Anda di halaman 1dari 24

A.

Jenis Perundang – Undangan

Berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011, definisi Peraturan

Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum

yang mengikat secara umum.Peraturan Perundang-undangan adalah

peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum

dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang

berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-

undangan.

Jenis Peraturan Perundang-undangan ( Menurut UUD 1945, TAP MPR

dan UU No. 10 Tahun 2004 ) sebagai berikut :

1. Menurut Undang-Undang Dasar 1945

Berdasarkan UUD 1945 ( setelah amandemen ) bentuk-bentuk atau

macam-macam Peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh

Pemerintah ( Eksekutif ), Legislative ( DPR ), dan MPR serta

Pemerintah Daerah adalah sebagai berikut:

a. Undang-Undang Dasar ( Pasal 3 UUD 1945 )

Menurut Pasal 3 Undang-Undang Dasar 1945, MPR mempunyai

kekuasaan menetapkan dan mengubah Undang-Undang Dasar.

Kekuasaan MPR ini menurut penulis juga termasuk atau identik

dengan membuat Undang-Undang Dasar. Undang-Undang Dasar

adalah Konstitusi negara yang tertulis, sebagai hukum dasar yang

tertinggi dalam suatu negara. Undang-Undang Dasar merupakan

hukum dasar yang tertinggi atau sebagai dasar hukum yang


tertinggi bagi peraturan perundang-undangan di bawahnya. Dengan

demikian peraturan perundang-undangan dibawahnya tidak boleh

bertentangan dengan Undang-Undang Dasar.

b. Undang-undang ( Pasal 5 ayat ( 1 ) jo Pasal 20 ayat ( 2 ) UUD

1945 )

Undang-undang adalah peraturan hukum atau keputusan hukum

yang dibuat oleh Eksekutif ( pemerintah ) bersama-sama dengan

parlemen atau legislatif ( DPR ) untuk melaksanakan dan

menjabarkan aturan-aturan yang diatur dalam UUD. Undang-

undang ini sebagai pelaksana UUD.

c. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ( Pasal 22 ayat

(1) UUD 1945 )

Peraturan Pemerintah Pengganti undang-undang ( Perpu ) adalah

Peraturan Pemerintah yang dibuat oleh Presiden dalam hal ikhwal

kegentingan yang memaksa sebagai pengganti undang-undang.

Kedudukan Perpu sederajat dengan UU. Perpu dibuat oleh

Presiden karena keadaan kegentingan yang memaksa yang

memerlukan tindakan cepat dalam waktu singkat. Selain itu juga

bertujuan untuk mengisi kekosongan hukum ( undang-undang ).

d. Peraturan Pemerintah ( Pasal 5 ayat ( 2 ) UUD 1945 )

Peraturan pemerintah adalah peraturan hukum atau keputusan

hukum yang dibuat oleh Pemerintah ( eksekutif ) untuk


melaksanakan undang-undang agar berlaku secara riil dan

mempunyai kekuatan hukum mengikat terhadap masyarakat.

e. Peraturan Daerah ( Pasal 18 ayat ( 6 ) UUD 1945 )

Peraturan Daerah adalah peraturan hukum atau keputusan hukum

yang dibuat oleh Pemerintah Daerah bersama dengan DPRD untuk

melaksanakan tugas-tugas pemerintahan di daerah. Peraturan

daerah tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan yang lebih tinggi.

2. Menurut Ketetapan MPR

Walaupun lembaga MPR menurut UUD 1945 (sebelum amandemen)

tidak mempunyai kewenangan untuk membuat peraturan perundang-

undangan (kecuali GBHN) tetapi dalam praktek ketatanegaraan

Republik Indonesia. MPRS/ MPR pernah membuat produk perundang-

undangan dengan nama Ketetapan MPR, diantaranya adalah Ketetapan

MPRS No. XX/MPRS/1966. Dalam Lampiran Tap MPRS No.

XX/MPRS/1966 dijelaskan masing-masing bentuk peraturan

perundang-undangan, yakni:

a. Undang-Undang Dasar.

Ketentuan-ketentuan yang tercantum di dalam pasal-pasal Undang-

Undang Dasar adalah ketentuan-ketentuan yang tertinggi

tingkatnya yang pelaksanaannya dilakukan dengan Ketetapan

MPR, Undang- undang atau KeputusanPresiden.


b. Ketetapan MPR

1) Ketetapan MPR yang memuat garis-garis besar dalam bidang

legislatif dilaksanakan dengan Undang-undang.

2) Ketetapan MPR yang memuat garis-garis besar dalam bidang

eksekutif dilaksanakan dengan Keputusan Presiden.

c. Undang-undang.

1) Undang-undang adalah untuk melaksanakan Undang - Undang

Dasar atau Ketetapan MPR.

2) Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak

menetapkan peraturan-peraturan sebagai pengganti Undang-

undang.

a) Peraturan Pemerintah itu harus mendapat persetujuan

Dewan Perwakilan Rakyat dalam persidangan yang berikut.

b) Jika tidak mendapat persetujuan, maka peraturan

Pemerintah itu harus dicabut.

d. Peraturan Pemerintah.

Peraturan Pemerintah adalah memuat aturan-aturan umum untuk

melaksanakan Undang-undang.

e. Keputusan Presiden.

Keputusan Presiden berisi keputusan yang bersifat khusus

(einmalig) adalah untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang


Dasar yang bersangkutan, Ketetapan MPR dalam bidang eksekutif

atau peraturan Pemerintah.

f. Peraturan-peraturan Pelaksanaan lainnya.

Peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya seperti: Peraturan

Menteri, Instruksi Menteri dan lain-lainnya, harus dengan tegas

berdasar dan bersumber pada peraturan perundangan yang lebih

tinggi.

Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 sampai pada tahun 1973 

berlakunya tetap dipertahankan dengan ditetapkannya Ketetapan MPR

No. V/MPR/1973 tentang Tata Urutan Peraturan Perundangan R.I.

Ketetapan MPR No. V/MPR/1973 keberlakuannya masih

dipertahankan oleh MPR dengan ditetapkannya menjadi Ketetapan

MPR No.IX/MPR/1978. Setelah tahun 2000 Ketetapan MPR No.

IX/MPR/1978 dinyatakan tidak berlaku atau dicabut dengan

diberlakukannya Ketetapan MPR No. III/MPR/2000. Setelah

reformasi, maka  pada tahun 2000, MPR menetapkan Ketetapan MPR

RI No. III/MPR/2000 tentang Sumber hukum dan Tata Urut-urutan

peraturan perundang-undangan.

Menurut Pasal 2 Ketetapan MPR RI No. III/MPR/2000 disebutkan

bahwa, Tata Urut-urutan Peraturan Perundang-undangan RI adalah

sebagai berikut:

a. Undang-Undang Dasar RI 1945

b. Ketetapan MPR-RI
c. Undang-Undang

d. Peraturan Pemerintah Pengganti undang-undang (Perpu)

e. Peraturan Pemerintah

f. Keputusan Presiden

g. Peraturan Daerah

3. Menurut Undang - Undang No. 10 Tahun 2004

Karena kelemahan Ketetapan MPR No. III/MPR RI/2000 yang

menempatkan Perpu di bawah Undang-undang, kemudian pada tahun

2004 Pemerintah bersama DPR mengeluarkan UU No. 10 Tahun 2004

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Menurut pasal 7

ayat (1) UU No. 10 Tahun 2004 jenis Peraturan Perundang-undangan

adalah sebagai berikut:

a. Undang-Undang Dasar 1945;

b. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti undang-undang;

c. Peraturan Pemerintah;

d. Peraturan Presiden;

e. Peraturan Daerah;

Selanjutnya di dalam ayat (2) disebutkan, Peraturan Daerah

meliputi:

1) Peraturan Daerah Propinsi yang dibuat oleh DPRD Propinsi

bersama dengan Gubernur.


2) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dibuat oleh DPRD

Kabupaten/Kota bersama dengan Bupati/Walikota.

3) Peraturan Desa/Peraturan yang setingkat dibuat oleh Badan

Perwakilan Desa atau nama lainnya bersama dengan Kepala

Desa/nama lainnya.

Jenis Peraturan Perundang-undangan selain yang sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum

mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan

yang lebih tinggi (Pasal 7 ayat (4).

B. Hierarki Perundang – Undangan

Teori hierarki norma hukum dikemukakan oleh Hans Kelsen. Kelsen

berpendapat bahwa norma-norma hukum itu berjenjang-jenjang dan

berlapis-lapis dalam suatu hierarki tata susunan, dimana suatu norma yang

lebih rendah berlaku, bersumber dan berdasar pada norma yang lebih

tinggi lagi, demikian seterusnya norma yang tidak dapat ditelusuri lebih

lanjut dan bersifat hipotetis dan fiktif, yaitu norma dasar ( Grundnorm ).

Norma dasar yang merupakan norma tertinggi dalam sistem norma

tersebut, tidak lagi dibentuk oleh suatu norma yang lebih tinggi lagi tetapi

norma itu ditetapkan terlebih dahulu oleh masyarakat sebagai norma dasar

yang merupakan gantungan bagi norma yang berada dibawahnya.

Berdasarkan pasal 7 UU Nomor 12 Tahun 2011, hierarki peraturan

perundang-undangan Republik Indonesia adalah sebagai berikut:


1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

4. Peraturan Pemerintah ( PP )

5. Peraturan Presiden ( Perpres )

6. Peraturan Daerah Provinsi ( Perda Provinsi )

7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota ( Perda Kabupaten/Kota )

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Sebelum mempelajari lebih jauh materi UUD 1945, terlebih dahulu

marilah kita samakan persepsi kita tentang UUD 1945. UUD 1945 adalah

sumber hukum dasar tertulis yang mengikat dan mengatur pemerintah,

lembaga negara, dan juga mengikat seluruh warga negara Indonesia.

Undang-Undang dasar merupakan keseluruhan naskah hukum yang berisi

pembukaan dan pasal-pasal.

Sebagai dasar hukum, Undang-undang dasar merupakan hukum tertinggi

dari seluruh hukum yang ada di Indonesia. Segala tingkah laku, perbuatan

pemerintah Seperti peraturan pemerintah, peraturan presiden, dan lain-lain

harus dilaksanakan berdasarkan undang-undang dasar 1945. Sebagai

hukum dasar Undang-undang dasar 1945 memiliki norma-norma dan

aturan yang harus dijalankan dan dipatuhi oleh seluruh warga negara

Indonesia tanpa terkecuali.


1) Sifat-Sifat UUD 1945

a) Karena sifatnya yang tertulis, kata-katanya jelas, hukum yang

mengikat pemerintah sebagai penyelenggara negara dan mengikat

setiap warga negara.

b) Sebagaimana disebutkan dalam deklarasi UUD 1945, UUD 1945

memuat aturan yang tepat dan akomodatif, memuat aturan yang

mengandung aturan dasar yang harus dikembangkan sejalan

dengan perkembangan zaman, dan mengandung hak asasi manusia.

c) Berisi norma, aturan, dan regulasi yang dapat dan harus

dilaksanakan berdasarkan hukum konstitusi.

d) Undang-Undang Dasar 1945 adalah peraturan hukum positif

tertinggi dalam urutan hukum Indonesia. Ini juga merupakan cara

untuk mengendalikan norma hukum positif yang lebih rendah

dalam hierarki tertib hukum Indonesia.

2) Fungsi UUD Tahun 1945

a) Sebagai Alat Kontrol.

