Anda di halaman 1dari 9

TUGAS 15 PENGESAHAN PENGUNDANGAN DAN DAYA IKAT

PERUNDANG-UNDANGAN

Nama : NOOR FAJARI ROZIQ


NIM : 201310110311050
Kelas : IV/A
Mata Kuliah : Ilmu Perundang-Undangan

Pengesahan, Pengundangan, Dan Daya Ikat Peraturan Perundang- Undangan


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah proses pembuatan
Peraturan Perundang-undangan yang pada dasamya dimulai dari perencanaan,
persiapan, teknik penyusunan, perumusan, pembahasan, pengesahan, pengundangan,
dan penyebarluasan. Sesuai dengan bunyi pasal 1 UU No. 10 tahun 2004 di atas,
bahwa proses sebuah peraturan menjadi legal dan mempunyai daya ikat atau kekuatan
hukum tetap harus melewati beberapa tahap. Adapun yang akan di bahas dalam
makalah ini hanya sebagian dari tahap-tahap di atas, yaitu tahap persiapan, teknik
penyusunan dan pengundangan.
Pertama, tahap persiapan ini menjelaskan bagaimana prosedur pengajuan
sebuah peraturan perundang-undangan. Karena terdapat berbagai jenis bentuk
peraturan perundang-undangan, dimana setiap jenisnya mempunyai spesifikasi
kewenangan legislasi (pembuatan peraturan) yang berbeda-beda, maka perlu
dijelaskan satu persatu sesuatu dengan hirarki jenis/bentuk peraturan perundang-
undangan tersebut. Kedua, tahap teknik penyusunan peraturan perundang-undangan.
dalam tahap ini dapat dilihat lebih rinci di lampiran UU No. 10 tahun 2004. Akan
tetapi dalam lampiran tersebut hanya menjelaskan teknik penyusunan peraturan
perundang-undangan secara umum, khususnya mengenai Peraturan Daerah terdapat
aturan tersendiri. Ketiga, Tahap Pengundangan sangatlah penting bagi sebuah
peraturan perundang-undangan, karena dengan adanya pengundangan ini sebuah
peraturan perundang-undangan mempunyai daya ikat atau kekuatan hukum tetap dan
dapat dilaksanakan.
Selain itu hal yang perlu diperhatikan adalah pada tahap perencanaan
peraturan perundang-undangan telah diatur mengenai Program Legislasi Nasional
(Prolegnas) dan Program Legislasi Daerah dalam rangka penyusunan peraturan
perundang-undangan secara terencana, bertahap, terarah, dan terpadu. Oleh karena
itu, untuk menunjang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, diperlukan peran
tenaga perancang peraturan perundang-undangan sebagai tenaga fungsional yang
berkualitas yang mempunyai tugas menyiapkan, mengolah, dan merumuskan
rancangan peraturan perundang-undangan.
1. PROSES PENGAJUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
a. Undang-Undang (UU)
Rancangan undang-undang yang diajukan oleh Dewan Perwakilan Daerah adalah
rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan
pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah,
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang
berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah. Rancangan undang-
undang yang berasal dari Dewan Perwakilan Daerah dapat diajukan oleh Dewan
Perwakilan Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Rancangan undang-
undang yang diajukan oleh Presiden disiapkan oleh menteri atau pimpinan
lembaga pemerintah nondepartemen, sesuai dengan lingkup tugas dan tanggung
jawabnya. Rancangan undang-undang yang berasal dari Dewan Perwakilan

104
Rakyat diusulkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat.1 Ketentuan lebih lanjut
mengenai tata cara pengusulan rancangan undang-undang baik dari DPR atau
DPD diatur dengan Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat dan
Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Daerah. Penyebarluasan rancangan
undang-undang yang berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat dilaksanakan oleh
Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat. Dan Penyebarluasan rancangan
undang-undang yang berasal dari Presiden dilaksanakan cleh instansi
pemrakarsa. Dalam rangka penyiapan dan pembahasan Rancangan Undang-
Undang, masyarakat dapat memberikan masukan kepada Pemrakarsa. Masukan
dilakukan dengan menyampaikan pokok-pokok materi yang diusulkan.
Masyarakat dalam memberikan masukan harus menyebutkan identitas secara
lengkap dan jelas.
b. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang harus diajukan ke Dewan
Perwakilan Rakyat dalam persidangan yang berikut. Pengajuan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang dilakukan dalam bentuk pengajuan
rancangan undang-undang tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti
undang-undang menjadi undang-undang.
c. Peraturan Pemerintah
Dalam penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah, Pemrakarsa membentuk
Panitia Antardepartemen. Tata cara pembentukan Panitia Antardepartemen,
pengharmonisasian, penyusunan, dan penyampaian Rancangan Peraturan
Pemerintah kepada Presiden berlaku mutatis mutandis ketentuan Bab II tentang
Penyusunan Undang-Undang.
d. Peraturan Presiden
Dalam penyusunan Rancangan Peraturan Presiden, Pemrakarsa dapat
membentuk Panitia Antardepartemen. Tata cara pembentukan Panitia
Antardepartemen, pengharmonisasian, penyusunan, dan penyampaian Rancangan
Peraturan Presiden kepada Presiden berlaku mutatis mutandis ketentuan Bab II
tentang Penyusunan Undang-Undang.
e. Peraturan Daerah (Perda)
Rancangan peraturan daerah dapat berasal dari dewan perwakilan rakyat daerah
atau gubernur, atau bupati/walikota, masing-masing sebagai kepala pemerintah
daerah provinsi, kabupaten, atau kota. Rancangan peraturan daerah yang telah
disiapkan oleh gubernur atau bupati/walikota kemudian disampaikan dengan
surat pengantar gubernur atau bupati/walikota kepada dewan perwakilan rakyat
daerah oleh gubernur atau bupati/walikota. Rancangan peraturan daerah yang
telah disiapkan oleh dewan perwakilan rakyat daerah disampaikan oleh pimpinan
dewan perwakilan rakyat daerah kepada gubernur atau bupati/walikota. Perda
merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing-masing daerah. Dan
dilarang bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi. Jenis Produk Hukum Daerah terdiri atas :
a. Peraturan Daerah;
b. Peraturan Kepala Daerah;
c. Peraturan Bersama Kepala Daerah;

1
Sadam Husein Musafir Al-Ikhlas, “Pengesahan, Pengundangan, Dan Daya Ikat
Peraturan Perundang- Undangan” dalam http://sadam-husen.blogspot.com Diakses
tanggal 25 Mei 2015.

105
d. Keputusan Kepala Daerah; dan
e. Instruksi Kepala Daerah.2
2. TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Dalam penyusunan Rancangan Undang-Undang berdasarkan Prolegnas,
Pemrakarsa membentuk Panitia Antardepartemen. Keanggotaan Panitia
Antardepartemen terdiri atas unsur departemen dan lembaga pemerintah
nondepartemen yang terkait dengan substansi Rancangan Undang-Undang. Panitia
Antardepartemen dipimpin oleh seorang ketua yang ditunjuk oleh Pemrakarsa.Panitia
Antardepartemen penyusunan Rancangan Undang-Undang dibentuk setelah
Prolegnas ditetapkan Dewan Perwakilan Rakyat. Penyusunan Rancangan Undang-
Undang yang didasarkan Prolegnas tidak memerlukan persetujuan izin prakarsa dari
Presiden.
Dalam keadaan tertentu, Pemrakarsa dapat menyusun Rancangan Undang-
Undang di luar Prolegnas setelah terlebih dahulu mengajukan permohonan izin
prakarsa kepada Presiden. Dalam rangka penyusunan konsepsi Rancangan Undang-
Undang di luarProlegnas, Pemrakarsa wajib mengkonsultasikan konsepsi tersebut
kepada Menteri dalam rangka pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan
konsepsi Rancangan Undang-Undang. Kemudian Menteri mengkoordinasikan
pembahasan konsepsi tersebut dengan pejabat yang bewenang mengambil keputusan,
ahli hukum, dan/atau perancang peraturan perundang-undangan dari lembaga
Pemrakarsa dan lembaga terkait lainnya. Apabila dipandang perlu, koordinasi dapat
pula melibatkan perguruari tinggi dan atau organisasi.
Yang dimaksud dengan teknik penyusunan peraturan perundang-undangan
disini adalah teknik atau susunan dalam membuat sebuah peraturan perundang-
undangan. hal ini dijelaskan dalam lampiran UU No. 10 Tahun 2004. Secara garis
besar susunan dari sebuah peraturan perundang-undangan adalah sebagai berikut :
A. JUDUL
B. PEMBUKAAN
1. Frase Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
2. Jabatan Pembentuk Peraturan Perundang-undangan
3. Konsiderans
4. Dasar, Hukum
5 Diktum
C. BATANG TUBUH
1. Ketentuan Umum
2. Materi Pokok yang Diatur
3. Ketentuan Pidana (Jika diperlukan)
4. Ketentuan Peralihan (Jika diperlukan)
5. Ketentuan Penutup
D. PENUTUP
E. PENJELASAN (Jika diperlukan)
F. LAMPIRAN (Jika diperlukan)
Sedangkan rincian dari pointer di atas dapat dilihat pada lampiran UU No. 10 tahun
2004 karena begitu banyaknya spesifikasi atau rinciannya. Khusus untuk proses
penyusunan produk hukum daerah mempunyai aturan tersendiri yang diatur dalam
PMDN No.16 tahun 2006 Tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah.
Pimpinan satuan kerja perangkat daerah menyusun rancangan produk hukum daerah.
Selain itu penyusunan produk hukum daerah juga dapat didelegasikan kepada Biro
Hukum atau Bagian Hukum. Ketua Tim Antar Satuan Kerja Perangkat Daerah
melaporkan perkembangan rancangan produk hukum daerah dan/atau permasalahan
kepada Sekretaris Daerah untuk memperoleh arahan. Pembahasan rancangan

