Anda di halaman 1dari 3

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. Dengan demikian,
pengembangan hukum merupakan ilmu di bidang perundang-undangan dapat mendorong
fungsi pembentukan peraturan yang sangat dibutuhkan kehadirannya. Adanya pengembangan
hukum juga dilakukan untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara hukum dan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat atas peraturan yang baik.

Menurut Soeroso, hukum adalah himpunan peraturan-peraturan yang dibuat oleh yang
berwenang dengan tujuan untuk mengatur tata kehidupan bermasyarakat yang memiliki ciri
memerintah dan melarang serta bersifat memaksa dengan cara menjatuhkan sanksi hukuman
bagi yang melanggarnya. Peraturan perundang-undangan merupakan sumber hukum utama di
negara-negara yang menganut sistem hukum Erpoa Kontinetal atau civil law system. Menurut
Farida Indrati Soeprapto menyatakan bahwa pengertian perundang-undangan memiliki 2
pengertian yang berbeda, ialah :
(1) Perundang-undangan adalah proses pembentukan/proses membentuk peraturan-
peraturan negara, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah;
(2) Perundang-undangan merupakan segala peraturan negara, yang merupakan hasil
pembentukan peraturan-peraturan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah.

Gambar 1. Hierarki Peraturan Perundang-undangan

Peraturan Gubernur adalah peraturan perundang-undangan yang bersifat pengaturan


yang ditetapkan oleh Gubernur untuk menjalankan perintah peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan kewenangan pemerintah daerah. Menurut
Peraturan Gubernur Nomor 112 Tahun 2012 Pasal 19, dalam penyusunan Peraturan
Gubernur, Kepala SKPD/UKPD Pemrakarsa dapat membentuk Tim Penyusun Rancangan
Peraturan Gubernur yang berasal dari unsur SKPD dan/atau UKPD terkait. Menurut
Peraturan Gubernur Nomor 112 Tahun 2012 Pasal 20 menyatakan bahwa :
(1) Tim Penyusun Rancangan Peraturan Gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal
19, sekurang-kurangnya terdiri dari :
a. Kepala SKPD/UKPD Pemrakarsa sebagai Ketua Tim;
b. pejabat eselon III SKPD/UKPD Pemrakarsa sebagai anggota;
c. pejabat eselon III atau eselon IV SKPD dan/atau UKPD terkait sebagai anggota;
d. pejabat eselon III atau eselon IV Biro Hukum sebagai anggota;
e. pejabat eselon III atau eselon IV SKPD/UKPD Pemrakarsa sebagai Sekretaris Tim;
f. pejabat fungsional khusus yang berkompeten.
(2) Dalam penyusunan Rancangan Peraturan Gubernur sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dapat mengikutsertakan unsur instansi vertikal dan/atau tenaga ahli sebagai anggota
Tim Penyusun.
(3) Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam proses penyusunan Rancangan
Peraturan Gubernur dapat mewakilkan kepada pejabat bawahannya yang berkompeten.
(4) Tim Penyusun Rancangan Peraturan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2), ditetapkan oleh Kepala SKPD/UKPD Pemrakarsa.
(Peraturan Gubernur No. 112 Tahun 2012)

Adolf Merkl menyatakan bahwa suatu norma hukum itu selalu mempunyai dua wajah
(das doppelte Rechtsantlitz). Menurut Adolf Merkl suatu norma hukum itu ke atas ia
bersumber dan berdasar pada norma yang di atasnya, tetapi ke bawah ia juga menjadi sumber
dan menjadi dasar bagi norma hukum di bawahnya, sehingga suatu norma hukum itu
mempunyai masa berlaku (rechtskracht) yang relatif, oleh karena masa berlakunya suatu
norma hukum itu tergantung pada norma hukum yang berada di atasnya. Apabila norma
hukum yang berada di atasnya dicabut atau dihapus, pada dasarnya norma-norma hukum
yang berada di bawahnya akan tercabut atau terhapus pula (Sumarfa, 2019).

Sesuai teori yang dikemukakan oleh Adolf Merkl, jika dikaitkan dengan penerbitan
peraturan gubernur yang diterbitkan terlebih dahulu dibandingkan dengan peraturan
daerahnya, hal ini menjadi permasalahan karena secara teori norma hukum yang
dikemukakan Adolf Merkl tersebut seharusnya peraturan gubernur tersebut dibentuk setelah
adanya peraturan daerah sebagai peraturan yang lebih tinggi didaerah karena jika ini terjadi
akan rusak tatanan hukum dalam hierarki peraturan perundang-undangan. Sebagaimana
mestinya, bahwa pembentukan peraturan daerah dapat dilaksanakan karena menurut Bagir
Manan menyatakan bahwa peraturan daerah adalah nama peraturan perundang-undangan
tingkat daerah yang ditetapkan kepala daerah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
(Sumarfa, 2019).

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan diatas, maka analisa kami terkait
Peraturan Gubernur Nomor 49 tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Timur Nomor 6 tahun 2020 tentang Perlindungan Obat Tradisional dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui apakah sudah sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi
Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2020 Tentang Perlindungan Obat Tradisional.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana analisa menurut kami terhadap Peraturan Gubernur Nomor 49 tahun 2021
tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 6 tahun 2020
tentang Perlindungan Obat Tradisional apakah sudah sesuai dengan Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2020 Tentang Perlindungan Obat Tradisional?

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dan dapat menjelaskan hasil analisa kami terhadap Peraturan
Gubernur Nomor 49 tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi
Jawa Timur Nomor 6 tahun 2020 tentang Perlindungan Obat Tradisional apakah sudah sesuai
dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2020 Tentang Perlindungan
Obat Tradisional.

1.4. Manfaat Penelitian

Dari hasil analisa kami, diharapkan dapat memberikan informasi terkait hasil analisa
kami terhadap Peraturan Gubernur Nomor 49 tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 6 tahun 2020 tentang Perlindungan Obat
Tradisional apakah sudah sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 6
Tahun 2020 Tentang Perlindungan Obat Tradisional.

Anda mungkin juga menyukai