Anda di halaman 1dari 6

Tugas 3 : Kedudukan Perundang-undangan Negara

Nama : NOOR FAJARI ROZIQ


NIM : 201310110311050
Kelas : IV/A
Mata Kuliah : Ilmu Perundang-Undangan

a. Tata Urutan Perundang-undangan1


1. Undang-Undang Dasar 1945
Untuk memperjelas pemahaman tentang susunan Peraturan Perundang undangan
di atas akan dibahas sebagai berikut:
UUD 1945 merupakan hukum dasar tertulis dan sumber tertib hukum yang
tertinggi dalam negara Indonesia yang memuat tentang:
a) hak-hak asasi manusia;
b) hak dan kewajiban warga negara;
c) pelaksanaan dan penegakkan kedaulatan negara serta pembagian kekuasaanegara;
d) wilayah negara dan pembagian daerah; kewarganegaraan dan kependudukan;
keuangan negara.
Sebagai peraturan negara yang tertinggi, UUD 1945 menjadi acuan dan parameter
dalam pembuatan peraturan-peraturan yang ada bawahnya. Oleh sebab itu
peraturan perundang-undangan yang ada tidak boleh bertentangan dengan UUD
1945.
Undang-Undang Dasar 1945 dapat memuat ketentuan-ketentuan pokok saja
sehingga dapat menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Namun demikian
pada awal masa reformasi, pada sidang umum MPR tahun 1999 UUD 1945
mengalami suatu perubahan dengan adanya amandemen UUD 1945.

2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang
Undang-undang adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk
oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama Presiden.
Undang-undang yang dibuat oleh DPR bersama dengan presiden karena:
a) adanya perintah ketentuan UUD 1945.
b) adanya perintah ketentuan undang-undang yang terdahulu.
c) dalam rangka mencabut, mengubah dan menambah undang-undangyang sudah
ada.
d) berkaitan dengan hak asasi manusia.
e) berkaitan dengan kewajiban atau kepentingan orang banyak.
Pengajuan rancangan undang-undang dapat berasal dari Pemerintah
dan DPR, hal ini sesuai dengan Pasal 5 ayat 1 UUD 1945 yang mengatakan
“Presiden berhak mengajukan Rancangan Undang-Undang kepada
DPR”. dan Pasal 21 ayat 1 yang berbunyi “Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat berhak mengajukan usul rancangan undang-undang”.
Pengajuan usul rancangan undang-undang oleh DPR disebut hak inisiatif.
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU)merupakan peraturan
perundang-undangan yang kedudukannya sama dengan undang-undang, hanya
saja kalau undang-undang dinyatakan sah berlaku atas persetujuan DPR dan
Presiden, sedangkan Perpu dibuat oleh Presiden karena keadaan yang memaksa
atau dalam keadaan darurat, sehingga pemberlakuannya tanpa persetujuan DPR.
Namun demikian, Presiden tidak boleh seenaknya mengeluarkan Perpu karena
adanya ketentuan sebagai berikut.

1
Handikap,Tata-Peraturan-Perundang, http://blogspot.com, acces 18februari2015.

13
a) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) yang dikeluarkan oleh
Presiden harus diajukan ke DPR dalam persidangan berikutnya.
b) DPR dapat menerima atau menolak Perpu dengan tidak mengadakan perubahan.
c) Apabila DPR menolak Perpu tersebut, maka Perpu itu harus dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku lagi.

3. Peraturan Pemerintahan (PP)


Peraturan Pemerintah adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan
oleh presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya.
Dengan demikian Peraturan Pemerintah tidak dapat dipisahkan dari Undang-
Undang karena Peraturan Pemerintah ada sebagaipelaksanaan dari Undang-
Undang.

Ada beberapa kriteria agar peraturan pemerintah dapat dikeluarkan, yaitu:


a) Peraturan Pemerintah tidak dapat dibentuk tanpa adanya UU induknya.
b) Peraturan Pemerintah tidak dapat mencantumkan sanksi pidana jika UU
induknya tidak mencantumkan sanksi pidana.
c) Peraturan Pemerintah tidak dapat memperluas dan mengurangi ketentuan UU
induknya.
d) Peraturan Pemerintah dapat dibentuk meskipun UU yang bersangkutan tidak
menyebutkan secara tegas, asalkan Peraturan
Pemerintah tersebut untuk melaksanakan UU.
e) Tidak ada Peraturan Pemerintah untuk melaksanakan UUD 1945.

4. Peraturan Presiden (Perpres)


Peraturan Presiden adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibuat oleh
Presiden. Peraturan Presiden dibuat oleh Presiden dalam rangka untuk
melaksanakan UUD 1945, Undang-Undang maupun Peraturan Pemerintah. Hal
ini sangat berbeda dengan Peraturan Pemerintah yang dibuat hanya untuk
melaksanakan Undang-Undang. Peraturan Presiden bersifat mengaturbertujuan
untuk mengatur pelaksanaan administrasi negara dan administrasi pemerintah.

