Anda di halaman 1dari 4

Nama : RAYMOND R.

LAY

Nim : 041858298

Tugas : Hukum Perdata

Soal

Valdhy berusia 30 tahun adalah seorang pengusaha kaya raya di Kecamatan Distrik Heram
Papua. Valdhy sudah memiliki istri sahnya yang bernama Dian Sastro berusia 28 tahun. Karena
ingin memiliki istri lebih dari satu, valdhy dengan diam-diam tanpa persetujuan istri sahnya
menikahi seorang putri cantik dari anak kepala kampung yang masih berusia 15 tahun.

Pertanyaan:

1. Dari kasus di atas, berikan analisis Anda apakah dari pernikahan tersebut SAH secara
hukum Indonesia?
2. Bagaimana dengan putri yang masih berusia 15 Tahun apakah pernikahan tersebut
memenuhi syarat sah perkawinan? Coba Anda jelaskan dengan dasarkan hukumnya!
3. Apakah perkawinan antara Valdhy dan putri anak kepala kampung dapat dibatalkan ?
Berikan analisa Anda!

Jawaban No 1:

1. Berdasarkan pada Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (UU


Perkawinan).bahwa apabila seorang suami akan menikah untuk yang kedua kali ( Istri
ke 2) maka tentunya membutuhkan persetujuan istri sah yang pertama, akan tetapi
pernikahan tanpa persetujuan juga dapat dilangsungkan apabila isteri/isteri-isterinya
tidak mungkin dimintai persetujuannya dan tidak dapat menjadi pihak dalam perjanjian;
atau apabila tidak ada kabar dari istrinya selama sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun,
atau karena sebab-sebab lainnya yang perlu mendapat penilaian dari Hakim
Pengadilan.

Menurut UU Perkawinan Pasal 4 ayat 2 UU Perkawinan, suami bisa mengajukan


permohonan ke pengadilan untuk memperoleh isteri lebih dari satu (poligami). Dan
pengadilan hanya akan (hanya boleh) memberikan izin kepada suami untuk berpoligami
apabila :
1. istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri;
2. istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan;
3. istri tidak dapat melahirkan keturunan.
Berdasarkan Pasal 5 ayat 1 UU Perkawinan untuk dapat mengajukan permohonan
poligami ke pengadilan tersebut, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suami
yaitu:

1. adanya persetujuan dari isteri/isteri-isteri;


2. adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan hidup
isteriisteri dan anak-anak mereka.
3. adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-anak
mereka.

Persetujuan dari isteri ini dapat diberikan secara tertulis atau dengan lisan, namun
sekalipun telah ada persetujuan tertulis, persetujuan ini nantinya akan dipertegas
dengan persetujuan lisan dari isteri pada persidangan di Pengadilan. (lihat Pasal 41
huruf b Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang
No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan)
Namun persetujuan yang dimaksud huruf a di atas, tidak diperlukan bagi seorang suami
apabila: isteri/isteri-isterinya tidak mungkin dimintai persetujuannya dan tidak dapat
menjadi pihak dalam perjanjian; atau apabila tidak ada kabar dari istrinya selama
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun atau karena sebab-sebab lainnya yang perlu
mendapat penilaian dari Hakim Pengadilan.

Pasal 6 mejelaskan bahwa

1. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai.


2. Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 (duapuluh
satu) tahun harus mendapat izin kedua orang tua.
3. Dalam hal salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam
keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka izin dimaksud ayat (2) pasal ini
cukup diperoleh dari orang tua yang masih hidup atau dari orang tua yang mampu
menyatakan kehendaknya.
4. Dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu
untuk menyatakan kehendaknya, maka izin diperoleh dari wali, orang yang memelihara
atau keluarga yang mempunyai hubungan darah dalam garis keturunan lurus ke atas
selama mereka masih hidup dan dalam keadaan dapat menyatakan kehendaknya.
5. Dalam hal ada perbedaan pendapat antara orang-orang yang disebut dalam ayat (2), (3)
dan (4) pasal ini, atau salah seorang atau lebih di antara mereka tidak menyatakan
pendapatnya, maka Pengadilan dalam daerah hukum tempat tinggal orang yang akan
melangsungkan perkawinan atas permintaan orang tersebut dapat memberikan izin
setelah lebih dahulu mendengar orang-orang tersebut dalam ayat (2), (3) dan (4) pasal
ini.
6. Ketentuan tersebut ayat (1) sampai dengan ayat (5) pasal ini berlaku sepanjang hukum
masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu dari yang bersangkutan tidak
menentukan lain.

Pasal 7 menjelaskan :

1. Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun
dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun.
2. Dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta dispensasi kepada
Pengadilan atau Pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun pihak
wanita.
3. Ketentuan-ketentuan mengenai keadaan salah seorang atau kedua orang tua tersebut
dalam Pasal 6 ayat (3) dan (4) Undang-undang ini, berlaku juga dalam hal permintaan
dispensasi tersebut ayat (2) pasal ini dengan tidak mengurangi yang dimaksud dalam Pasal
6 ayat (6).

ANALISA
Secara ketentuan hukum berdasarkan ketrentuan hukum yang termuat dalam UU
Pernikahan, dan penjelasan dalam setiap pasal dan unsur – unsure yang ada, maka
dapat dijelaskan bahwa ,dari kasus tersebut, pernikahan yang dilangsung tanpa
persetujuan istri sah dan dilakukan secra diam-diam, telah menyalahi aturan dan hukum
yang berlaku, dan berkaitan dengan bilamana dalam menafkahi istri kedua, maka
tentunya dari cerita tersebut telah dijelaskan bahwa Valdhy adalah seorang pengusaha
kaya raya, akan tetapi yang menjadi persoalan bahwa Valdhy menikahi gadis dibawah
umur, yang mana orang tua dari gadis tersebut adalah menjabat selaku kepala
kampung, artinya bahwa pernikahan ini atas restu orang tua, namun perlu untuk
mendapatkan dispensasi dari pihak pengadilan dengan alas an tertentu yang menjadi
dasar sebagaimana yang dijelaskan dalam UU Pernikahan.

Jawaban No 2

Dalam Pasal 6 ayat 2 UU Perkawinan menjelaskan bahwa pernikahan bagi calon


penagntin dibawah umur 21 Tahun harus mendapatkan ijin dari orang tua, dan pada
Pasal 7 ayat 1 menjelaskan bahwa Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah
mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16
(enam belas) tahun. Akan tetapi pernikahan dibawah umur 16 Tahun bagi perempuan
sebagaimana dalam kisah tersebut, dapat saja terjadi bilamana kedua calon mempelai
bersama orang tua mengajukan permohonan Dispensasi kepada pihak pengadilan dengan
alasan – alasan serta bukti – bukti yang cukup, misalnya kedua orang tua telah meninggal,
salah satu orang tua telah meninggal dan pihak keluarga dalam keadaan tidak mampu, dsb.
Jawaban No 3
Pernikahan Valdhy dengan anak kepala kampung dapat dibatalkan, bilamana segala
yang menjadi ketetuan tidak terpenuhi atau kata lain, melanggar aturan, dan pernikahan
juga dapat dibatalkan oleh Istri Sah yang tidak merestui pernikahan suaminya dengan
istri kedua sebab istri pertama masih bisa memenuhi kewajibannya sebagai istri. Dan
Pernikahan juga dapat dibatalkan bilamana calon istri yang akan dinikahi yang masih
dibawah umur tidak direstui oleh kedua orang tua.

Sekian dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai