Proses pembangunan hukum nasional yang ditandai oleh pembentukan UU
sangat ditunjang
oleh sejauh mana penyusunan Program Legislasi
Nasional
(prolegnas). Dalam pelaksanaannya, supremasi hukum ditepatkan secara strategis
sebagai landasan dan perekat bidang pembangunan bidang lainnya serta kehidupan berbangsa dan bernegara dalam bingkai NKRI melalui satu sistem hukum nasional. Fungsi hukum sebagai alat pembangunan, instrumen penyelesaian masalah, dan pengatur perilaku masyarakat. Fungsi Legislasi DPR RI DPR RI menjadi peegang kekuasaan pmbentukan UU. Diatur dalam Pasal 20 dan Pasal 22A UUD 1945 Perubahan. Yang bermakna:
Penegasan bahwa kekuasaan membentuk UU berada di tangan DPR RI. Presiden
berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Penegasan bahwa pembahasan RUU yang dilaksanakan dalam beberapa tahap di
DPR RI dilakukan secara bersama-sama. Tidak dibenarkan apabila suatu RUU yang sudah mendapatkan persetujuan bersama dalam rapat paripurna DPR RI, Presiden
tidak
menandatangani
pengesahannya.
Karena
Presiden
telah
menugaskan Menteri untuk mewakilinya dalam pembahasan RUU di DPR RI.
Apabila dalam waktu 30 hari sejak RUU disetujui, RUU tersebut sah menjadi UU. Salah satu substansi penting dari UU No. 12 tahun 2011 adalah pentingnya aspek perencanaan yang dikenal sebagai Dokumen Program Legislasi yang disebut sebagai PROLEGNAS. Tidak ada RUU yang dapat disahkan menjadi UU tanpa ada persetujuan bersama antara presiden dengan DPR RI. Artinya para pihak melakukan check and balances. Salah satu kebijakan legislasi dari DPR RI adalah menyusun prolegnas, salah satu nya tahun 2010-2014. Kebijakan Prolegnas diarahkan untuk:
Membentuk peraturan perundangan
Mempercepat penyelesaian RUU
Membentuk peraturan perundangan yang baru, dll
PROLEGNAS TAHUN 2009-2014
a. Dasar hukum penyusunan
Merupakan produk perencanaan pembentukan hukum jangka menengah yang ditetapkan dengan Keputusan DPR RI Nomor 41A/DPR RI/2009-2014 tentang persetujuan Penetapan Prolegnas. Ditetapkan 274 judul RUU yang direncanakan akan disusun dalam jangka waktu lima tahun. Dasar hukum: 1. UU No. 10 Tahun 2004 jo. UU No 12 Tahun 2011 tentang peraturan perundang-undangan 2. UU No 27 Tahun 2009 tentang MPR DPR DPD dan DPRD 3. Perpres No 61 Tahun 2005 tentang tata cara penyusunan dan pengelolaan prolegnas 4. Peraturan DPR RI No 1 Tahun 2009 tentang peraturan tata tertib b. Maksud dan Tujuan penyusunan Maksud: 1. Memberikan landasan perencanaan dan arahan yang sistematis dan berkelanjutan terhadap pembangunan jangka panjang menengah yang berlandaskan kemampuan nasional. 2. Engintregasikan pebangunan nasional dibidang hukum. 3. Menngkatkan sinergi antar lembaga yang berwenang membentuk UU di tingkat pusat. Tujuan: 1. Mewujudkan negara huku yang demokratis dengan membentuk UU yang menjamin kepastian hukum 2. Mewujudkan supremasi hukum yang menjunjung tinggi rasa keadilan 3. Menyempurnakan UU agar sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat
c. Proses Penyusunan Prolegnas 2010-2014
1. Tahap Kompilasi
Pengupulan data melalui kegiatan monitoring ke setiap Kementrian/LPND
baik dalam hal rencana legislasi baru maupun yang sudah berjalan
2. Tahap Klasifikasi dan Harmonisasi
Kegiatan penyusunan konsep pertama sampai pemantapan konsep 3. Tahap Sinkronisasi dan Sosialisasi Kegiatan yang komuniatif diantara pihak-pihak yang terkait didalamnya. Berbagai masalah pada setiap RUU didalami bukan hanya oleh DPR RI dan Pemerintah tetap juga para ahli dan praktisi dibidang terkait 4. Tahap penyusunan naskah Prolegnas DPR RI dan pemerintah bersama-sama menntukan prioritas RUU masingmasing dengan melibatkan masyarakat luas 5. Tahap penetapan Prolegnas Prolegnas yang ditetapkan adalah untuk satu masa keanggotaan DPR RI. Prioritas ditetapkan untuk satu tahun anggaran. Pada rapat Panja, 23-25 November 2009, menyepakati sebanyak 247 RUU menjadi Prolegnas 2010-2014. Persetujuan penetapan tersebut tertuang dalam Keputusan DPR RI No. 41A/DPR RI/2009-2014. d. Proses penyusunan Prolegnas Prioritas 2010-2014 Dilakukan setiap tahun. Tahapan nya sebagai berikut: 1. Baleg meminta masukan kepada fraksi-fraksi di DPR RI yang terkait dengan materi muatan UU 2. Baleg mengkompilasi RUU yang diajukan oleh fraksi dan komisi di DPR 3. Baleg membentuk panitia kerja DPR RI untuk membahas bersama pemerintah 4. Baleg bersama pemerintah membahas bersama daftar RUU yang akan diprioritaskan 5. Penetapan jumlah RUU yang akan masuk daftar prioritas 6. Hasil rapat pleno Baleg mengnai daftar RUU prioritas 7. Penetapan Prolegnas prioritas
Pertimbangan penentuan skala prioritas RUU
RUU yang belum sempat dibahas pada masa keanggotaan DPR RI
sebelumnya
RUU pengaturan lebih lanjut dari ketentuan UUD 1945
RUU pengganti UU
RUU revisi UU
Dll
RUU NON PROLEGNAS TAHUN 2010-2014
Selain berasal dari daftar RUU Prolegnas tahun 2010-2014, RUU juga dapat berasal dari luar daftar prolegnas. Berdasarkan pasal 23 ayat 2 UU No. 12 Tahun 2011, dalam keadaan tertentu DPR RI atau presiden dapat mengajukan RUU diluar Prolegnas yang mencangkup dua kondisi yaitu: 1. Untuk mengatasi keadaan luar biasa, keadaan konflik, atau bencana alam. 2. Keadaan tertentu lainnya yang memastikan adanya urgensi nasional atas suatu RUU Selain RUU prolegnas dan NON prolegnas, ada juga RUU yang diklasifikasikan sebagai judul daftar RUU Kumulatif Terbuka. Klasifikasinya alah satu nya adalah Daftar RUU Kumulatif Terbuka tentang pengesahan (ratifikasi) perjanjian Internasional adalah RUU mengenai pengesahan perjanjian bilateral antara Indonesia dengan negara lain yang sebelumnya hanya ditetapkan dalam perpres kemudian disahkan menjadi UU.