Anda di halaman 1dari 6

Nama : Amanda Odelia

NIM : 010001800050
Mata Kuliah : TPUU
Nama Dosen : Dr. Tri Sulistyowati, SH. Mhum.
1. Ilmu Perundang-undangan sangat penting dalam pembentukan Hukum Nasional.
Hukum Nasional Indonesia yang masih dalam proses pembentukan.
Pembentukan hukum nasional dapat diartikan dengan pembentukan hukum tidak
tertulis yang berwujud hukum kebiasaan dan hukum adat yang berlaku dalam
kehidupan masyarakat adat, dapat juga diartikan dengan pembentukan hukum
tertulis, yang dibentuk oleh lembaga yang bewenang. Pembentukan hukum yang
berwujud tertulis yaitu peraturan perundang-undangan yang bersifat legislatif
maupun administratif. Maka ilmu perundang-undangan semakin diperlukan
sebagai dasar dalam membentuk hukum nasional, oleh karena hukum nasional
yang dicita-citakan akan terdiri dari hukum tertulis dan hukum tidak tertulis. Selain
itu pembentukan hukum tertulis itu dirasakan sangat perlu bagi pengembangang
masyarakat dan negara Indonesia.
2. Jawaban:
a. Persamaan dan perbedaan antara norma hukum dan norma-norma lainnya
1. Persamaan:
Norma hukum dengan norma-norma lainnya adalah bahwa norma-
norma itu merupakan pedoman bagaimana seseorang harus
bertindak/bertingkah laku, dan selain itu norma-norma itu berlaku,
bersumber dan berdasar pada suatu norma yang lebih tinggi, norma
yang lebih tinggi ini berlaku, bersumber dan berdasar dan pada
norma yang lebih tinggi, sampai seterusnya sampai pada suatu
norma dasar yang disebut Grundnorm.
2. Perbedaan:
 Suatu norma hukum bersifat heteronom, artinya norma
hukum datangnya dari luar diri seorang. Sedangkan, norma-
norma lainnya bersifat otonom, artinya norma itu datang dari
dalam diri seseorang.
 Suatu norma hukum itu dapat dilekati dengan sanksi pidana
maupun sanksi pemaksa secara fisik, sedangkan norma
lainnya tidak dapat dilekati oleh sanksi pidana maupun sanksi
pemaksaan secara fisik.
 Dalam norma hukum sanksi dilaksanakan oleh negara,
sedangkan norma-norma lainnya sanksi itu datangnya dari
diri sendiri misalnya adanya perasaan bersalah.
Sumber:
https://mengenaihukum.blogspot.com/2009/06/persamaan-
dan-perbedaan-antara-norma.html
b. Karakteristik norma dari suatu Peraturan/Regeling adalah selalu berlaku
secara terus-menerus, bersifat umum dan abstrak. Contohnya adalah UU
No.9 Tahun 1998 Contoh peraturan perundang-undangan Indonesia yang
kedua adalah Undang-undang No.9 Tahun 1998 tentang kebebasan
mengemukakan pendapat di muka umum. Dimana Undang-undang ini
merupakan norma dari suatu peraturan yang berlaku secara terus menerus.

