DOVANA GIFANTI
010001700127
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2021
1
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Wasman & Wardah Nuroniyah Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Perbandingan Fiqih
dan Hukum Positif, (Yogyakarta: Teras, 2011), h.29.
2
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Pasal 1
3
Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 2.
3
4
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan Pasal 7 Ayat 1
5
Undang-Undang tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak
6
Gatot Supramono, 1998, Segi-Segi Hukum Hubungan Luar Nikah, Jakarta: Djambatan, h. 17
4
7
Ramadhita, Diskresi Hakim: Pola Penyelesaian Kasus Dispensasi Perkawinan. Artikel
dalam “de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum”, Volumen 6 Nomor 1 Tahun 2014, h. 59
8
Dwi Idayanti, Pemberian Dispensasi Menikah Oleh Pengadilan Agama (Studi Kasus di
Pengadilan Agama KotaAmbogu), Artikel dalam “Jurnal Lex Privatum”, Vol. 11 No. 2 Tahun
2014, h. 7
5
undang tetap memberi jalan keluar. Pasal 7 ayat (2) menegaskan:9 “Dalam hal
penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta dispensasi kepada
pengadilan atau pejabat lain yang ditunjukan oleh kedua orang tua pihak pria
maupun pihak wanita”.10
Adanya pengaturan ini secara tidak langsung dapat memberikan kesempatan
kepada masyarakat untuk dapat melangsungkan perkawinan di bawah umur.
Alasan dari permasalahan ini terjadi karena berbagai latar belakang yang
menyebabkan perkawinan tersebut dilakukan. Sebagian orang memang ingin
malakukan perkawinan di usia muda, dan sebagian lagi memang harus melakukan
perkawinan tersebut sebelum seseorang mencapai usia yang sesuai sebagaimana
telah ditetapkan oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan.
Menimbang bahwa jika perkawinan tersebut tidak dilakukan maka akan
berdampak negatif atau merugikan bagi kedua belah pihak atau pihak terkait
lainnya dalam menjaga nama baik. Memang terdapat berbagai alasan perkawinan
tersebut harus segera dilakukan, seperti calon pengantin yang telah hamil dulu,
atau pria dan wanita sudah sering bersama-sama (berpacaran). Oleh sebab itu,
apabila perkawinan tidak segera dilangsungkan maka kedua belah pihak tidak bisa
memperoleh keturunan dari perkawinan tersebut, sehingga dalam pelaksanaan
tersebut perlu mendapatkan dukungan atau dispensasi dari berbagai pihak
termasuk pengadilan agama.
Dispensasi nikah merupakan salah satu kewenangan absolut yang diberikan
oleh undang-undang kepada Pengadilan Agama untuk memeriksa, memutus dan
menyelesaikan perkara permohonan izin menikah bagi orang-orang yang memiliki
halangan menikah. Kewenangan ini tercantum pada Pasal 49 Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama menyatakan bahwa: “Pengadilan
Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara
di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang: a)
9
Ahmad Rofiq, 2013, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
h. 60.
10
Ibid., h. 4
6
11
Ibid.
7
12
Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman Nomor 48 Tahun 2009
8
undangan yang berlaku telah terpenuhi yaitu antara Rita Rahim dan Zakaria
Amana tidak terdapat larangan menikah disebabkan hubungan nasab, semenda
atau sesusuan, serta tidak sedang terikat status pernikahan dengan orang lain dan
Rita Rahim untuk mau menikah dengan Zakaria Amana bukan karena paksaan
orang tua atau pihak manapun, tetapi murni atas keinginannya sendiri, kecuali
tidak terpenuhinya syarat usia bagi anak Pemohon belum mencapai umur 19
tahun, yang diatur dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019
tentang Perubahan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yaitu perkawinan
hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai umur 19 (sembilan belas)
tahun, namun pernikahan tersebut sangat mendesak untuk tetap dilangsungkan,
serta alasan Pemohon bermaksud segera menikahkan anaknya dengan calon
suaminya dikarenakan keduanya telah menjalin hubungan sejak bulan Desember
tahun 2018 sampai sekarang, dimana anak Pemohon dengan calon suaminya
tersebut telah melakukan hubungan badan yang mengakibatkan anak Pemohon
telah hamil 4 Bulan. Untuk kepentingan proses pernikahan, Pemohon dan
keluarga calon suami anak telah mengurus administrasi dan pendaftaran rencana
pernikahan anak Pemohon dengan calon suaminya ke instansi terkait, akan tetapi
pihak Kantor Urusan Agama Kecamatan Matuari Kota Bitung belum dapat
menyelenggarakan pencatatan pernikahan keduanya dengan alasan anak Pemohon
belum mencapai batas minimal usia perkawinan seorang perempuan yakni 19
tahundan disarankan untuk mengajukan dispensasi kawin ke Pengadilan. Dengan
demikian tanpa menunggu sampai umur diperbolehkannya menikah, Rahman
Rahim sebagai orang tua Rita Rahim, langsung mengajukan permohonan
Penetapan Dispensasi Kawin ke Pengadilan Agama Bitung agar dapat
dilaksakannya perkawinan tersebut.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik mengkaji
lebih lanjut mengenai :“ Analisis Yuridis Terhadap Dispensasi Perkawinan
Anak Di bawah Umur Berdasarkan Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan
Undang–Undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. (Studi Kasus
Putusan Pengadilan PA BITUNG Nomor 38/Pdt.P/2020/PA.Bitg)”.
9
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas maka dapat dirumuskan
permaslahan sebagai berikut: