Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 2 ILMU PERUNDANG-UNDANGAN

NAMA: ALDI FACHREZA


NIM: 043669478

Pertanyaan
1. Berikan analisis anda mengapa dalam membuat rancangan undang-undang DPR harus bersama
dengan presiden.
2. Berikan analisis anda apakah DPR dan presiden memiliki kekuasaan legislatif yang sama

JAWABAN
1. Sistem perundang-undangan di Indonesia hanya dikenal dengan satu nama jenis undang- undang, yakni
keputusan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat (“DPR”), dengan persetujuan Presiden, dan
disahkan Presiden. Selain itu, tidak terdapat undang-undang yang dibentuk oleh lembaga lain. Dalam
pengertian lain, undang-undang dibuat oleh DPR.
Hal tersebut tercantum dalam Pasal 20 UUD 1945 yang berbunyi:
 Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang.
 Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk
mendapat persetujuan bersama.
 Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, rancangan undang-
undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.
 Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama untuk menjadi
undang-undang.
 Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak disahkan oleh
Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang- undang tersebut disetujui,
rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan.

Pada dasarnya, fungsi pembentuk undang undang disebut juga fungsi legislasi. Artinya, DPR
sebagai lembaga legislatif memiliki tugas pembuatan undang-undang,
merencanakan dan menyusun program serta urutan prioritas pembahasan RUU, baik untuk satu
masa keanggotaan DPR maupun untuk setiap tahun, membantu dan memfasilitasi penyusunan RUU
usul inisiatif DPR.

2. Indonesia menerapkan sistem pemerintahan presidensial. Dalam pemerintahan presidensial, Presiden


berperan sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan yang kedudukannya terpisah dari
parlemen. Presiden tak hanya memiliki kewenangan di bidang eksekutif, namun juga legislatif. Berikut
wewenang presiden di bidang legislatif:
 Merumuskan dan Merancang Undang-undang
UUD 1945 pada pasal 5 ayat 1 berbunyi, “Presiden berhak mengajukan rancangan undang-
undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat”. Namun, hal ini justru tumpang tindih dengan peran
DPR sebagai badan legislatif sehingga dengan adanya kebijkan ini anggota DPR yang seharusnya
berperan dalam merumuskan rancangan undang-undang menjadi lebih pasif dan tidak kreatif.
Berdasarkan hal ini maka dikeluarkan Undang-undang No. 12/2011 yang mengatur apabila DPR
dan Presiden mengajukan rancangan undang-undang yang sama, maka undang- undang yang
diutamakan untuk dibahas adalah undang-undang yang diajukan oleh DPR. Namun pada
praktiknya rumusan undang-undang dari Presiden yang selalu menjadi prioritas untuk dibahas
ketika sidang perumusan undang-undang.

 Membahas Rancangan Undang-undang Bersama DPR


Pembahasan rancangan undang-undang dilakukan oleh DPR dan Presiden atau menteri terkait
yang ditugasi oleh Presiden. Biasanya, presiden tidak terlibat dalam pembahasan secara
langsung, melainkan lewat menteri yang terkait. Dilansir dari Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia, hal ini disebutkan dalam UUD 1945 pasal 20 ayat 2 yang berisi, “Setiap rancangan
undangundang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk mendapat
persetujuan bersama".

Pembahasan rancangan undang-undang dilaksanakan paling lambat dalam jangka waktu 60 hari
sejak disetujui oleh Presiden. Presiden juga memiliki hak veto, yaitu hak untuk
membatalakan keputusan, ketetapan, dan rancangan undang- undang. Jika dalam suatu sidang
perumusan rancangan undang-undang presiden menolak rancangan undang-undang tersebut,
maka diperlukan dua per tiga suara dari seluruh anggota majelis.

 Mengesahkan Rancangan Undang-Undang


Rancangan undang-undang yang tidak mendapatkan persetujuan dalam sidang maka boleh
dikaji ulang pada sidang berikutnya. Sedangkan rancangan undang-
undang yang telah disetujui bersama oleh Presiden dan DPR, akan diajukan menjadi undang-
undang paling lambat tujuh hari sejak tanggal persetujuan bersama. Rancangan undang-undang
tersebut akan disahkan oleh Presiden dengan menandatanganinya dalam jangka waktu 30 hari
sejak rancangan undangundang tersebut disepakati bersama.

SUMBER: MODUL HKUM4403

Anda mungkin juga menyukai