5. Peraturan Daerah (Perda)


Peraturan Daerah adalah Peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dengan persetujuan bersama Kepala
Daerah. Peraturan daerah dibuat untukmelaksanakan peraturan yang lebih
tinggi, disamping juga untuk
melaksanakan kebutuhan daerah. Oleh sebab itu, Daerah (Perda) daerah
yang satu dengan yang lain bisa saja berbeda sesuai dengan kebutuhanmasing-
masing daerah. Berdasarkan UU No. 10 Tahun 2004 Pasal 7 ayat 2 dinyatakan
bahwa Peraturan Daerah meliputi:
a) Peraturan Daerah Provinsi dibuat oleh DPRD provinsi bersama dengan
Gubernur.
b) Peraturan Daerah kabupaten/kota dibuat oleh DPRD kabupaten/ kota
bersama bupati/walikota.
c) Peraturan Desa/peraturan yang setingkat, dibuat oleh badan
perwakilan desa atau nama lainnya bersama dengan kepala desa atau nama
lainnya.

b. Kedudukan Perundang-undangan Dalam UUD 1945 Pasca Amandemen 2

2
Vjkeybot. Kedudukan-Perundang-Undangan-Negara.http://wordpress.com 25 maret
2015

14
Undang-Undang Dasar 1945 adalah keseluruhan naskah yang terdiri dari
pembukaan dan pasal-pasal (sesuai dalam pasal II Aturan Tambahan UUD 1945).
Konsekuensinya, penjelasan tidak lagi menjadi bagian dari UUD. Meskipun
demikian, penjelasan memiliki fungsi yang penting dalam rangka menjelaskan
tentang norma yang terdapat dalam UUD 1945 sehingga seharusnya mengandung
norma yang baru. Penjelasan Umum, disebutkan bahwa UUD 1945 merupakan
hukum dasar. Dikaitkan dengan teorinya Hans Kelsen, “Stufentheorie”, atau theorie
vom Stufenaufbau-nya Hans Nawiasky Pembukaan mengandung sejumlah tujuan
negara dan dasar falsafah bernegara yaitu Pancasila. Posisi Pancasila dalam UUD
adalah sebagai norma dasar suatu negara (Staatsfundamentalnorm), yang memberikan
landasan bagi Aturan Dasar. Sedangkan materi yang terdapat dalam pasal-pasal UUD
1945 merupakan Grundgezetze, norma dasar yang memiliki kekuatan mengikat
kepada norma-norma hukum peraturan perundang-undangan, atau menggariskan
tatacara membentuk peraturan perundang-undangan secara Umum. Hal ini
ditunjukkan dalam pasal 7 UU No. 10 Tahun 2004. Dengan demikian, UUD 1945
memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada peraturan perundang-undangan yang
lainnya.
Dalam pasal 3, mengatur tentang kewenangan MPR baik tentang kewenangan
mengubah dan menetapkanUUD. Meskipun MPR bukan lembaga tertinggi Negara
lagi namun MPR merupakan lembaga perwakilan (parlemen) yang oleh konstitusi
diberi wewenang untuk mengubah dan menetapkan UUD. Pembentukan UUD
kewenangannya tidak diberikan kepada lembaga legislatif karena lembaga legislatif
hanya memiliki kewenangan dalam membentuk UU dan kedudukan UU di bawah
UUD. Sedangkan untuk prosedur amandemen yang diatur dalam pasal 37 terdapat
prosedur khusus dengan ketentuan yang lebih kompleks. Dalam hal substansi
perubahan/amandemen masih terdapat kesamaan dengan UUD 1945 pra amandemen,
yaitu mutlak tidak diperbolehkan untuk merubah/mengamandemen pembukaan UUD
1945, karena didalamnya terdapat falsafah negara yang merupakan dasar Negara.
Selain itu, ada hal lain yang tidak boleh diganti yaitu bentuk Negara Kesatuan
Republik Indonesia (pasal 37 ayat 5)). Dan ketentuan yang lebih spesifik diatur
dengan peraturan perundang-undangan lainnya. UUD 1945 pasca amandemen lebih
bersifat rigid. Hal ini dikarenakan persepsi penguasa yang sepakat untuk lebih
mengkultuskan UUD 1945 sebagai kesatuan pemikiran dari mayarakat untuk memilih
sesuatu yang ideal dalam hal-hal tertentu yang direfleksikan didalamnya. Selain itu,
nilai historis yang terkandung dalam UUD 1945 membuatnya sebagai konstitusi
memiliki kandungan rigiditas. UUD 1945 tidak lg dipandang sebagai peraturan
perundang-undangan saja melainkan merupakan wibawa daripada suatu bentuk
Hukum tertinggi dari suatu negara. Berdasarkan uraian di atas, UUD 1945 pasca
amandemen bersifat conditional, superior dan rigid.

