Kelompok 5, anggota:
1. Dyah Ayu Tiaranisa (10116043)
2. Eka Putri Lestari (10116044)
3. Ela Agustin (10116045)
4. Elinda Nungky (10116046)
5. Ella Riska Yanti (10116047)
6. Elva Ayu Lestari (10116048)
7. Erinta Octaviana (10116049)
8. Evi Trimalisa (10116050)
9. Fatma Khoirunisak (10116051)
10.Feby Fabiola Gombo (10116052)
FAKULTAS FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2018/2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya
untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan
BAB
PEMBAHASAN
A. Definisi Nanoemulsi
Emulsi merupakan suatu sistem dispersi yang tidak homogen yang terbuat dari
dua jenis cairan yang tidak bercampur satu sama lain dan salah satunya terdispersi
dalam cairan lainnya dan membentuk droplet. Secara umum emulsi terbuat dari fase
minyak, fase air, surfaktan dan subsurfaktan. Penampilan sediaan ini adalah cairan
translusent hingga transparan. Emulsi dapat diklasifikasikan menjadi emulsi biasa (0,1-
100 µm), mikroemulsi (10-100 nm), sub mikro emulsi (100-600 nm). (Ajazudin, 2010).
Nanoemulsi merupakan sediaan yang stabil secara termodinamik, dispersi
transparan dari minyak dan air yang distabilisasi oleh interfasial film molekul surfaktan
dan ko-surfaktan dan memiliki ukuran droplet kurang dari 100 nm (Shafiq, et al., 2007;
Shafiq, et al., 2007). Sebagai suatu sistem penghantaran obat, emulsi terdistribusi dalam
tubuh dan tertarget berdasarkan afinitasnya terhadap limfa. Obat juga dilepaskan secara
diperlambat dalam jangka waktu yang lama karena obat dijerap pada fase dalam dan
keluar secara langsung karena sentuhan tubuh dan cairan jaringan. Senyawa yang
bersifat lipofilik dibuat menjadi sediaan O/W atau W/O. Droplet minyak akan
difagositosis oleh makrofag sehingga konsentrasinya tinggi pada hati dan ginjal.
Sedangkan untuk senyawa yang larut air umumnya dibuat emulsi tipe W/O atau O/W,
sehingga dapat dengan mudah terkonsentrasi pada sistem limfatik melalui injeksi
intramuskular atau subkutan. Ukuran emulsi sangat berkaitan dengan jaringan
distribusinya.
Nanoemulsi merupakan dispersi halus minyak dalam air (o/w) dimana obat
dengan kelarutan buruk dapat dilarutkan ke dalam inti minyak dan atau diadsorbsi pada
permukaan minyak dalam air (o/w). Nanoemulsi memiliki kestabilan kinetik yang
tinggi dikarenakan memilki ukuran droplet yang jauh lebih kecil sekitar 5–200 nm
dibandingkan emulsi konvensional yang memiliki ukuran droplet lebih dari 1000 nm.
B. Komponen Nanoemulsi
Umumnya sediaan nanoemulsi memiliki komponen eksipien yang digunakan
seperti minyak, surfaktan, dan kosurfaktan. Pemilihan eksipien dalam nanoemulsi tidak
boleh mengiritasi dan sensitif terhadap kulit.
Minyak, merupakan komponen penting dalam formulasi nanoemulsi karena
dapat melarutkan bahan aktif lipolitik. Fase minyak dalam nanoemulsi berperan sebagai
pembawa yang dapat melarutkan zat aktif yang bersifat lipofilik. Fase minyak
membentuk droplet dalam medium dispersi dengan adanya bantuan surfaktan dan
kosurfaktan. Fase minyak yang digunakan akan mempengaruhi ukuran droplet dan
stabilitas nanoemulsi yang terbentuk (Davidov-Pardo & McClements, 2015).
Umumnya surfaktan yang digunakan dalam pembuatan nanoemulsi adalah
surfaktan non ionik karena memiliki toksisitas yang rendah dibandingkan dengan
surfaktan ionik. Namun, surfaktan nonionik kurang mampu dalam mengurangi
tegangan antarmuka antara minyak dan air dalam nanoemulsi, sehingga dibutuhkan
kosurfaktan untuk membantu menurunkan ketegangan antarmuka. Penambahan
kosurfaktan dalam pembuatan nanoemulsi selain dapat menurunkan tegangan
antarmuka minyak dan air juga dapat meningkatkan fluiditas pada antarmuka dan juga
meningkatkan mobilitas ekor hidrokarbon sehingga penetrasi minyak pada bagian ekor
menjadi lebih besar (Gupta, P. K et al, 2010).
C. Keuntungan Nanoemulsi
1. Dapat meningkatkan absorbsi, karena memiliki ukuran partikel yang sangat kecil
dan bersifat lipoprotein
2. Memiliki efisiensi dan penetrasi yang cepat
3. Meningkatkan bioavailabilitas
4. Dapat digunakan untuk pemberian obat rute oral, topikal, dan intravena
5. Tidak menimbulkan masalah inheren, kriming, flokulasi, koalesen, dan sedimentasi
6. Memiliki tegangan permukaan yang tinggi, dan energi bebas yang menjadikan
nanoemulsi sebagai sistem transport yang efektif
7. Membantu mensolubilisasi zat aktif yang bersifat hifrofob
8. Membutuhkan jumlah energi yang relatif sedikit, dan stabil secara termodinamik
(Kumar & Soni, 2017)
Ajazuddin, Saraf S. Applications of novel drug delivery system for herbal formulations.
Fitoterapia. 2010.81(7):680–9.
Baboota,S.,Sakeel,F.,Ahuja,A.,Ali,J., & Shafiq,S. (2007). Design Development and
Evaluation Of Novel Nanoemulsion Formulations For Transdermal Potential of
Celecoxid. Acta Pharm,327-329.
Davidov-Pardo, G. & McClements, D. J. 2015. Nutraceutical delivery systems: Resveratrol
encapsulation in grape seed oil nanoemulsions formed by spontaneous
emulsification.. Food Chem. 167: 205–212.
Gupta ,P.K., Pandit, J.K., Kumar,A., Swaroop,P., dan Gupta,S.(2010) Pharmaceutical
Nanotechnology Novel Nanoemulsion-High Energy Emulsification
Preparation,Evaluatin,and Aplication. The Pharma Research.
Shafiq, S. et al. 2007. Design and development of oral oil in water ramipril nanoemulsion
formulation: in vitro and in vivo evaluation.. J Biomed Nanotech, Volume 3, pp.
28-44.
Shafiq, S. et al. 2007. Development and bioavailability assessment of ramipril nanoemulsion
formulation.. Eur J Pharm Biopharm; 66:227-243..