Anda di halaman 1dari 3

Tata urutan peraturan perundang-undangan dalam sistem hukum indonesia

Hans kelsen pencetus teori ttg hirearki norma hukum, yang mana noorma
itu berjenjang dan berlapis dan norma yg lbh rendah berlaku bersumber dan
berdasar pada norma yg lbh tinggi. Norma itu tdk dpt ditelusuri lbh lanjut dan
bersifat hipotesis dan fiktif yg dikenal dgn norma dasar/ grundnorm.
Norma dasar merupakan norma tertinggi dalam suatu sistem
norma,norma ini tdk dapat dibentuk oleh norma yg lbh tinggi lagi tp ditetapkan
terlebih dahulu oleh masy sbg norma dasar yg merupakan gantungan dari norma
yg berada dibawahnya.
Hukum adalah norma yg dinamik
Hubungan antara hukum bersifat superordinasi
Hans nawiasky menyebutkkan tentang algemene rechtehre yang
mengelompokkan norma hukum menjadi 4 kelompok:
1. Kel 1 disebut staattundamentalnorm/norma fundamental negara,
contoh pada psl 2 UU No.12/2011 UUP3,pancasila merupakan sumber
dari segala sumber hukum negara. Puncak tertinggi dari norma
fundamental adalah piramida hukum
2. Kel 2 : staatgrundgezet (aturan dasar/aturan pokok negara),di
Indonesia terdiri atas : batang tubuh UUD 1945,Tap MPR,hk.dasar tdk
tertulis/konversi ketatanegaraan
3. Kel 3 : formell Gazetz (UU Dasar),diindonesia contohnya : UU/ Perpu.
Lebih terperincinya yaitu dgn dibentuk oleh legislative (DPR dgn
persetujuan presiden dan disahkan presiden)
4. Kel 4 :verordnung & Autonome satzung(aturan pelaksana &aturan
otonomi) contohnya : PP,Perpres,Perda prov dan Perda kab/kota.
Kelompok ini berfungsi untuk menyelenggarakan ketentuan dalam UU,
peraturan pelaksana bersumber dari kewenangan
delegasisedangankan peraturan otonom bersumber dari kewenangan
atribusi
Atribusi kewenangan dalam pembentukan per-uu an
- Pemberian kewenanganmebentuk per-uuan diberikan oleh UUD atau
UU kpd suatu lembaga negara
- Kewenangan ini melekat secara terus menerus dan dpt
dilaksanakanatas prakarsa sendiri setiap waktudiperluhkan sesuai dgn
batas2 yg diberikan.
- Contoh termuat dalam UUD 1945 Pasal 22(1) yg menjelaskan ttg
pemberian wewenanng k[d presiden untuk membentuk peratura
pengganti UU jika dalam keadaan memaksa dan UU no.23 thn 2014
pasal 136 ttg Pemda
Delegasi kewenangan dlm pembentukan peraturan Per-uu
- Dilakukan oleh peraturan per-uu yg lbh tinggi ke per-uu yg lbh
rendah,baik yg dilimpahkan scr tegas ataupun tdk
- Bersifat sementara sepanjang pelimpahan masih ada
- Contohnya : pasal 5 UUD 1945 yg merumuskan ttg presiden
menerapkan peraturan pemerintah unt menjalankan UU sbgmana
semestinya dan pasal 146(1) UU no.23 thn 2014

Perbandingan jenis dan tata urutan Peraturan Per-uuan 1966-2011


TAP MPRS TAP MPR UU UU 12/2011
No.XX/MPRS/1966 N0.III/MPR/2000 no.10/2004
1. UUD 1945 1. UUD 1945 1. UUD 1. UUD 1945
2. Ketetapan 2. Ketetapan 1945 2. Ketetapan
MPR RI MPR RI 2. UU/ MPR RI
3. UU/ 3. UU Perpu 3. UU/
Peraturan 4. Perpu 3. PP Perpu
4. Perpu 5. PP 4. Perpres 4. PP
5. PP 6. Keppres 5. Perda 5. Perpres
6. Keppres 7. Perda
6. Perda
7. Peraturan2
Prov
Pelaksana
Lainnya 7. Perda
Contohnya kab/kota
: Peraturan
menteri,
instruksi
menteri
Tap MPR yang masih berlaku pasca diterbitkannya Tap MPR No.
I/MPR/2003 tersebut antara lain:
1. Tap MPRS Nomor XXIX/MPRS/1966 tentang Pengangkatan Pahlawan
Ampera;
2. Tap MPR Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang
Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
3. Tap Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah;
Pengaturan Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang
Berkeadilan; serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam
Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Tap MPR Nomor III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata
Urutan Peraturan Perundang-undangan.
5. Tap MPR Nomor V/MPR/2000 tentang Pemantapan Persatuan dan
Kesatuan Nasional.
6. Tap MPR Nomor VI/MPRI2000 tentang Pemisahan Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
7. Tap MPR Nomor VII/MPR/2000 tentang Peran Tentara Nasional
Indonesia dan Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia. 8.
8. Tap MPR Nomor VI/MPR/200I tentang Etika Kehidupan Berbangsa. 9.
9. Tap MPR Nomor VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan.
10. Tap MPR Nomor VIII/MPR/200I tentang Rekomendasi Arah Kebijakan
Pemberantasan Pencegahan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
11. Tap MPR Nomor IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan
Pengelolaan Sumber Daya Alam.

Tap MPR yang masih berlaku setelah UU No. 12 tahun 2011 antara lain:
a. Pasal 2 Tap MPR Nomor I/MPR/2003
1. Tap MPR Nomor XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran Partai
Komunis Indonesia, Pernyataan Sebagai Organisasi Terlarang di
Seluruh Wilayah Negara Republik Indonesia bagi Partai Komunis
Indonesia dan Larangan Setiap Kegiatan untuk Menyebarkan atau
Mengembangkan Faham atau Ajaran Komunis/Marxisme-
Leninisme.
2. Tap MPR Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam
Rangka Demokrasi Ekonomi.
b. Pasal 4 Tap MPR Nomor I/MPR/2003
1. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih
dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.
3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Nomor VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan.
4. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Nomor IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan
Sumber Daya Alam.

Anda mungkin juga menyukai