2/April/2018
102
Lex Privatum Vol. VI/No. 2/April/2018
timbul seperti hak waris, hak untuk adanya larangan perkawinan sedarah di
memperoleh akta kelahiran.pencatatan ini indonesia yang tertera di Pasal 8 Undang-
harus memenuhi syarat dan prosedur dalam Undang Perkawinan.
Undang-Undang Perkawinan. Apabila perkawinan diatas dilakukan, maka
Masalah yang lebih penting di cermati dari perkawinan itu menjadi batal (dianggap tidak
kasus perkawinan sedara ini ialah akibat dari perna ada). Keseriusan pemerintah dan
perkawinan sedarah ini terhadap anak hasil berbagai para pakar agama membuat
perkawinan sedarah dan bagaimana peraturan diatas disebabkan karena
perkawinan tersebut dalam hukum perkawinan perkawinan sedarah ini memiliki banyak
di indonesia. dampak yang merugikan dari pada
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menguntungkan.
sangat tertarik untuk meneliti penerapan Perkawinan sedarah ini di pertegas kembali
undang-undang tersebut karena adanya dalam Pasal 8 Undang-Undang Perkawinan
kesenjangan antara das sollen dandas sein seperti yang sudah di jelaskan di penjelasan di
tersebut dan di tuangkan dalam bentuk Skripsi atas. Dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang
yang berjudul: “TINJAUAN YURIDIS TENTANG Perkawinan Pasal 22 Menyebutkan dengan
PERKAWINAN SEDARAH MENURUT UU NOMOR tegas bahwa :
1 TAHUN 1974”. “Perkawinan dapat dibatalkan, apabila para
pihak tidak memenuhi syarat-syarat untuk
B. RUMUSAN MASALAH melangsungkan perkawinan”
1. Bagaimana Perkawinan Sedarah dilihat Pejabat yang di tunjuk berkewajiban
dari UU No. 1 Tahun 1974? mencegah berlangsungnya perkawinan-
2. Apa akibat dari perkawinan sedarah perkawinan diatas dan pegawai pencatat
Terhadap Anak ? perkawinan tidak diperbolehkan
melangsungkan atau membantu
C. METODE PENELITIAN melangsungkan perkawinan bila ia mengetahui
Berdasarkan permasalahan yang di teliti adanya pelanggaran dari Pasal 8 Undang-
oleh penulis, maka penulis menggunakan Undang Perkawinan.
metode penelitian penelitian normatif. metode Dengan demikian larangan perkawinan
penelitian hukum normatif atau metode menurut Pasal 8 Undang-Undang No. 1 Tahun
penelitian hukum kepustakaan adalah metode 1974 menyangkut beberapa larangan, yaitu
atau cara yang dipergunakan di dalam larangan terhadap yang ada hubungan darah,
penelitian hukum yang di lakukan dengan cara yang ada hubungan semenda, yang ada
meneliti bahan pustaka yang ada4. hubungan susuan, yang ada hubungan dengan
larangan agama, dan tidak disebutkan adanya
PEMBAHASAN larangan menurut hukum adat kekerabatan. Hal
A. Perkawinan Sedarah di lihat dari UU No. 1 ini nampaknya terserah kepada masyarakat
Tahun 1974 adat bersangkutan untuk mempertahankannya,
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menurut struktur masyarakatnya masing-
(KBBI), pengertian incest adalah hubungan masing, dan barangkali pembentuk undang-
seksual atau perkawinan antara dua orang yang undang menganggap soal larangan perkawinan
bersaudara dekat yang dianggap melanggar menurut adat itu akan hilang dengan
adat, hukum dan agama. sendirinya.
Perkawinan sedarah sangat ditentang dan Maka perkawinan yang dilarang adalah
dilarang oleh agama maupun hukum positif perkawinan dilarang antara mereka yang satu
yang ada di indonesia. Sudah banyak peraturan- sama dengan yang lain bertalian keluarga
peraturan yang melarang terjadinya dalam garis ke atas maupun garis ke bawah,
perkawinan sedarah. Bahkan, UU No. 1 Tahun baik karena kelahiran yang sah maupun tidak
1974 Tentang Perkawinan telah mempertegas sah, atau karena perkawinan; dan dalam garis
menyimpang, antara saudara laki-laki dan
4
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian saudara perempuan, sah atau tidak sah.