2
Ibid.

106
peraturan daerah di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, baik atas inisiatif pemerintah
maupun atas inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dibentuk tim asistensi
dengan sekretariat berada pada Biro Hukum atau Bagian Hukum.3
3. PENGUNDANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Peraturan perundang-undangan merupakan instrumen  yang efektif dalam
pembaharuan hukum (law reform) dibandingkan dengan penggunaan hukum
kebiasaan atau hukum yurisprudensi. Telah dikemukakan, pembentukan peraturan
perundang-undangan dapat direncanakan, sehingga pembaharuan hukum dapat pula
direncakan. Peraturan perundang-undangan tidak hanya melakukan fungi
pembaharuan terhadap peraturan perundang-undangan (yang telah ada). Peraturan
perundang-undangan dapat pula dipergunakan Sebagai sarana memperbaharui
yurisprudensi. Hukum kebiasaan atau hukum adat. Fungsi pembaharuan terhadap
peraturan perundang-undangan antara lain dalam rangka mengganti peraturan
perundang-undangan dari masa pemerintahan Hindia Belanda. Tidak pula kalah
pentingnya memperbaharui peraturan perundang-undangan nasional  (dibuat setelah
kemerdekaan) yang tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan perkembangan baru. Di
bidang hukum kebiasaan atau hukum adat. Peraturan perundang-undangan berfungsi
mengganti hukum kebiasaan atau hukum adat yang tidak sesuai dengan kenyataan-
kenyataan baru. Pemanfaat peraturan perundang-undangan sebagai instrumen
pembaharuan hukum kebiasaan atau hukum adat sangat bermanfaat, karena dalam
hal-hal tertentu kedua hukum yang disebut belakangan tersebut sangat rigid terhadap
perubahan.
Suatu peraturan perundang-undangan yang sudah disahkan atau ditetapkan
baru dapat berlaku mengikat umum apabila telah diundangkan dalam Suatu
Lembaran Negara (LN) atau Berita Negara. Dan Lembaran Daerah dan Berita Daerah
untuk Peraturan Perundang-undangan tingkat Daerah.
Pengundangan adalah penempatan peraturan perundang-undangan dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia, Tambahan Berita Negara Republik
Indonesia, Lembaran Daerah, atau Berita Daerah.
Istilah Pengundangan atau Afkondiging atau Promulgation dapat berarti juga
Publicate atau Publication. Yang dimaksud pengundangan di sini adalah
pemberitahuan secara formal suatu peraturan negara dengan penempatannya dalam
suatu penerbitan resmi yang khusus untuk maksud itu sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Landasan perlunya suatu pengundangan adalah een eider wordt geacht de
wet te kennen (setiap orang dianggap mengetahui undang-undang) atau ignorantia
iuris neminem excusat/ignorance of the law excuses no man (ketidaktahuan seseorang
terhadap undang-undang tidak memaafkannya).
Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Perundang-undangan harus
diundangkan dengan menempatkannya dalam :
a. Lembaran Negara Republik Indonesia;
b. Berita Negara Republik Indonesia;
c. Lembaran Daerah; atau
d. Berita Daerah.
Peraturan Perandang-undangan yang diundangkan dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia, meliputi:
a. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang;
b. Peraturan Pemerintah;
c. Peraturan Presiden mengenai:
1. perigesahan perjanjian antara negara Republik Indonesia dan negara lain atau
badan internasional; dan

3
Ibid.

107
2. peryataan keadaan bahaya.
d. Perataran Perundang-undangan lain yang menurut Peraturan Perundang-undangan
yang berlaku harus diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Sedangkan Peraturan Perundang-undangan lain yang menurut Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku harus diundangkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia. Letak pasal yang mengatur pengundangan ini biasanya terletak dalam
ketentuan penutup.4
Adapun pengundangan peraturan daerah atau sebutan lainnya dan pengumuman
peraturan kepala daerah serta peraturan bersama kepala daerah dilakukan oleh
sekretaris daerah (sekda) dan dapat didelegasikan kepada kepala Biro Hukum atau
Kepala Bagian Hukum.
Proses akhir dari pembuatan peraturan perundang-undangan adalah
pengundangan dan penyebarluasan yang memerlukan penanganan secara terarah,
terpadu, terencana, efektif dan efisien serta akuntabel. Pengundangan adalah
penempatan peraturan perundang-undangan dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia, Berita Negara Republik
Indonesia, dan Tambahan Berita Negara Republik Indonesia. Maksudnya agar supaya
setiap orang dapat mengetahui peraturan perundang-undangan, pemerintah wajib
menyebarluaskan peraturan perundang-undangan yang telah diundangkan dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia dan Berita Negara Republik Indonesia. Dengan
penyebarluasan diharapkan masyarakat mengerti, dan memahami maksud-maksud
yang terkandung dalam peraturan perundang-undangan, sehingga dapat
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan dimaksud.
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Peraturan Presiden
Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan, dan Penyebarluasan
Peraturan Perundang-undangan berwenang melakukan pengundangan dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia, dan Tambahan Berita Negara Republik
Indonesia. Pelaksanaan pengundangan peraturan perundang-undangan berdasarkan
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor : M.01-HU.03.02 Tahun
2007 tentang Tata Cara Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-
undangan dilaksanakan oleh Direktur Jenderal Peraturan Perundang-undangan yang
dalam tugas pokok dan fungsinya dilaksanakan oleh Direktorat Publikasi, Kerja Sama
dan Pengundangan Peraturan Perundang-undangan yang membawahi Subdirektorat
Pengundangan Peraturan Perundang-undangan. Suatu peraturan perundang-undangan
yang sudah disahkan atau ditetapkan baru dapat berlaku mengikat umum apabila telah
diundangkan dalam Suatu Lembaran Negara (LN) atau Berita Negara. Dan Lembaran
Daerah dan Berita Daerah untuk Peraturan Perundang-undangan tingkat Daerah.
Penandatanganan pengesahan atau penetapan Peraturan Perundang-
undangan memuat:
1) tempat dan tanggal pengesahan atau penetapan;
2) nama jabatan;
3) tanda tangan pejabat; dan
4) nama lengkap pejabat yang menandatangani, tanpa gelar dan pangkat.
Pengundangan adalah penempatan peraturan perundang-undangan dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia, Tambahan Berita Negara Republik
Indonesia, Lembaran Daerah, atau Berita Daerah. Atau Istilah Pengundangan atau
Afkondiging atau Promulgation dapat berarti juga Publicate atau Publication. Yang
dimaksud pengundangan di sini adalah pemberitahuan secara formal suatu peraturan
negara dengan penempatannya dalam suatu penerbitan resmi yang khusus untuk

