Anda di halaman 1dari 4

KELOMPOK 4 KASUS B

Nama : Muhammad Musaddad


NIM : 210111100239
Kelas : Hukum G

1.) Perkawinan sandi dengan sinta SAH, meskipun pada dasarnya kedua umur mereka tidak
memenuhi syarat sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2019 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (“UU
16/2019”) mengatur bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria dan wanita sudah
mencapai umur 19 tahun. Akan tetapi, berdasarkan Pasal 7 ayat (2) UU 16/2019 masih
dimungkinkan adanya penyimpangan terhadap ketentuan umur 19 tahun tersebut. Sebagaimana
kasus sinta dan sandi yang menikah dengan persetujuan kedua orang tua mereka serta pegawai
pencatat yang juga menyetujui hal tersebut.
Jadi pernikahan sinta dan sandi dikatakan sah secara hukum

2.) Pegawai pencatatan telah melakukan pecatatan perkawinan sesuai dengan UU yang berlaku,
meskipun usia kedua mempelai belum cukup umur tetapi kedua orangtua mereka telah
mengajukan dan mendapatkan izin dispensasi kawin dari pengadilan Agama atau Mahkamah
Syar'iyah , yang di tetapkan pada Undang-Undang no.1 tahun 1974

3.) ini berarti perkawinannya tanpa sepengetahuan/persetujuan istri pertama, padahal apabila
seorang suami ingin melakukan poligami atau beristri lebih dari satu, maka ia wajib meminta
persetujuan dari istri pertama terlebih dahulu. akibat hukum atas perkawinan kedua yang
dilakukan suami tanpa izin dari istri pertama adalah cacat hukum. sehingga mengakibatkan batal
demi hukum atau dianggap tidak pernah ada. meskipun istri pertama tidak melakukan gugatan,
hal ini berdasarkan UU perkawinan no 1 tahun 1974 dan inpres no 1 tahun 1991 tentang
kompilasi hukum islam. yang berbunyi sebagai berikut :
Pasal 4 ayat (1) UU Perkawinan: “Dalam hal suami akan beristri lebih dari seorang, sebagaimana
tersebut dalam Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang ini, maka ia wajib mengajukan permohonan ke
Pengadilan daearh tempat tinggalnya.“
Pasal 5 UU Perkawinan: (1) Untuk dapat mengajukan permohonan ke Pengadilan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) Undang-undang ini harus memenuhi syarat-syarat berikut: a.
adanya persetujuan dari istri/istri-istri; b. adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin
keperluan-keperluan hidup istri-istri dan anak-anak mereka. c. adanya jaminan bahwa suami
akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anak mereka.

Pasal 55 Kompilasi Hukum Islam: (1) Beristri lebih satu orang pada waktu bersamaan, terbatas
hanya sampai empat istri. (2) Syarat utama beristri lebih dari seorang, suami harus mampu
berlaku adil terhadap istrI-istri dan anak-anaknya. (3) Apabila syarat utama yang disebut pada
ayat (2) tidak mungkin dipenuhi, suami dilarang beristri dari seorang.
Pasal 58 Kompilasi Hukum Islam:(1) Selain syarat utama yang disebut pada pasal 55 ayat (2)
maka untuk memperoleh izin pengadilan Agama, harus pula dipenuhi syarat-syarat yang
ditentukan pada pasal 5 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 yaitu : a. adanya pesetujuan istri; b.
adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup istri-istri dan anak-anak
mereka.”

4.) Alasannya adalah bahwa sandi tidak bekerja sedangkan kehidupannya dan rumahtangganya
di nafkahi oleh orang tua Sinta, dan sandi melakukan perselingkuhan/hubungan terlarang dengan
Santi di belakang Sinta. Berdasarkan dasar hukumnya dalam isi UU No 1 tahun 1974 tentang
perkawinan
(1) Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah
tangga sesuai dengan kemampuannya. (2) Isteri wajib mengatur urusan rumah-tangga sebaik-
baiknya. (3) Jika suami atau isteri melalaikan kewajibannya masing-masing dapat mengajukan
gugatan kepada Pengadilan.

5.) Sinta memperoleh rumah yang mereka tempati karena rumah tersebut diperoleh dari orang
tua sinta. Sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1974 Pasal 35 ayat 2 :
(2) Harta bawaan dari masing-masing suami dan istri dan harta benda yang
diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan adalah di bawah
penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan
lain.

