Anda di halaman 1dari 10

BAB 3

MEKANISME PEMBENTUKAN PERATURAN


PERUNDANG-UNDANGAN

A. Tahapan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

Secara Garis Besar berikut tahapan yang harus dipenuhi dalam


pembentukan undang-undang:

• Perencanaan Peraturan Perundang-Undangan

Perencanaan untuk penyusunan undang-undang dilakukan


dalam Program Legislasi Nasional yang merupakan skala
prioritas untuk pembentukan UU dalam rangka
mewujudkan sistem hukum nasional. Selanjutnya undang-
undang dapat diajukan berasal dari eksekutif ataupun
legislatif.

• Pembahasan dan Pengesahan Rancangan Undang-Undang.

Pembahsan tentang RUU ini dilakukan oleh eksekutif


dengan legislatif. Rancangan undang-undang yang telah
disepakati bersama oleh legislatif dan eksekutif diajukan
oleh legislatif kepada eksekutif untuk disahkan menjadi
undang-undang.

• Pengundangan
Peraturan perundang-undangan harus disahkan secara resmi
dengan menempatkannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia,
Tambahan Berita Negara Republik Indonesia.

• Penyebarluasan.
Penyebarluasan dilakukan oleh DPR Pemerintah sejak
penyusunan Prolegnas, Penyusunan Rancangan Peraturan
Perundang-Undangan, Pembahasan Peraturan Perundang-
Undangan, hingga Pengundangan Undang-Undang.
Penyebarluasan dilakukan untuk memberikan informasi
dan/atau memperoleh masukan masyarakat serta pemangku
kepentingan.

Berdasarkan Pasal 10 ayat (1) UU 12/2011, materi muatan


yang harus diatur melalui UU adalah:
a. pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan UUD
1945;
b. perintah suatu UU untuk diatur dengan UU;
c. pengesahan perjanjian internasional tertentu;
d. tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi;
dan/atau
e. pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat.

Dalam UU 12/2011 dan perubahannya, proses pembuatan


undang-undang diatur dalam Pasal 16 UU 12/2011 s.d. Pasal
23 UU 15/2019, Pasal 43 UU 12/2011 s.d. Pasal 51 UU
12/2011, dan Pasal 65 UU 12/2011 s.d. Pasal 74 UU 12/2011.

Sedangkan, dalam UU MD3 dan perubahannya, pembentukan


UU diatur dalam Pasal 162 UU MD3 s.d. Pasal 173 UU MD3.
Berdasarkan kedua undang-undang tersebut, berikut
merupakan mekanisme atau proses pembentukan undang-
undang, yaitu:
1. Perencanaan penyusunan UU dilakukan dalam Program
Legislasi Nasional (Prolegnas) yang disusun oleh DPR,
Dewan Perwakilan Daerah (“DPD”), dan pemerintah untuk
jangka menengah dan tahunan berdasarkan skala prioritas
pembentukan RUU. 1
2. RUU dapat berasal dari DPR, presiden, atau DPD. 2
3. Setiap RUU yang diajukan harus dilengkapi dengan naskah
akademik, kecuali untuk RUU anggaran pendapatan dan
belanja negara, RUU penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang (“Perpu”) menjadi UU, serta
RUU pencabutan UU atau pencabutan Perpu.3
4. RUU dari DPR diajukan oleh anggota DPR, komisi,
gabungan komisi, atau Badan Legislasi. 4
5. RUU yang diajukan oleh presiden diajukan dengan surat
presiden kepada pimpinan DPR dan usulannya berkaitan
dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan
keuangan pusat dan daerah.5
6. Materi muatan RUU yang diajukan oleh DPD serupa
dengan yang dapat diajukan oleh presiden yang telah
diterangkan di atas. RUU tersebut beserta naskah

1
Pasal 16 UU 12/2011 jo. Pasal 20 ayat (1) dan (2) UU 15/2019
2
Pasal 163 ayat (1) UU MD3
3
Pasal 43 ayat (3) dan (4) UU 12/2011
4
Pasal 164 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2018
5
Pasal 165 UU MD3
akademiknya diajukan secara tertulis oleh pimpinan DPD
kepada pimpinan DPR.6
7. Selanjutnya RUU ditindaklanjuti dengan dua tingkat
pembicaraan. Pembicaraan tingkat I dilakukan dalam rapat
komisi, rapat gabungan komisi, rapat Badan Legislasi,
rapat Badan Anggaran, atau rapat panitia khusus. 7
8. Kegiatan dalam pembicaraan tingkat I meliputi pengantar
musyawarah, pembahasan daftar inventarisasi masalah,
dan penyampaian pendapat mini.8
9. Pembicaraan tingkat II dilakukan dalam rapat paripurna
DPR yang berisi:
a. penyampaian laporan yang berisi proses, pendapat mini
fraksi, pendapat mini DPD, dan hasil pembicaraan tingkat
I;
b. pernyataan persetujuan atau penolakan dari tiap-tiap fraksi
dan anggota DPR secara lisan yang diminta oleh pimpinan
rapat paripurna; dan
c. pendapat akhir presiden yang disampaikan oleh menteri
yang ditugaskan.9
10. Bila tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah
mufakat, keputusan diambil dengan suara terbanyak.10
11. RUU yang telah mendapat persetujuan bersama DPR
dengan presiden diserahkan kepada presiden untuk
disahkan menjadi UU dengan dibubuhkan tanda tangan,
ditambahkan kalimat pengesahan, serta diundangkan
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. 11

