Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : DIAN NOVITASARI

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 043361151

Kode/Nama Mata Kuliah : IPEM4323/Legislatif Indonesia

Kode/Nama UPBJJ : 48/ PALANGKARAYA

Masa Ujian : 2022/23.2(2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
JAWABAN

1. Sebelum sebuah RUU diusulkan oleh Presiden, ada beberapa tahap yang harus dilalui, tahap ini
terdiri dari: (i) tahap persiapan, (ii) teknik penyusunan, dan (iii) perumusan. Ketiga tahap tersebut
dapat dikemas menjadi suatu istilah yang umum digunakan yaitu “perancangan.” Prosesnya
dimulai dengan penyusunan konsep dan naskah akademis yang diikuti oleh permohonan prakarsa
yang dilakukan oleh kementerian teknis atau lembaga non-kementerian yang terkait. Setelah
mendapatkan persetujuan dari Presiden, akan dibentuk panitia perancang RUU. Berdasarkan Pasal
47 UU No. 12 Tahun 2011 meyebutkan:
a) Rancangan Undang-Undang yang diajukan oleh Presiden disiapkan oleh menteri atau
pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian sesuai dengan lingkup tugas dan tanggung
jawabnya.
b) Dalam penyusunan Rancangan Undang-Undang, menteri atau pimpinan lembaga pemerintah
nonkementerian terkait membentuk panitia antar kementerian dan/atau antar nonkementerian.
c) Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan Undang- Undang yang
berasal dari Presiden dikoordinasikan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang hukum.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara mempersiapkan Rancangan Undang-Undang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Presiden. Terkait dengan penyusunan
undang-undang dari usul pemerintah terkait dengan pelaksanaan pasal tersebut diatur lebih rinci dalam
Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Pasal 4 Perpres No. 87 Tahun
2014 menyebutkan Perencanaan penyusunan Undang-Undang dilakukan dalam Prolegnas. Lebih lanjut
Pasal 5 Prolegnas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ditetapkan untuk jangka menengah dan
prioritas tahunan. Pasal 6 menyebutkan Penyusunan Prolegnas di lingkungan Pemerintah
dikoordinasikan oleh Menteri. Pasal 7 menjelaskan hasil penyusunan Prolegnas di lingkungan
Pemerintah disepakati menjadi Prolegnas jangka menengah dan Prolegnas prioritas tahunan setelah
ditetapkan dalam rapat paripurna DPR.
________________________________

2. Secara garis besar terdapat 5 tahapan dalam pembentukan undang-undang yang berasal Dewan
Perwakilan Rakyat, yaitu: perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan dan pengundangan.
Tahap Perencanaan
RUU disusun berdasarkan prolegnas. Penyusunan Program Legislasi Nasional (prolegnas) antara DPR,
Pemerintah, dan DPD dikoordinasikan oleh badan legislasi. Badan legislasi dalam menyusun prolegnas
di lingkungan DPR dilakukan dengan mempertimbangkan usulan dari fraksi (pengelompokan anggota
berdasarkan konfigurasi partai politik hasil pemilihan umum), komisi, dan masyarakat.
Usulan disampaikan secara tertulis dengan menyebutkan judul RUU disertai dengan alasan yang
memuat:
 Urgensi dan tujuan penyusunan;
 Sasaran yang ingin diwujudkan;
 Pokok pikiran, lingkup, atau objek yang akan diatur;
 Jangkauan serta arah pengaturan

Tahap Penyusunan
Anggota, komisi, dan gabungan komisi dalam mempersiapkan RUU terlebih dahulu menyusun naskah
akademik mengenai materi yang akan diatur dalam RUU. Naskah akademik dilengkapi dengan
lampiran draf awal RUU.
RUU yang telah diputuskan menjadi RUU dari DPR dalam rapat paripurna DPR setelah terlebih dahulu
fraksi memberikan pendapatnya, berupa:
 Persetujuan tanpa perubahan;
 persetujuan dengan perubahan; atau
 Penolakan
Dalam hal pendapat fraksi menyatakan persetujuan tanpa perubahan, RUU langsung disampaikan
kepada Presiden. Apabila dalam hal fraksi menyatakan persetujuan dengan perubahan makan akan
dilakukan penyempurnaan RUU.

Tahap Pembahasan
Pembahasan RUU dilakukan berdasarkan tingkat pembicaraan.
 Tingkat I dalam rapat komisi, rapat gabungan komisi, rapat badan legislasi, rapat badan anggaran,
atau rapat panitia khusus bersama dengan menteri yang mewakili Presiden;
 Tingkat II dalam rapat paripurna DPR
DPD ikut membahas RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah;
pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya; serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.

Tahap Pengesahan
Pada tahap ini, RUU disampaikan oleh pimpinan DPR kepada Presiden supaya Presiden mengesahkan
RUU.
Tahap Pengundangan
RUU yang telah mendapat pengesahan dari Presiden akan diundangkan dalam Lembaga Negara
Republik Indonesia.
1. UUD 1945 adalah bentuk peraturan perundangan tertinggi yang menjadi dasar dan sumber bagi
semua peraturan-peraturan di bawahnya dalam negara. Sesuai dengan prinsip negara hukum, maka
setiap peraturan perundangan harus bersumber dan mengacu secara tegas pada peraturan yang
lebih tinggi tingkatannya.
Kelemahan UU Nomor 10 Tahun 2004 Tata urutan perundang-undangan menurut UU Nomor 10
Tahun 2004 tidak memasukkan ketetapan MPR di dalamnya. Hal ini berarti ada konsekuensi logis
dari hilangnya kebijakan MPR melalui ketetapan MPR sebagai sebuah produk hukum.

2. Pencabutan dengan penggantian terjadi apabila suatu undang-undang yang ada digantikan dengan
suatu undang-undang yang baru.
Dalam pencabutan dengan penggantian ini, ketentuan pencabutan tersebut dapat diletakkan di depan
(dalam pembukaan) ataupun diletakkan di belakang (dalam ketentuan penutup).

Apabila ketentuan pencabutan tersebut diletakkan di depan (dalam pembukaan), maka ketentuan
pencabutan ini berakibat bahwa undang-undang yang dinyatakan dicabut itu akan tercabut beserta
akar-akarnya, dalam arti undang-undang tersebut tercabut beserta seluruh peraturan pelaksanaannya.

Anda mungkin juga menyukai