Anda di halaman 1dari 4

GHUFRON EDI WIBOWO - 043104104

TUGAS 2 – Pengantar Ilmu Hukum

Pasca amandemen Undang-Undang Dasar 1945 DPR memegang kekuasaan membentuk undang-
undang. Sebuah rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan presiden untuk mendapat
persetujuan bersama. Sedangkan sebelum amandemen Undang-Undang Dasar 1945 kekuasaan
legislatif diberikan kepada presiden.

Pertanyaan

1. Berikan analisis anda mengapa dalam membuat rancangan undang-undang DPR harus
bersama dengan presiden.
2. Berikan analisis anda apakah DPR dan presiden memiliki kekuasaan legislatif yang sama

JAWABAN

1. Undang-undang adalah salah satu jenis peraturan perundang-undangan yang proses


pembentukannya dapat membutuhkan waktu yang cukup lama. Ukuran lama atau tidaknya
dapat dilihat dari proses pembentukan undang-undang itu sendiri, yang meliputi beberapa
tahapan atau prosedur yang harus dilalui. Pada dasarnya, tahapan dimulai dari perencanaan
dengan menyiapkan Rancangan Undang-Undang (“RUU”), RUU dibuat harus disertai dengan
naskah akademik, kemudian tahap pembahasan di lembaga legislatif hingga tahap
pengundangan.[1]
Sistem perundang-undangan di Indonesia hanya dikenal dengan satu nama jenis undang-
undang, yakni keputusan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat (“DPR”), dengan
persetujuan Presiden, dan disahkan Presiden. Selain itu, tidak terdapat undang-undang yang
dibentuk oleh lembaga lain. Dalam pengertian lain, undang-undang dibuat oleh DPR.[6]

Hal tersebut tercantum dalam Pasal 20 UUD 1945 yang berbunyi:

1. Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang.


2. Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden
untuk mendapat persetujuan bersama.
GHUFRON EDI WIBOWO - 043104104

3. Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, rancangan


undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan
Rakyat masa itu.
4. Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama untuk
menjadi undang-undang.
5. Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak
disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-undang
tersebut disetujui, rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan
wajib diundangkan.

Pada dasarnya, fungsi pembentuk undang undang disebut juga fungsi legislasi. Artinya, DPR
sebagai lembaga legislatif memiliki tugas pembuatan undang-undang, merencanakan dan
menyusun program serta urutan prioritas pembahasan RUU, baik untuk satu masa
keanggotaan DPR maupun untuk setiap tahun, membantu dan memfasilitasi penyusunan
RUU usul inisiatif DPR.[2]

DPR memiliki sejumlah fungsi sebagaimana disebutkan dalam Pasal 20A Ayat 1, yang mana
salah satunya adalah fungsi legislasi. Fungsi ini membuat DPR memiliki kewenangan dalam
membuat undang-undang. Dengan begitu, presiden tidak memiliki kekuasaan penuh untuk
membuat undang-undang. Meski begitu, presiden tetap memiliki peran dalam proses
pembentukan undang-undang. Pasal 5 Ayat 1 UUD 1945 berbunyi, “Presiden berhak
mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat.” Setiap rancangan
undang-undang (RUU) dibahas oleh DPR dan presiden yang dapat diwakili oleh menteri
untuk mendapat persetujuan bersama. Presiden lalu akan mengesahkan RUU yang telah
disetujui bersama untuk menjadi undang-undang. Jika RUU yang telah disetujui bersama
tersebut tidak disahkan oleh presiden dalam waktu 30 hari, maka RUU tersebut sah menjadi
undang-undang dan wajib diundangkan.

2. Presiden tak hanya memiliki kewenangan di bidang eksekutif, namun juga legislatif. Berikut
wewenang presiden di bidang legislatif:
1. Merumuskan dan Merancang Undang-undang
GHUFRON EDI WIBOWO - 043104104

UUD 1945 pada pasal 5 ayat 1 berbunyi, “Presiden berhak mengajukan rancangan undang-
undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat”. Namun, hal ini justru tumpang tindih dengan
peran DPR sebagai badan legislatif sehingga dengan adanya kebijkan ini anggota DPR
yang seharusnya berperan dalam merumuskan rancangan undang-undang menjadi lebih
pasif dan tidak kreatif. Berdasarkan hal ini maka dikeluarkan Undang-undang No. 12/2011
yang mengatur apabila DPR dan Presiden mengajukan rancangan undang-undang yang
sama, maka undang-undang yang diutamakan untuk dibahas adalah undang-undang yang
diajukan oleh DPR. Namun pada praktiknya rumusan undang-undang dari Presiden yang
selalu menjadi prioritas untuk dibahas ketika sidang perumusan undang-undang.

2. Membahas Rancangan Undang-undang Bersama DPR


Pembahasan rancangan undang-undang dilakukan oleh DPR dan Presiden atau menteri
terkait yang ditugasi oleh Presiden. Biasanya, presiden tidak terlibat dalam pembahasan
secara langsung, melainkan lewat menteri yang terkait. Dilansir dari Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia, hal ini disebutkan dalam UUD 1945 pasal 20 ayat 2 yang
berisi, “Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan
Presiden untuk mendapat persetujuan bersama". Pembahasan rancangan undang-undang
dilaksanakan paling lambat dalam jangka waktu 60 hari sejak disetujui oleh Presiden.
Presiden juga memiliki hak veto, yaitu hak untuk membatalakan keputusan, ketetapan, dan
rancangan undang-undang. Jika dalam suatu sidang perumusan rancangan undang-undang
presiden menolak rancangan undang-undang tersebut, maka diperlukan dua per tiga suara
dari seluruh anggota majelis.

3. Mengesahkan Rancangan Undang-Undang


Rancangan undang-undang yang tidak mendapatkan persetujuan dalam sidang maka boleh
dikaji ulang pada sidang berikutnya. Sedangkan rancangan undang-undang yang telah
disetujui bersama oleh Presiden dan DPR, akan diajukan menjadi undang-undang paling
lambat tujuh hari sejak tanggal persetujuan bersama. Rancangan undang-undang tersebut
akan disahkan oleh Presiden dengan menandatanganinya dalam jangka waktu 30 hari sejak
rancangan undang-undang tersebut disepakati bersama.
GHUFRON EDI WIBOWO - 043104104

Referensi:

Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahas atas Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (“UU 15/2019”) [1]

Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia Dalam Proses Demokratisasi, DPR RI, 2000, hal. 261-262.
[2]

https://www.dpr.go.id/

Anda mungkin juga menyukai