6
Pasal 166 ayat (1) dan (2) UU MD3
7
Pasal 168
8
Pasal 169 huruf a
9
Pasal 170 ayat (1)
10
Pasal 171 ayat (1) dan (2)
11
Pasal 72 ayat (1) dan Pasal 73 ayat (1), (3), dan (4) UU 12/2011
12. Apabila pembahasan RUU telah memasuki pembahasan
daftar inventarisasi masalah pada periode masa
keanggotaan DPR saat itu, hasil pembahasan RUU tersebut
disampaikan kepada DPR periode berikutnya dan
berdasarkan kesepakatan DPR, presiden, dan/atau DPD,
RUU tersebut dapat dimasukkan kembali ke dalam daftar
Prolegnas jangka menengah dan/atau Prolegnas prioritas
tahunan.12

B. Proses Pembuatan Peraturan-peraturan Perundang-


undangan di Indonesia
Di Indonesia sendiri memiliki berbagai peraturan
perundang-undangan yang digunakan untuk mengatur sistem
kenegaraan, berikut merupakan tata urutan perundang-
undangan yang ada di Indonesia:

1. Undang-Undang Dasar (UUD) 1945


2. Ketetapan MPR
3. UU/Perppu
4. Peraturan Pemerintah
5. Peraturan Presiden
6. Peraturan Daerah Provinsi
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

Peraturan Perundang-undangan di atas memiliki


proses tahapannya tersendiri, yaitu:

1. Undang-Undang Dasar (UUD) 1945


Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 UUD 1945
merupakan hukum dasar dalam peraturan
perundang-undangan dan menjadi hukum tertinggi

12
Pasal 71A UU 15/2019
dalam tata urutan perundang-undangan di Indonesia.
Penyusunnya adalah Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan
ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) pada 18 Agustus 1945. MPR berhak
mengubah dan menetapkan UUD ini sesuai pasal 3
ayat (1) UUD 1945. Saat ini telah dilakukan empat kali
perubahan terhadap UUD 1945, Tata cara
perubahannya diatur dalam pasal 37 UUD 1945.

2. Ketetapan MPR
Ketetapan MPR adalah putusan majelis yang memiliki
kekuatan hukum mengikat kepada seluruh anggota
majelis hingga ke setiap warga negara, lembaga
masyarakat, dan lembaga negara yang tidak terikat
oleh Ketetapan MPR. Dalam buku PPKN Kelas VIII
(Kemdikbud 2014), kekuatan ini disebut mengikat ke
dalam dan ke dalam Proses pembentukannya dimulai
dengan pembentukan Panitia Ad Hoc. Tugasnya
menyiapkan Rancangan Ketetapan-Ketetapan MPR
untuk diajukan dan dibahas dalam Sidang Tahunan
MPR. MPR akan menetapkannya dalam Sidang
Tahunan MPR tersebut.

3. Undang-Undang (UU)atau Peraturan Pemerintah


Pengganti Undang-Undang Pembentukan Undang-
Undang (Perppu)
Lembaga negara yang memiliki kekuasaan dalam
membentuk Undang-Undang adalah DPR. Sementara
itu Rancangan Undang-Undang (RUU) bisa dibuat oleh
DPR, DPD atau Presiden. Proses pembentukannya
yaitu: RUU yang berasal dari DPR diajukan oleh
anggota DPR, komisi, gabungan komisi, atau alat
kelengkapan DPR. RUU yang diajukan oleh DPD adalah
rancangan yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pemekaran daerah, dsb.
RUU yang diajukan oleh Presiden disiapkan oleh
menteri atau pimpinan lembaga pemerintah
nonkementerian sesuai tugas dan tanggung
jawabnya. Selanjutnya RUU dibahas oleh DPR dan
Presiden untuk mendapat persetujuan bersama. Jika
mendapat persetujuan bersama maka RUU tersebut
disahkan menjadi Undang-Undang (UU). Jika tidak
mendapat persetujuan bersama maka RUU tersebut
tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan masa itu.
Berbeda dengan Perppu, peraturan perundang-
undangan ini ditetapkan Presiden yang dikeluarkan
karena terjadi kegentingan yang memaksa. Menurut
modul PPKn Kelas VIII: Struktur Undang-Undang
(Kemendikbud 2018), Perppu diajukan dahulu oleh
Pemerintah kepada DPR. Jika disetujui DPR dalam
rapat paripurna, maka Perppu akan ditetapkan
sebagai Undang-Undang. Jika ditolak, maka Perppu
wajib dicabut dan tidak berlaku.

4. Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah (PP) yaitu peraturan
perundang-undangan yang ditetapkan Presiden untuk
melaksanakan Undang-Undang. Tahapan
penyusunannya adalah: Rancangan PP berasal dari
kementerian dan/atau lembaga pemerintah
nonkementerian sesuai bidang tugasnya. Penyusunan
dan pembahasan rancangan PP dilakukan dengan
membentuk panitia antarkementerian dan/atau
lembaga pemerintah nonkementerian. Peraturan
Pemerintah ditetapkan oleh Presiden lalu
diundangkan oleh Sekretariat Negara.

5. Peraturan Presiden
Penetapan Peraturan Presiden (Perpres) digunakan
untuk menjalankan perintah dari peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi atau dalam
menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan. Proses
pembentukannya berdarakan Pasal 55 UU No 12
Tahun 2011, yaitu: Pembentukan panitia
antarkementerian dan/atau antarnonkementerian
oleh pemrakarsa atau pengusul. Pengharmonisan,
pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan
Peraturan Presiden dikoordinasikan oleh menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang
hukum. Pengesahan dan penetapan oleh Presiden.

6. Peraturan Daerah Provinsi


Peraturan Daerah (Perda) Provinsi adalah peraturan
perundang-undangan yang ditetapkan oleh DPRD
Provinsi dengan persetujuan bersama gubernur.
Tahapan proses pembuatannya adalah: Penyusunan
Rancangan Perda Provinsi dapat berasal dari DPRD
Provinsi atau Gubernur. Pengharmonisan,
pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan
Peraturan Daerah. Rancangan Perda yang berasal dari
DPRD dikoordinasikan oleh alat kelengkapan DPRD
yang khusus menangani bidang legislasi. Rancangan
yang berasal dari Gubernur dikoordinasikan oleh biro
hukum dan dapat mengikutsertakan instansi vertikal
dari kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang hukum. Pembahasan
Rancangan Perda Provinsi dilakukan oleh DPRD
Provinsi bersama Gubernur. Rancangan Perda
Provinsi yang telah disetujui bersama DPRD dan
Gubernur, selanjutnya ditetapkan oleh Gubernur
sebagai Perda Provinsi

7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota


Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten/Kota
merupakan peraturan peraturan perundang-
undangan yang ditetapkan DPRD Kabupaten/Kota
dengan persetujuan bersama bupati/walikota. Proses
pembentukan Perda yaitu: Penyusunan Rancangan
Perda Kabupaten/Kota dapat berasal dari DPRD
Kabupaten/Kota atau Bupati/Walikota.
Pengharmonisan, pembulatan, dan pemantapan
konsepsi Rancangan Peraturan Daerah. Rancangan
Perda yang berasal dari DPRD dikoordinasikan oleh
alat kelengkapan DPRD yang khusus menangani
bidang legislasi. Rancangan yang berasal dari
Bupati/Walikota dikoordinasikan oleh biro hukum dan
dapat mengikutsertakan instansi vertikal dari
kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang hukum. Pembahasan
Rancangan Perda Kabupaten/Kota dilakukan oleh
DPRD Kabupaten/ Kota bersama Bupati/Walikota.
Rancangan Perda Kabupaten/Kota yang telah
disetujui bersama DPRD dan Bupati/Walikota
selanjutnya ditetapkan oleh Bupati/Walikota sebagai
Perda Kabupaten/Kota.
Daftar Pustaka
Arasy Pradana A. Azis, S.H., M.H. 2020. Proses Pembentukan
Undang-Undang. 24 Maret. Diakses November 1,
2021.
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5
06c3ff06682e/pembuatan-undang-undang.

Muhammad Eriton, S.H., M.H. 2020. Tahapan Penyusunan


Peraturan Perundang-undangan. 3 April. Diakses
November 1, 2021.
http://eriton.staff.unja.ac.id/2020/04/03/tahapan-
penyusunan-rancangan-peraturan-perundang-
undangan/.

Anda mungkin juga menyukai