang terdiri atas berbagai unsur. Jadi, kerukunan
itu merupakan satu kesatuan yang terdiri atas berbagai unsur yang berlainan
41
dan setiap unsur tersebut saling menguatkan.24 Dalam bahasa Indonesia arti
rukun ialah:
cukup syarat, dan rukunya asas, yang berarti dasar atau sendi:
agama.
bersama.25
oleh suasana baik dan damai. Hidup rukun berarti tidak bertengkar, melainkan
bersatu hati, dan sepakat dalam berfikir dan bertindak demi mewujudkan
24
Said agil Husin Al-Munawar, Fikih Hubungan Antaragama (Jakarta: Ciputat Press, 2003)
h.4.
25
Imam Syaukani, Kompilasi Kebijakan Dan Peraturan Perundang-Undangan Kerukunan
Umat Beragama (Jakarta, Puslitbang, 2008), h.525.
42
Kerukunan27, yaitu:
beragama.
26
M.Zainuddin Daulay, Mereduksi Eskalasi Konflik Antarumat Beragama di Indonesia
(Jakarta:Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen Agama RI, 2001) h.67
27
Depag RI, Bingkai Teologi Kerukunan Hidup Umat Beragama Di Indonesia, (Jakarta;
Badan Penelitian dan Pengembangan Agama Proyek Peningkatan Kerukunan Umat Beragama di
Indonesia, 1997), hal. 8-10
43
Islam. Kedua aliran ini muncul berawal dari persoalan siapa yang
Rasul yang sah. Secara bahasa Syiah berasal dari يشيع- شاعsya‟a-
dalam hal ini adalah tradisi Nabi dalam tuntunan lisan maupun amalan
28
HM.Attamimy, SYI‟AH; Sejarah, Doktrin dan Perkembangan di Indonesia (Yogyakarta:
Graha Guru, 2009) h.1.
29
M.Quraish Shihab, Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah? (Jakarta; Lentera
Hati, 2007) h.57.
30
Husein Ja’far al-hadar, Sunni-Syiah di Indonesia: Jejak dan Peluang Rekonsiliasi dalam
Syiah, Sektarianisme dan Geopolitik, (Jakarta; MAARIF Institute, 2015) Vol.10, No.2. h.107
44
Nabi “ana madinatul ilmi wa aliyun babuha”. Oleh karena itu, sejak
Nabi wafat, Sayyidina Ali menjadi rujukan utama (termasuk oleh tiga
Khalifah umar penah menyatakan; “jika tidak ada Ali, maka celakalah
Umar, (laula Ali lahalaka Umar)”.31 Begitu pula Sunni, secara bahasa
berarti Syiah. Sebab Sunni juga pecinta dan pengikut Sayyidina Ali
sebagai salah satu khalifah dari Khulafa ar-Rasyidin. Tentu ulama dan
furu‟ad-din dan rukun iman dengan istilah ushul ad-din. Kaum Sunni
menyebut rukun iman dengan Arkanul Iman dan Arkanul Islam untuk
rukun Islam.
31
Husein Ja’far al-hadar, Sunni-Syiah di Indonesia: Jejak dan Peluang Rekonsiliasi dalam
Syiah, Sektarianisme dan Geopolitik, Vol.10, No.2. h.107
45
dan Islam bagi umat Islam secara umum, dan menurut Syaikh
32
M.Quraish Shihab, Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah? (Jakarta; Lentera
Hati, 2007) h.86
33
M.Quraish Shihab, Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah? (Jakarta; Lentera
Hati, 2007) h.87
46
yang mengingkarinya dinilai bukan atau keluar dari Syiah, bukan atau
bahwa iman dan Islam sinonim, serta memiliki perngertian umum dan
Haji.35
34
Husein Ja’far al-hadar, Sunni-Syiah di Indonesia: Jejak dan Peluang Rekonsiliasi dalam
Syiah, Sektarianisme dan Geopolitik, Vol.10, No.2. h.109
35
M.Quraish Shihab, Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah?, h.87
BAB III
Gambar 3.1
sebelum desa jambesari berbentuk sebuah desa, daerah tersebut banyak sekali
banyak dengan pohon pinang yang berbunga tersebut dengan nama Jambesari.