6.) Dikasus tersebut terdapat keterangan bahwa saat pernikahan sandy memperoleh kado
pernikahan yaitu 1 buah motor dan 1 buah kulkas, dan itu masuk kedalam harta bersama. Dan
ketika mereka bercerai harta tersebut harus dibagi menjadi 2 dengan cara menjual barang
tersebut lalu dibagi rata sebagaimana menurut UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan
menjelaskan bahwa: Harta benda yang di peroleh selama perkawinan menjadi Harta Gonogini
7) Merujuk pada PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN
1975 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974
TENTANG PERKAWINAN
Maka tindakan yang akan dilakukan sebagai hakim dalam perkawinan terlah tertera dalam PP
Pasal 31
(1) Hakim yang memeriksa gugatan perceraian berusaha mendamaikan kedua
pihak.
(2) Selama perkara belum diputuskan, usaha mendamaikan dapat dilakukan
pada setiap sidang pemeriksaan
8.) Tidak boleh karena ada jangka waktu tunggu sebelum menikah lagi setelah putusan
perceraian.
Dasar hukumnya : PP Nomor 9 Tahun 1975 Bab VII tentang Waktu Tunggu pasal 39 1(b) dan 3
Pasal 39 :
(1) Waktu tunggu bagi seorang janda sebagai dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) Undang-undang
ditentukan sebagai berikut :
b. Apabila perkawinan putus karena perceraian, waktu tunggu bagi yang masih berdatang bulan
ditetapkan 3 (tiga) kali suci dengan sekurang-kurangnya 90 (sembilan puluh) hari dan bagi yang
tidak berdatang bulan ditetapkan 90 (sembilan puluh) hari ;
(3) Bagi perkawinan yang putus karena perceraian, tenggang waktu tunggu dihitung sejak
jatuhnya putusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap, sedangkan bagi
perkawinan yang putus karena kematian, tenggang waktu tunggu dihitung sejak kematian suami.

9.) Ketika terjadi putus perkawinan maka akan menimbulkan waktu tunggu/masa iddah. Waktu
tunggu hanya akan dihadapi oleh pihak wanita sebagaimana diatur dalam pasal 11 ayat 1 UU
perkawinan. Waktu tunggu ini sangat penting bagi seorang wanita karena dapat membersihkan
dari pengaruh/akibat hubungan dengan bekas suami sebelumya sehingga tidak akan
menimbulkan masalah jika terjadi pernikahan berikutnya oleh pihak si wanita. Adapun jangka
waktu tunggu wanita diatur dalam pasal 39 ayat (1), ayat (2),dan ayat (3) PP No 9 tahun 1975.

10.) Jika telah terjadi sebuah perceraian, maka nasib seorang anak akan diputuskan tentang hak
asuhnya. Dan berdasarkan kasus ini, maka hak asuh Susi yang masih berusia 2 tahun akan berada
dibawah kekuasaan pemeliharaan ibunya. Hal ini sesuai dengan Pasal 105 KHI ayat (a) yang
menyatakan bahwa dalam hal terjadinya perceraian pemeliharaan anak yang belum mumayyiz
atau belum berumur 12 tahun adalah hak ibunya.
11.) karena susi masih berusia 2 tahun maka saya putuskan anak tersebut ikut dengan ibu nya
dengan alasan :
a. karena sandi yang terbukti bersalah karena berselingkuh dengan santi
b. karena sandi belum memiliki tempat tinggal,pekerjaan ,dan juga masih berkuliah
dasar hukumnya UU No.1 Tahun 1974 pasal 41 huruf a

12.) Setelah orang tua Susi bercerai mereka tetap orang tua Susi, karena tidak ada mantan anak,
yang ada hanya mantan suami/istri. Tugas Sandi dan Susi tertera sesuai dengan UU No. 1 Tahun
1974 Pasal 41:
Akibat putusnya perkawinan karena perceraian ialah:
a. Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik
anak-anaknya,semata-mata berdasarkan kepentingan anak, bilamana
ada perselisihan mengenai penguasaan anak-anak, Pengadilan
memberi keputusan;
b. Bapak yang bertanggung jawab semua biaya pemeliharaan dan
pendidikan yang diperlukan anak itu, bilamana bapak dalam kenyataan
tidak memenuhi kewajiban tersebut, Pengadilan dapat menentukan
bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut
c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan
biaya penghidupn dan atau menentukan suatu kewajiban bagi bekas istri.

Anda mungkin juga menyukai