Karakteristik norma dari suatu Penetapan/Beschiking adalah norma hukum


yang berlakunya hanya satu kali saja dan setelah itu selesai. Contohnya
adalah keputusan mengenai penetapan seseorang dikeluarkan dari tempat
kampus.
3. Jawaban:
a. Teori jenjang norma menurut Hans Kelsen adalah bahwa norma-norma
hukum itu berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis dalam suatu hierarki ,dalam
arti suatu norma yang lebih rendah berlaku, bersumber dan berdasar pada
norma yang lebih tinggi, norma yang lebih tinggi berlaku, bersumber dan
berdasar pada norma yang lebih tinggi lagi, seterusnya sampai pada suatu
norma yang tidak dapat ditelusuri lebih lanjut dan bersifat hipotesis dan fiktif
yaitu Norma Dasar (Grundnorm).
Teori Hierarki Norma Hukum Negara menurut Hans Nawiasky
mengemukakan bahwa sesuai dengan teori Hans Kelsen, maka suatu
norma hukum dari negara maupun selalu berlapis-lapis dan berjenjang-
jenjang. Hans Nawiasky berpendapat bahwa selain norma itu berlapis-lapis
dan berjenjang-berjenjang, norma hukum dari suatu negara itu juga
berkelompok-kelompok, dan pengelompokan norma hukum dalam suatu
negara itu terdiri atas empat kelompok besar yaitu :
1. Kelompok I : Norma dasar fundamental negara
2. Kelompok II : Aturan dasar Negara/Aturan Pokok Negara
3. Kelompok III : Undang-undang formal
4. Kelompok IV : Aturan pelaksana dan aturan otonom.
b. Menurut saya kedua teori tersebut dapat di terapkan dalam hierarki
peraturan perudang-undangan yang diatur dalam UU No. 12 Tahun 2011.
Dilihat bahwa dalam sistem norma hukum Negara Indonesia, norma-norma
hukum yang berlaku berada dalam suatu sistem yang berlapis-lapis dan
berjenjang jenjang sekaligus berkelompok-kelompok. Dalam norma hukum
Indonsia, Pancasila merupakan Norma Fundamental negara kemudia
diikuti oleh batang tubuh UUD 1945, Ketetapan MPR sebagai Aturan Dasar
Negara, Undang Undang Formal, serta peraturan pelaksanaan dan aturan
otonom yang dimulai dari Peraturan pemerintah, Keputusan
Presiden,keputusan menteri dan peraturan pelaksanaan serta peraturan
otonom lainnya.
4. Jawaban:
a. Fungsi praturan perundang-undangan:
1. Fungsi undang-undang dan peraturan pemerintah pengganti
undang undang (perpu)
1. Menyelenggarakan perngaturan lebih lanjut dalam Undang-
Undang Dasar 1945 yang tegas-tegas menyebutnya.
Contohnya dapat dilihat dari pasal 2 (1), pasal 6(1), pasal 11
(3) dan lain-lain.
2. Pengaturan lebih lanjut secara umum aturan dasar lainnya
dalam Batang Tubuh UUD 1945 yang dirumuskan dalam
Penjelasan Umum UUD 1945 alinea ke IV
3. Pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Ketetapan MPR
yang tegas-tegas menyebutnya. Fungsi undang-undang
dalam hal ini adalah sesuai dengan pasal 3 ayat (3) Ketetapan
MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata
Urutan Peraturan Perundang-undangan.
4. Pengaturan di bidang materi konstitusi seperti, organisasi,
tugas dan susunan lembaga (tinggi) negara. Dan tata
hubungan antara negara dan warga negara dan antara warga
negara/penduduk timbal balik.
2. Fungsi peraturan pemerintah:
1. Pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam undang-undang
yang tegas-tegas menyebutnya. Sesuai dalam pasal 5 ayat
(2) UUD 1945 yang menentukan presiden menetapkan
peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang.
2. Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan lain
dalam undang-undang yang mengatur meskipun tidak tegas
menyebutnya,
3. Fungsi Peraturan Presiden:
1. Menyelenggarakan pengaturan secara umum dalam rangka
penyelenggaraan kekusaan pemerintahan. Fungsi ini
merupakan suatu kewenangan atribusi dari Undang-Undang
Dasar 1945 kepada Presiden.
2. Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam
peraturan pemerintah yang tegas-tegas menyebutnya.
Contoh dalam pasal 4 ayat (3) Peraturan pemerintah No. 45
th 1998 tentang perubahan atas peraturan pemerintah nomor
20 tahun 1997 tentang retribusi daerah.
3. Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan lain
dalam peraturan pemerintah, meskipun tidak tegas-tegas
menyebutnya.
4. Fungsi peraturan menteri:
1. Menyelenggarakan pengaturan secara umum dalam rangka
penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan di bidangnya
fungsi ini berdasarkan pasal 17 ayat (1) UUD 1945.
2. Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam
peraturan presiden.
3. Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam
undang-undang yang tegas-tegas menyebutnya. Contoh
berdasarkan Undang-Undang No. 12 tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia.
4. Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam
peraturan pemerintah yang tegas-tegas menyebutnya.
5. Fungsi peraturan daerah:
Dirumuskan dalam pasal 136 Undang-Undang no. 32 th. 2004
tentang pemerintah daerah sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan pengaturan dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan.
2. Menyelenggarakan pengaturan sebagai penjabaran lebih
lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
dengan memperhatikan ciri khas masing-masing daerah.
3. Menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang tidak
bertentangan dengan kepentingan umum.
4. Menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi.
6. Fungsi peraturan kepala daerah:
Pasal 146 Undang-Undang no 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah. Sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan pengaturan dalam rangka pelaksanaan
peraturan daerah yang bersangkutan.
2. Menyelenggarakan pengaturan atas kuasa peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi.
3. Tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum.
4. Tidak boleh bertentangan dengan peraturan daerah.
5. Tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi
b. Fungsi lembaga negara/lembaga pemerintah adalah sesuai bidang
tugasnya masing-masing yakni DPR sebagai lembaga pembentuk undang-
undang dan presiden sebagai lembaga pelaksana undang-undang.
5. Menurut saya kedudukan TAP MPR dalam hierarki perundang-undangan
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (TAP MPR) Ketetapan MPR adalah
putusan MPR yang ditetapkan dalam sidang MPR meliputi Ketetapan MPR
Sementara dan Ketetapan MPR yang masih berlaku. Sebagaimana dalam Pasal
2 dan Pasal 4 Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 tentang Peninjauan
Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan MPR Sementara dan MPR 1960
sampai 2002 pada 7 Agustus 2003. Berdasarkan sifatnya, putusan MPR sendiri
terdiri dari dua macam yaitu Ketetapan dan Keputusan. Ketetapan MPR adalah
putusan MPR yang mengikat baik ke dalam atau keluar majelis, sedangkan
keputusan adalah putusan MPR yang mengikat ke dalam majelis saja.
6. Jawaban:
a. Atribusi:
1. Pasal 20 ayat (1) UUD 1945: Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai
kekuasaan membentuk undang-undang.
2. Pasal 136 Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah
(1) Peraturan Daerah ditetapkan oleh Kepala
Daerah setelah mendapat persetujuan
bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
(2) Peraturan Daerah dibentuk dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota dan tugas
pembantuan.
(3) Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan penjabaran lebih
lanjut peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas
masing-masing daerah Memberikan
kewenangan kepada pemerintah daerah
untuk membentuk peraturan daerah dengan
sanksi pidana.
b. Delegasi:
1. Pasal 146 Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
(1) Untuk melaksanakan Perda dan atas kuasa
peraturan perundang-undangan, kepala
daerah menetapkan peraturan kepala daerah
dan atau keputusan kepala daerah.
2. Pasal 5 ayat (2) UUD 1945 bahwa presiden menetapkan
peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang
sebagaimana mestinya.
7. Jawaban:
a. Materi muatan UU:
• Pengaturan lebih lanjut ketentuan
UUD
• Perintah UU
• Pengesahan perjanjian Internasional
• Tindak lanjut putusan MK
• Pemenuhan kebutuhan hukum dalam
masyarakat

Materi muatan PP:


• Menjalankan UU

Materi muatan PERPRES:


• Materi yang diperintahkan UU
• Melaksanakan PP
• Melaksanakan penyelenggaraan
kekuasaan pemerintahan

Materi muatan PERDA:


• Menampung kondisi khusu daerah
• Materi muatan dalam rangka
menyelenggarakan otonomi daerah
dan tugas pembantuan
• Penjabaran lebih lanjut peraturan
perundang-undangan yang lebih
tinggi
b. Undang-undang: UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
PP: PP No. 35 Tahun 2021 tentang Peranjian Kerja Waktu Tertentu.
PERPRES: PERPRES No.9 Tahun 2021 tentang Badan Percepatan
Penyelenggaraan Perumahan
PERDA: PERDA PROVINSI Jawa Barat No. 2 tahun 2006 tentang
Pengelolaa Kawasan Lindung.

Anda mungkin juga menyukai