4
Ibid.

108
maksud itu sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 5
Dengan pengundangan maka :
 Peraturan negara itu telah memenuhi prinsip pemberitahuan formal,
 Peraturan negara itu telah memenuhi ketentuan sbg peraturan negara,
 Prosedur pembentukan yg disyaratkan bagi peraturan negara itu sudah dicukupi
 Peraturan negara itu sudah dpt dikenali (kenbaar) sehingga dengan demikian
peraturan negara tersebut mempunyai kekuatan mengikat.
Landasan perlunya suatu pengundangan adalah een eider wordt geacht de wet
te kennen (setiap orang dianggap mengetahui undang-undang) atau ignorantia iuris
neminem excusat/ignorance of the law excuses no man (ketidaktahuan seseorang
terhadap undang-undang tidak memaafkannya). Alasannya adalah karena undang-
undang dibetuk oleh atau dengan persetujuan wakil-wakil rakyat maka rakyat
dianggap mengetahui undang-undang.
Tujuan pengundangan :
o Agar secara formal setiap orang dapat dianggap mengenali peraturan negara,
o Agar tidak seorangpun berdalih tidak mengetahuinya,
o Agar ketidak tahuan seseorang akan peraturan hukum tersebut tidak
memaafkannya
Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Perundang-undangan harus
diundangkan dengan menempatkannya dalam:
o Lembaran Negara Republik Indonesia;
o Berita Negara Republik Indonesia;
o Lembaran Daerah; atau
o Berita Daerah
Peraturan Perundang-undangan yang diundangkan dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia, meliputi:
 Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
 Peraturan Pemerintah;
 Peraturan Presiden mengenai:
 Pengesahan perjanjian antara negara Republik Indonesia dan negara lain atau
badan internasional; dan Pernyataan keadaan bahaya.
 Peraturan Perundang-undangan lain yang menurut Peraturan Perundang-undangan
yang berlaku harus diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Sedangkan Peraturan Perundang-undangan lain yang menurut Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku harus diundangkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia. Letak pasal yang mengatur pengundangan ini biasanya
terletak dalam ketentuan penutup. Adapun pengundangan peraturan daerah atau
sebutan lainnya dan pengumuman peraturan kepala daerah serta peraturan bersama
kepala daerah dilakukan oleh sekretaris daerah (sekda) dan dapat didelegasikan
kepada kepala Biro Hukum atau Kepala Bagian Hukum.
Pengundangan Peraturan Perundang-undangan dalam Berita Negara Republik
Indonesia meliputi peraturan yang dikeluarkan oleh:
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat;
2. Dewan Perwakilan Rakyat;
3. Mahkamah Agung;
4. Mahkamah Konstitusi; dan
5. Menteri, Kepala Badan, lembaga atau komisi yang setingkat yang dibentuk oleh
undang-undang atau pemerintah atas perintah undang-undang.

Andriyani, “Pengesahan, Pengundangan ” dalam http://roudhotulilmi.blogspot.com


5

Diakses tanggal 25 Mei 2015.