c. Pendelegasian Kewenangan Dalam Pembuatan Perundang-undangan3


Kewenangan delegasi adalah bentuk kewenangan yang dilimpahkan untuk
membuat peraturan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi kepada
peraturan perundang-undangan yang lebih rendah, baik dinyatakan secara tegas
maupun tidak. Bentuk kewenangan ini tidak “diberikan” sebagaimana pada atribusi,
melainkan “diwakilkan”. Delegasi adalah penyerahan wewenang untuk membuat
besluit oleh pejabat pemerintahan kepada pihak lain. Kata penyerahan berarti ada
perpindahan tanggung jawab dari yang memberi delegasi (delegans) kepada yang
menerima delegasi (delegataris). Terdapat 3 ciri mendasar dalam delegasi :
3
Ahamd Tito, Pendelegasian Perundang-Undangan-Negara.http://wordpress.com
acces 25 maret 2015.

15
1. Adanya penyerahan kewenangan membuat peraturan perundang-undangan,
dimana delegataris (penerima) bertanggung jawab penuh atas kewenangannya itu.
2. Penyerahan kewenangan dilakukan oleh pemegang atribusi (delegans) kepada
delegataris.
3. Hubungan antara delegans dengan delegataris tidak dalam hubungan atasan dan
bawahan.

Dalam pembentukan Peraturan Perundang- undangan dapat dibedakan antara


atribusi dan delegasi. Atribusi terdapat apabila adanya wewenang yang dberikan oleh
UUD atau UU kepada suatu badan dengan kekuasaan dan tanggung jawab sendiri
(mandiri) untuk membuat/ membentuk peraturan perundang-undangan. Sedangkan
delegasi terdapat apabila suatu badan (organ) yang mempunyai wewenang secara
mandiri membuat peraturan perundang-undangan (wewenang atribusi) menyerahkan
(overdragen) kepada suatu badan atas kekuasaan dan tanggung jawab sendiri
wewenang untuk membuat/membentuk peraturan perundang-undangan. Wewenang
atribusi dan delegasi dalam membuat/membentuk peraturan perundang-undangan
timbul karena :
1. tidak dapat bekerja cepat dan mengatur segala sesuatu sampai pada tingkat
yang rinci.
2. adanya tuntutan dari para pelaksana untuk melayani kebutuhan dengan
cepat berdasarkan aturan-aturan hukum tertentu.
Dalam suatu struktur organisasi lembaga Negara, umumnya yang terjadi
adalah pelimpahan wewenang. Lembaga Negara dibentuk berdasarkan konstitusi
(UUD) yang kemudian diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang. Berdasarkan
atribusi, pimpinan suatu lembaga Negara memiliki wewenang. Kewenangan ini tidak
dapat dilaksanakan oleh pimpinan lembaga Negara tersebut karenanya kemudian
untuk pelaksanaannya secara teknis di lapangan, pimpinan lembaga Negara tersebut
dapat melimpahkan wewenangnya.
PERKULIAHAN ILMU PER-UU
Ad 5 Asas di dalam berlakunya per-uu
1 Asas tidak dapat di ganggu dugat ( Teori fiksi hukum )
2 Asas yang menwajibkan perturan yang tinggi akan menyampingkan peraturan
yang lebih rendah
3 Asas non rektroktif ( tidak berlaku surut)
4 Asas yang menwajibkan peraturan yang baru mengesampingkan peraturan yang
lebih dahulu
5 Asas yang khusus menyesampingkan yang umum

NO TAP MPRS No. TAP MPRS UU NO.10 TAHUN UU NO.12 TAHUN


XX/MPRS/1996 NO.III/MPRS/2000 2004 2011

16
1 Uud 1945 Uud 1945 Uud 1945
2 Tap mprs Tap mprs
3 Uu/perpu Uu/perpu UU/perpu
4 Pp Pp Pp
5 Kepres Perpes Perpes
6 Peraturan Peraturan daerah : Peraturan daerah :
Pelaksana lainnya, 1. Dati 1 1. Perdaprov
Yaitu: 2. Dati 2 2. Per kab/kota
1. Peraturan 3. Dati 3 3. Perdes
mentri
2. Instruksi
mentri ,dll

Daftar Pustaka
Handikap,Tata Peraturan-Perundang, dalam http://blogspot.com.

17
Vjkeybot, Kedudukan-Perundang-Undangan-Negara,dalam http://wordpress.com.
Ahamd Tito,Pendelegasian Perundang-Undangan-Negara, http://wordpress.com.

18

Anda mungkin juga menyukai