NANOEMULSI
KELOMPOK 6 :
ENCIK JULIANSYAH ARIEF 200205001
JIHAN ANJELA 200205015
ORY MAULANA PUTRA 200205013
SITI AISYAH 200205002
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu nanoemulsi dan tujuan pembuatan sediaan nanoemulsi?
2. Bagaimana cara pembuataan sediaan nanoemulsi?
3. Mengapa bahan aktif yang digunakan daun kelor?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui pengertian sediaan nanoemulsi dan tujuan pembuatannya
2. Memahami cara pembuatan sediaan nanoemulsi
3. Mengetahui alasan pemilihan daun kelor sebagai bahan aktif berdasarkan jurnal
BAB II
PEMBAHASAN
A. NANOEMULSI
Nanoemulsi adalah sistem emulsi terdispersi halus minyak dalam air yang
mempunyai ukuran droplet dengan kisaran 50 – 1000 nm. Nanoemulsi memiliki
karakteristik kejernihan dan stabilitas fisik yang baik karna hal tersebut akan
mempengaruhi ukuran partikel yang diperoleh. Selain itu, Nanoemulsi memiliki
karakteristik bentuk fisik yang transparan. Nanoemulsi memiliki beberapa keuntungan
diantaranya adalah bebas energi dan mempunyai luas permukaan yang besar sehingga
lebih efektif dalam proses penetrasian dari suatu bahan aktif serta tidak mengakibatkan
kerusakan sel normal pada manusia maupun hewan. Ukuran globul yang sangat kecil
dalam sistem nanoemulsi sangat efektif digunakan sebagai sistem pembawa obat karna
dapat menurunkan gaya brown dan gravitas untuk mencegah pembentukan frokulasi
ataupun sedimentasi (Bhatt, 2011).
Pembentukan nanoemulsi memerlukan pemasukkan energi. Energi tersebut
diperoleh dari peralatan mekanik ataupun potensi kimiawi yang terdapat dalam
komponen. Menurut Gupta (2010), emulsi akan terbentuk secra spontan pada
penambahan minyak dan surfaktan ke dalam air karna tegangan antarmuka yang rendah
akibat jumlah surfaktan yang besar. Sistem yang terbentuk secara spontan merupakan
sistem yang stabil secara termodinamika.
Nanoemulsi memiliki keunikan stabilitas secara kinetic dan secara fisik untuk
ketahanan jangka waktu yang Panjang, tetapi mempunyai tingkat kestabilan yang lebih
tinggi agar tidak terjadinya sedimentasi jika dibandingkan dalam bentuk emulsinya.
Luas permukaan yang besar mengakibatkan penyerapan nanoemulsi yang baik dengan
ukuran droplet yang kecil dapat memudahkan penetrasi dan absorbs melewati lapisan
kulit. Nanoemulsi dapat menghasilkan luas permukaan yang besar dan tegangan
permukaan yang rendah dalam fase minyak dan air (Fanun, 2010).
Menurut Kim dan Cho, (2013) nanoemulsi dibuat dengan menggunakan prinsip
pendekatan metode rendah energi dan metode energi tinggi. Prinsip dari penggunaan
metode energi tinggi adalah dengan cara membaurkan minyak dengan air sehingga
menjadi ukuran droplet minyak yang kecil dan menyebar dalam air dengan bantuan
perangkat mekanik. Sedangkan prinsip dari penggunaan metode dengan rendah energi
yaitu dengan cara mengontrol batas minyak dan air pada sifat permukaannya.
Pembentukan nanoemulsi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara spontan
dan tidak spontan tergantung dengan energi yang akan diberikan. Pembentukan secara
spontan pada nanoemulsi dapat menggunakan stirrer pada proses pencampuran antara
minyak dan air.
Pembentukan nanoemulsi secara tidak spontan lebih memerlukan energi yang
tinggi dari luar seperti menggunakan homogenizer, sonikasi dan mikrofluidasi (Patel,
2013). Prinsip kerja dari homogenizer dalam proses pembentukan nanoemulsi adalah
shear stress secara turbulen untuk memecahkan partikel hingga memiliki ukuran 0,1
nm. Untuk proses pembuatan nanoemulsi dengan metode sonikasi memiliki prinsip
kerja yaitu dengan memanfaatkan gelombang ultrasonic sebagai penghasil energi listrik
lalu diubah menjadi suatu getaran. Ukuran droplet terdiri dari surfaktan, kosurfaktan
dan fase minyak sebagai zat aktif yang bersifat hidrofobik. Surfakatan berposisi sebagai
ekor merupakan bagian hidrofobik (fase minyak) dan untuk bagian kepalanya bersifat
hidrofilik (Chen dkk, 2010).
statistik didapatkan bahwa data dari ukuran droplet normal, homogen dan
signifikan.
- Viskositas
Data hasil uji viskositas nanoemulsi ditun_jukkan pada Tabel 5. Pada penelitian ini
terjadi peningkatan nilai viskositas dengan meningkat_nya konsentrasi fase minyak
yang digunakan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tesch & Schubert (2002)
menyatakan bahwa tingginya viskositas nanoemulsi akan mengurangi ukuran
droplet nanoemulsi. Peningkatan viskositas ber_tujuan untuk mengurangi
terjadinya penggabungan partikel saat pengadukan.
- pH
Data hasil uji pH nanoemulsi ekstrak daun kelor ditunjukkan pada Tabel 6. Nilai
pH nanoemulsi mengalami kenaikan dari pH awal ekstrak daun kelor sebesar 5,18
menjadi berkisar antara 7,10 dan 7,21. Hasil analisa kecepatan pengadukan dan
lama putaran homogenizer tidak memberikan pengaruh terhadap pH nanoemulsi
yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran partikel dan viskositas
nanoemulsi tidak memengaruhi pH nanoemulsi yang dihasilkan. Buffer fosfat
dengan pH 7 yang digunakan dapat menjaga kestabilan pH nanoemulsi yang
dihasilkan (Jusnita et al., 2014).
Nanoemulsi ekstrak daun kelor ini aman di_gunakan sebagai bahan dasar lotion,
krim atau salep. Hal ini disebabkan karena pH nanoemulsi sesuai dengan pH kulit
manusia yaitu sekitar 6,5 - 6,9 (Levin & Maibach, 2008). Berdasarkan syarat SNI
164954-1998, rentang pH krim yang aman untuk kulit adalah 3,5-8. Jadi sediaan
nanoemulsi ini cocok sebagai krim. Nilai pH yang terlalu rendah atau terlalu tinggi
bisa menyebabkan perubahan pH kulit dan menyebabkan kerusakan pada mantel
kulit. Rusaknya lapisan mantel kulit dapat menyebabkan kulit kehilangan
keasaman_nya, lebih mudah teriritasi dan rusak (Levin & Maibach, 2008). Nilai pH
nanoemulsi ekstrak daun kelor yang dihasilkan aman digunakan seba_gai bahan
dasar obat karena sesuai dengan pH usus halus (7-7,24) sebagai organ utama
penyerapan obat (Utami, Jufri, & Munim, 2012).
- Uji Kelarutan
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Nanoemulsi dengan konsentrasi ekstrak daun kelor sebanyak 20% menghasilkan
nanoemulsi yang lebih baik daripada konsentrasi 30% pada perlakuan kombinasi antara
kecepatan 30.000 rpm, suhu ruang (27-300C) dan lama pengadukan 20 menit.
Nanoemulsi yang dihasilkan memiliki ukuran partikel 7,9 nm, viskositas 13,17 cP, pH
7,10, larut sempurna dalam etanol, metanol dan air. Perlu dilakukan uji stabilitas pada
nanoemulsi ekstrak daun kelor untuk mengetahui apakah se_diaan sudah stabil pada
suhu tertentu serta dilakukan pengkombinasian Tween 80 dan surfaktan lainnya untuk
memperoleh nanoemulsi yang stabil dan kelarutan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Jusnita, N., Haditjaroko, L., & Noor, E. (2014). Produksi Nanoemulsi Ekstrak Temulawak
dengan Metode Homogenisasi. Tesis. Pascasarjana. Program Studi Teknologi Industri
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kurniasih. (2013). Khasiat & Manfaat Daun Kelor : untuk Penyembuhan Berbagai Penyakit.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Huang, S., & Chang, W. (2009). Advantages of nanotechnology- based chinese herb drugs on
biological activities. Current Drug Metabolism, 10(8), 905–913.
https://doi.org/10.2174/138920009790274603
Gupta et al., 2010. Strategies for initial management of hypertension. Indian J MedRes.132(5):
531–542.