109
Dalam hal peraturan perundang-undangan yang ada penjelasannya, maka
pengundangannya ditempatkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia.
Penerbitan Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia, dan Tambahan Berita Negara
Republik Indonesia dalam bentuk lembaran lepas dan himpunan.6
Pengundangan Peraturan Perundang-undangan memuat:
 tempat dan tanggal Pengundangan;
 nama jabatan yang berwenang mengundangkan;
 tanda tangan; dan
 nama lengkap pejabat yang menandatangani, tanpa gelar dan pangkat.
Tempat pengundangan peraturan perundang-undangan yaitu Lembaran
Negara, Tambahan Lembaran Negara, Berita Negara dan Tambahan Berita Negara.
Pengundangan atau pengumuman dalam LN atau BN merupakan syarat formal untuk
mempunyai kekuatan mengikat dari perundang undangan. Maksudnya, apabila sudah
diundangkan dalam Lembaran Negara atau diumumkan dalam Berita Negara maka
perundang undangan tersebut mempunyai kekuatan mengikat. Setelah diundangkan
atau diumumkan secara resmi tersebut, maka orang.dianggap sudah tahu
isinya.Sedangkan pengertian pengumuman adalah pemberitahuan secara material
suatu peraturan negara kepada khalayak ramai dgn tujuan utama mempermaklumkan
isi peraturan tersebut seluas-luasnya. Pengumuman dapat dilakukan dengan berbagai
cara, dengan menyebarluaskannya, dengan menguar-uarkannya, dan dengan cara lain
sebagainya.
Tujuan pengumuman:Agar secara material sebanyak mungkin khlayak ramai
mengetahui peraturan negara tersebut dan memahami isi serta maksud yang
terkandung di dalamnya.
Dalam sejarah perundang-undangan negara RI peralihan istilah
“pengumuman” ke “pengundangan” terjadi pada sekitar beralihnya negara RIS
dengan konstitusi RIS kepada negara Indonesia kesatuan dengan UU Dasar
Sementara 1950. Lembaran negara tahun 1950 No. 62 yang memuat PP No. 24 tahun
1950 yg ditetapkan tanggal 14 Agustus 1950 dan diundangkan tanggal 16 Agustus
1950 oleh Menteri Kehakiman Lembaran Negara tahun 1950 No. 63 yg memuat UU
Darurat No. 31 tahun 1950 yg ditetapkan tanggal 23 Agustus 1950 dan diundangkan
tanggal 25 Agustus 1950 oleh menteri Kehakiman yang sama Supomo, sudah
menggunakan istilah diundangkan. Perubahan istilah tersbeut sudah berlaku sampai
sekrang.
Begitu juga dengan berlakunya UU No 10 tahun 2004 maka juga
menggunakan istilah diundangkan dan pelaksanaan pengundangan beralih dari
Menteri Sekretaris Negara menjadi Menteri yg bertugas dibidang perundang-
undangan dan tidak ada lagi mengenal istilah pengumuman.
Tata Cara Pengundangan Peraturan Perundang-undangan:
 Naskah Peraturan Perundang-undangan yang akan diundangkan dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia,
Berita Negara Republik Indonesia, dan Tambahan Berita Negara Republik
Indonesia wajib disampaikan kepada Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-
undangan disertai dengan 3 (tiga) naskah asli dan 1 (satu) softcopy.
 Penyampaian dilakukan oleh pejabat yang berwenang dari instansi yang
bersangkutan atau petugas yang ditunjuk disertai surat pengantar untuk
diundangkan.
 Pengundangan dilakukan dengan memberi nomor dan tahun pada Lembaran
Negara Republik Indonesia dan Berita Negara Republik Indonesia, dan memberi
nomor pada Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia dan Tambahan
Berita Negara Republik Indonesia. Selanjutnya Direktur Jenderal Peraturan
6
Ibid.

110
Perundang-undangan mengajukan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
untuk ditandatangani.
 Naskah peraturan perundang-undangan yang telah ditandatangani Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia, selanjutnya disampaikan kepada instansi pemohon 2
(dua) naskah asli dan 1 (satu) untuk Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-
undangan sebagai arsip.7
 Penerbitan Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia dan Berita Negara Republik Indonesia, Tambahan Berita
Negara Republik Indonesia dalam bentuk lembaran lepas dilakukan dalam jangka
waktu paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal peraturan
perundang-undangan diundangkan.
 Penerbitan Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia dan Berita Negara Republik Indonesia, Tambahan Berita
Negara Republik Indonesia dalam bentuk himpunan dilakukan pada akhir tahun.
Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan:
 Penyebarluasan peraturan perundang-undangan dapat dilakukan melalui media
cetak, media elektronik, dan cara lainnya.
 Penyebarluasan peraturan perundang-undangan melalui media cetak berupa
lembaran lepas maupun himpunan.
 Penyebarluasan Lembaran Negara Republik Indonesia dalam bentuk lembaran
lepas yang dilakukan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dilaksanakan
oleh Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan untuk disampaikan
kepada kementrian/Lembaga yang memprakarsai atau menetapkan peraturan
perundang-undangan tersebut, dan masyarakat yang membutuhkan.
 Penyebarluasan Lembaran Negara Republik Indonesia dalam bentuk himpunan
yang dilakukan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dilaksanakan oleh
Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan untuk disampaikan kepada
Lembaga Negara, Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Departemen,
Pemerintah Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan pihak terkait.
 Penyebarluasan melalui media elektronik dilakukan melalui situs web Departemen
Hukum dan Hak Asasi Manusia dan sumber lain.
 Penyebarluasan dengan cara sosialisasi dapat dilakukan dengan tatap muka atau
dialog langsung, berupa ceramah workshop/seminar, pertemuan ilmiah, konfrensi
pers, dan cara lainnya.8

DAFTAR PUSTAKA

7
Ibid.
8
Ibid.

111
Sadam Husein Musafir Al-Ikhlas, “Pengesahan, Pengundangan, Dan Daya Ikat
Peraturan Perundang- Undangan” dalam http://sadam-husen.blogspot.com.

Andriyani, “Pengesahan, Pengundangan ” dalam http://roudhotulilmi.blogspot.com.

112

Anda mungkin juga menyukai