Anda di halaman 1dari 4

TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN
Browse » Home » » TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN


Menurut pasal 5 UUD 1945 selain presiden, DPR juga berhak mengajukan RUU yang disebut
dengan hak inbsiatif, dimana ketentuan akan hal itu terdapat dalam pasal 21 UUD 1945.
Dari ketentuan tersebut, oleh karenanya pembentukan undang-undang tergantung dari mana
datangnya insiatif untuk membentuk Undang-undang. Didalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, disebutkan bahwa
pembentukan peraturan perundang-undangan adalah proses pembuatan Peraturan
Perundangundangan yang pada dasarnya dimulai dari
1. Perencanaan
Mengenai perencanaan ini, dalam pasal 15 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, disebutkan bahwa Perencanaan penyusunan
Undang-Undang dilakukan dalam suatu Program Legislasi Nasional yaitu instrumen
perencanaan program pembentukan Undang- Undang yang disusun secara berencana,
terpadu, dan sistematis sedangkan Perencanaan penyusunan Peraturan Daerah dilakukan
dalam suatu Program Legislasi Daerah.
Untuk meningkatkan hasil perencanaan UU perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu antara
lain :
1. Mengusahakan penambahan pengetahuan para pegawai dalam bidang teknik membuat
UU
2. Mendaftarkan pegawai khusus untuk pekerjaan perencanaan UU dan mengadakan
kursus-kursus untuk itu.
3. Mengusahakan perpustakaan khusus
4. Sebaiknya diusahakan agar dalam melaksanakan tugasnya tidak timbul adanya
hambatan dan agar tidak diciptakan cara-cara bekerja baru yang lebih baik dan cepat serta
efisien.
5. Persiapan
Dalam hal persiapan penyusunan peraturan perundangan-undangan disebutkan bahwa
Rancangan undang-undang baik yang berasal dari Dewan Pewakilan Rakyat, Presiden,
maupun dari Dewan Perwakilan Daerah disusun berdasarkan Program Legislasi Nasional.
Rancangan undang-undang yang diajukan oleh Dewan Perwakilan Daerah yang dimaksud
tersebut adalah rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan
pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan
perimbangan keuangan pusat dan daerah. namun dalam keadaan tertentu, Dewan Perwakilan
Rakyat atau Presiden dapat mengajukan rancangan undang-undang di luar Program Legislasi
Nasional.
Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 menyebutkan :
Pasal 18
(1) Rancangan undang-undang yang diajukan oleh Presiden disiapkan oleh menteri atau
pimpinan lembaga pemerintah non departemen, sesuai dengan lingkup tugas dan tanggung
jawabnya.
(2) Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi rancangan undang-undang
yang berasal dari Presiden, dikoordinasikan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya
di bidang peraturan perundang-undangan.
Pasal 19
Rancangan undang-undang yang berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat diusulkan oleh
Dewan Perwakilan Rakyat, sedangkan Rancangan undang-undang yang berasal dari Dewan
Perwakilan Daerah dapat diajukan oleh Dewan Perwakilan Daerah kepada Dewan Perwakilan
Rakyat.
1. Teknik penyusunan
Kerangka dasar dari suatu peraturan perundang-undnagan agar memenuhi fungsinya sebagai
sumber hukum formil adalah sebagai berikut :
1. Penamaan atau intitul
yaitu penguraian secara singkat isi dari peraturan perundnag-undnagan yang diletakan setelah
nomor dan tahun pembuatannya.
1. Judul
2. Pembukaan
Yaitu suatu rumusan yang mendahului batang tubuh yang berisi uraian secara singkat dari
pembentuk peraturan perundnag-undangan mengenai maksud dan tujuan dibuatnya
operaturan perundang-undangan tersebut serta dasar hukumnya.
1. Batang tubuh
yaitu memuat rumusan peraturan perundang-undangan dala bentuk pasal-pasal. agar rumusan
peratuanperundang-undangan dapat dengan mudah dan cepat dipahami maka pelu diadakan
pembagian dalam batang tubuhnya,yang umumnya sebagai berikut :
-          Ketentuan umum
meletakkan ketentuanumum hendaknya ditempat yang terdepan didalam peraturan
perundang-undangan yaitu dalam bab yang pertama atau pasal yang pertama,dimana memuat
ketentuan-ketentuan yang bersifat umum yang meliputi defenisi, pengertian dan arti
singkatan-singkatan yang dipakai
-          Materi yang diatur
Dalam hal ini berbentuk pasal-pasal, dimana pasal-pasal itu harus memuat semua unsur dari
peraturan perundang-undangan itu
-          Ketentuan pidana
Mengenai hal ini hendaknya ditempatkan dalam bab yang langsung berada diatas bab atau
pasal ketentuan peralihan, dan hendaknya dirumuskan dengan jelas, tegas dan cermat
sehingga orang dapat mengetahui dengan mudah apa yang dilarang atau diwajibkan karena
satu dan lain berhubungan erat dengan kepastian hukum.
-          Ketentuan peralihan
Yang dimuat dalam ketentuan peralihan ialah ketentuan-ketentuan yang mengenai
penyesuaian keadaan yang sudah ada pada saat mulai berlakunya peratuaran perundang-
undangan baru dengan maksud agar peraturan perundang-undangan baru itu dapat berjalan
lancar.
-          Ketentuan penutup
Yang dimuat dalam ketentuan penutup pada umumnya adalah ketentaun tentang penunjukan
alat perlengkapan yang diikut sertakan dalam pelaksanaan peraturan perundang-undangan,
ketentuan tentang pemberian nama singkat pada peraturan yang bersangkutan, ketentuan
tentang pengaruh peraturan perundang-undangan tersebut terhadap peraturan perundang-
undangan baru.
1. Perumusan
2. Pembahasan
Dalam pasal 32 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 menyebutkan bahwa pembahasan
rancangan undang-undang di Dewan Perwakilan Rakyat dilakukan oleh Dewan Perwakilan
Rakyat bersama Presiden atau menteri yang ditugasi, dimana pembahasan rancangan undang-
undang sebagaimana dimaksud tersebut yaitu yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat den daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan
keuangan pusat dan daerah dilakukan dengan mengikutkan Dewan Perwakilan Daerah.
Kemudian dalam pasal 35 berbunyi :
(1)   Rancangan undang-undang dapat ditarik kembali sebelum dibahas bersama oleh Dewan
Perwakilan Rakyat dan Presiden.
(2)   Rancangan Undang-undang yang sedang dibahas hanya dapat ditarik kembali
berdasarkan persetujuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden.
(3)   Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penarikan kembali rancangan undang-undang
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan
Rakyat.
1. Pengesahan
Rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan
Presiden, disampaikan oleh pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat kepada Presiden untuk
disahkan menjadi Undang-Undang. Dimana penyampaian rancangan undang-undang
sebagaimana dimaksud tersebutr dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari
terhitung sejak tanggal persetujuan bersama. Kemudian rancangan undang-undang tersebut
disahkan oleh Presiden dengan membubuhkan tanda tangan dalam jangka waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari sejak rancangan undang-undang tersebut disetujui bersama oleh
Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden.
Namun walaupun dalam hal rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud tersebut tidak
ditandatangani oleh Presiden dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak rancangan
undangundang tersebut disetujui bersama, maka rancangan undang-undang tersebut sah
menjadi Undang-Undang dan wajib diundangkan.
1. Pengundangan
Merupakan penempatan Peraturan Perundang-undangan dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia, Berita Negara Republik
Indonesia, Tambahan Berita Negara Republik Indonesia, Lembaran Daerah, atau Berita
Daerah.
Dalam Pasal 46 ayat (1) menyebutkan bahwa Peraturan Perundang-undangan yang 
iundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, meliputi:
a. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
b. Peraturan Pemerintah;
c.  Peraturan Presiden mengenai:
1. pengesahan perjanjian antara negara Republik Indonesia dan negara lain atau badan
internasional; dan
2. pernyataan keadaan bahaya.
d. Perataran Perundang-undangan lain yang menurut Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku harus diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
1. Penyebarluasan
Setelah semuanya itu selesai maka kemudian Pemerintah wajib menyebarluaskan Peraturan
Perundang-undangan yang telah diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia
atau Berita Negara Republik Indonesia.

Lembaga yang Berwenang dalam Pembuatan Undang-Undang


Peraturan tentang pembuatan undang-undang di Indonesia termaktub dalam UU No.
10 tahun 2004. Dalam pasal 17 disebutkan, ‘Rancangan undang-undang baik yang berasal
dari Dewan Pewakilan Rakyat, Presiden, maupun dari Dewan Perwakilan Daerah disusun
berdasarkan Program Legislasi Nasional’. Pasal ini menegaskan bahwa lembaga yang
memiliki wewenang atau terlibat dalam pembentukan suatu undang-undang adalah Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), Presiden, dan Dewan Perwakilan Daerah (DPR).
Dalam perencanaan pembentukan suatu undang-undang, baik DPR, Presiden, maupun
DPD berhak mengajukan usulan. Pasal 19 ayat 2 menyebutkan, ‘Rancangan undang-undang
yang berasal dari Dewan Perwakilan Daerah dapat diajukan oleh Dewan Perwakilan Daerah
kepada Dewan Perwakilan Rakyat’. Pasal 20 ayat 1 menyebutkan, ‘Rancangan undang-
undang yang telah disiapkan oleh Presiden diajukan dengan surat Presiden kepada pimpinan
Dewan Perwakilan Rakyat’. Pasal 21 ayat 1 menyebutkan, ‘Rancangan undang-undang yang
telah disiapkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat disampaikan dengan surat pimpinan Dewan
Perwakilan Rakyat kepada Presiden’.
Dari beberapa pasal yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya,
ketiga lembaga tinggi negara tersebut dapat mengajukan rancangan undang-undang dengan
mengacu pada asas-asas batang tubuh dan materi perundangan sebagai diatur pada pasal 5
sampai pasal 7 UU No. 10 tahun 2004. Pembahasan rancangan undang-undang yang telah
diusulkan dilakukan bersama DPR melalui komisi atau bagian yng bertanggung jawab pada
pembahasan rancangan undang-undang.

Anda mungkin juga menyukai