UUD 1945 sebagai alat kontrol untuk mengecek atau menguji

apakah perundang-undangan di bawahnya sudah sesuai dengan

konstitusi Republik Indonesia atau bertentangan.

b) Sebagai Pengatur

Fungsi UUD 1945 yang kedua adalah sebagai alat pengatur. UUD

1945 berfungsi mengatur kekuasaan negara. Hal tersebut meliputi

cara menyusun, membagi, dan dilaksanakan. Semua lembaga


negara termasuk presiden harus selaras dan sesuai dengan

ketentuan dalam UUD

c) Sebagai Penentu

Salah satu cara fungsi dari UUD 1945 adalah sebagai alat penentu.

Hal ini dimaksudkan bawah UUD 1945 berperan sebagai penentu

hak dan kewajiban negara, warga negara, dan pemerintah. UUD

1945 menjadi pedoman dalam menentukan hak dan kewajiban

pemerintah, lembaga negara, dan warga negara.

3) Kedudukan UUD Tahun 1945

a) Sebagai (norma) hukum :

I. UUD bersifat mengikat terhadap: Pemerintah, setiap

Lembaga Negara/Masyarakat, setiap warga Negara

Republik Indonesia dan penduduk di Republik Indonesia.

II. Berisi norma-norma: sebagai dasar dan garis besar hukum

dalam penyelenggaraan negara harus dilaksanakan dan

ditaati.

b) Sebagai hukum dasar:

I. UUD merupakan sumber hukum tertulis (tertinggi) Setiap

produk hukum (seperti UU, PP, Perpres, Perda) dan setiap

kebijaksanaan Pemerintah berlandaskan UUD 1945.


II. Sebagai Alat Kontrol Yaitu mengecek apakah norma

hukum yang lebih rendah sesuai dengan ketentuan UUD

1945.

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

Majelis Permusyawaratan Rakyat (disingkat MPR) adalah lembaga

legislatif bikameral yang merupakan salah satu lembaga tinggi negara

dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. UU No 12 Tahun 2011

menyebutkan tata urutan peraturan perundang-undangan sebagai berikut:

1) UUD 1945

2) Ketetapan MPR

3) UU/peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

4) Peraturan Pemerintah

5) Peraturan Presiden

6) Peraturan Daerah Propinsi

7) Peraturan Daerah Kabupaten/ Kota

Dalam UU No 12 Tahun 2011 tersebut ditegaskan pula,bahwa kekuatan

hukum peraturan perundang-undangan sesuai dengan hierarkinya, Artinya

ketentuan ini memulihkan kembali keberadaan TAPMPR sebagai

peraturan perundang-undangan yang kekuatan hukumnya lebih kuat dari

undang – undang.

Ketetapan MPR mempunyai fungsi merinci/menjabarkan/mengatur lebih

lanjut dan menafsirkan ketentuan UUD 1945 untuk mengantisipasi


kebutuhan pengaturan suatu hal oleh legislatif dalam bentuk UU atau oleh

eksekutif dalam bentuk Perpu dan Keppres. Ketetapan MPR akan

menjembatani antara UUD 1945 dengan UU/Perpu atau Keppres dalam

mengantisipasi kebutuhan hukum (peraturan) yang landasan

konstitusionalnya belum atau tidak jelas bahkan tidak ada, sehingga akan

memberi landasan hukum bagi pembentukkan UU/Perpu/ Keppres dan

peraturan lain di bawahnya. Dengan demikian, Ketetapan MPR membatasi

kewenangan legislatif dan Presiden artinya Presiden bersama DPR tidak

boleh membentuk UU dan Presiden tidak boleh membentuk

Perpu/Keppres untuk mengatur suatu hal.

c. Undang – Undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

Undang-undang adalah peraturan hukum atau keputusan hukum yang

dibuat oleh Eksekutif ( pemerintah ) bersama-sama dengan parlemen atau

legislatif (DPR) untuk melaksanakan dan menjabarkan aturan-aturan yang

diatur dalam UUD.

