Anda di halaman 1dari 3

M Satria Pradana

Hukum Perkawinan

200510230

ANALISIS REVISI UU PERKAWINAN PASAL 7 Ayat (1)


1974 DAN DISPENSASI NIKAH

I. Pendahuluan a. Latar Belakang


Perkawinan merupakan suatu pertalian yang sah antara seorang laki- laki dan seorang prempuan
untuk waktu yang lama . ketentuan ketentuan perkawinan ini memiliki beberapa syarat
tertentu .Dalam pasal 7 ayat (1)tahun 1974 menyatakan : Perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria
sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai 16 tahun ,
Harus ada persetujuan bebas antara kedua pihak,untuk seorang prempuan yang sudah pernah kawin
harus lewat 300 hari dahulu sesudahnya putusan perkawinan pertama dan tidak ada larangan dalam
undang- undang bagi kedua pihak . Yang menarik dalam ketentuan ini yaitu dalam pasal 7 ayat (1)
tahun 1974 mengenai pembatasan usia perkawinan.
Pembatasan usia pernikahan ini dengan alasan untuk mencegah terjadinya perkawinan anak –
anak yang masih di bawah umur . Namun bisa saja di lakukan pernikahan di bawah umur . dengan
catatan harus dengan izin orang tua atau walinya yang di sebut sebagai ( Dispensasi Nikah) .
Seseorang yang ingin melangsungkan pernikahan di bawah umur ini harus melakukan beberapa
proses panjang . Seperti mengajukan permohonan dispensasi yang di ajukan oleh orang tua ke
pengadilan. Pasal 7 ayat 1 UU perkawinan dapat diberikan dengan alasan mendesak adalah keadaan
tidak ada pilihan lain dan sangat terpaksa harus dilakukan perkawinan .
b. Tesis
Pernikahan yang di bawah umur ini sangat berdampak tidak baik pada prempuan terlebih lagi bila
mepunyai anak dari hasil pernikahan tersebut. Berpengaruh buruk terhadap kesehatan mental dan
juga fisik apabila terjadi KDRT .
II. Isi
a. Argumen 1
Dispensasi nikah merupakan pemberian hak untuk menikah sebelum mencapai usia pernikahan .
Artinya , seseorang boleh menikah diluar ketentuan itu dan jika hanya keadaan “menghendaki”dan
tidak ada pilihan lain(Uiltimum Remedium ) dalam undang – undang perkawinan indonesia
mengalami revisi undang- undang pada tahun 2019 pada pasal 7 yang semula usia menimal untuk
diizinkan melangsungkan perkawinan , pria 19 tahun dan wanita 16 tahun.kini kedua belah pihak
usia nikah harus 19 tahun .
Revisi tersebut dilakukan untuk melindungi hak anak dan terciptanya pernikahan yang sehat dan
sejahtera .
kemudian para ahli kedokteran sekaligus konsultan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi
Julianto witjaksono mengatakan bahwa kehamilan di usia dini rentan dengan penyakit dan kelainan
karna secara biologis prempuan di bawah usia 20 tahun belum siap sehingga beresiko tinggi bagi
ibu dan bayi. Sebagai contoh permohonan yang diajukan orangtua ke pengadilan mengenai
dispensasi nikah dengan alasan calon mempelai wanita tersebut hamil di luar nikah dan mempelai
laki – laki belum berusia 19 tahun . Sehingga mengharuskan adanya pernikahan.
Namun pernikahan di bawah usia bukanlah persoalan sederhana , disatu sisi ius constitum yang
berlaku di indonesia tidak menghendaki adanya pernikahan dibawah usia disisi lain uu juga
membuka peluang adanya hal lain di luar itu . Dalam pengadilan agama yang mengurus dispensasi
nikah bagi yang beragama islam . Hakim di hadapkan atas beberapa pertimbangan dua
kemudharatan yang ada, yakni mudharat akibat nikah diusia dini dan mudharat jika dispensasinya
ditolak . Dalam legal reasoning-nya hakim dapat memeberikan penetapan berdasarkan pada fakta
hukum yang ada dengan merujuk keterangan dari orang tua kedua calon mempelai dan saksi- saksi
yang dihadirkan dipersidangan.
Lebih luas lagi , penetapan hakim juga harus mempertimbangkan bebagai sudut pandang baik
secara syar’i, yuridis , sosiologis dan juga pertimbangan kesehatan . UU perkawinan yang baru
mewajibkan pemerintah untuk melakukan sosialisasi dan pembinaan kepada masyarakat dalam
rangka mencegah perkawinan tidak tercatat .
b. ArgumenII
Perlindungan prempuan menurut undang undang . Hak Asasi manusia Nomor 39 tahun 1999 . Hak
asasi prempuan adalah hak yang dimiliki oleh seorang prempuan , baik karna dia seorang manusia
maupun seorang prempuan (muzakir,2015). Undang- undang nomor 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak , Kategori anak terdapat dalam pasal 1 disebutkan anak adalah “seseorang yang
belum berusia 18 tahun, temasuk anak yang masih dalam kandungan “, Terkait dengan perkawinan
dibawah umur, pada pasal 26 ayat 1 huruf c undang- undang ini menyebutkan bahwa orang tua
berkewajiban bertanggung jawab untuk mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak. Dalam
perspektif apapun hakim harus mempertimbangakan dengan dampak yang luas dalam memutuskan
perkara , misalnya keputusan di sahnya perkawinan dibawah umur itu berdampak baik atau buruk
pada aspek kepentingan masa depan anak . Namun dalam perkara dispensasi nikah prempuan hamil
di luar nikah memang harus dengan pertimbangan hakim agar hak hak anak tersebut terpenuhi
sesuai undang – undang.

III. Kesimpulan
Revisi uu pernikahan pasal 7 ayat 1 1974 y pada tahun 2019. Yang menetapkan bpembatasan usia
pernikahan untuk pria dan wanita yaitu 19 tahun .
Dalam hal terjadi penyimpangan terhadap ketentuan umur sebagaimana di maksud pada ayat (1)
orang tua pihak pr/lk berhak meminta dispensasi kepada pengadilan dengan alasan mendesak
disertai bukti pendukung yang cukup .dan juga harus mendengarkan alasan alasan calon mempelai
pria dan wanita di persidangan . dalam kasusus dikabulkannya permohonan dispensasi hamil di luar
nikah oleh pertimbangan majlis hakim dengan sangat mendesak untuk memberikan jaminan
kepastian hukum, bagi prempuan dan anak yang dilahirkan agar mempunyai status hukum yang
jelas. Perlu ada nya sosialisasi dan pembinaan terkait mencegah perkawinan di bawah umur , karna
dengan fakta yang ada revisi undang – undang ini di landaskan dengan alasan mencegah
terjadinya pernikahan usia dini, dan orang tua bertanggung jawab dalam pencegahan pernikahan
dini tersebut .

Anda mungkin juga menyukai