Hukum Normatif, PT raja grafinda persada, Jakarta,
2009, hlm. 13.
103
Lex Privatum Vol. VI/No. 2/April/2018
104
Lex Privatum Vol. VI/No. 2/April/2018
bagi anak-anak yang lahir dari pernikahan hukum antara anak dan kedua orang tuanya,
tersebut. sehingga hak dan kewajiban orang tua terhadap
Dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1974 anaknya tidak putusan.
Pasal 28 ayat 2 dinyatakan bahwa, “keputusan Pembatalan Perkawinan karena hubungan
tidak berlaku surut terhadap: darah seperti yang terjadi dalam kasus tersebut
a. Anak-anak yang dilahirkan dari akan menimbulkan akibat bagi suami istri dan
perkawinan tersebut; anak yang lahirkan. Kedudukan anak yang
b. Suami atau istri yang bertindak dengan dilahirkan dalam perkawinan hubungan
iktikad baik, kecuali terhadap harta sedarah ini tidak dapat dipandang sama dalam
bersama, bila pembatalan perkawinan setiap kasus, untuk menuntukan kedudukan
didasarkan atas adanya perkawinan lain anak tersebut harus dilihat latar belakang sebab
yang lebih dahulu; terjadinya perkawinan sedarah tersebut,
c. Orang-orang ketiga lainnya tidak contohnya jika terjadi perkawinan sedarah
termasuk dalam a dan b sepanjang dimana pihak suami maupun istri sama sekali
mereka memperoleh hak-hak dengan tidak mengetahui bahwa mereka adalah
iktikad baik sebelum keputusan tentang mempunyai kekerabatan yang dilarang
pembatalan mempunyai kekuatan melakukan perkawinan. Maka jika keduanya
hukum tetap”. sama-sama tidak mengetahui hubungan
Akibat dari batalnya pernikahan tidak sedarah mereka, maka hukum yang berlaku
berlaku bagi anak-anak yang lahir dari bagi mereka adalah hilangan beban hukum atau
pernikahan tersebut. Jadi, status anak akibat tiga kelompok orang yaitu orang yang khilaf,
pembatalan pernikahan adalah anak sah. Ketika orang yang lupa dan orang yang dipaksa.
anak tersebut dianggap sebagai anak sah, maka Selamanya keduanya tidak mengetahui sama
ia akan mendapatkan hubungan keperdataan sekali adanya cacat nikah dari aspek larangan
baik dengann pihak ibu maupun pihak ayah. perkawinan, maka selama mereka tidak
Dalam Pasal 42 UU Perkawinan mengetahui cacat tersebut, hubungan suami
menentukan bahwa “Anak sah adalah anak istri yang telah berjalan selama ini adalah sah
yang di lahirkan dalam atau akibat Perkawinan sebagaimana perkawinan yang legal dan tidak
yang sah”. Pertimbangan Hakim dalam Putusan dianggap sebagai perbuatan zina. Dengan
Pengadilan Agama Sidoarjo Nomor : demikian, maka masalah nasib anak yang
978/Pdt.G/2011/PA.Sda tentang pembatalan dilahirkan dari perkawinan hubungan sedarah
Perkawinan karena Hubungan Darah antara tersebut mempunyai hak saling mewaris
Termohon I dan Termohon II, Pasal 8 huruf (b) dengan ibu dan ayahnya tersebut.