Suatu undang undang berlaku jika sudah diundangkan dalam lembaran

negara oleh menteri/sekretaris negara. Adapun tanggal berlakunya

disesuaikan dengan tanggal yang ada dalam undang undang

Jika tidak ditentukan maka tanggal berlakunya mulai 30 hari sejak

diundangkan dalam LN (untuk Jawa dan Madura) dan 100 hari (untuk luar

Jawa dan Madura). Setelah syarat-syarat tersebut terpenuhi, maka berlaku

suatu fictie hukum, yaitu setiap orang dianggap telah mengetahui adanya

suatu undang undang atau peraturan hukum.


Pemberlakuan undang undang berakhir jika jangka waktu berlaku yang

ditetapkan dalam undang undang sudah lampau, hal atau keadaan di mana

undang undang diadakan sudah tidak ada lagi, undang - undang dengan

tegas dicabut oleh instansi yang membuatnya, telah ada undang - undang

baru yang isinya bertentangan dengan undang undang yang berlaku lebih

dahulu.

Peraturan Pemerintah Pengganti undang-undang ( Perpu ) adalah Peraturan

Pemerintah yang dibuat oleh Presiden dalam hal ikhwal kegentingan yang

memaksa sebagai pengganti undang-undang.

Perpu dan Undang-Udang berada pada hirarki atau urutan yang sama.

Artinya Perpu memiliki kedudukan yang sejajar dengan Undang-Undang.

Hal ini dikarenakan muatan-muatan materi yang terdapat dalam Perpu

sama saja dengan muatan materi yang ada dalam Undang-Undang. Akan

tetapi yang menjadi pembeda hanya pada proses pembuatannya.1Materi

muatan yang dianggap sama mengakibatkan perpu memiliki kedudukan

yang setara dengan Undang-Undang hanya saja proses pembuatanya yang

berbeda. Diamana Perpu dibuat oleh Presiden jika ada kegentingan yang

mendesak, agar permasalahan yang berkaitan dengan produk hukum

mempunyai dasar yang jelas sehingga kegentigan yang terjadi dapat

diselesaikan dengan baik, sehingga menjadikan Perpu sebagai jalan

keluarnya.

1
Maria Farida, 2015, ilmu Perundang-Undangan Jenis, Fungsi, dan Muata Materi Jilid 2,
Yogyakarta, Hal. 80.
Perpu memiliki masa aktif ‘hanya sementara’, sehingga Perpu dianjurkan

untuk segera disahkan menjadi Undang-undang oleh DPR. Namun, DPR

juga boleh untuk menolaknya dan menyatakan pencabutan dan pernyataan

tidak berlaku terhadap suatu Perpu.

d. Peraturan Pemerintah

Peraturan Pemerintah adalah peraturan perundang-undangan yang

ditetapkan oleh presiden untuk menjalankan undang-undang sebagaimana

mestinya. Dalam hierarki peraturan perundang-undangan Indonesia,

Peraturan Pemerintah terletak di bawah Undang-Undang/Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-undang dan di atas Peraturan Presiden.

Kewenangan membuat Peraturan Pemerintah diberikan oleh UUD 1945

kepada presiden.

Dasar hukum penetapan Peraturan Pemerintah adalah Pasal 5 Ayat 2 UUD

1945 yang berbunyi, “Presiden menetapkan Peraturan Pemerintah untuk

menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya.” Peraturan

Pemerintah merupakan peraturan yang bersifat administratiefrechtelijk

karena tidak boleh mengatur atau menciptakan kaidah ketatanegaraan.

Peraturan ini tidak boleh menciptakan suatu wewenang kecuali yang telah

diatur dalam undang-undang. Dapat dikatakan, fungsi Peraturan

Pemerintah adalah sebagai instrumen untuk mengadakan pengaturan lebih

lanjut untuk melaksanakan undang-undang. Peraturan ini ditetapkan untuk

melaksanakan perintah undang-undang atau untuk menjalankan undang-


undang sepanjang diperlukan dengan tidak menyimpang dari materi yang

diatur dalam undang-undang yang bersangkutan. Muatan Peraturan

Pemerintah pun berisi materi untuk menjalankan undang-undang

sebagaimana mestinya.

e. Peraturan Presiden

Berdasar Pasal 1 angka 6 UU No. 12 Tahun 2011 didefinisikan Peraturan

Presiden adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh

Presiden untuk menjalankan perintah Peraturan Perundang-undangan yang

lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan.

Adapun lembaga yang terlibat dalam pembentukan peraturan presiden

adalah lembaga eksekutif, yaitu presiden. Rincian lembaga apa saja selain

presiden yang terlibat, akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian proses

penyusunan peraturan presiden.

Menurut Pasal 13 UU No. 12 Tahun 2011 disebutkan bahwa Materi

muatan Peraturan Presiden berisi materi yang diperintahkan oleh Undang-

Undang, materi untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah, atau materi

untuk melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan. Dalam

Penjelasan Pasal 13, Peraturan Presiden dibentuk untuk menyelenggarakan

pengaturan lebih lanjut perintah Undang-Undang atau Peraturan

Pemerintah secara tegas maupun tidak tegas diperintahkan

pembentukannya. Materi yang dimaksudkan dalam pasal tersebut,

termasuk berbasis penjelasannya, “mengunci” dalam tiga kategori, yakni:

1) Materi yang diperintahkan oleh Undang-Undang


2) Materi untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah, atau

3) Materi untuk melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan.

f. Peraturan Daerah Propinsi

Pengertian peraturan daerah dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dibagi dalam 2

pengertian, yakni peraturan daerah provinsi dan peraturan daerah

kabupaten/kota.

Pengertian peraturan daerah provinsi disebutkan dalam pasal 1 angka 7

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan sebagai berikut :

Peraturan Daerah Provinsi adalah Peraturan Perundang-undangan yang

dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dengan

persetujuan bersama Gubernur.

Perda dibentuk dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah provinsi/

kabupaten/kota dan tugas pembantuan. Perda merupakan penjabaran lebih

lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan

memperhatikan ciri khas masing-masing daerah. Perda tidak boleh

bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-

undangan yang lebih tinggi.Perda dibentuk berdasarkan pada asas

pembentukan peraturan perundangundangan. Masyarakat berhak

memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalam rangka penyiapan

atau pembahasan rancangan Perda. Persiapan pembentukan, pembahasan,


dan pengesahan rancangan Perda berpedoman kepada peraturan

perundang-undangan.

Perda berlaku setelah diundangkan dalam lembaran daerah. Perda

disampaikan kepada Pemerintah pusat paling lama 7 (tujuh) hari setelah

ditetapkan. Perda yang bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dapat dibatalkan oleh

Pemerintah pusat.

Untuk melaksanakan Perda dan atas kuasa peraturan perundang-undangan,

kepala daerah menetapkan peraturan kepala daerah dan atau keputusan

kepala daerah. Peraturan kepala daerah dan atau keputusan kepala daerah

tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum, Perda, dan peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi.

Perda diundangkan dalam Lembaran Daerah dan Peraturan Kepala Daerah

diundangkan dalam Berita Daerah. Pengundangan Perda dalam Lembaran

Daerah dan Peraturan Kepala Daerah dalam Berita Daerah dilakukan oleh

Sekretaris Daerah. Untuk membantu kepala daerah dalam menegakkan

Perda dan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat

dibentuk Satuan Polisi Pamong Praja.

g. Peraturan Daerah Kabupaten/ Kota

Dari buku Ilmu Perundang-undangan oleh Maria Farida Indrati, peraturan

daerah adalah peraturan yang dibuat oleh kepala daerah provinsi maupun

Kabupaten/Kota bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah


(DPRD) Provinsi maupun Kabupaten/Kota, dalam ranah pelaksanaan

penyelenggaraan otonomi daerah yang menjadi legalitas perjalanan

eksekusi pemerintah daerah.

