Pokok bahasan : Pendahuluan Proses pembentukan UU berdasarkan UU no. 10 tahun 2004 Proses penyiapan RUU dari Pemerintah Proses Penyiapan RUU dari DPR Proses Penyiapan RUU dari DPD Pengajuan RUU dari DPD kepada DPR Prose Pembahasan RUU di DPR Pengesahan RUU, Pengundangan, dan Penyebarluasan Pembentukan UU secara Ringkas
Usulan RUU
Berdasarkan perubahan UUD 1945, suatu RUU dapat berasal dari beberapa pihak, yaitu :
1. Dari Pemerintah (Presiden), berdasarkan Pasal 5 ayat (1) UUD 1945 2. Dari DPR, berdasarkan Pasal 20 ayat (1) UUD 1945 3. Dari Anggota DPR, berdasarkan Pasal 21 UUD 1945 4. Dari DPD, berdasarkan Pasal 22D UUD 1945
Pengajuan Rancangan UU pengajuan RUU dari Presiden ke DPR dengan Surat Presiden (dahulu Amanat Presiden). Dalam surat tersebut ditegaskan mengenai penunjukan menteri yang akan mewakili presiden. Dan dalam jangka waktu 60 hari DPR bersama wakil dari presiden membahas RUU tersebut. pengajuan RUU dari DPR disampaikan kepada presiden dengan surat pimpinan DPR. Selanjutnya presiden menugasi menteri yang mewakili presiden untuk membahas RUU dalam jangka waktu paling lambat 60 hari sejak surat pimpinan DPR diterima Presiden.
dalam keadaan tertentu, Pemrakarsa dapat menyusun RUU di luar Prolegnas setelah mengajukan izin prakarsa kepada Presiden. Dalam Penyusunan konsepsi RUU ini, Pemrakarsa wajib mengkonsultasikan kepada Menteri yang membidangi hukum dalam rangka pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan
Penyampaian RUU kepada DPR RUU yang telah disetujui oleh Presiden selanjutnya akan disampaikan kepada DPR untuk dilakukan pembahasan. Menteri Sekretaris Negara akan menyiapkan Surat Presiden kepada Pimpinan DPR untuk menyampaikan RUU. Surat Presiden memuat :
menteri yang ditugasi mewakili Presiden sifat Penyelesaian RUU yang dikehendaki Cara penanganan atau pembahasannya
Proses Penyiapan RUU dari DPR (Keputusan DPR RI No. 08/DPR RI/I/2005-2006 Peraturan Tatib DPR RI)
Usul inisiatif RUU dapat diajukan sekurang-kurangnya oleh 13 orang anggota DPR RI atau Komisi, gabungan Komisi, atau Baleg Disampaikan kepada pimpinan DPR disertai Daftar nama dan tanda tangan pengusul serta nama fraksinya Dalam Rapat paripurna, Ketua Rapat memberitahukan dan memberikan usul inisiatif RUU kepada Anggota DPR
Pimpinan DPR menyampaikan RUU kepada Presiden dengan permintaan agar Presiden menunjuk Menteri yang akan mewakili Presiden dalam pembahasan RUU dan kepada Pimpinan DPD jika RUU yang diajukan terkait DPD
Disetujui dengan perubahan, DPR menugaskan kepada Komisi, Baleg atau Pansus untuk menyempurnakan RUU tersebut Disetujui tanpa perubahan
Rapat Paripurna, memutuskan apakah usul RUU tersebut secara prinsip dapat diterima menjadi RUU usul dari DPR atau tidak setelah diberikan kepada fraksi memberikan pendapatnya.
(Keputusan DPD RI No.2/DPD/2004 sebagaimana diubah dengan Keputusan DPD RI No. 29/DPD/2005) Antara lain :
1. Tingkat pembicaraan 1. Pembicaraan Tingkat I, yang dilakukan dalam Rapat Panitia Ad Hoc, Rapat Gabungan panitia Ad Hoc, Rapat panitia Perancang UU dan/atau Rapat Panitia Khusus. Kegiatannya : Inventarisasi Materi, Pembahasan DIM, Naskah Akademik, Uji Sahih, harmonisasi RUU. 2. Pembicaraan Tingkat II, yang dilakukan dalam sidang Paripurna. Kegiatannya adalah Pengambilan Keputusan oleh sidang paripurna. 2. Prakarsa penyusunan usul RUU 1. RUU dapat diajukan oleh Panitia Perancang UU dan/atau Panitia Ad Hoc 2. Sedangkan Usul Pembentukan RUU dapat diajukan sekurang-kurangnya (seperempat) dari jumlah anggota DPD
3.
4.
2.
RUU beserta penjelasannya, keterangan dan/atau naskah akademik yang berasal dari DPD disampaikan secara tertulis oleh pimpinan DPD kepada Pimpinan DPR Hasil pembahasan yang telah dilakukan oleh komisi atau badan legislasi kemudian dilaporkan pada rapat paripurna Kemudian Pimpinan DPR menyampaikan RUU tersebut kepada Presiden sekaligus meminta agar presiden menunjuk Menteri yang akan mewakili Presiden dalam pembahasan.
Jika RUU tersebut tidak mendapat persetujuan bersama, RUU tersebut tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan masa itu
Setelah Presiden mengesahkan UU tersebut kemudian diundangkan oleh Menteri yang tugasnya di bidang peraturan perundang-undangan, agar UU tersebut dapat berlaku dan mengikat umum Jika sampai 30 hari setelah RUU disetujui tetap belum ditandatangani presiden, maka RUU tersebut sah menjadi UU, dan wajib diundangkan. Setelah UU tersebut diundangkan dalam Lembaran Negara, Pemerintah wajib menyebarluaskan UU yang telah diundangkan tersebut.
2.
1. 2. 3.
Peraturan presiden no 61/2005 tentang tata cara penyusunan dan pengelolaan Prolegnas Kep. DPR no 01/DPR-RI/2004-2005 tentang persetujuanb penetapan Prolegnas tahun 2005 sampai 2009 Kep. DPR no 02F/DPR RI/2005-2006 tentang Prolegnas RUU Prioritas tahun 2006 RUU dari Pemerintah berdasarkan Peraturan Presiden no 68/2005 tentang tata cara mempersiapkan RUU, RPerpu, RPP, dan RPPresiden. RUU dari DPR berdasarkan Keputusan DPR RI no.08/DPR RI/2005-2006 tentang Peraturan tata tertib DPR RI RUU dari DPDberdasarkan Keputusan DPD No.02/ DPD/2004 tentang Peraturan tata tertib DPD RI
3.
Tahap pembahasan di DPR berdasarkan Keputusan DPR RI No. 08/DPR RI/20052006 tentang Peraturan tata tertib DPR RI 3. Tahap Pengesahan 1. Menurut UU No 10/2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 2. Menurut Peraturan Presiden No.1/2007 tentang Pengesahan, Pengundangan, dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan 3. Tahap Pengundangan 1. Menurut UU No 10/2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 2. Menurut Peraturan Presiden No.1/2007 tentang Pengesahan, Pengundangan, dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan