Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : JUNIAS IVAN RONALD BAKTI


TELAUMBANUA

Nomor Induk Mahasiswa / NIM : 042783686

Kode / Nama Mata Kuliah : HKUM4202 / Hukum Perdata

Kode / Nama UPBJJ : 12 / Medan

Masa Ujian : 2020/21.2 (2022.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS TERBUKA
1. Valdhy berusia 30 tahun adalah seorang pengusaha kaya raya di Kecamatan Distrik Heram
Papua. Valdhy sudah memiliki istri sahnya yang bernama Dian Sastro berusia 28 tahun.
Karena igin memiliki istri lebih dari satu, valdhy dengan diam-diam tanpa persetujuan istri
sahnya menikahi seorang putri cantik dari anak kepala kampung yang masih berusia 15
tahun.

Pertanyaan:
Dari kasus diatas, berikan analisis anda apakah dari pernikahan tersebut SAH secara
hukum
Indonesia?

Jawaban :
Menurut analisis saya ada 2 alasan menurut saya kasus pernikahan diatas tidak SAH
secara Hukum Indonesia
1. Secara hukum suami yang menikah lagi tanpa ada izin dari istri pertama (istri terdahulu)
tidak sah secara hukum di Indonesia sebagaimana diatur dalam UndangUndang No. 1
tahun 1974 tentang Perkawinan. Pasal 4 ayat 1 UU Perkawinan: “Dalam hal seorang
suami akan beristri lebih dari seorang, sebagaimana tersebut dalam pasal 3 ayat (2)
Undang-undang ini, maka ia wajib mengajukan permohonan ke Pengadilan di daerah
tempat tinggalnya.”
Pasal 5 UU Perkawinan: (1) Untuk dapat mengajukan permohonan ke Pengadilan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) Undang-undang ini harus memenuhi
syarat-syarat berikut:
A. adanya persetujuan dari istri/istri-istri;
B. adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan hidup
istriistri dan anak-anak mereka.
C. adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anak
mereka.

2. Dalam UU No.16 Tahun 2019 Tentang Perubahan atas UU No.1 tahun 1974 Tentang
Perkawinan. Ketentuan Pasal 7 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 7 ayat
(1) Perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai umur 19
(sembilan belas) tahun.

Dengan Demikian dari analisa tersebut dan di simpulkan bahwasanya Pernikahan dari
kasus Bapak Valdhy tersebut tidak di terima atau tidak SAH Secara Hukum Indonesia.

Referensi :
- HKUM4202/MODUL 4
- https://kumparan.com/dnt-lawyers/bagaimana-hukum-poligami-tanpa-persetujuan-istri-
1536055109729842091/full

2. Pertanyaan:
Bagaimana dengan Putri yang masih berusia 15 Tahun apakah pernikahan tersebut
memenuhi
syarat sah perkawinan? Coba saudara jelaskan dengan dasar hukumnya!

Jawaban :
Pada dasarnya, mengenai batas usia minimal seseorang boleh menikah, Pasal 7 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan (“UU 16/2019”) mengatur bahwa perkawinan hanya
diizinkan jika pihak pria dan wanita sudah mencapai umur 19 tahun.
Meski pada dasarnya tidak dibolehkan, berdasarkan Pasal 7 ayat (2) UU 16/2019 masih
dimungkinkan adanya penyimpangan terhadap ketentuan umur 19 tahun tersebut, yaitu
dengan cara orang tua pihak pria dan/atau wanita meminta dispensasi kepada pengadilan
dengan alasan sangat mendesak disertai bukti-bukti pendukung yang cukup. Yang
dimaksud dengan alasan sangat mendesak adalah keadaan tidak ada pilihan lain dan
sangat terpaksa harus dilangsungkan perkawinan. Permohonan disepensasi tersebut
diajukan ke Pengadilan Agama bagi yang beragama Islam dan Pengadilan Negeri bagi
yang beragama selain Islam. Pemberian dispensasi oleh pengadilan wajib mendengarkan
pendapat kedua belah calon mempelai yang akan melangsungkan perkawinan.
Dengan demikian, berdasarkan ketentuan di atas, secara hukum putri yang masih berusia
15 Tahun perkawinannya masih dimungkinkan. Namun, pernikahan tersebut tidak dapat
dilakukan sembarangan dan harus memenuhi persyaratan tertentu.

Referensi:
- HKUM4202/MODUL 4
- https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5b8f402eed78d/hukumnyamenikah-
di-usia-dini

3. Pertanyaan:
Apakah perkawinan antara valdhy dan putri anak kepala kampung dapat dibatalkan ?
Berikan
analisa anda!

Jawaban :
Akibat hukum atas perkawinan kedua yang dilakukan suami tanpa izin dari istri pertama
(terdahulu) adalah batal demi hukum atau dianggap tidak pernah ada (cacat hukum) .
Sebab menurut hukum, baik Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, bila
suami-suami ingin menikah lagi (berpoligami) maka ia harus mendapat persetujuan/izin dari
istri pertama (istri terdahulu).

Dan jika itu berlanjut Sanksi hukum yang bisa dikenakan kepada suami yang menikah lagi
tanpa izin dari istri pertama (terdahulu) adalah Pasal 279 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP), dengan acaman pidana maksimal 5 sampai 7 tahun penjara.

Referensi:
- HKUM4202/MODUL 4
- https://kumparan.com/dnt-lawyers/bagaimana-hukum-poligami-tanpa-persetujuan-istri-
1536055109729842091/full

Anda mungkin juga menyukai