Sementara menurut Jimmly Asshiddiqie, Peraturan Daerah (Perda) adalah

bentuk aturan pelaksana undang-undang sebagai peraturan perundang-

undangan yang lebih tinggi. Kewenangan peraturan daerah bersumber dari

kewenangan yang telah ditentukan suatu undang-undang. Peraturan daerah

juga dapat dibentuk untuk mengatur hal-hal yang kewenangan untuk

mengatur hal-hal tersebut tidak diatur secara eksplisit oleh suatu undang-

undang. Perda dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan ketentuan UUD

1945 sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (3) dan (4).

Peraturan Daerah (Perda) dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) dengan persetujuan Kepala Daerah. Adapun penyusunan

peraturan daerah memiliki prinsip dasar yaitu:

1) Transparansi

2) Partisipasi

3) Koordinasi dan keterpaduan

Dalam buku Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah

Secara Langsung oleh Rozali Abdullah, tujuan utama peraturan daerah

untuk memberdayakan masyarakat dan mewujudkan kemandirian daerah.

Peraturan daerah dibentuk dengan dasar asas pembentukan perundang-

undangan pada umumnya antara lain:

1) Memihak kepada kepentingan rakyat


2) Menjunjung tinggi hak asasi manusia

3) Berwawasan lingkungan dan budaya

Adapun fungsi Peraturan Daerah antara lain:

1) Sebagai instrumen kebijakan untuk melaksanakan otonomi daerah dan

tugas pembantuan sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945 dan

UU tentang Pemerintahan Daerah.

2) Merupakan peraturan pelaksanaan dari Peraturan Perundang-undangan

yang lebih tinggi. Dalam fungsi ini, Peraturan Daerah tunduk pada

ketentuan hierarki Peraturan Perundang-undangan. Dengan demikian

Peraturan Daerah tidak boleh bertentangan dengan Peraturan

Perundang-undangan yang lebih tinggi.

3) Sebagai penampung kekhususan dan keragaman daerah serta penyalur

aspirasi masyarakat di daerah, namun dalam pengaturannya tetap

dalam koridor NKRI yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

4) Sebagai alat pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan daerah.

C. Teori Pembentukan Perundang – Undangan

Peraturan Perundang-undangan merupakan salah satu produk hukum,

maka agar dapat mengikat secara umum dan memiliki efektivitas dalam

hal

pengenaan sanksi, dalam pembentukannya harus memperhatikan beberapa


persyaratan yuridis. Persyaratan seperti inilah yang dapat dipergunakan

sebagai landasan yuridis dari suatu Peraturan Perundang-undangan.

Persyaratan yuridis yang dimaksud di sini adalah :

1. Dibuat atau dibentuk oleh organ yang berwenang.

Artinya suatu Peraturan Perundang-undangan harus dibuat oleh pejabat

atau badan yang mempunyai wewenang untuk itu. Kalau persyaratan

ini tidak diindahkan maka menjadikan suatu Peraturan Perundang-

undangan itu batal demi hukum (van rechtswegenietig). Adanya

kesesuaian bentuk/jenis Peraturan Perundang-undangan dengan materi

muatan yang akan diatur. Ketidaksesuaian bentuk/jenis ini dapat

menjadi alasan untuk membatalkan Peraturan Perundang-undangan

yang dimaksud. Misalnya kalau di dalam UndangUndang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegasakan bahwa suatu

ketentuan akan dilaksanakan dengan Undang Undang, maka hanya

dalam bentuk Undang-Undang-lah itu harus diatur.

2. Adanya prosedur dan atata cara pembentukan yang telah ditentukan.

Pembentukan suatu Peraturan Perundang-undangan harus melalui

prosedur dan tata cara yang telah ditentukan. Misalnya suatu

Rancangan Undang Undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat

dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama, Peraturan Daerah

ditetapkan oleh Kepala Daerah setelah mendapat persetujuan bersama

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Dalam rangka pengundangannya

juga harus ditentukan tata caranya, misalnya Undang-Undang


diundangkan dalam Lembaran Negara, agar mempunyai kekuatan

mengikat.

3. Tidak boleh bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang

lebih tinggi tingkatannya. Sesuai dengan pandangan stufenbau theory,

Peraturan Perundangundangan mengandung norma-norma hukum

yang sifatnya hirarkhis. Artinya suatu Peraturan Perundang- undangan

yang lebih tinggi tingkatannya merupakan grundnorm (norma dasar)

bagi Peraturan Perundangundangan yang lebih rendah tingkatannya.

Oleh sebab itu Peraturan Perundangundangan yang lebih rendah

tingkatannya tidak boleh melanggar kaidah hukum yang terdapat di

dalam Perauran Perundang undangan yang lebih tinggi tingkatannya.

Selain landasan filosois, sosiologis dan yuridis masih terdapat landasan

lain, yaitu landasan teknik perancangan. Landasan yang terakhir ini

tidak boleh diabaikan dalam membuat Peraturan Perundang-undangan

yang baik karena berkaitan erat dengan hal-hal yang menyangkut

kejelasan perumusan, konsistensi dalam mempergunakan peristilahan

atau sistematika dan penggunaan bahasa yang jelas. Penggunaan

landasan ini diarahkan kepada kemampuan person atau lembaga dalam

merepresentasikan tuntutan dan dukungan ke dalam produk hukum

yang tertulis, yakni Peraturan Perundang-undangan.

Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto memperkenalkan enam asas

Undang Undang, yaitu:

a. Undang-Undang tidak berlaku surut


b. Undang-Undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi,

mempunyai kedudukan yang lebih tinggi pula.

c. Undang-Undang yang bersifat khusus menyampingkan Undang-

Undang yang bersifat umum (Lex specialis derogat lex generalis).

d. Undang-Undang yang berlaku belakangan membatalkan Undang-

Undang yang berlaku terdahulu (Lex posteriore derogat lex priori)

e. Undang-Undang tidak dapat diganggu gugat, dan

f. Undang-Undang sebagai sarana untuk semaksimal mungkin dapat

mencapai kesejahteraan spiritual dan materiil bagi masyarakat maupun

individu, melalui pembaharuan atau pelestarian (asas Welvaarstaat).

Menurut Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang pembentukan

peraturan perundang-undangan, dalam membentuk Peraturan Perundang-

undangan harus dilakukan berdasarkan pada asas Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan yang baik, yang meliputi :

a. kejelasan tujuan

b. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat

c. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan

d. dapat dilaksanakan

e. kedayagunaan dan kehasilgunaan

f. kejelasan rumusan dan

g. keterbukaan.

Sedangkan di dalam materi sebuah undang-undang menurut Pasal 6 (1)


undang-undang nomor 12 tahun 2011, materi muatan Peraturan

Perundang- undangan harus mencerminkan asas :

a. pengayoman;

b. kemanusiaan;

c. kebangsaan;

d. kekeluargaan;

e. kenusantaraan;

f. bhineka tunggal ika;

g. keadilan;

h. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;

i. ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau

j. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.

Menurut Paul Scholten, asas-asas hukum dan asas-asas pembentukan

peraturan perundang-undangan yang patut bukanlah sebuah aturan hukum

(rechtregel). Untuk dapat dikatakan sebagai aturan hukum, sebuah asas

hukum adalah terlalu umum sehingga ia atau sama sekali tidak atau terlalu

banyak bicara (of niet of veel to veel zeide). Dengan perkataan lain, asas

hukum bukanlah hukum, namun hukum tidak akan dapat dimengeti tanpa

asas-asas tersebut.

Menurut Sudikno merokusumo, asas hukum atau prinsip hukum bukanlah

peraturan hukum hukum konkret, melainkan merupakan pikiran dasar

yang umum sifatnya atau merupakan latar belakang dari peraturan konkret

yang terdapat dalam dan dibelakang setiap sistem hukum yang terjelma
dalam peraturan perundang-undangan dan putusan hakim yang merupakan

hukum positif dan dapat diketemukan dengan mencari sifat-sifat umum

dari peraturan yang konkret tersebut.

Anda mungkin juga menyukai