Anda di halaman 1dari 9

Tugas Hukum Tata Negara

Nama : kareta yasa julia dwiwani


Nim : 1213040057
Jurusan : perbandingan Madzhab dan Hukum
Semester IV
Dosen pengampu : Dr. Elan Jaelani, S.H.,M.H.

Hirarki Perundan-undangan di Indonesia

1. Pengertian hirarki perundang-undangan di Indonesia


Heirarki yang dimaksud adalah penjenjangan setiap jenis peraturan
perundang- undangan. Heirarki didasarkan pada asas bahwa peraturan perundang-
undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi1

2. Peraturan hirarki perundang-undangan di Indonesia.2


Mengenai tata urutan perundang-undangan hal tersebut diatur dalam UU
No.10 Tahun 2004 sekaligus mengkoreksi terhadap peraturan hirarki peraturan
perundang-undangan yang selama ini pernah berlaku yaitu: TAP MPR No. III
Tahun 2000. Untuk lebih rincinya Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan
tersebut sebagai berikut:

2.1. TAP MPR No. XX Tahun 1966


 UUD RI 1945
 TAP MPR
 UU/Perpu
 Peraturan Pemerintah
 Keputusan Presiden
 Peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya:Peraturan
Mentri dan intruksi Mentri

2 2. TAP MPR NO III Tahun 2000


 UUD RI 1945

1
Nasional Kompas.com
2
Jurnal Yusticial Fakultas Hukum UNIversitas Darul `Ulum Jombang
 TAP MPR RI
 UU
 Perpu
 Perturan Pemerintah
 Keputusan Presiden
 Peraturan Daerah

2.3. Undang-Undang No. 10 Tahun 2004


 UUD RI 1945
 UU/Perpu
 Peraturan Pemerintah
 Peraturan Presiden
 Peraturan Daerah seperti: perda provinsi dibuat DPRD
Provinsi dan Gubernur, kedua, Perda KAbupaten?Kota
dibuat DPRD Kabupaten/Kota bersama Bupati?Walikota.
Peraturan Desa/Peraturan yang setingkat dibuat oleh BPD
atau nama lainnya bersama kepala desa atau nama
lainnya.

2.4. Undang-Undang No.12 Tahun 2011


 UUD RI 1945
 TAP MPR
 UU/Perpu
 Peraturan Pemerintah
 Peraturan Presiden
 Peraturan Daerah

Dengan Undang-undang NO.12 Tahun 2011 ini,maka TAP MPR No. XX


Tahun 1966 dan TAP MPR No. III Tahun 2000 resmi dicabut dan tidak berlaku
lagi karena sesuai dengan prinsip demokrasi dan prinsip-prinsip yang lainnya:
Pertama . mengenai ketetapan MPR/MPRS tidak tepat dikatagorikan
seabagai peraturan perundang-undangan
Kedua.. mengenai Perpu bahwasannya kedudukan dibawah Undang-
undang menurut TAP MPR No.III Tahun 2000. Mengenai ini tidak tepat
bahwasannya menmpatakan hal tersebt sama dengan Undang-undang dan UU 10
Tahun 2004.
Ketiga. Keputusan Mentri yang diatur dalm TAP MPR No.XX Tahun
1966 Keputusan Mentri tersebut tidak mempunyai dasar yang yuridis.
Keempa. Kata “dan lain-lain” yang tersebut dalam TAP MPR No. XX
Tahun 1966 sempat membingungkan dan dapat menimbulkan bebagai macam
penafsiran.
Kelima. Mengenai “intruksi” yang dimasukkan dalam golongan peraturan
perundang-undangan adalah mengenai hal yang tidak tepat. Dan kelima,
menetapkan UUD 1945 sebagai peraturan perundang-undangan adalah suatu hal
yang tidak tepat, dikarenakan UUD 1945 merupakan norma dasar atau kaidah-
kaidah dasar bagi peraturan negara Indonesia dan merupakan landasan filosoi
yang ada dalam diri negara Indonesia, sedangkan yang dimaksud dengan
peraturan perundang-undangan ke bawah sampai denga Perda yang merupakan
peraturan- peraturan pelaksanaan.

3. Hierarki Peraturan Perundang-undangan sebagai sistem.


I. Undang-undang sebagai sistem.
Dalam sebuah teori peraturan perundang-undangan terdapat
beberapa asa dalam proses pemebentukan sebuah undang-undang
misalnya: asa lex specialis derogate legi generali, asa
lexsuperior derogate legi inferiori, yang pada dasarnya berarti
peraturan yang baru lebih dimenangkan dari pada aturan yang
lama.3

Sedangkan dalam ajaran tentang tata urutan perturan Perundang-


undangan tersebut mengandung beberapa prinsip sebag ai beriku:
Pertama: undang-undang yang lebih tinggi
kedudukannya dapat dijadikan landasan atau dasar hukum bagi
peraturan perundang-undangan yang lebih rendah atau berada
dibawahnya.
Kedua. perturan perundang-undangan tingkat lebih
rendah harus bersumber atau memiliki dasar hukum dari
peraturan perundang-undangan yang tingkat lebih tinggi.
Ketiga. isi atau muatan peraturan perundang-undangan
yang lebih rendah tidak boleh menyimpang atau bertentangan
dengan perturan perundang-undang yang lebih tinggi
tingkatannya.
Keempat. suatu aturan perundang-undang hanya dapat
dicabut, diganti atau diubah dengan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi atau paling tidak dengan yang
sederajat.
Kelima. Perarturan perundang-undangan yang sejenis
apabila mengatur mentri yang sama, peraturan yang terbaru harus
diberlakukan walaupun tidak dengan secara tegas dinyatakan
bahwa peraturan yang mengatur mentri yang lebih khusus harus
diutamakan dari peraturan perundang-undangan yang umum.

