Anda di halaman 1dari 5

TINJAUAN HUKUM TERHADAP PERNIKAHAN DINI DALAM HUKUM

PERDATA DAN HUKUM ISLAM

(Studi kasus putusan Nomor: 0151/Pdt.P/2020/PA. Bms.)

Outline

Oleh :

Nama : Betari Dwita Putri

Npm : 17.10.002.74201.040

Program Studi : Ilmu Hukum

Program Kekhususan : Hukum Perdata

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT

2021
Outline

TINJAUAN HUKUM TERHADAP PERNIKAHAN DINI DALAM HUKUM

PERDATA DAN HUKUM ISLAM

(Studi kasus putusan Nomor: 0151/Pdt.P/2020/PA. Bms.)

A. LATAR BELAKANG

Perkawinan merupakan suatu ikatan yang melahirkan keluarga sebagai

salah satu unsur dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, yang diatur oleh

aturan hukum, baik hukum Islâm maupun hukum positif (negara). Sebelum

lahirnya undang -undang perkawinan mengenai tata cara perkawinan bagi orang

Indonesia pada umumnya diatur menurut hukum agama dan hukum adat masing-

masing. dan setelah berlakunya Hukum negara yang mengatur mengenai masalah

perkawinan adalah Undang-undang Nomor 16 tahun 2019 tentang perubahan atas

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Menurut Undang-undang Nomor 16 Tahun 2019, Perkawinan ialah ikatan

lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri

dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha esa. Untuk menjembatani antara kebutuhan

kodrati manusia dengan pencapaian esensi dari suatu perkawinan, Undang-undang

Perkawinan telah menetapkan dasar dan syarat yang harus dipenuhi dalam

perkawinan. Salah satunya yaitu dalam Pasal 7 ayat (1) UU No. 16 Th. 2019
tentang Perkawinan yang berbunyi : “Perkawinan hanya diizinkan apabila pria

dan wanita sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun”

Batas umur untuk melaksanakan perkawinan yaitu pria 19 tahun dan

wanita 19 tahun. Namun dalam keadaan yang sangat memaksa, perkawinan di

bawah batas umur minimum sebagaimana dalam Undang-undang Perkawinan

dimungkinkan setelah memperoleh dispensasi dari Pengadilan atas permintaan

orang tua. Muncul suatu permasalahan yang terjadi dalam masyarakat, yaitu hamil

sebelum menikah.

Dilihat dari faktor sosiologis yang terjadi saat ini semakin bebas pergaulan

anak yang menyebabkan anak luar kawin, hal ini dilatar belakangi oleh faktor

intern dalam keluarga yaitu kurangnya pengawasan dari orang tua dan faktor

ekstern yaitu dari faktor sosiologis yang kurang baik yang menyebabkan anak

terjerumus dalam pergaulan bebas. Sehingga berdasar latar belakang tersebut,

maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan yaitu

mengenai pertimbangan hakim dalam mengabulkan permohonan izin perkawinan

bagi anak di bawah umur, dasar hukum bagi hakim dalam mengabulkan

permohonan izin perkawinan bagi anak di bawah umur serta akibat hukum setelah

anak melakukan perkawinan di bawah umur.

Dalam kasus ini pemohon mengajukan permohonan pernikahan anak

pemohon bersama dengan calon suami anak pemohon. Dinyatakan bahwa anak

pemohon beserta calon suami anak pemohon ingin melangsungkan pernikahan,

dengan itu mereka sudah memberikan berkas pengajuan pernikahan ke Kantor


Urusan Agama Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, dengan Nomor:

247/Kua.11.02.24/PW.01/4/2020 tanggal 06 April 2020, namun ditolak. Dengan

alasan umur anak pemohon belum cukup umur yaitu 16 tahun 07 bulan. Umur

anak pemohon belum cukup dalam peraturan pada pasal 7 UU No. 16 Tahun 2019

tentang pernikahan.

Permohonan Pemohon telah diajukan sesuai dengan ketentuan Pasal 49

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1989, dan syarat formil lainnya. Majelis telah mennyarankan

kepada Pemohon untuk dapat menunda pelaksanaan pernikahan anak Pemohon

dengan calon suaminya untuk sementara waktu sampai umur anak pemohon

cukup 19 tahun, namun Pemohon menyatakan tetap dengan permohonannya.

Didalam hukum perdata sudah dijelaskan dalam UU no. 16 tahun 2019

tentang perubahan atas undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang pernikahan

bahwa pernikahan dini tidak diperbolehkan. Batas umur sudah dijelaskan dalam

pasal 7 undang-undang nomor 16 tahun 2019 tentang pernikahan. Namun,

berbeda dengan hukum islam.

Hukum islam mengatur batas usia pernikahan tidak ada batasan usia.

Sekalipun dikatakan bahwa pernikahan dini hukum asalnya diperbolehkan

menurut syariat Islam, tetapi tidak berarti ia di bolehkan secara mutlak bagi semua

perempuan dalam semua keadaan. Sebab pada sebagian perempuan terdapat

beberapa kondisi yang menunjukkan bahwa lebih baik ia tidak menikah pada usia

dini. terdapat bebe rapa ketentuan yang perlu diperhatikan da lam sebuah
pernikahan dini agar tidak me ngakibatkan efek negatif sebagaimana dilansir oleh

banyak kalangan yang mayoritas berpandangan bahwa pernikahan dini selalu

berkonotasi tidak baik.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pengaturan mengenai permohonan dispensasi penikahan

dibawah umur di Indonesia?

2. Apa perbedaan pengaturan pernikahan dini dalam hukum islam dan

hukum perdata undang-undang nomor 16 tahun 2019 tentang

perubahan atas undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang

pernikahan?

3. Bagaimana pertimbangan hakim terhadap permohonan pernikahan

dibawah umur?.

Anda mungkin juga menyukai