jo Pasal 22 Undang-Undang Perkawinan, Pasal Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat
39 bahwa Perkawinan antara saudara seibu dilihat dengan adanya pembatalan perkawinan
adalah Perkawinan yang dilarang. antara Termohon I dan Termohon II
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 28 ayat menyebutkan hubungan perkawinan diantara
(2) huruf a Undang-Undang Perkawinan. mereka dianggap tidak pernah ada, tetapi tidak
Dengan adanya Putusan Pengadilan Agama demikian dengan status dari anak yang
Sidoarjo Nomor 978//Pdt.G/ 2011/PA.Sda anak dilahirkan tersebut. Anak yang dilahirkan akibat
yang dilahirkan akibat pembatalan perkawinan pembatalan perkawinan tersebut tetap
tersebut tetap mempunyai hubugan hukum mempunyai hubungan hukum dengan kedua
dengan kedua orang tuanya, walaupun kedua orang tuanya, walaupun kedua orang tuanya
orang tuanya tidak mempunyai hubungan tidak mempunyai hubungan suami istri lagi,
sebagai suami istri lagi, sehingga kedudukan sehingga keberadaan anak tersebut tetap
anak tersebbut adalah sah dan tetap dengan sah. Hal tersebut sesuai dengan
mempunyai hubungan nasab kepada ibu dan ketentuan dalam Pasal 28 ayat 2 huruf a
ayahnya dan juga berhak saling mewarisi Undang-Undang Perkawinan maka pembatalan
sebagai anak yang sah serta ayahnya berhak perkawinan tidak berlaku surut terhadap anak-
menjadi wali apabila anak tersebut akan anak yang dilahirkan dalam perkawinan
menikah. Batalnya perkawinan kedua orang tua tersebut.
dari anak tersebut tidak menentukan hubungan
105
Lex Privatum Vol. VI/No. 2/April/2018
Mengenai status anak dari Termohon I dan maupun perempuan mempunyai hukum
Termohon II tersebut sudah jelas bahwa anak tersendiri, apakah mereka belum pernah kawin
dilahirkan dari perkawinan yang dibatalkan atau sudah kawin, sebab jatuhnya hukuman itu
karena hubungan darah tersebut adalah anak dikarenakan melanggar kesopanan dan
sah. Menurut Bpk. Suryadi, S.Ag, M.H., Hakim merampas hak orang lain yang sah menurut
Pengadilan Agama Depok mengenai kedudukan hukum alamia dan menurut adat istiadat yang
anak tersebut disebutkan atau tidak disebutkan berlaku.
kedudukan anak tersebut disebutkan atau tidak Pasal 42 UU No. 1 Tahun 1974 menyatakan
di dalam Putusan Pengadilan maka tidak akan bahwa anak sah adalah anak yang dilahirkan
menjadi masalah, karena baik disebutkan atau dalam pernikahan yang sah, ia mempunyai
tidak disebutkan kedudukan anak tersebut status sebagai anak kandung dengan hak-hak
tetap dianggap sah dimata hukum yang keperdataan yang melekat padanya, ia juga
berlaku. berhak untuk memakai nama ayah dibelakang
Bagi pihak yang mengetahui adanya namanya.