Konsekuensi penting dari prinsipprinsip di atas adalah


harus diadakannya mekanismeyang menjaga dan menjamin agar
3
Erna Tri rusmala. , Loc, cll
prinsip tersebut tidak disimpangkan atau dilanggar.
Mekanismenya yaitu ada system pengujian secara yudisial atas
setiap peraturan perundang-undangan, kebijakan, maupun
tindakan pemerintah lainnya terhadap peraturan
perundangundangan yang lebih tinggi tingkatannya atau tingkat
tertinggiyaitu UUD. Tanpa konsekuensi tersebut, tata urutan tidak
akan berarti. Hal ini dapatmenyebabkan peraturan perundang-
undangan yang tingkatnya lebih rendah dapat tetapberlaku
walaupun bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
tingkat lebih tinggi. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
menetapkan Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan
Republik Indonesia. Pada pasal 7, DPR dan pemerintah telah
menyetujui Rancangan Undang-Undang tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan menjadi UndangUndang (UU
No.
12 Tahun 2011). Undang-Undang ini menegaskan bahwa
Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum Negara.
UUD Negara Republik Indonesia Tahun1945 merupakan hukum
dasar dalam peraturan perundangundangan. Undang-undang ini
juga memerintahkan untuk menempatkan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia. Penempatan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dalam Lembaran Negara Republik Indonesia tidak
merupakan dasar pemberlakuannya. Disamping itu, diatur
mengenai jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan
(Pasal 7).

Sebelumnya hierarki peraturan perundangundangan dituangkan


dalam produk hukum Ketetapan MPR/MPRS sebagaimana telah
dibahas diatas. Adapun jenis dan hierarki peraturan perundang-
undangan yang diatur dalam Pasal 7 Undang-Undang tersebut
adalah sebagai berikut :4
HIERARKI PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN
MENURUT UU NO. 12 TAHUN 2011

a) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945


b) TAP MPR
c) Undang-Undang/ Peraturan Pemerintah Pengganti UU
d) Peraturan Pemerintah
e) Peraturan Presiden.

4
Yuticia Journal, p-ISSN 2442-3238 . Vol . 8 No. 1, 18 Agustus 2019 |
f) Peraturan Daerah 1. Perda Provinsi 2. Perda
Kabupaten/ Kota 3. Perdes/ Perturan yang Setingkat
Dalam BAB III, diatur mengenai materi muatan
peraturan perundang- undangan dariPasal 8 sampai
dengan Pasal
14. Menurut UU tersebut, materi muatan yang harus
diaturdengan undangundang berisi hal-hal berikut :
Pertama, Mengatur lebih lanjut ketentuan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang meliputi :Hak- hak
asasi manusia, Hak dan kewajiban warga Negara,
Pelaksanaan dan penegakkan kedaulatan Negara serta
pembagian kekuasaan Negara, Wilayah Negara dan
pembagian daerah,Kewarganegaraan dan kependudukan,
dan Keuangan Negara. Kedua, Diperintahkan oleh suatu
undangundang untuk diatur dengan undang-undang
Materi muatan Perpu sama dengan materi muatan
undang-undang. Adapun materi muatan peraturan
pemrintah berisi materi untuk menjalan kanundang-
undang sebagaimana mestinya. Materi muatan peraturan
Presiden berisi materi yang diperintahkan oleh undang-
undang atau materi untuk melaksanakan araturan
pemerintah. Materi mauatan peraturan daerah adalah
seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan
otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan
menampungkondisi khsuus daerah, serta penjabaran
labih lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi. Materi muatan peraturan desa / yang setingkat
adalah seluruh materi dalam rangka penyelenggaraan
urusan desa atau yang setingkat serta penjabaran lebih
lanjut peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi. Materi muatan mengenai ketentuan pidana
hanya dapat dimuat dalam undang- undang dan
KESUMPULAN peraturan daerah.

Pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa sebagai sebuah


sistem, hierarki perundang-undangan di Indonesia tidak bisa dipisahkan antara
satu peraturan dengan peraturan yang lain.
Hal ini dikarenakan dalam muatan peraturan yang lebih rendah tidak
boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi. Pancasila sebagai
landasan ideologi bangsa harus menjadi sumber dalam pembuatan peraturan
perundang- undangan.
Oleh karena itu sistem Peraturan Perundang -Undangan yang
dikembangkan di Indonesia harus merupakan penjabaran dan pengalaman dari
kelima sila dari Pancasila secarabulat dan utuh, dan diselenggarakan dalam
rangka pelaksanaan Sistem Perundang-Undangan Indonesia berdasarkan Undang-
Undang Dasar 1945.

Daftar Pustaka
azhary. (1992). negara hukum. jurnal fakultas hukum , 78.
azhary, thair. (1992). negara hukum. jakarta: bulan bintang.
kusnadi.k. (2019). moralitas undang-undang kajian filososis terhadap
undang-undang no 17 tahun 2004, 209-222.
kusumohamidjojo. (1999). ketertiban yang adil. jakarta: grasindo.
ridwan. (2009). hukum administrasi negara republik indonesia.
yogyakarta: UII Press.
Profil penulis

Penulis lahir di batu raja,07 juli 2003.

Riwayat pendidikan penulis di SD 1 Negeri desa Pedang,

SMP Al-Ikhlas Lubuklinggau, pendidikan terakhir di

MAS. Qodratullah Langkan Banyuasin.

Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di

U.I.N Sunan Gunung Djati Bandung program studi Perbandingan


Madzhab dan Hukum.

Email penulis: karetayasajuliadwiwani@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai