Pasca amandemen Undang-Undang Dasar 1945 DPR memegang kekuasaan membentuk undang-
undang. Sebuah rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan presiden untuk mendapat
persetujuan bersama. Sedangkan sebelum amandemen Undang-Undang Dasar 1945 kekuasaan
legislatif diberikan kepada presiden.
Pertanyaan
1. Berikan analisis anda mengapa dalam membuat rancangan undang-undang DPR harus
bersama dengan presiden.
2. Berikan analisis anda apakah DPR dan presiden memiliki kekuasaan legislatif yang sama
JAWABAN
Pada dasarnya, fungsi pembentuk undang undang disebut juga fungsi legislasi. Artinya, DPR
sebagai lembaga legislatif memiliki tugas pembuatan undang-undang, merencanakan dan
menyusun program serta urutan prioritas pembahasan RUU, baik untuk satu masa
keanggotaan DPR maupun untuk setiap tahun, membantu dan memfasilitasi penyusunan
RUU usul inisiatif DPR.[2]
DPR memiliki sejumlah fungsi sebagaimana disebutkan dalam Pasal 20A Ayat 1, yang mana
salah satunya adalah fungsi legislasi. Fungsi ini membuat DPR memiliki kewenangan dalam
membuat undang-undang. Dengan begitu, presiden tidak memiliki kekuasaan penuh untuk
membuat undang-undang. Meski begitu, presiden tetap memiliki peran dalam proses
pembentukan undang-undang. Pasal 5 Ayat 1 UUD 1945 berbunyi, “Presiden berhak
mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat.” Setiap rancangan
undang-undang (RUU) dibahas oleh DPR dan presiden yang dapat diwakili oleh menteri
untuk mendapat persetujuan bersama. Presiden lalu akan mengesahkan RUU yang telah
disetujui bersama untuk menjadi undang-undang. Jika RUU yang telah disetujui bersama
tersebut tidak disahkan oleh presiden dalam waktu 30 hari, maka RUU tersebut sah menjadi
undang-undang dan wajib diundangkan.
2. Presiden tak hanya memiliki kewenangan di bidang eksekutif, namun juga legislatif. Berikut
wewenang presiden di bidang legislatif:
1. Merumuskan dan Merancang Undang-undang
GHUFRON EDI WIBOWO - 043104104
UUD 1945 pada pasal 5 ayat 1 berbunyi, “Presiden berhak mengajukan rancangan undang-
undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat”. Namun, hal ini justru tumpang tindih dengan
peran DPR sebagai badan legislatif sehingga dengan adanya kebijkan ini anggota DPR
yang seharusnya berperan dalam merumuskan rancangan undang-undang menjadi lebih
pasif dan tidak kreatif. Berdasarkan hal ini maka dikeluarkan Undang-undang No. 12/2011
yang mengatur apabila DPR dan Presiden mengajukan rancangan undang-undang yang
sama, maka undang-undang yang diutamakan untuk dibahas adalah undang-undang yang
diajukan oleh DPR. Namun pada praktiknya rumusan undang-undang dari Presiden yang
selalu menjadi prioritas untuk dibahas ketika sidang perumusan undang-undang.
Referensi:
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahas atas Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (“UU 15/2019”) [1]
Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia Dalam Proses Demokratisasi, DPR RI, 2000, hal. 261-262.
[2]
https://www.dpr.go.id/