Desa yang memiliki jarak sekitar 12 kilometer dari ibu Kota kabupaten/Kota
47
48
atau 4,05 km2. Selain itu wilayahnya terdiri dari lima dusun yaitu dusun
Krajan, dusun Gabugan, dusun Karang Malang, dusun Beddian, dan dusun
Tegal/ ladang 15 Ha
Pemukiman 9,7 Ha
Pekaragan 111,3 Ha
Tanah bengkok 13 Ha
Sawah desa 5 Ha
Pertokoan 9 Ha
sumberdaya alam dibidang pertanian, sehingga tidak heran jika sebagian besar
49
masyarakat desa jambesari memilih bertani dan menjadi buruh tani sebagai
sebagai wiraswasta.
B. Kondisi Demografis
1. Penduduk
Tabel 3.1
71-75 117 99
Diatas 75 74 84
lainnya.
51
migran dan lainnya. Hal ini sesuai dengan data profil desa dan
Tabel 3.2
5 Peternak 4 -
6 Bidan swasta - 1
7 Pensiunan 6 2
8 Wiraswasta 966 90
3. Tingkat Pendidikan
Tabel 3.3
9 Tamat SMA/sederajat 36 35
10 Tamat D-1/sederajat 2 -
11 Tamat D-2/sederajat 2 1
12 Tamat D-3/sederajat 12 14
13 Tamat S-1/sederajat 48 20
14 Tamat S-2/sederajat 3 2
15 Tamat S-3/sederajat - -
4. Agama
54
Gambar 3.2
Jambesari mayoritas beragama Islam. Hal ini dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut;
Tabel 3.4
2 Kristen - -
3 Katholik - -
4 Hindu - -
5 Budha - -
6 Konghucu - -
orang.1
Kota Bondowoso tersebut masih tergolong tradisional, hal ini dapat diketahui
modern.
Islam terdapat beberapa aliran yang hingga saat ini masih dikenal dan diikuti
yang berarti keluarga Nabi kumpulan yang paling dekat dengan Nabi Saw
tentunya melaksanakan Sunnah yang diajarkan oleh Nabinya. Akan tetapi hal
ini msih banyak belum disadari oleh masyarakat pada umumnya. Sehingga
1
Data pribadi Mukhlis (tokoh Syiah) desa Jambesari, “Data Masyarakat/Ikhwan Jambesari”.
56
ketika berbicara Sunni dan Syiah sudah pasti tidak jauh dari pembahasan
Ketika didaerah lain golongan Sunni dan Syiah selalu terjadi gesekan,
di desa Jambesari justru hal sebaliknya yang nampak, yakni kerukunan antara
Syiah telah menyatu. Hal ini terlihat ketika salah satu dari keduanya sedang
2. Yasinan
di Mushola.
pada hari ke-3, hari ke-7 (tok Petto’en), hari ke-40 (empak polo
3. Anjangsana
masyarakat Sunni dan Syiah saling berbaur satu dengan yang lainnya.
58
Meskipun ada tradisi keagamaan yang dilakukan oleh golongan Sunni dan
selain membaca tahlil, mereka juga membaca do’a kumail, yang konon adalah
do’a yang diajarkan oleh para imam yang mereka yakini. Selain itu juga,
para imam mereka. Kegiatan tersebut biasanya hanya dilakukan oleh intern
golongan Syiah.
BAB IV
Jambesari ini tidak lepas dari komunikasi, dan kebudayaan yang terdapat pada
ajaran Sunni maupun Syiah, sehingga tidak jarang ditemukan bahwa terdapat
secara vertikal dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Hal ini terlihat
utamanya.
59
60
dianggap sesuai untuk kelompok tertentu. Dalam ajaran Sunni dan Syiah, yang
merayakan salah satu hari besar dalam Islam Isra’ Mi’raj Nabi SAW.
Muhammad SAW.
tidak diterima dengan baik oleh masyarakat setempat. Hal ini, diduga karena
paham Syiah memiliki ajaran yang berbeda dengan ajaran yang dipahami
Beragam isu negatif yang ditujukan kepada masyarakat golongan Syiah, mulai
dari cara shalat berbeda, memperbolehkan untuk tukar menukar istri, al-
Berikut hasil kutipan wawancara peneliti dengan salah seorang tokoh Syiah,
Bapak Mukhlis;
61
“Ya tadi itu, bisa tukar menukar istri, bukan bicara mut’ah,
bukan. Kalo mati dihadapkan ketimur, dibungkus kain hitam, kalo caci
maki sahabat kan lagu lama, ya paling nggak sholat jumat padahal
shalat jumat, ga suka tahlil, padahal sering tahlil, kalo mati dibungkus
kain hitam, padahal kain putih meskipun ada tulisan jausyannya.1
Beredarnya isu-isu negatif dan berbeda dengan ajaran Islam pada
2006 tersebut.
rumah milik seorang tokoh Syiah, pengajian yang dibubarkan paksa, tidak
kehilangan pekerjaannya.
berbeda ini. Seakan memang terlihat tidak acuh terhadap perbedaan, akan
2
Wawancara Pribadi dengan Bapak Ahmad Rawi, tokoh masyarakat Syiah, 13 Mei 2016,
Pukul 10.00 WIB.
63
dan agama golongan Sunni dan Syiah diatas, peneliti akan melakukan analisis
data dengan menggunakan teori yang dikemukakan Andi Faisal Bakti melalui
teori komunikasi antaragama dan budaya (KAAB) yang berjumlah dua puluh.
temuan dilapangan. Dari dua puluh teori hanya digunakan beberapa teori saja.
created by Humans) lawan dari teori ini adalah paganism (idol worshipping).
Communitarism. Tiga teori inilah temuan peneliti yang akan peneliti analisis.
3
Wawancara pribadi dengan Bapak Mukhlis, tokoh masyarakat Syiah, 13 Mei 2016. Pukul
13.00 WIB.
64
1. Adoration of scriptures
Dalam tradisi golongan Sunni dan Syiah, ketika terdapat salah seorang
surat Al-Fatihah.
Baqarah dari ayat 1-5, Al-Baqarah ayat 163, Al-Baqarah ayat 255
dilanjutkan dengan surat Hud ayat 73, surat Al-Ahzab ayat 33, Al-
setelah itu dilanjutkan dengan pembacaan surat Ali Imran ayat 173,
Gambar 4.1
66
yang percaya kepada Tuhan yang satu. Lawan dari teori ini adalah
selain Tuhan. Baik itu terhadap sesajen, jimat, dukun atau membaca ayat-
ayat tertentu untuk tujuan tertentu. Dalam Islam teori ini sejalan dengan
at-Tauhid.
Golongan Sunni dan Syiah sebagai dua aliran besar dalam Islam sudah
tentu sama-sama meyakini dan bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah
yang patut disembah dan Muhammad utusan Allah (Assyhadu anla ilaha
bahwa hanya Allah lah yang patut disembah, masyarakat golongan Sunni
Gambar 4.2
3. Sectarian Communitarism
sehingga tidak heran jika rasa cinta terhadap golongannya juga sangat
Mukhlis;
Syiah ini, tidak dibenarkan oleh tokoh Syiah sendiri yakni Ahmad Rawi.
4
Wawancara pribadi dengan Bapak Mukhlis, tokoh masyarakat Syiah, 13 Mei 2016. Pukul
13.00 WIB.
5
Wawancara Pribadi dengan Bapak Ahmad Rawi, tokoh masyarakat Syiah, 13 Mei 2016,
Pukul 10.00 WIB.
69
harinya. Hal ini, terlihat jelas bahwa Golongan Sunni dan Syiah dalam
budaya sendiri dan orang lain ini nantinya akan mempegaruhi perilaku dan
perbedaan dalam ajaran Sunni dan Syiah. Berikut adalah hasil kutipan
ajarannya masing-masing.
yang tidak menarik atau membosankan. Berikut beberapa bentuk gaya pribadi
a. Etnosentrisme
6
Wawancara pribadi dengan H.Abdullah, tokoh masyarakat Sunni, 10 Mei 2016. Pukul 10.00
WIB.