pelanggaran terhadap ketentuan perkawinan Tentang status hak waris anak dari
tersebut wajib memberi tahu kepada keluarga pernikahan sedarah, bahwa itu adalah sama
serta instansi yang berwenang, dalam hal ini dengan status hak waris anak secara umum. Hal
pengadilan Agama untuk selanjutnya diproses ini berdasar pada acuan diangkatnya hukum
sesuai aturan yang ada sehingga didapat posisi dari seseorang yang karena ketidaktahuannya
hukum yang sah. Adapun pihak-pihak yang ia melakukan kesalahan. Pada saad akad
dapat mengajukan pembatalan perkawinan pasangan suami isteri tidak mempunyai
menurut Pasal 23 UU No. 1 Tahun 1974. pengetahuan tentang ikatan keluarga diantara
a. Para keluarga dalam garis keturunan ke mereka (hubungan Sedarah) sehingga
atas dan ke bawah dari suami atau isteri. pernikahan tetap berjalan dan sah, anak yang
b. Suami atau isteri dilahirkan juga mempunyai status anak yang
c. Pejabat yang berwenang mengawasi jelas yaitu anak yang mempunyai ikatan dan
pelaksanaan pernikahan menurut Undang- waris dengan kedua orangtuanya.6
Undang Untuk itu apabila perkawinan yang telah
d. Para pihak yang berkepentingan dilaksanakan oleh seorang laki-laki dan seorang
mengetahui adanya cacat Hukum dalam perempuan yang tidak sah karena kekhilafan
rukun dan syarat pernikahan. dan ketidaktahuan ataupun tidak sengaja, maka
Terhadap hubungan suami isteri yang lalu setelah pernikahan tersebut harus segara
adalah sah dan tidak dianggap sebagai dibatalkan. Batalnya pernikahan orang tua tidak
perbuatan zina, karena belum diketahui adanya menjadi sebab berubahnya status anak hak
cacat nikah dari aspek larangan pernikahan. waris anak. Tetapi jika telah diketahui adanya
larangan pernikahan sedang pasangan suami
B. Akibat Perkawinan Sedarah Terhadap Anak isteri tetap melakukan hubungan isteri, maka
Anak dalam pernikahan sedarah merupakan hubungan tersebut termasuk perbuatan ziina,
anak yang lahir dari suatu perkawinan yang dan status anak yang dilahirkan adalah anak
mana di dalamnya terdapat suatu pertalian yang tidak sah yang hanya mempunyai nasab
keluarga antara mereka baik terdapat dan waris dengan ibunya saja.7
perempuan yang ada hubungan darah dalam Bahaya yang bisa timbul dari perkawinan
garis keturunan ke atas, perempuan yang sedarah adalah sulit untuk mencegah terjadinya
mempunyai hubungan darah dalam garis lurus penyakit yang terkait dengan gen buruk
ke bawah. Anak yang terlahir dari perkawinan orangtua pada anak-anaknya kelak. Singkatnya,
sedarah mempunyai beban psikologis yang seorang keturunan dari perkawinan sedarah
sangat berat karena adanya sanksi-sanksi dari
masyarakat. 6
Ali Mustafa, 2010, Status hak waris anak dari
Anak yang lahir di luar nikah dalam pernikahan sedarah perspektif fiqh kontermporer,
masyarkat di sebut atau di kenal dengan istilah, Skripsi, Malang, 11/02/2017, 08:35
7
anak jada, ataupun anak zina dan lain IIN Wahyuni, 2017, tentang Status hak waris anak
sebagainya. Para pelaku zina baik laki-laki dari pernikahan sedarah, Skripsi, Makasar,
11/02/2018,08:40.
106
Lex Privatum Vol. VI/No. 2/April/2018
akan memiliki keragaman genetik yang sangat keseragaman dalam berbagai peraturan
minim dalam DNA-nya karena DNA turunan dari perundang-undangan. Dalam Kitab Undang-
ayah dan ibunya adalah mirip. Undang Hukum Perdata anak belum dewasa
Perkawinan sedarah begitu sangat di adalah mereka yang belum mencapai umur
tentang baik oleh pemerintah, masyarakat genap 21 tahun dan tidak lebih dahulu kawin.
bahkan para pakar hukum, sebab perkawinan UU No. 1 Tahun 1974 tidak lugas mengatur
sedarah memiliki beberapa akibat yang buruk mengenai kapan seorang digolongkan sebagai
bagi kelangsungan perkawinan tersebut anak, secara tersirat dalam Pasal 6 ayat 2 yang
kedepannya. Pernikahan yang dilakukan antara menyatakan bahwa syarat perkawinan bagi
dua orang yang masih memliki hubungan seorang yang belum berumur 21 tahun harus
kekerabatan yang dekat memang memiliki mendapat ijin orang tuanya, Pasal 7 ayat 1 UU
resiko 1.7-2.8% untuk memiliki keturunan yang No. 1 Tahun 1974 menyatakan bahwa minimal
mengalami penyakit genetik langka.8 usia anak dapat kawin pria 19 tahun dan wanita
Efek lain dari perkawinan sedarah termasuk 16 tahun. Di sisi lain, Pasal 47 ayat 1 UU No. 1
peningkatan infertilitas (pada orangtua dan Tahun 1974 menyatakan bahwa anak yang
keturunannya), cacat lahir seperti asimetri belum mencapai 18 tahun atau belum
wajah, bibir sumbing atau kekerdilan tubuh melakukan pernikahan ada di bawah kekuasaan
saat dewasa, ganguan jantung, beberapa tipe orang tuanya, dalam Inpres RI No. 1 tahun 1991
kanker, berat badan lahir rendah, tingkat tentang kompilasi hukum islam batas usia
pertumbuhan lambat dan kematian neomatal9. dewasa diatur dalam Pasal 98 ayat 1 dinyatakan
Di ketahui bahwa adanya peningkatan resiko bahwa dewasa adalah 21 tahun sepanjangan
tambahan kematian sekitar 1,2% dibandingkan anak tersebut tidak cacat fisik maupun mental
pernikahan bukan saudara dekat. Sementara itu ataupun belum perna melakukan perkawinan.
untuk cacat lahir terdapat peningkatan risiko Sebuah Pernikahan yang sah tentunya akan
4% ada pernikahan yang orang tuanya memiliki menghasilkan anak yang sah, jika dihubungkan
kekerabatan dekat. Kondisi genetik yang lebih dengan status anak yang dilahirkan atas
umum terjadi pada pernikahan kerabat adalah pernikahan yang dilarang untuk selamanya,
gangguan resesif langka yang bisa menurut Majelis Hakim yang menangani
menyebabkan berbagai macam masalah, putusan nomor 173/Pdt.G/2009/PA.Dpk
seperti kebutaan, ketulian, penyakit kulit dan berpendat:
kondisi neurodegeneratif10. Ketika disuguhkan sebuah pertanyaan atas
Anak banyak mengandung banyak arti kasus putusan tersebut di atas, terlebih dahulu
apalagi bila kata anak diikuti dengan kata lain ketua Majelis Bapak Drs. Azid Izudin, M.H.
misalnya anat turunan, anak kecil, anak sungai, menceritakan secara detail perihal kasus yang
anak negeri, dan lain sebagainya11. Anak adalah ia putus, menurutnya, pada saat ia menangani
putra putri kehidupan, masa depan bangsa dan kasus ini memang pada awalnya pernikahan
negara. Oleh karena itu anak memerlukan antara Pemohon dan Termohon sudah fasid,
pembinaan agra dapat berkembang mental dan sebab keduanya pun menyadari bahwa mereka
spritualnya secara maksimal. saudara seribu, ketika proses pengajuan bukti
Pengertian anak selalu dihubungkan dengan dan saksi dalam persidangan. Akan tetapi
kedewasaan sedangkan kedewasaan tidak ada karena telah terjadi pembuahan di luar
perkawinan yang dilakukan oleh kakak
8
http://blogspot.com/dampak-resiko-akibat- kandungnya, sehingga mengakibatkan
pernikahan-sedarah.11/02/2018 kehamilan maka keduanya pun kemudian
9
https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta- dinikahkan secara sah oleh walinya. Padahal
unik/penyakit-hasil-incest-perkawinan- walinya pun selalu berpesan bahwa setelah
sedarah.html.,06 oktober 2017(10.00) akad nikah dilakukan, karena pada hakekatnya
10
http://andtheem.blogspot.co.id/2011/06/dampak- pernikahan tersebut dilarang. Selang beberapa
resiko-akibat-pernikahan-sedarah.htmp,,06 oktober waktu dari perkawinan keduanya, akibatnya
2017 (10.10) tepatnya pada tahun 2009 setelah bapaknya
11
Hilman Hadikusuma, Bahasa Hukum Indonesia, meninggal dunia pemohon pun mengajukan
(Bandung: Alumni, 1992). Hlm. 83 permohonan cerai thalak. Dalam putusan
107
Lex Privatum Vol. VI/No. 2/April/2018
108
Lex Privatum Vol. VI/No. 2/April/2018
109