71
7
Wawancara pribadi dengan Bapak Mukhlis, tokoh masyarakat Syiah, 13 Mei 2016. Pukul
13.00 WIB.
72
antarbudaya.
dengan H.Abdullah;
8
Wawancara pribadi dengan Bapak Mukhlis, tokoh masyarakat Syiah, 13 Mei 2016. Pukul
13.00 WIB.
73
c. Empati
9
Wawancara pribadi dengan Bapak Ahmad Rowi, tokoh masyarakat Syiah, 13 Mei 2016.
Pukul 10.00 WIB.
10
Larry A.Samovar dkk,Komunikasi Lintas Budaya, h.466
74
d. Keterbukaan
11
Wawancara pribadi dengan Bapak Mukhlis, tokoh masyarakat Syiah, 13 Mei 2016. Pukul
13.00 WIB.
75
e. Kompleksitas Kognitif
12
Wawancara pribadi dengan H.Abdullah, tokoh masyarakat Sunni, 10 Mei 2016. Pukul
10.00 WIB.
76
f. Kenyamanan Antarpribadi
kebudayaan anda, maka anda pun merasa tidak lebih nyaman, tidak
anda. Hal ini yang dirasakan pengikut Syiah, pada awal kehadirannya.
13
Wawancara pribadi dengan H.Abdullah, tokoh masyarakat Sunni, 10 Mei 2016. Pukul
10.00 WIB.
77
mereka melihat siapa yang akan hadir terlebih dahulu. Akan tetapi
g. Kontrol Pribadi
14
Wawancara pribadi dengan Bapak Mukhlis, tokoh masyarakat Syiah, 13 Mei 2016. Pukul
13.00 WIB.
15
Wawancara pribadi dengan Bapak Mukhlis, tokoh masyarakat Syiah, 13 Mei 2016. Pukul
13.00 WIB.
78
yang baru mengenal Syiah, menganggap Syiah itu ajaran yang paling
oleh masyarakat Jambesari pada umumnya. Lagi-lagi hal ini lah yang
16
Wawancara pribadi dengan Bapak Mukhlis, tokoh masyarakat Syiah, 13 Mei 2016. Pukul
13.00 WIB.
79
h. Kemampuan Inovasi
Program ini sengaja di bentuk oleh lembaga Syiah yang ada di desa
17
Wawancara pribadi dengan Bapak Mukhlis, tokoh masyarakat Syiah, 13 Mei 2016. Pukul
13.00 WIB.
80
i. Harga diri
berelasi oleh kedua pengikut golongan tersebut. Hal ini yang dialami
acara golongan Sunni, beliau secara tidak langsung, mau atau tidak
ahlak atau berperilaku baik terhadap diri sendiri maupun orang lain
Sunni dan Syiah tersebut. Hal ini terjadi saat baru pertama kali
18
Wawancara pribadi dengan Bapak Mukhlis, tokoh masyarakat Syiah, 13 Mei 2016. Pukul
13.00 WIB.
82
yang dirasakan oleh pengikut golongan Sunni dan Syiah. Berikut hasil
19
Wawancara pribadi dengan Bapak Mukhlis, tokoh masyarakat Syiah, 13 Mei 2016. Pukul
13.00 WIB.
83
a. Faktor Keramahtamahan
mereka tetap bersifat ramah antara satu dengan yang lainnya. Hal
ini dapat diketahui dari prilaku masyarakat yang saling tegur sapa
dengan H.Abdullah:
20
Wawancara pribadi dengan H.Abdullah, tokoh masyarakat Sunni, 10 Mei 2016. Pukul
10.00 WIB.
84
Madura. Dimana pun, kapan pun, dalam keadaan apa pun, orang-
orang Madura akan tetap memegang budaya tersebut. Hal ini yang
Jambesari yang semakin tentram dan aman. Hal ini terbukti ketika
mencoba memprovokasi:
Syiah sudah kembali rukun, jika ada yang berusaha memecah belah
21
Wawancara pribadi dengan H.Abdullah, tokoh masyarakat Sunni, 10 Mei 2016. Pukul
10.00 WIB.
85
b. Faktor Motivasi
22
Wawancara pribadi dengan Bapak Mukhlis, tokoh masyarakat Syiah, 13 Mei 2016. Pukul
13.00 WIB.
86
c. Faktor Akulturasi
imam mereka yang ketiga Husein bin Ali bin Abu tholib, perayaan
d. Faktor Umur
komunikasi antarbudaya.
e. Faktor Pekerjaan
H.Abdullah:
23
Wawancara pribadi dengan Bapak Abdur Rahim, masyarakat Sunni, 15 Mei 2016. Pukul
09.00 WIB.
88
D. Interpretasi Data
Terciptanya kehidupan yang rukun antara pengikut golongan Sunni
budaya golongan Sunni dan Syiah. Pengikut golongan Syiah mengacu kepada
24
Wawancara pribadi dengan H.Abdullah, tokoh masyarakat Sunni, 10 Mei 2016. Pukul
10.00 WIB.
89
leluhur terdahulu yang banyak belajar keislaman dari tanah Arab. Adanya
komunikasinya.
yang mulanya hanya beberapa orang saja yakni hanya keluarga besar
disekitar kediaman Ahmad Rawi, yakni sekitar 300 orang, hal ini
masyarakat Jambesari.
3. Adanya kesamaan nilai antar golongan Sunni dan Syiah yang diimani
Dengan meyakini bahwa Tuhan Maha Esa dan Nabi Muhammad adalah
PENUTUP
A. Kesimpulan
mengenai komunikasi antarbudaya dan agama golongan Sunni dan Syiah pada
yang rukun diantara keduanya. Hal ini, terbukti bahwa yang mulanya
dari golongan mana berasal. Selain itu, yang mulanya dalam melaksanakan
dalam Islam tersebut. Kecuali, tradisi keagamaan yang jelas berbeda dengan
91
92
golongan tersebut semakin dewasa dalam menyikapi hal tersebut. (2) Faktor
faktor umur dan e) faktor pekerjaan. Masyarakat Jambesari, dalam hal ini
B. Saran
Setelah peneliti memberikan kesimpulan terkait dengan komunikasi
dalam diri bahwa “perbedaan itu adalah sebuah keniscayaan, yang tak
2. Sebagai umat Islam dan mengaku sebagai pecinta Nabi Muhammad SAW,
Press, 2003.
Anastianah, Ita, Elite dan Konflik Komunal Keagamaan: Studi Kasus Konflik
2010.
Publik, dan Ilmu sosial Lainnya, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
94
95
Pelajar, 2001.
Pelajar, 2013.
Rosdakarya, 2009.
96
Rosadakarya, 2000.
Nazir, Moh, Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia, 2013. Cet ke-8.
Rafi’I, Mustofa. Islam Kita: Titik Temu Sunni-Syiah, Jakarta: Fitrah, 2013.
http://www.gusdurian.net/id/article/opini/Jalan-Tasawuf-Kebangsaan-Gus-Dur/
m.republika.co.id/berita/dunia-Islam/Islam-nusantara.
http://mediamadura.com/madura-budaya-unik/
C. Wawancara Pribadi
Foto.1: Peneliti saat wawancara dengan H.Abdullah (Tokoh Masyarakat Golongan Sunni)
Foto.2: Peneliti saat wawancara dengan Bapak Mukhlis (Tokoh Masyarakat Golongan Syiah)
Foto.3: Peneliti saat wawancara dengan Bapak Ahmad Rowi
(Tokoh Masyarakat Golongan Syiah)
Foto.4 : Peneliti saat wawancara dengan Bapak Abdur Rohim (Masyarakat golongan Sunni)
Foto.4: Masyarakat Jambesari sedang bekerja di sawah.
Foto.5: Perangkat desa doa bersama pada acara Anjangsana